Anda di halaman 1dari 24

Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/akp.v15n1.2017.

43-66 43

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA

National Maize Agribusiness Development Strategy


Rizma Aldillah
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111
E-mail: rizmaaldillah@gmail.com

Naskah diterima: 4 Januari 2017 Direvisi: 20 Januari 2017 Disetujui terbit: 6 April 2017

ABSTRACT

Maize is one of important commodities after rice. As a secondary crop in Indonesia, maize has multifunctional
uses either as food or feed. Maize agribusiness has some benefits as it is highly demanded for feed raw material
and easily cultivated. Besides external factor, i.e. inter-regional trade and export opportunities among regions and
countries such as maize trade opportunity among regions and countries. Some weaknesses of maize
agribusiness are limited farmers’ land areas, minimal infrastructure, technology, competing water use with other
major crops, and potential threat of climate change. This study uses SWOT (Strength-Weakness-Opportunities-
Threats) and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) approaches. Analysis results show that maize
agribusiness development should be competitive, farmers-based, sustainable and decentralized. The government
needs to improve people’s participation in maize agribusiness. Main measures to take maize agribusiness
development are effectiveness and quality of government service, and distribution facilities and infrastructure
improvement.
Keywords: food, maize, agribusiness, strategy

ABSTRAK
Jagung merupakan komoditas strategis utama terpenting setelah padi dan salah satu komoditas tanaman
palawija utama di Indonesia yang kegunaannya relatif luas, terutama untuk konsumsi manusia dan kebutuhan
bahan pakan ternak. Agribisnis jagung memiliki berbagai keuntungan yakni memberikan banyak manfaat,
memiliki keunggulan sebagai pakan untuk unggas, dan usaha taninya mudah. Namun, jagung memiliki beberapa
permasalahan seperti luas lahan yang terbatas, dan teknologi usaha tani rendah. Jagung memiliki peluang
perdagangan antardaerah dan negara dan kebutuhan jagung nasional cukup tinggi dan terus tumbuh. Untuk itu,
perlu dilakukan studi untuk mendapatkan strategi pengembangan jagung nasional ke depan. Penelitian ini
menggunakan metode SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) dan QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix). Hasil analisis data mendapatkan bahwa strategi alternatif terpenting dalam pengembangan
agribisnis jagung adalah harus berorientasi pada pengembangan agribisnis jagung yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi. Dibutuhkan peningkatan efektivitas dan kualitas kinerja
pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam membangun agribisnis jagung. Secara
menyeluruh, prioritas utama dalam pengembangan agribisnis jagung ke depan membutuhkan dukungan melalui
peningkatan efektivitas dan kualitas kinerja pemerintah, serta pengembangan sarana dan prasarana distribusi.
Kata Kunci: analisis SWOT, analisis QSPM, jagung, agribisnis, strategi agribisnis
44 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

PENDAHULUAN belum memadai, dan lahan garapan sempit


(Ditjendtan 2004). Sistem produksi dan
tataniaga ternak ternyata belum dapat
Jagung merupakan salah satu komoditas menunjang peningkatan produksi jagung.
tanaman palawija utama di Indonesia yang
Selama ini makanan ternak didatangkan dari
kegunaannya relatif luas, terutama untuk luar daerah dalam bentuk pakan jadi, sehingga
konsumsi manusia dan kebutuhan bahan pakan tidak dapat menyerap produksi jagung domestik.
ternak. Jagung juga merupakan komoditas yang (Swain et al. 2005). Persoalan lain yang
diminta di pasar dunia. Namun demikian, jagung menghambat pengembangan tanaman jagung
di Indonesia sebagaimana umumnya komoditas di Indonesia adalah masalah harga. Walaupun
pangan lainnya merupakan hasil produksi kapasitas pasar cukup besar namun harga
petani-petani skala kecil. Instrumen kebijakan jagung tergolong rendah.
strategis diperlukan untuk meningkatkan
pendapatan petani dan produksi jagung, karena Namun demikian, hasil penelitian oleh
dengan kebijakan business as usual, laju Falatehan dan Wibowo (2008) mengatakan
peningkatan produksi tidak akan dapat bahwa permintaan jagung di pasar dunia
mengimbangi laju peningkatan permintaan maupun domestik mengalami peningkatan
(Kasryno et al. 2002). setiap tahunnya. Peningkatan permintaan
jagung di pasar domestik disebabkan proporsi
Secara historis, perkembangan produksi penggunaan jagung oleh industri pakan telah
jagung di Indonesia cenderung mengalami mencapai 50% dari total kebutuhan nasional
peningkatan rata-rata sekitar 5,26% per tahun
dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu,
pada 10 tahun terakhir ini. Hal ini berbanding Agustian (2014) juga mengatakan bahwa
lurus dengan peningkatan produktivitas rata-rata komoditas jagung secara nasional memiliki daya
sekitar 4,30% per tahun. Luas areal pada saing yang baik ditunjukkan oleh indikator
periode yang sama juga mengalami keunggulan komparatif (DRCR) dan keunggulan
peningkatan rata-rata sebesar 0,83% per tahun. kompetitif (PCR) yang kurang dari satu. Sebagai
Hal ini menyebabkan surplus jagung meningkat
contoh, perkembangan produksi jagung periode
rata-rata sebesar 111% atau sekitar 1,2 juta ton 2000-2013 rata-rata 3,75% per tahun, namun
per tahun. Kenaikan ini dapat diindikasikan kebutuhan akan jagung untuk pangan maupun
karena 18 juta penduduk di Indonesia pakan rata-rata naik 4,41% per tahun. Masih
menjadikan jagung sebagai makanan pokok rendahnya produksi jagung disebabkan karena
(Subandi et al. 1988). Komoditas jagung dapat peningkatan produktivitas jagung yang masih
dikonsumsi oleh masyarakat dalam berbagai rendah, yaitu sekitar 4% per tahun. Hasil
bentuk olahan, tidak hanya sebagai pangan rangkuman dari beberapa hasil penelitian oleh
pokok tetapi juga sebagai lauk-pauk, makanan Tangendjaja et al. (2005), PSEKP (2010),
selingan, dan bahan setengah jadi yang Swastika et al. (2011) dan Kariyasa et al.
dihasilkan oleh beragam jenis industri dan skala (2012), bahwa di negara berkembang telah
usaha (Ariani dan Pasandaran 2005). terjadi peningkatan permintaan jagung untuk
Permasalahan dalam upaya peningkatan konsumsi pangan dan pakan ternak sebesar 10-
produksi jagung yang dirangkum dari Suryana 15% per tahun sejak tahun 2000. Namun karena
dan Sudaryanto (1997) dan Hadijah (2010) kondisi laju peningkatan produksi lebih lamban
antara lain: (1) Berkurangnya areal sawah irigasi dibanding laju permintaannya, maka impor
teknis dan lahan pertanian lainnya, terutama di jagung di Indonesia semakin meningkat.
Pulau Jawa, (2) Persaingan yang makin ketat
Permasalahan di atas mengindikasikan
dalam penggunaan air antara sektor pertanian
bahwa pembuat kebijakan di tingkat makro
dengan sektor-sektor lainnya yang
belum sepenuhnya menjabarkan arti dari
menyebabkan ketersediaan air irigasi pertumbuhan ekonomi sektor pertanian yang
berkurang, (3) Makin mahalnya harga bibit positif tersebut dalam bentuk tindakan riil yang
bermutu tinggi, pupuk dan pestisida, (4). Makin memberikan perubahan positif bagi para pelaku
langkanya tenaga kerja produktif sektor kegiatan usaha pertanian di tingkat produsen.
pertanian karena kesempatan kerja di sektor Dalam upaya pengembangan usaha tani,
non pertanian dengan upah yang lebih tinggi, komoditas jagung akan senantiasa masuk
sehingga upah di pedesaan meningkat; kedalam jejaring kegiatan agribisnis komoditas
Pengembangan komoditas jagung di tersebut. Artinya keberhasilan dalam
Indonesia masih mengalami beberapa kendala meningkatkan budi daya usaha tani jagung tidak
antara lain masih sedikitnya penggunaan benih bisa terlepas dari sistem agribisnis komoditas itu
hibrida, kelangkaan pupuk, kelembagaan belum sendiri. Pengembangan komoditas jagung oleh
berkembang, teknologi pasca panen dan panen
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 45

petani sebagian besar untuk memenuhi Hasil kajian mengenai kebijakan jagung
kebutuhan pasar. nasional oleh Kementerian Perdagangan
(2011), Utomo (2012), Suryana dan Agustian
Dalam usaha tani jagung, peran pelayanan
(2014), dan Pangestika et al (2016);
utama yang dilakukan oleh pemerintah maupun
menyimpulkan bahwa masih banyak kebijakan
pihak lain mutlak diperlukan. Pelayanan yang
pemerintah yang belum optimal realisasinya di
dapat menunjang keberhasilan usaha seperti
lapang. Permasalahan yang kerap berulang
kemudahan untuk mendapatkan bantuan modal
adalah terjadinya kekurangan jagung dalam
usaha, teknologi, dan penyuluhan. Peraturan
negeri sehingga harus mengimpor. Penyediaan
pemerintah daerah/pusat yang mendukung
saprodi juga belum sepenuhnya mampu
kinerja usaha bisnis dari budi daya jagung tentu
memenuhi kebutuhan petani. Demikian pula
sangat diperlukan. Dalam upaya meningkatkan
dengan kebijakan harga yang belum
pengembangan usaha tani jagung, pelayanan
sepenuhnya efektif, sehingga petani belum
kelembagaan terhadap petani sangat
terbantu dimana harga jagung masih
diutamakan. Keberadaan penyuluh di lapangan
sepenuhnya tergantung pada pasar. Dari sisi
sangat penting karena dapat diakses oleh petani
agraria, berlangsung akumulasi lahan pada
dalam upaya mendapatkan informasi teknologi.
segelintir petani, serta munculnya lahan guntai
Namun kenyataannya, penyuluh di lapangan
dan lahan terlantar.
sangat terbatas, bahkan seorang penyuluh
harus melayani satu kecamatan. Sementara, Pasandaran dan Kasryno (2002)
lembaga finansial masih terbatas dalam mengemukakan bahwa sentra pengembangan
memberikan pinjaman modal kepada petani. Hal produksi jagung di Indonesia dapat
tersebut juga merupakan permasalahan dalam dikategorikan menjadi tiga, yaitu: (1) Sumatera
pengembangan agribisnis jagung. yang merupakan daerah pengembangan jagung
masa depan karena memperlihatkan dinamika
Permasalahan yang diungkapkan oleh
perkembangan yang cepat selama tiga dekade
Deptan (2005b), CAPSA (2006), Deptan (2007),
lalu serta memiliki sumber daya lahan yang
Winarso (2012), Nikmah et al. (2013), dan
mendukung; (2) Jawa sebagai sentra produksi
Nadapdap (2016) dapat disimpulkan di
jagung dan bahan pangan, namun sumber
antaranya bahwa pendidikan petani yang rata-
daya lahan semakin terbatas sehingga peran
rata rendah merupakan faktor kelemahan dalam
tersebut akan semakin menurun; dan (3)
pengembangan wilayah, tingkat penguasaan
Kawasan Timur Indonesia sebagai daerah
teknologi petani jagung belum maksimal, dan
konsumen jagung yang menjadikannya
keterbatasan modal sehingga petani
makanan pokok. Semua permasalahan ini
menggunakan modal sendiri seadanya.
menunjukkan betapa perlunya menyusun
Permasalahan dari aspek sumber daya lahan di
strategi alternatif dalam pengembangan
antaranya lahan garapan umumnya sangat
agribisnis jagung nasional dari hulu sampai ke
sempit, status lahan bukan milik, tata air/irigasi
hilir.
pada umunya dalam kondisi yang kurang
terpelihara, dan lahan kurang subur. Dari sisi
kelembagaan, permasalahan di antaranya
METODOLOGI
adalah kinerja kelompok tani jagung masih
belum banyak berperan, banyak petani yang
belum melakukan kemitraan dengan pihak lain, Berdasarkan permasalahan dan faktor
seperti dengan pengusaha jagung dan produk penyebab keberhasilan agribisnis jagung di
turunannya, dan masih sangat sedikit kelompok semua tingkat stakeholder, maka tujuan
yang mampu mengakumulasi modal usahanya. penelitian adalah: (1) Menganalisis faktor
Permasalahan selanjutnya dari aspek internal dan eksternal agribisnis jagung; dan (2).
usaha/produksi, di antaranya: mahalnya harga Menentukan strategis prioritas dalam agribisnis
pupuk dan obat-obatan, banyak petani tidak jagung. Ruang lingkup penelitian yaitu
memiliki atau sulit mendapat fasilitas Alsintan menentukan faktor peluang, ancaman, kekuatan
(seperti traktor dan corn sheller); dan kurang dan kelemahan agribisnis jagung dari setiap
maksimalnya dalam penanganan budi daya, responden, memberi pembobotan terhadap
sehingga hasil yang didapatkan belum setiap faktor oleh responden, menentukan
maksimal. Serangan hama penyakit jagung strategi alternatif, dan menganalisis tingkat
masih sulit untuk dikendalikan terutama penyakit kepentingan dari pembobotan yang diberikan
hawar daun dan hama lainnya, seperti ulat oleh responden terhadap setiap faktor di semua
grayak; penangan panen dan prosesing masih strategi alternatif yang terbentuk.
kurang mendapat perhatian dari petani,
sehingga tingkat kehilangan hasil masih tinggi.
46 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

Kerangka Operasional mensukseskan program pengembangan


agribisnis (Kasryno et al. 2002). Di Indonesia
Secara konseptual, agribisnis merupakan
terdapat empat provinsi sebagai konsumen
suatu sistem yang terdiri atas empat subsistem
utama jagung industri yakni Jawa Barat, Jawa
yang saling mendukung dan terkait satu sama
Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta, serta
lain yaitu: (1) Subsistem agribisnis hulu, meliputi
Sumatera Utara (Hutabarat et al. 1993). Secara
pengadaan dan penyaluran sarana produksi
rinci, kerangka operasional dalam penelitian
pertanian primer; (2). Subsistem pertanian
dijelaskan dalam Gambar 1.
primer, meliputi kegiatan yang menggunakan
sarana yang dihasilkan dari subsistem agribisnis Rangkuman yang lebih sederhana dibuat
hulu; (3). Subsistem agribisnis hilir, meliputi oleh Downey dan Erickson (1989) bahwa
pengolahan komoditas pertanian primer menjadi agribisnis meliputi seluruh sektor bahan
produk olahan, baik produk antara maupun masukan usaha tani, produk yang memasok
produk akhir beserta kegiatan distribusinya; bahan masukan usaha tani yang terlibat dalam
serta (4) Subsistem pemasaran komoditas- bidang produksi, dan pada akhirnya menangani
komoditas agribisnis. Keempat subsistem pemrosesan, penyebaran, penjualan, baik
agribisnis tersebut dalam pelaksanaannya secara borongan maupun eceran kepada
didukung oleh subsistem penunjang agribisnis konsumen akhir. Agribisnis merupakan usaha
sebagai jasa dalam menunjang kegiatan yang bersifat megasektor, baik dari aspek
subsistem agribisnis, yang termasuk dalam fungsional maupun skala usaha, mulai dari
penunjang subsistem agribisnis di antaranya usaha berskala besar, menengah hingga kecil
lembaga pemerintah, lembaga keuangan, dan rumahtangga (Nurayati 2015). Dalam
lembaga penelitian, serta kebijakan pemerintah kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara
(Sa’id dan Prastiwi 2005). manusia dengan lingkungan dan upaya untuk
memanfaatkan serta menata lingkungan
Peran pemerintah pusat sangat dominan
tersebut sedapat mungkin sesuai dengan tujuan
dalam merumuskan kebijakan strategis dan
kegunaan yang diinginkan (Siagian 2003).
mensosialisasikannya ke daerah dalam rangka

Jelaskan tujuan penelitian Mengetahui dinamika agribisnis jagung


dari responden jagung
jagung

Tentukan dan Tentukan dan evaluasi


evaluasi lingkungan lingkungan peluang
peluang dan ancaman dan ancaman dari
dari agribisnis jagung agribisnis jagung di
di setiap responden setiap responden

Menganalisis bobot dari setiap faktor


eksternal dan internal

Menentukan alternatif strategi


dari hasil evaluasi

Mengetahui kembali nilai kepentingan hasil evaluasi faktor eksternal dan internal secara
keseluruhan berdasarkan masing-masing strategi alternatif yang telah ditentukan dari
masing-masing responden

Menganalisis perhitungan nilai STAS dari semua strategi yang terbentuk

Menentukan strategi prioritas yang terpilih berdasarkan tujuan dalam metode


yang telah ditentukan dalam penelitian

Gambar 1. Kerangka operasional penelitian


STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 47

Analisis dan intuisi menyediakan dasar untuk kontribusi sumbangan terbesar ke 6 dan 8 dari
membuat keputusan-keputusan perumusan total 27 wilayah yang ada di Jawa Barat dengan
strategi. Pengembangan strategi alternatif kisaran sumbangan masing-masing sekitar 6,23
dilakukan untuk menemukan kesesuaian antara % dan 5,48 % pada periode 2010-2015 (BPS,
kekuatan-kekuatan internal dan eksternal suatu 2016). Data primer berupa data kualitatif
usaha. Suatu usaha dapat mengembangkan diperoleh dari hasil wawancara secara
strategi untuk mengatasi ancaman eksternal mendalam dengan perwakilan stakeholder
dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, dalam agribisnis jagung, yaitu: petani,
perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu pedagang, peneliti bidang pakan ternak dan
disebut sebagai perencanaan strategis (David Kementerian Pertanian. Karena tujuan utama
2004). Tujuan utama perencanaan strategis studi adalah memperoleh informasi secara detail
adalah agar dapat melihat secara obyektif mengenai sistem agribisnis jagung dari hulu ke
kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga hilir, bukan jumlah responden, maka penentuan
suatu usaha dapat mengantisipasi perubahan sampling ditetapkan secara purposive oleh
lingkungan eksternal. Jadi, perencanaan stakeholder terkait mulai dari peneliti hingga
strategis penting untuk memperoleh keunggulan penentu kebijakan (pemerintah) yang
bersaing dan memiliki produk yang sesuai merupakan ahli di bidangnya.
dengan keinginan konsumen dengan dukungan
yang optimal dari sumberdaya yang ada
Metode Analisis
(Rangkuti 2005). Analisis strategi merupakan
peramalan yang bersifat kualitatif dengan hasil Data primer yang diperoleh dari hasil
berupa analisis deskriptif. wawancara diolah dengan Matriks SWOT yang
mencakup seluruh alternatif strategi yang
Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003),
diperoleh dari kekuatan dan kelemahan, serta
peramalan kualitatif adalah peramalan yang
peluang dan ancaman yang berasal dari luar
didasarkan pada intuisi dan pengalaman
maupun dalam agribisnis jagung. Data dan
empiris, sehingga bersifat subyektif. Jika
informasi mengenai jagung merupakan jagung
peramalan kualitatif tersebut dilakukan oleh
untuk pakan dan untuk pangan. Kemudian, hasil
beberapa orang secara terpisah, maka hasilnya
analisis strategi alternatif yang diperoleh
akan bervariasi cukup besar. Sebaliknya, jika
dianalisis kembali dengan menggunakan
dilaksanakan secara bersama-sama,
Matriks QSPM untuk menentukan strategi
kemungkinan tidak diperoleh kesamaan hasil
terpilihnya berdasarkan tingkat kepentingan
peramalan, atau orang yang berpengaruh pada
dalam suatu nilai daya tarik di setiap faktor-
kelompoklah yang menentukan hasilnya.
faktor internal dan eksternal (David 2004).
Penelitian ini bersifat analisis deskriptif kualitatif
yang didukung oleh data yang diperlukan
(seperti data produksi, ekspor impor, Matriks SWOT (Strenght-Weakness-
permintaan), sehingga jumlah responden bukan Opportunities-Threats)
menjadi prioritas. Hasil pemikiran yang Skema yang mewakili Matriks SWOT
dituangkan oleh responden secara detil dan disajikan dalam Tabel 1, dimana Matriks SWOT
mengerucut dapat dikolaborasikan untuk terdiri dari 9 sel. Terdapat 4 sel faktor kunci, 4
menghasilkan suatu alternatif strategi sel strategi dan 1 sel yang dibiarkan kosong (sel
rekomendasi kebijakan. kiri atas). Empat sel strategi, dengan label SO,
WO, ST, dan WT; dikembangkan setelah
Lokasi, Waktu, dan Responden menyelesaikan empat sel faktor kunci, berlabel
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, Bogor S, W, O, T. Delapan langkah untuk menyusun
Matriks SWOT adalah sebagai berikut (David
dan Karawang. Jawa Barat merupakan sentra
2004):
produksi jagung di Indonesia, dengan jumlah
produksi rata-rata sebesar 1 jutaan ton pada 1. Mengidentifikasi peluang eksternal dari
periode 2010-2015, yang merupakan Provinsi agribisnis jagung.
dengan kontribusi share ke 6 terbesar setelah
Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi 2. Mengidentifikasi ancaman eksternal dari
Selatan dan Sumatera Utara dengan agribisnis jagung.
sumbangan sekitar 5,39 % dari total Indonesia 3. Mengidentifikasi kekuatan internal dari
yang berjumlah sekitar 18 jutaan ton pada agribisnis jagung.
periode yang sama (BPS, 2016). Dipilihnya
lokasi di Jakarta, Bogor dan Karawang karena 4. Mengidentifikasi kelemahan internal dari
Jakarta merupakan pusat pemerintahan. agribisnis jagung.
Sedangkan Bogor dan Karawang memberikan
48 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

Tabel 1. Matriks SWOT


Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang Strategi SO (Kuadrant I) Strategi WO (Kuadrant III)
(O)
Menggunakan kekuatan untuk Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan
memanfaatkan peluang peluang
Ancaman Strategi ST Strategi WT (Kuadrant IV)
(T)
Menggunakan kekuatan untuk menghindari Meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman (Kuadrant II) ancaman

Sumber: David (2004)

5. Mencocokkan kekuatan internal dengan eksternal dan internal, dan baris paling atas
peluang eksternal dan mencatat Strategi SO terdiri dari strategi alternatif yang dapat
dalam sel yang sudah ditentukan. dijalankan. Secara spesifik kolom kiri QSPM
terdiri atas informasi yang diperoleh secara
6. Mencocokkan kekuatan internal dengan
langsung dari Matriks SWOT. Pada kolom yang
ancaman eksternal dan mencatat Strategi ST
berdampingan dengan kolom faktor eksternal
dalam sel yang sudah ditentukan.
dan internal (Tabel 2, Kolom ke-1), dituliskan
7. Mencocokkan kelemahan internal dengan bobot setiap faktor yang diperoleh langsung dari
peluang eksternal dan mencatat Strategi WO Matriks QSPM. Alat-alat pencocokan ini
dalam sel yang sudah ditentukan. biasanya menghasilkan strategi alternatif yang
juga dapat dijalankan. Namun, tidak setiap
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan strategi yang disarankan oleh teknik-teknik
ancaman eksternal dan mencatat Strategi
pencocokan harus dinilai dalam QSPM. Para
WT dalam sel yang sudah ditentukan.
perencana strategi dapat menggunakan
Tujuan langkah tersebut adalah untuk penilaian intuitif yang baik dalam memilih
menghasilkan strategi alternatif yang dalam strategi yang akan dimasukkan ke dalam QSPM
penelitian ini disingkat sebagai SA (Strategi (David 2004).
Alternatif) yang dapat dijalankan. Pedoman Suatu QSPM menggambarkan unsur strategi
perumusan strategi yang digunakan dapat alternatif, faktor kunci, bobot AS (Attractiveness
membantu mempercepat proses pencocokan Score) disebut sebagai “nilai daya tarik”, dan
faktor-faktor eksternal dan internal kunci. TAS (Total Attractiveness Score) yang disebut
Kemudian, ketika strategi alternatif telah dibuat dengan “total nilai daya tarik”. Tiga istilah baru
berdasarkan faktor internal dan eksternal yang yang baru saja diperkenalkan adalah: (1) AS =
telah di susun, maka keempat kuadran harus nilai Daya Tarik ; (2) TAS = Total Nilai Daya
diperhitungkan dalam proses pemilihan strategi Tarik, dan (3) Jumlah TAS. Definisi dan
alternatif prioritas melalui analisis selanjutnya, penjelasan enam langkah untuk
yaitu QSPM. mengembangkan QSPM adalah sebagai
berikut:
Matriks QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix) 1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal
kunci dan kekuatan/kelemahan internal kunci
Format dasar hasil QSPM tersaji dalam dari perusahaan di kolom kiri QSPM.
Tabel 2. Kolom kiri QSPM terdiri atas faktor

Tabel 2. Matriks QSPM


Faktor-Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi Seterusnya....
AS TAS AS TAS
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Faktor-Faktor Kunci Internal 0-1 0-1 0-1 0-1 0-1
Faktor kekuatan dan kelemahan dari hasil
wawancara dengan responden
Faktor-Faktor Kunci Eksternal 0-1 0-1 0-1 0-1 0-1
Faktor peluang dan ancaman dari hasil
wawancara dengan responden
Jumlah TAS (STAS) 0-1 0-1 0-1 0-1 0-1
Sumber: David (2004)
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 49

Informasi tersebut diambil langsung dari berarti strategi lainnya tidak dapat diterapkan,
Matirks SWOT. Paling tidak 10 faktor tetapi prioritas terbesar untuk strategi terpilih
keberhasilan internal dicakupkan dalam tersebut yang dijalankan berdasarkan hasil
QSPM. analisis QSPM. Dalam penelitian ini dipilih nilai
2. Memberi bobot pada setiap faktor eksternal STAS minimal 3 keatas. Artinya, strategi terpilih
dan internal kunci. Bobot tersebut disajikan memiliki tingkat kewajaran yang menarik hingga
dalam kolom sebelah kanan kolom faktor sangat menarik untuk dapat diterapkan dalam
keberhasilan kritis eksternal dan internal pengembangan agribisnis jagung di Indonesia.
(Kolom ke-2). Bobot diperoleh langsung dari
sampel yang di wawancara pada saat
identifikasi faktor eksternal dan internal. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Bobot yang diperoleh dari masing-masing
sampel diolah kembali, karena sampel
berjumlah 4 unit. Selain itu, jumlah total Identifikasi Faktor Internal
bobot untuk faktor internal dan eksternal Faktor internal terdiri dari faktor kekuatan
gabungan dari keempat sampel untuk semua dan kelemahan dari agribisnis jagung. Faktor
faktor eksternal dan internal dibagi 4. kekuatan dan kelemahan yang diperoleh dari
4. Menentukan nilai AS yang didefinisikan responden merupakan pengalaman yang
sebagai angka yang menunjukkan daya tarik selama ini berlangsung dalam agribisnis jagung
relatif masing-masing strategi pada satu yang telah melalui proses pengamatan dan
rangkaian alternatif tertentu. Nilai AS penelitian. Faktor kekuatan dalam agribisnis
ditentukan oleh keempat sampel jagung berupa sentra produksi, keragaman dan
berdasarkan tingkat kepentingan dalam kondisi iklim, keragaman produk, perdagangan
setiap stakeholder atau pelaku agribisnis jagung baik lokal maupun internasional,
jagung. Nilai daya tarik tidak semua harus penjualan, pengolahan, sumberdaya alam,
diisi dalam setiap faktor eksternal atau hingga manfaat jagung itu sendiri. Hasil analisis
internal, namun disesuaikan dengan tingkat mendapatkan bahwa kekuatan (Strenght)
kebutuhan dan kepentingan oleh masing- Internal dalam agribisnis jagung di Indonesia
masing pelaku agribisnis jagung, dalam hal adalah:
ini keempat sampel.
5. Cakupan nilai AS dari 1 sampai 4, yaitu: 1 = 1. Terbentuknya sentra produksi jagung di
tidak menarik; 2 = agak menarik; 3 = wajar Jawa (S1).
menarik; dan 4 = sangat menarik. Untuk 2. Keragaman potensi sumberdaya dan
faktor kunci yang tidak diberikan nilai AS, kondisi iklim daerah Jawa mempunyai
tidak perlu ditotalkan nilai AS nya (dibiarkan keunggulan komparatif dalam memproduksi
kosong). Ini berarti bahwa faktor eksternal jagung (S2).
dan internal tersebut tidak mempunyai
pengaruh atas pilihan strategi alternatif 3. Informasi tentang keragaman produk
tersebut. jagung yang tersedia di pasar global akan
6. Menghitung TAS didefinisikan sebagai hasil cepat tersebar (S3).
mengalikan bobot yang telah dikonversi 4. Produk olahan jagung telah memberikan
dengan nilai AS. Semakin tinggi total nilai pilihan yang semakin banyak bagi
daya tarik, semakin menarik strategi alternatif masyarakat Indonesia sebagai konsumen
tersebut. (S4).
7. Menghitung jumlah total nilai TAS, yakni
dengan menjumlahkan TAS di masing- 5. Indonesia mempunyai keunggulan
masing kolom strategi QSPM. Jumlah TAS komparatif sebagai negara agraris dan
(STAS = Score Total Attractiveness Score) maritim, yang merupakan fundamental
mengungkapkan strategi yang paling perekonomian yang perlu didayagunakan
menarik dalam masing-masing rangkaian melalui pembangunan ekonomi, sehingga
alternatif. Semakin tinggi nilainya menjadi faktor keunggulan bersaing (S5).
menunjukkan semakin menarik strategi 6. Pakan jagung adalah pakan yang paling
tersebut, dengan mempertimbangkan semua diminati oleh unggas (S6).
faktor kritis internal dan eksternal yang
berkaitan yang dapat memengaruhi 7. Produksi pakan unggas dari jagung mudah
keputusan strategis. dilakukan pengolahannya (S7).
Setelah nilai STAS diperoleh untuk semua 8. Penjualan pakan unggas dari jagung lebih
alternatif strategi yang ada, maka nilai STAS cepat (perputaran modal cepat) (S8).
tertinggi dipilih sebagai strategis terpilih. Bukan
50 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

9. Banyak manfaatnya, mulai dari bongkolnya lainnya dalam agribisnis jagung. Adapun daftar
hingga buah jagungnya (S9). kelemahan (Weakness) internal dalam
agribisnis jagung di Indonesia sebagai berikut:
10. Jagung sumber serat, energi dan dapat
menjadi makanan pokok pengganti beras, 1. Pendapatan usaha tani jagung masih
dengan harga yang lebih rendah (S10). rendah hanya sekedar memenuhi biaya
kebutuhan hidup sehari-hari, atau belum
11. Pengolahan lahan dan hasil tanaman
memberikan nilai kesejahteraan yang lebih
jagung relatif mudah (S11).
(W1).
12. Panen jagung relatif cepat dan panen
2. Luas lahan rata-rata cenderung sempit
jagung bisa mencapai 3-4 kali per tahun
(W2).
(S12).
3. Nilai tambah dari pemanfaatan keunggulan
13. Lebih menguntungkan dijual ke tengkulak,
komparatif jagung masih kecil, sehingga
karena tengkulak dapat membayar secara
tingkat pendapatan masyarakat tetap
tunai (cash) (S13).
rendah (W3).
14. Motivasi petani tinggi dalam melakukan
4. Pertumbuhan produksi jagung berjalan
budidaya jagung (S14).
lamban (W4).
15. Komitmen pemerintah daerah dalam
5. Kapasitas produksi jagung nasional
mendukung agribisnis jagung cukup baik
semakin terbatas, sehingga berlangsung
(S15).
konversi lahan, serta menurunnya kualitas
16. Terdapat ketersediaan lembaga dan kesuburan lahan akibat kerusakan
pendukung, seperti Balai Pengkajian lingkungan (W5).
Teknologi Pertanian (BPTP) (S16).
6. Kepemilikan lahan yang sempit tidak
17. Dukungan kebijakan pemerintah setempat memungkinkan petani untuk memperoleh
dalam mendukung agribisnis jagung (S17). penghasilan layak dari usaha yang tidak
terdiversifikasi (W6).
Sejalan dengan hasil penelitian oleh Hadijah
(2010), bahwa Harga jagung yang terus 7. Dalam memproduksi pakan jagung untuk
meningkat menjadi daya tarik bagi petani untuk unggas, menggunakan alat dengan bahan
menanam jagung pada musim kemarau, yang bakar solar, sehingga biaya relatif tinggi,
biasanya lahan diberakan. Dibandingkan dan sewaktu-waktu bahan bakar bisa habis
dengan usaha tani padi, pendapatan dari usaha (W7).
tani jagung cukup kompetitif, apalagi jika
8. Persepsi mengenai jagung sebagai sumber
dikomparasikan dengan kondisi sebelumnya
energi dan bisa dijadikan sebagai makanan
dimana lahan pada musim tersebut diberakan.
pokok pengganti beras sudah ditinggalkan,
Adapun kekuatan dari agribisnis jagung yang
karena masyarakat Indonesia beranggapan
disimpulkan menurut Wenno (2010), Theodoric
“jika belum makan nasi, belum makan”
(2014) dan Theodoric et al. (2016) di antaranya:
(W8).
potensi alam yang mendukung, kesuburan
lahan yang sesuai, ketersediaan tenaga kerja 9. Pasokan pakan unggas dari jagung masih
dalam memproduksi jagung, modal yang sangat rendah, karena produksi jagung
digunakan petani dan luas lahan yang juga masih terbatas (W9).
disesuaikan. Banyak petani yang menganggap
10. Mudah ditumbuhi jamur yang memproduksi
bahwa pekerjaan sebagai petani adalah
alfatoksin (racun) yang disebabkan oleh
tumpuan dan sumber finansial utama untuk
Aspergilus Plavus, yang dapat menyerang
mencukupi kebutuhan keluarga, dimana
hati unggas, dan berdampak kematian
mayoritas usia petani yaitu 16 – 55 (usia
pada yang mengkonsuminya (W10).
produktif) diharapkan mampu bekerja secara
maksimal. Pengalaman bertani cukup memberi 11. Penanaman jagung masih terfokus pada
pengaruh positif terhadap keterampilan dalam daerah-daerah tertentu (tidak merata)
manajemen pengelolaan usaha. (W11).
Faktor kelemahan dari agribisnis jagung 12. Biaya produksi usaha tani jagung relatif
secara ringkas berkenaan dengan aspek tinggi (W12).
ekonomi, luas lahan, nilai tambah, produksi,
13. Diperlukan pengolahan lahan dari awal
konversi, kepemilikan, biaya, hama penyakit
(W13).
tanaman, penanaman yang belum merata,
tingkat kesuburan lahan, serta kelemahan teknis
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 51

14. Sering diserang hama putih dan wereng 3. Pedagang jagung antar daerah akan
yang sulit diberantas (W14). mendorong pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan rakyat, dan keterpaduan
15. Akses petani terhadap informasi pasar
serta kebersamaan ekonomi nasional.
terbatas, sehingga terjadi ketidakcocokan
Perdagangan jagung antar negara dapat
antara penawaran dengan permintaan
mengoptimalkan pemanfaatan
jagung; kurangnya pengetahuan dan
sumberdaya, meningkatkan kesejahteraan
keterampilan tentang praktek pertanian
masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi
yang baik (good agriculture practice)
pada masing-masing negara bagi
(W15).
pemenuhan kebutuhan konsumen yang
16. Kurangnya infrastruktur yang mendukung beragam seiring dengan pengembangan
proses pasca panen (corn sheller dan ekonomi pangan jagung di dalam negeri.
traktor) di tingkat petani, sehingga kualitas (O3).
jagung yang dihasilkan belum dapat
4. Memberikan jaminan akses yang lebih baik
menyaingi jagung impor (W16).
bagi masyarakat miskin atas pangan
Adapun faktor kelemahan yang terdapat jagung yang bersifat pokok (O4).
dalam agribisnis jagung disimpulkan menurut
5. Agribisnis jagung memiliki daya saing,
Natsir dan Mulyawan (2008), Wenno (2010),
berkelanjutan, berkerakyatan, serta
Theodoric et al. (2016) di antaranya: teknologi
terdesentralisasi (O5).
yang digunakan petani masih sederhana,
penggunaan sarana produksi masih kurang, 6. Peningkatan daya beli masyarakat
pencatatan biaya usaha tani belum dilakukan, terhadap jagung dan produk olahannya
minimnya penyediaan bibit jagung, lemahnya (O6).
modal dan motivasi petani yang disebabkan
7. Pemerintah memberikan lahan yang besar
oleh rendah dan terbatasnya pendapatan
di beberapa wilayah Indonesia untuk
petani, rendahnya tingkat pendidikan petani,
menanam jagung di luar pulau Jawa (O7).
status kependudukan petani yang mayoritas
pendatang (artinya potensi daerah belum 8. Kebutuhan untuk pasokan pakan unggas
banyak diminati oleh penduduk asli setempat), dari jagung masih besar (O8).
belum optimalnya dukungan infrastruktur,
9. Jagung dapat dibuat produk olahan lainnya,
kemampuan ekonomi petani masih lemah,
seperti minyak jagung, etanol untuk bahan
masih terbatasnya tenaga terampil yang
bakar (O9).
menguasai teknologi, dan belum banyak
diterapkan teknik budidaya jagung sesuai 10. Produk olahan jagung seperti sereal juga
anjuran. dikonsumsi oleh kalangan menengah ke
atas (O10).
Identifikasi Faktor Eksternal
11. Jagung mentah dapat dijual di warung-
Faktor eksternal terdiri dari peluang dan warung kecil atau di pinggir jalan (O11).
ancaman. Seperti halnya faktor internal, dalam
12. Permintaan jagung untuk pakan dan
faktor eksternal juga memiliki hambatan dan
pangan sangat tinggi (O12).
peluang dalam agribisnis jagung, antara lain
dalam hal pemasaran dan distribusi, 13. Harga jagung manis dan pipilan
perdagangan, perilaku dan akses konsumsi, kemungkinan dapat meningkat lagi (O13).
daya beli masyarakat, produk olahan, dan
sistem usaha tani jagung. Berikut ini faktor 14. Penanaman jagung dapat
peluang (Opportunities) eksternal dalam ditumpangsarikan (O14).
agribisnis jagung di Indonesia yaitu: 15. Penyuluhan dapat dikembangkan untuk
1. Dukungan sistem distribusi dan pemasaran kelompok-kelompok tani pada setiap
yang mampu menghantarkan produk daerah sentra produksi jagung (O15).
pangan tersebut kepada konsumen di 16. Peningkatan permintaan dari industri pakan
tingkat rumahtangga dengan harga yang ternak; peningkatan permintaan dari pasar
terjangkau (O1). ekspor seperti Malaysia, Filipina dan
2. Kekuatan masyarakat sebagai pelaku Vietnam (O16).
utama agribisnis jagung yang ditopang oleh 17. Pengolahan jagung yang membuat nilai
fasilitas pemerintah (O2). tambah bagi agribisnis jagung itu sendiri
(O17). Memiliki produk turunan yang diolah
dan bernilai tambah, dan bisa dijadikan
52 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

salah satu produk ekspor, misalnya berupa wilayah konsumen belum memadai,
kue dan minuman olahan dari sari jagung, sehingga wilayah-wilayah terpencil masih
atau tas handmade dari kulit jagung. (O18). mengalami keterbatasan pasokan jagung
pada waktu-waktu tertentu (T9).
Adapun faktor peluang yang terdapat dalam
agribisnis jagung disimpulkan menurut Roidah 10. Kelembagaan pemasaran jagung belum
(2013) dan Lestari et al. (2015) di antaranya: mampu berperan baik sebagai penyangga
adanya kelompok tani yang mendukung, jarak kestabilan distribusi dan harga pangan
distribusi hasil produksi, permintaan jagung jagung (T10).
yang tinggi, penetapan jagung sebagai
11. Tidak terjaminnya keamanan jalur distribusi
komoditas unggulan Indonesia, tersedianya
serta adanya pungutan resmi dari
lembaga pendukung usaha tani jagung,
pemerintah, serta berbagai pungutan
besarnya dana untuk produksi jagung
lainnya sepanjang jalur distribusi dan
berkualitas (hibrida), kualitas benih jagung yang
pemasaran, mengakibatkan biaya distribusi
memengaruhi harga, brand image (citra produk)
menjadi tinggi (T11).
jagung hibrida yang mahal dan sulit teknik
budidayanya, dan standarisasi harga jagung 12. Dengan penduduk yang besar dan terus
untuk ekspor yang masih kurang siap. bertambah, maka dominasi beras dalam
pola konsumsi pangan akan membebani
Selain faktor peluang, dalam lingkungan
upaya pemantapan ketahanan pangan
eksternal terdapat ancaman atau tantangan
secara berkelanjutan (T12).
yang harus dihadapi dalam agribisnis jagung,
antara lain dalam hal dinamika perdagangan, 13. Program peningkatan penyediaan pangan
daya saing produk, irigasi, permodalan, sarana selama ini difokuskan kepada beras,
dan prasarana, insentif petani, kelembagaan, sehingga industri pangan tidak didorong
harga, tingkat pengetahuan masyarakat akan untuk menunjang pangan karbohidrat non
gizi, hingga usaha tani jagung. Berikut ini daftar beras termasuk untuk jagung (T13).
ancaman (Threats) eksternal dalam agribisnis
14. Pengetahuan masyarakat mengenai pola
jagung di Indonesia:
konsumsi pangan dan gizi masih terbatas
1. Dengan jumlah penduduk yang besar, (T14).
Indonesia telah menjadi sasaran pasar bagi
15. Tuntutan permintaan dari konsumen
produsen pangan luar negeri yang
terhadap konsistensi pasokan dan kualitas
mengancam kemandirian di bidang pangan
jagung (T15).
termasuk untuk jagung (T1).
16. Pasar yang dihadapi petani cenderung
2. Indonesia belum memiliki kemampuan
bersifat monopsoni atau oligopoli (T16).
bersaing di pasar internasional (T2).
3. Semakin terbatasnya dan tidak pastinya 17. Harga jagung berfluktuasi sehingga sulit
ditentukan harga tetap jagung (T17).
penyediaan air untuk produksi pangan
akibat untuk kerusakan hutan (T3). 18. Jagung merupakan salah satu komoditas
pertanian yang nilai impornya masih besar
4. Rusaknya sekitar 30% prasarana
sehingga harganya relatif tinggi (T18).
pengairan di Indonesia (T4).
19. Pestisida (obat hama) yang tersedia terlalu
5. Persaingan pemanfaatan sumberdaya air
banyak pilihan, sehingga sulit bagi petani
dengan sektor industri dan pemukiman,
menentukan mana obat dengan kualitas
serta ketidakpastian perilaku iklim (T5).
terbaik (T19).
6. Petani mengalami keterbatasan
20. Informasi mengenai usaha tani jagung yang
aksesibilitas terhadap sumber permodalan,
dimiliki petani relatif rendah, sehingga
teknologi dan sarana produksi (T6).
pengetahuan petani mengenai usaha tani
7. Sulit meningkatkan efisiensi dan jagung yang efisien belum memadai,
produktivitas tanpa difasilitasi pemerintah karena penyebaran informasi dari pihak
(T7). penyuluhan tidak merata (T20).
8. Sulitnya memberikan insentif kepada petani Adapun faktor ancaman yang terdapat dalam
secara efektif, khususnya untuk insentif agribisnis jagung disimpulkan menurut Roidah
harga (subsidi) (T8). (2013) dan Theodoric (2016) di antaranya:
penyuluhan jagung yang masih kurang,
9. Prasarana distribusi darat dan antar pulau
masuknya jagung impor, perubahan iklim dan
yang diperlukan untuk menjangkau seluruh
cuaca akibat pemanasan global, minimnya
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 53

petani dalam mengakses informasi pasar, Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis


serangan hama dan penyakit, minimnya Jagung
ketersediaan kios sarana produksi (kios
Alternatif strategi pengembangan agribisnis
saprodi), harga komoditi jagung yang fluktuasi,
jagung diperoleh dari berbagai kombinasi antara
kurangnya lembaga permodalan, persaingan
faktor internal dengan eksternal, yang
dengan pedagang pengumpul dari kabupaten
dipertimbangkan berdasarkan dinamika
tetangga untuk memperoleh komoditas jagung,
agribisnis jagung saat ini. Adapun berbagai
tingginya biaya pungutan dalam pengangkutan,
strategi yang merupakan hasil analisis matriks
dan iklim yang kurang mendukung, gangguan
SWOT adalah sebagai berikut:
hama penyakit tanaman, berkembang pesatnya
tanaman jagung di luar daerah sehingga terjadi
Strategi SO (Strenghts dan Opportunities)
persaingan pesat antar petani lokal (setempat)
dengan petani pendatang, dan saluran Alternatif strategi diperoleh dari faktor
pemasaran yang belum efektif. kekuatan internal dan peluang eksternal.
Strategi ini berada pada kuadran pertama, yakni
Dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan
dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang
eksternal yang menjadi prioritas utama untuk
yang ada. Strategi ini bisa dikatakan sebagai
diperhatikan dalam penentuan strategi alternatif
strategi penting untuk memperkuat posisi jagung
utama yaitu di antaranya bahwa faktor kekuatan
prioritas yang dapat mengilangkan semaksimal nasional. Beberapa di antara strategi yang
dapat dilakukan adalah pengembangan
mungkin kelemahan yang ada adalah Indonesia
konsumsi pangan beragam, bergizi dan
kaya akan sumber daya alamnya, jagung yang
berimbang (diversifikasi pangan) (SA1),
begitu banyak manfaatnya baik untuk pangan
didukung oleh kekuatan mengenai informasi
dan non pangan, ketersediaan lembaga
keragaman produk di pasar global, dan produk
pendukung dan dukungan kebijakan
olahan jagung yang semakin banyak ragamnya,
pemerintah, hingga kemudahan dalam
sehingga memiliki peluang dalam peningkatan
membudidayakannya. Sehingga kelemahan
daya beli masyarakat terhadap produk olahan
seperti pendapatan petani yang belum
jagung, baik produk untuk pangan maupun
memadai, minimnya nilai tambah produk,
pakan (S3, S4, O8, O12). Strategi kedua yaitu
kepemilikan lahan yang sempit hingga minimnya
pengembangan agribisnis jagung yang berdaya
akses petani terhadap informasi pasar dan
saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan
kurangnya infrastruktur sarpras di tingkat petani
terdesentralisasi (SA2), yang dapat didukung
dapat diminimalisir.
dari keragaman potensi SDA dan keunggulan
Selain itu, terdapatnya ancaman dalam komparatif yang memiliki visi menuju agribisnis
pengembangan agribisnis yang harus jagung yang berdaya saing, berkelanjutan,
diperhatikan secara prioritas di antaranya berkerakyatan, serta terdesentralisasi (S2, S6,
adalah keterbatasan modal petani, keterbatasan O7, O20).
sarana dan prasarana di tingkat petani, hingga
Seperti hasil penelitian Burhansyah (2006),
harga jagung yang sering mengalami fluktuasi di
bahwa peranan jagung sebagai bahan baku
pasaran dapat. Hal ini dapat dihilangkan dengan
industri akan semakin penting. Diperkirakan
memanfaatkan peluang yang ada, dimana
pertumbuhan industri pakan 12% per tahun dari
peluang yang menjadi prioritas di antaranya
tahun 2003-2015. Industri yang banyak
adalah dukungan dan perbaikan sistem
distribusi dan pemasaran yang telah tersedia, menggunakan jagung sebagai bahan baku
adalah industri pakan ternak (75,2%),
memperbaiki koordinasi perdagangan jagung
penggilingan (19,5%), campuran kopi bubuk
antar daerah hingga antar negara, memberikan
(1,5%), minuman (0,5%), mie dan sejenisnya
jaminan akses bagi masyarakat miskin atas
(0,4%), roti (0,4%), industri makanan (0,4%) dan
pangan jagung untuk peningkatan daya beli
kerupuk (0,08%). Pada dekade terakhir ini,
terhadap jagung dan produk olahannya, hingga
permintaan terhadap pakan ternak meningkat
mencoba penanaman jagung yang dapat
dengan pesat. Seperti dijelaskan oleh PSEKP
ditumpangsarikan dengan tanaman lain,
(2010) dalam kurun 5 tahun terakhir (2005-
sehingga dapat memberikan peningkatan
2010), kebutuhan jagung untuk bahan industri
pendapatan petani. Seperti dikatakan oleh
pakan ternak, makanan dan minuman terus
Kemendag (2012) bahwa perkembangan
produksi jagung Indonesia telah mampu meningkat sekitar 10–15% setiap tahun.
Begitupun menurut Tangendjaja et al. (2005)
menyumbang pemenuhan konsumsi jagung
bahwa di negara-negara ASEAN, dari total
nasional, sehingga menjadikan Indonesia
produksi jagung 18,6 juta ton, sekitar 13,9 juta
sebagai salah satu negara penghasil jagung
ton (75%) digunakan untuk pakan.
dunia.
54 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

Selanjutnya, strategi untuk peningkatan Adapun menurut Natsir et al. (2008), strategi
kapasitas produksi jagung nasional adalah yang memanfaatkan kekuatan dan peluang di
dengan melakukan peningkatan kualitas dan antaranya adalah dengan mengoptimalkan
ketersediaan data sumberdaya alam, perluasan pemanfaatan lahan serta meningkatkan kinerja
areal pertanian, penataan pengelolaan, dan aparat penyuluh dalam pembinaan
pemanfaatan sumberdaya lahan, air dan pengembangan usaha tani jagung, memfasilitasi
perairan umum, dan penerapan teknologi tepat terbentuknya sub terminal agribisnis jagung
guna untuk merehabilitasi kemampuan pada sentra pengembangan, dan membuka
sumberdaya lahan, air dan perairan umum hubungan kemitraan dengan para pelaku atau
(SA3). Semua upaya ini ditunjang oleh manfaat pengusaha yang bergerak di bidang agribisnis.
jagung mulai dari untuk pakan hingga bongkol Mohamad et al. (2016) menyatakan bahwa
dan buahnya, dengan usaha tani jagung serta strategi SO lainnya adalah: (1) Meningkatkan
produk turunannya yang relatif mudah, motivasi produksi dengan menggunakan atau
petani yang baik dalam usaha tani jagung, mengadopsi teknologi pertanian yang tepat, (2)
hingga terbentuknya sentra produksi di Jawa. Meningkatkan potensi lahan dan memanfaatkan
Faktor-faktor kekuatan tersebut memiliki bantuan pemerintah untuk peningkatan
peluang memperluas lahan dan produk produksi, dan (3) Melakukan kemitraan dengan
turunannya, karena mudah dalam penjualannya pihak industri atau pemerintah untuk
dengan permintaan yang tinggi, penanaman memperoleh pasar dan pengadaan saprodi.
yang dapat ditumpangsarikan, hingga dukungan
penyuluhan di setiap daerah sentra (S1, S7, S8, Strategi WO (Weakness dan Opportunities)
S9, S10, S11, S12, S13, S15, O9, O10, O11,
Strategi yang memanfaatkan peluang untuk
O13, O14, O16, O17). Seperti dijelaskan oleh
meminimalisir kelemahan antara lain adalah
Kasryno et al. (2005), bahwa keuntungan
melalui pengembangan kapasitas produksi
bertanam jagung sangat besar. Selain biji
jagung nasional melalui perluasan areal dan
sebagai hasil utama, batang jagung merupakan
rehabilitasi kemampuan produksi, dan
bahan pakan ternak yang sangat potensial.
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam,
Dalam pengusahaan jagung, selain mendapat
lahan, air dan perairan (SA 5); sehingga dapat
biji atau tongkol jagung, masih ditambah lagi
meminimalisir kekurangan luas lahan yang
dengan brangkasannya yang juga memiliki nilai
berimplikasi terhadap tingkat kesejahteraan
ekonomi tinggi. Dari segi pengelolaan,
petani, konversi lahan pertanian ke non
keuntungan bertanam jagung adalah
pertanian, hingga belum meratanya penanaman
kemudahan dalam usaha tani karena tidak
jagung di daerah-daerah tertentu. Untuk itu,
memerlukan perawatan intensif, dan dapat
perlu didukung oleh kekuatan masyarakat
ditanam pada hampir semua jenis tanah,
sebagai pelaku utama agribisnis jagung yang
sementara resiko kegagalan lebih kecil
ditopang oleh fasilitas dari pemerintah dalam
dibanding tanaman palawija lainnya.
perluasan lahan (W2, W5, W6, W11, O2, O9).
Strategi dalam pemanfaatan wahana Strategi selanjutnya dapat dengan
perdagangan internasional dilaksanakan meningkatkan efektivitas dan kualitas kinerja
dengan memfasilitasi dan mengatur ekspor pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat
serta impor pangan yang berorientasi pasar dan berpartisipasi dalam membangun agribisnis
berpihak pada keseimbangan kepentingan jagung (SA 6) yang didukung oleh kekuatan
produsen maupun konsumen (SA 4). Ini dapat masyarakat dalam agribisnis jagung yang
dilakukan dengan dukungan dari perdagangan ditopang fasilitas pemerintah untuk memberikan
internasional jagung untuk meningkatkan jaminan akses yang lebih baik untuk masyarakat
pertumbuhan ekonomi, yang tentunya didukung miskin untuk mencapai visi agribisnis yang
oleh komitmen dan kebijakan pemerintah berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan
daerah hingga pusat, serta lembaga pendukung dan terdesentralisasi. Hal ini semua untuk
dalam agribisnis jagung. Semua ini merupakan meminimalisir akses petani yang kurang
peluang dalam mendorong pertumbuhan terhadap informasi pasar, serta kurangnya
ekonomi sosial, kesejahteraan rakyat, infrastruktur yang mendukung proses
pengoptimalan dalam pemanfaatan SDM dan pascapanen (W15, W16, O2, O6, O7). Seperti
SDA (S5, S16, S17, S18, O3, O4, O5). Pada dijelaskan oleh Hamdi (2002); Sumodiningrat
dekade awal tahun 2000-an, jagung yang (2004); Arif (2012); Sembiring (2012); Nurdin et
diperdagangkan di pasar dunia relatif konstan al. (2014); bahwa sejalan dengan reformasi
sekitar 11,5% dari produksi jagung dunia birokrasi maka perhatian pemerintah pada
(Rachman 2005). sektor jagung mendapat perhatian utama dalam
pembangunan. Dalam konteks ini, pemerintah
berperan dalam pembinaan masyarakat sebagai
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 55

regulator, dinamisator, fasilitator, dan Strategi ST (Strenghts dan Threats)


katalisator.
Strategi yang dihasilkan dari pemanfaatan
Strategi selanjutnya adalah melalui faktor kekuatan dan meminimalisir faktor
peningkatan penghasilan dan daya beli ancaman antara lain adalah dengan
masyarakat terhadap pangan, melalui pengembangan dan peningkatan intensitas
pemberdayaan kemampuan ekonomi jaringan kerja sama (kelembagaan) lintas
masyarakat dalam mengembangkan pelaku, lintas wilayah, dan lintas waktu dalam
diversifikasi usaha di pedesaan, baik vertikal suatu sistem koordinasi guna mensinergikan
(bidang hulu dan hilir pertanian) maupun kebijakan, program dan kegiatan
horizontal (jenis komoditas dan jenis bidang pengembangan agribisnis jagung (SA 8) dapat
usaha, termasuk jenis usaha non pertanian), didukung oleh informasi keragaman produk,
pengembangan sarana dan prasarana distribusi daya saing sebagai negara agraria/maritim,
untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat serta komitmen dan kebijakan pemerintah pusat
rawan pangan terhadap pangan (SA 7). Dengan dan daerah. Hal ini dapat meminimalisir
didukung oleh sistem distribusi dan pemasaran, ancaman berupa keterbatasan petani dalam
jaminan akses yang lebih baik bagi masyarakat aksesibilitas terhadap modal, teknologi dan
miskin dan peningkatan daya beli masyarakat saprodi, minimnya kelembagaan pemasaran
terhadap jagung dan produk olahannya; ini hasil, keterbatasan pasokan dan prasarana
dapat meminimalisir rendahnya keunggulan distribusi, sehingga kesulitan dalam peningkatan
komparatif jagung karena biaya produksi usaha efisiensi tanpa difasilitasi pemerintah (S2, S5,
tani yang tinggi, jagung yang merupakan S15, S16, S17, T1, T6, T7, T9, T10, T11, T20).
tanaman jangka pendek dan mudah diserang Kinerja kelembagaan agribisnis jagung yang
jamur dan hama, kurangnya akses petani baik akan berdampak positif terhadap
terhadap informasi pasar, hingga minimnya pengembangan ekonomi jagung di pedesaan
infrastruktur pendukung (W3, W10, W12, W13, (Pranadji dan Effendi 2005). Oleh karena itu,
W14, W16, O1, O6, O8, O12). kinerja sistem agribisnis jagung harus efisien
serta memiliki daya saing yang tinggi. Ini antara
Seperti dijelaskan oleh Ariani dan Effendi lain dapat diciptakan melalui pengembangan
(2005), konsumsi pangan dan upaya tatanan kelembagaan ekonomi pedesaan yang
pemenuhannya merupakan salah satu agenda kondusif dengan dukungan pemerintah dan
penting dalam pembangunan ekonomi semua pelaku terkait.
Indonesia, sebagai salah satu indikator untuk
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pemahaman mendalam terhadap
Jagung sebagai salah satu komoditas substitusi keberhasilan suatu cluster agribisnis memiliki
beras dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk posisi strategis untuk keperluan perencanaan
olahan. Jagung masih tetap merupakan dan pelaksanaan pembangunan pertanian.
penyumbang karbohidrat penting bagi penduduk Beberapa faktor yang menjadi penentunya
pada kelompok berpendapatan rendah (Suryana menurut Sudrajat et al. (2015) meliputi
et al. 1990). Oleh karena itu, pemerintah terus sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
berupaya untuk mencukupi kebutuhan pangan sumberdaya fisik, sumberdaya finansial, dan
dengan harga terjangkau. sumberdaya sosial. Dalam hal ini, kerjasama
lintas pelaku diperlukan agar kemitraan yang
Adapun menurut Natsir et al. (2008), strategi dibangun berlangsung secara berkelanjutan.
untuk meminimalisir kelemahan adalah dengan
Strategi selanjutnya yaitu peningkatan
memanfaatkan peluang yang ada, di antaranya
efisiensi sistem distribusi melalui peningkatan
adalah dengan meningkatkan pengembangan
efisiensi kelancaran distribusi pangan ke daerah
SDM dengan pelatihan-pelatihan baik petani
isolasi atau terpencil, perbatasan dan darurat,
maupun petugas, serta meningkatkan dukungan
serta peningkatan pengawasan terhadap
pemerintah melalui proyek perbankan dan
gejolak pasokan dan harga jagung (SA 9) yang
lembaga keuangan lainnya dalam penguatan
didukung oleh sentra produksi di Jawa, manfaat
modal petani. Strategi lainnya menurut
jagung sebagai pengganti beras dengan harga
Mohamad et al. (2016) adalah mengupayakan
relatif terjangkau, dukungan tengkulak dalam
akses dan sumber pembiayaan usaha tani yang
perdagangan, tidak terjaminnya jalur distribusi
mudah, perbaikan teknologi budidaya tanaman
dan minimya kelembagaan pemasaran (S1,
jagung, serta memanfaatkan program
S10, S13, T8, T11, T15, T17). Seperti
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
dirangkum dari beberapa hasil penelitian oleh
(PUAP) dari Kementan.
Saleh et al. (2005); Hasyim (2012); dan Nyoto
(2016); efisiensi pemasaran dapat dilihat dari
distribusi margin pemasaran di antara mata
56 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

rantai pemasaran, harga di tingkat konsumen, petani dengan pihak swasta, dan meningkatkan
tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan tingkat peran kelompok tani sebagai unit usaha.
persaingan pasar untuk mencapai efisiensi
sistem distribusi. Hal ini dapat dilakukan melalui Strategi WT (Weakness dan Threats)
teknik struktur pasar, perilaku pasar dan
Ini merupakan strategi yang diperoleh dari
keragaan pasar. Selain itu, efisiensi suatu
kuadran keempat, yaitu dengan meminimalisir
pemasaran tidak hanya ditentukan oleh aspek-
kelemahan yang ada untuk menghindari atau
aspek ekonomi semata, namun juga ditentukan
menghilangkan ancaman yang ada. Strategi
oleh aspek-aspek non ekonomi atau sosial
dapat berupa peningkatan keberdayaan dan
kelembagaan yang banyak mewarnai transaksi
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan
di negara-negara berkembang seperti di
dan mengatasi permasalahan ketahanan
Indonesia (Sudrajat et al. 2014).
pangan, termasuk jagung (SA 11) dengan
Strategi selanjutnya dapat berupa meminimalisir minimnya nilai tambah dan
pengembangan konsumsi pangan beragam, keunggulan komparatif jagung, persepsi
bergizi dan berimbang, yang dilaksanakan masyarakat Indonesia jika belum makan nasi
dengan pemberdayaan masyarakat dan belum makan, sehingga dapat menghindari
keluarga agar memahami konsumsi pangan ancaman berupa ketidakinginan produsen luar
dengan gizi seimbang, pengembangan dan negeri terhadap kemandirian Indonesia dalam
peningkatan daya tarik pangan dengan swasembada pangan, keterbatasan akses
teknologi pengolahan pangan yang dapat modal, teknologi dan saprodi, dan sulitnya
meningkatkan cita rasa dan citra pangan khas meningkatan program penyediaan pangan
nusantara, termasuk bahan pangan karbohidrat karbohidrat non beras karena keterbatasan
non beras (jagung), pengembangan produk dan pengetahuan masyarakat akan pola konsumsi
mutu produk-produk pangan bergizi tinggi, pangan dan gizi (W1, W2, W3, W8, T1, T6, T12,
peningkatan pengawasan mutu, keamanan dan T13, T14). Sentuhan teknologi pangan akan
kehalalan pangan untuk melindungi konsumen meningkatkan status makanan tradisional
(SA 10). Dengan memanfaatkan informasi berbasis jagung dari inferior menjadi superior.
keragaman produk, banyaknya manfaat jagung Hal ini dimulai dari pemilihan bahan, sanitasi
sebagai sumber serat dan energi, hingga yang terjaga, pengolahan sesuai standar untuk
pengolahan tanaman yang relatif mudah; dapat menjaga rusaknya senyawa pangan fungsional
meminimalisir dominasi konsumsi beras, serta hingga siap dihidangkan. Selanjutnya produk
meningkatkan pengetahuan masyarakat perlu dikemas sedemikian rupa untuk
terhadap pola konsumsi pangan dan gizi (S3, mempromosikan pangan tradisional dengan
S4, S10, S11, S12, T12, T13, T14). Dalam rasa spesifik, unik, dan mengikuti produk yang
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, sedang trend (Suarni 2013).
secara eksplisit dituangkan bahwa
penganekaragaman pangan diselenggarakan Peningkatan produksi jagung domestik
melalui volume, kualitas dan keragamannya,
untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan
yang dilaksanakan dengan kegiatan intensifikasi
memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan
pertanian ramah lingkungan, serta perluasan
budaya lokal (Badan Bimas Ketahanan Pangan
areal pertanian dengan metode yang ramah
2003). Oleh karena itu, penganekaragaman
lingkungan, serta pengembangan pemanfaatan
pangan dilakukan dengan mengembangkan
pangan jagung (SA 12) dapat dilakukan dengan
teknologi pengolahan dan produk pangan
(Ariani et al. 2013). meminimalisir pemanfaatan keunggulan
komparatif yang rendah, hingga rendahnya
Adapun menurut Natsir et al. (2008), strategi pasokan pakan unggas dari jagung. Hal ini
yang dapat memanfaatkan kekuatan untuk dapat menghindari ancaman berupa
menghilangkan ancaman yang ada di antaranya terbatasnya sarana irigasi, keterbatasan
adalah dengan melakukan pengaturan jadwal aksesibilitas terhadap modal, teknologi dan
tanam serta memonitor perkembangan harga saprodi, keterbatasan pasokan jagung pada
dan produksi jagung di daerah lain, serta waktu tertentu di wilayah terpencil (W3, W4, W5,
mengefektifkan saluran pemasaran baik W7, W9, W16, T3, T4, T5, T9). Jagung
produksi maupun sarana produksi. Selain itu, mempunyai keunggulan komparatif dan
strategi lainnya menurut Mohamad et al. (2016) kompetitif dibandingkan kacang tanah, kacang
di antaranya berupa kerjasama dengan pihak hijau, ubi kayu, dan kedelai. Beberapa
pemerintah dan swasta produsen obat-obatan keunggulan dalam usaha tani jagung adalah
untuk memberikan pelatihan pengendalian risiko kegagalan rendah, rantai pemasaran lebih
hama penyakit, mengupayakan kerjasama pendek, dan biaya produksi per satuan lebih
rendah (Mawardi et al. 2008).
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 57

Strategi selanjutnya berupa pengembangan satu sumber pangan di luar musim panen, dan
teknologi untuk meningkatkan produktivitas atau sumber pangan bagi daerah-daerah yang
usaha masyarakat seperti paket-paket teknologi bukan merupakan sentra produksi pangan
pertanian spesifik lokasi dan ramah lingkungan, (Hermanto 2013, BKP 2016).
rekayasa bioteknologi yang diadaptasikan
Strategi untuk menekan bahkan
dengan kondisi lingkungan setempat dan
menghilangkan kelemahan dan ancaman yang
diterapkan dengan prinsip kehati-hatian,
ada di antaranya (Natsir et al. 2008) dengan
teknologi pengelolaan tanpa limbah yang dapat
mengoptimalkan dukungan infrastruktur yang
memanfaatkan sumber bahan pangan secara
dibarengi dengan peningkatan pembinaan
optimal, dan teknologi terapan lainnya untuk
petani baik budidaya maupun teknologi
menunjang pengembangan usaha di bidang on-
pengolahan hasil jagung, meningkatkan
farm dan off-farm (SA 13). Strategi ini dapat
dukungan lembaga perbankan atau lembaga
dilaksanakan dengan tidak membiarkan petani
jasa lainnya dalam penguatan modal petani,
bekerja di bawah skala ekonomi, perluasan
serta mengefektifkan saluran pemasaran
lahan, peningkatan kesuburan lahan dan
produksi jagung dan sarana produksi pada
kualitas jagung, hingga adopsi teknologi untuk
tingkat petani. Sedangkan menurut Mohamad et
produk olahan lainnya (good agriculture
al. (2016), strategi yang dapat meminimalisir
practise), sehingga ancaman terhadap
bahkan menghilangkan kelemahan dan
minimnya aksesibilitas petani terhadap modal,
ancaman yang ada di antaranya dengan
teknologi dan saprodi, hingga keterbatasan
meningkatkan peran serta petani dalam
penyediaan air dapat teratasi (W1, W2, W5, W7,
penyuluhan dan pelatihan menyangkut masalah
W11, W12, W15, T3, T4, T6). Sebagai contoh
pengendalian hama penyakit, meningkatkan
adalah pengembangan jagung hibrida yang
pengetahuan dan keterampilan petani, dan
makin pesat sejalan dengan kebijakan
membangun dan membina kerjasama dengan
peningkatan produksi jagung nasional melalui
mitra yang menjadi target pasar.
intensifikasi penggunaan varietas unggul jagung
yang memiliki potensi hasil tinggi dan adaptif
Pilihan Alternatif Strategi dengan Matriks
pada kawasan sentra produksi dengan
QSPM
memperhitungkan dampak lingkungannya
seperti penggunaan herbisida, pemupukan, dan Tabel 3 merupakan rekap hasil pengolahan
pembakaran dalam pemanenan (Mawardi et al. ke-14 alternatif strategi yang dinilai dari tingkat
2011, Mawardi 2013). daya tariknya terhadap kepentingan dari seluruh
faktor internal dan eksternal dari agribisnis
Upaya peningkatan kemampuan pemerintah
jagung. Nilai bobot dari seluruh faktor internal
dan masyarakat dalam pengadaan dan
dan eksternal dari agribisnis jagung yang
pengelolaan cadangan pangan, peningkatan
dikalikan dengan nilai daya tariknya dari ke-14
kemampuan perencanaan dan pengelolaan
cadangan pangan, fasilitasi penyediaan sarana alternatif strategi dalam bentuk Matriks QSPM
disajikan dalam Lampiran 1.
dan prasarana pemupukan serta pengelolaan
cadangan pangan, pengembangan kemitraan Hasil analisis perumusan strategi alternatif
antara pelaku usaha dan pemerintah dalam dengan menggunakan Matriks SWOT dan
pengelolaan cadangan pangan (SA 14); dapat QSPM menghasilkan tiga strategi terpilih yang
diakomodir melalui perluasan lahan, merupakan strategi prioritas terpenting yang
penghasilan layak dari usaha yang memiliki nilai lebih dari 3. Artinya strategi
terdiversifikasi, dan perubahan persepsi prioritas tersebut menurut hasil QSPM memiliki
masyarakat terhadap sumber karbohidrat non nilai yang “minimal wajar menarik” hingga
beras untuk mendukung aksesibilitas petani “sangat menarik” untuk dijalankan dalam
terhadap modal, teknologi dan saprodi, distribusi pengembangan agribisnis jagung. Adapun ke
pangan dan produk olahannya secara merata tiga strategi prioritas tersebut adalah:
hingga kestabilan harga (W2, W6, W8, W15, T2,
T6, T7, T9, T10, T11, T13). Dalam konteks Satu, Strategi prioritas pertama: pengembangan
kemandirian pangan, pemerintah melaksanakan agribisnis jagung yang berdaya saing,
program swasembada untuk lima bahan pangan berkerakyatan, berkelanjutan, dan
pokok, yaitu untuk beras, jagung, kedelai, gula, terdesentralisasi. Ini dapat dilakukan dengan
dan daging sapi. Mengingat bahwa produksi peningkatan kualitas dan keragaman produknya
beberapa komoditas pangan, seperti beras, ditambah dengan fokus kepada petani jagung
jagung dan kedelai bersifat musiman; untuk dengan lahan sempit, mampu menyerap tenaga
menjamin ketersediaan pangan menurut waktu kerja yang banyak, pemberian subsidi oleh
dan tempat, diperlukan pengelolaan cadangan pemerintah, penyuluhan mengenai informasi
pangan yang dapat digunakan sebagai salah
58 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

Tabel 3. Hasil nilai akhir total daya tarik alternatif strategi berdasarkan QSPM
Alternatif Strategi Nilai Akhir TAS (STAS) Keterangan
SA 1 1,300
SA 2 4,860 Strategi prioritas pertama
SA 3 2,640
SA 4 2,770
SA 5 2,860
SA 6 4,090 Strategi prioritas kedua
SA 7 3,180 Strategi prioritas ketiga
SA 8 2,330
SA 9 2,820
SA 10 1,620
SA 11 2,130
SA 12 2,940
SA 13 2,150
SA 14 1,500

yang terkait dengan agribisnis jagung baik di Penanaman Modal Dalam Negeri, BUMN,
tingkat petani hingga pelaku usaha pengolahan BUMD, dan koperasi), dari para petani,
produk jagung. Hal ini perlu dibarengi dengan pedagang, hingga industri rumahtangga yang
peningkatan produksi jagung melalui terlibat dalam agribisnis jagung. Pemerintah
intensifikasi pertanian ramah lingkungan, dapat bertindak sebagai stimulator, selain
perluasan areal tanam, maupun memperluas sebagai fasilitator penyedia prasarana dan
penggunaan benih hibrida dan komposit tanpa sarana, dan tentunya sebagai regulator.
mengganggu masyarakat sekitar areal produksi.
Tiga, Strategi prioritas ketiga: peningkatan
Petani diharapkan dapat menyediakan produksi
penghasilan dan daya beli masyarakat terhadap
jagung domestik secara kontinyu baik volume
pangan, melalui pemberdayaan ekonomi
(kuantitas) maupun kualitas yang terjamin
kelompok masyarakat dalam mengembangkan
keamanan dan mutu produknya. Selain itu,
diversifikasi usaha di pedesaan, baik vertikal
pengembangan pemanfaatan jagung dan
(bidang hulu dan hilir pertanian) maupun
perluasan areal tanam jangan terkonsentrasi
horizontal (jenis komoditas dan jenis bidang
pada daerah-daerah tertentu saja, namun
usaha, termasuk jenis usaha non pertanian),
menyebar di seluruh provinsi di Indonesia.
dan pengembangan sarana dan prasarana
Dua, Strategi prioritas kedua: peningkatan distribusi untuk meningkatkan keterjangkauan
efektivitas dan kualitas kinerja pemerintah masyarakat rawan pangan.
dalam memfasilitasi masyarakat dalam
Sebagaimana dalam Nawa Cita Presiden,
agribisnis jagung. Sejumlah kebijakan strategi dalam pengembangan agribisnis
diperlukan untuk menciptakan iklim yang (termasuk jagung) yang terpilih sesuai dengan
kondusif, seperti pengembangan insentif strategi penguatan agroindustri adalah melalui:
investasi, pengembangan kelembagaan (1) Pengembangan industri pengolahan
keuangan dan permodalan pertanian, terutama di perdesaan serta peningkatan ekspor
peningkatan dukungan teknologi pertanian yang hasil pertanian, dan (2) Peningkatan
siap diterapkan di lapang, peningkatan kualiats produktivitas, mutu hasil pertanian komoditas
sumberdaya manusia, peningkatan andalan ekspor, potensial untuk ekspor dan
kelembagaan agribisnis, peningkatan dukungan substitusi impor. Khusus untuk strategi terpilih
pemasaran, serta dukungan peraturan yang kedua, dalam peningkatan kualitas dan
perundangan yang terkait dengan perdagangan efektivitas kinerja pemerintah dalam
internasional komoditas jagung dan produk memfasilitasi partisipasi masyarakat antara lain
melalui (Bappenas, 2015): pemanfaatan lahan
turunannya. Peran pemerintah lebih ditujukan
bekas pertambangan, pemulihan kualitas
dalam penyiapan prasarana dan sarana yang kesuburan lahan yang airnya tercemar,
menunjang agroindustri serta penyusunan membangun seribu desa pertanian organik,
regulasi. Investasi masyarakat dapat merupakan penciptaan sistem inovasi nasional, perluasan
investasi yang dilakukan oleh pengusaha lahan kering 1 juta hektar, pendirian unit
berbadan hukum (Penanaman Modal Asing, perbankan untuk pertanian (serta UMKM dan
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 59

koperasi), peningkatan kemampuan petani peningkatan efisiensi kelancaran distribusi


dalam berorganisasi, pelibatan perempuan pangan; pengembangan konsumsi pangan
petani, penciptaan daya tarik pertanian bagi beragam, bergizi dan berimbang; peningkatan
tenaga kerja muda, pengembangan inovasi keberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam
teknologi melalui kerjasama swasta, pemerintah mengembangkan dan mengatasi permasalahan
dan PT, serta pembangunan techno science ketahanan pangan; peningkatan produksi
park. jagung domestik melalui volume, kualitas dan
keragamannya; pengembangan teknologi untuk
meningkatkan produktivitas usaha masyarakat
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN yang spesifik lokasi dan ramah lingkungan;
serta peningkatan kemampuan pemerintah dan
masyarakat dalam pengadaan dan pengelolaan
Kesimpulan cadangan pangan.
Dari hasil analisis strategi pengembangan Secara menyeluruh, strategi pengembangan
agribisnis jagung, dapat disimpulkan bahwa ke depan perlu memberikan prioritas utama
agribisnis jagung memiliki faktor internal baik pada pengembangan agribisnis jagung yang
kekuatan maupun kelemahan, serta faktor berdaya saing, berkerakyatan dan
eksternal baik peluang maupun ancaman. berkelanjutan. Hal ini perlu didukung oleh
Beberapa faktor kekuatan yang dimiliki di peningkatan efektivitas dan kualitas kinerja
antaranya adalah bahwa sentra produksi jagung pemerintah, serta pengembangan sarana dan
yang terpusat di Jawa, potensi SDA dan kondisi prasarana distribusi untuk meningkatkan
iklim yang beragam dan memiliki keunggulan keterjangkauan masyarakat rawan pangan,
komparatif, jagung memiliki banyak manfaat, sehingga dapat memberikan implikasi terhadap
keunggulan pakan jagung untuk unggas, serta pengembangan diversifikasi usaha di pedesaan
usaha tani jagung yang relatif mudah. baik secara vertikal (dari hulu hingga hilir
Sementara, peluang pengembangan yang pertanian) maupun horizontal (jenis komoditas
dimiliki berupa dukungan sistem distribusi dan dan bidang usaha).
pemasaran hingga ke konsumen akhir,
perdagangan jagung antar daerah dan antar Implikasi Kebijakan
negara berpotensi mendorong pertumbuhan
ekonomi sosial, kebutuhan pasokan jagung Pengembangan agribisnis jagung nasional
untuk pangan dan pakan cukup tinggi, memiliki ke depan membutuhkan keputusan untuk
peluang nilai tambah agribisnis jagung di dalam memilih strategis prioritas utama. Dari hasil
negeri maupun di luar negeri, persaingan analisis terlihat bahwa Indonesia perlu
pemanfaatan sumberdaya air dan mengembangkan agribisnis jagung yang
ketidakpastian iklim, penyediaan pangan hanya berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan,
terfokus pada beras, sehingga pengetahuan dan terdesentralisasi.
masyarakat akan konsumsi pangan dan gizi Untuk mencapai ini ada banyak upaya yang
masih terbatas, pasar cenderung monopsoni/ harus dijalankan yaikni peningkatan efektivitas
oligoponi. dan kualitas kinerja pemerintah dalam
Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan memfasilitasi masyarakat berpartisipasi dalam
yang ada dalam agribisnis jagung, dapat membangun agribisnis jagung; peningkatan
memanfaatkan kekuatan serta peluang yang penghasilan dan daya beli masyarakat terhadap
tersedia, di antaranya dengan pengembangan pangan, dukungan kebijakan pemerintah untuk
konsumsi pangan beragam, bergizi dan pemanfaatan lahan bekas pertambangan, dan
berimbang; pengembangan agribisnis jagung perluasan lahan kering. Selain itu juga perlu
yang berdaya saing, berkerakyatan, dibarengi dengan pengembangan inovasi
berkelanjutan, dan terdesentralisasi; teknologi melalui kerjasama swasta, pemerintah
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas dan masyarakat; penyiapan prasarana dan
produksi jagung nasional; pengembangan sarana pertanian yang menunjang
kapasitas produksi jagung nasional; pembangunan agroindustri; dan penciptaan
meningkatkan efektivitas dan kualitas kinerja daya tarik pertanian bagi TK muda.
pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat; Kebijakan lain yang diperlukan dalam
peningkatan penghasilan dan daya beli pengembangan agribisnis jagung adalah
masyarakat terhadap pangan; pengembangan dukungan dari pemerintah baik secara ekonomi
dan peningkatan intensitas jaringan kerja sama maupun dalam hal pertanian ramah lingkungan,
lintas pelaku, lintas wilayah, dan lintas waktu; sehingga daya saing jagung semakin memiliki
peningkatan efisiensi sistem distribusi pangan, kekuatan di tingkat nasional maupun
60 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

internasional. Kelembagaan agribisnis jagung [BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2016. Pedoman
perlu melibatkan semua pelaku agribisnis, Teknis Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
khususnya dalam pembiayaan. Untuk itu, Masyarakat (Penguatan-LDPM). Badan
Ketahanan Pangan. Kementerian Pertanian.
koordinasi antara pemerintah pusat dengan
Jakarta. http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/
pemerintah daerah diperlukan secara maksimal, gambar/file/Pedoman_Teknis_LDPM_2016_Gabu
sehingga apa yang menjadi kebutuhan mulai ngan(1).pdf (14 Juni 2017)
dari hulu hingga hilir terpenuhi secara efektif
dan efisien. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi jagung
menurut provinsi 1993-2015. [Internet]. Jakarta
(ID): Badan Pusat Statistik. [cited 2016 Oct 21].
Available from: http://www.bps.go.id/linkTable
UCAPAN TERIMA KASIH Dinamis/view/id/868
Bappenas. 2015. Arah kebijakan pembangunan
pertanian. Direktur Pangan dan Pertanian.
Penulis menyampaikan terima kasih atas Kementerian Perencanaan Pembangunan
bantuan dan dukungan banyak pihak sehingga Nasional/Bappenas. Disampaikan dalam Pra
tersusunya tulisan ini, terutama kepada Dr. Musrenbangtannas Tahun 2015. Jakarta, 12 Mei
Elizabeth Wina dan Dr. Budi (Peneliti di Balai 2015.
Penelitian Ternak, Kementerian Pertanian),
Burhansyah R. 2006. Model pengembangan
Bapak Ugan dan Bapak Jujum (petani jagung di agribisnis berbasis jagung kawasan usaha
kabupaten Karawang), Bapak Mulyadi agribisnis terpadu Sanggau Ledo Kabupaten
(pedagang besar jagung di Kota Bogor), serta Ir. Bengkayang. Humanity 1(2):87-95.
Sri Wulan, M.Si. dan Ir. Yuliva (Sub Bagian
Penganekaragaman Pangan, Pusat [CAPSA] Centre for Alleviation of Poverty through
Sustainable Agriculture. 2006. Pengembangan
Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan agribisnis berbasis palawija di Indonesia:
Pangan, Badan Ketahanan Pangan- perannya dalam peningkatan ketahanan pangan
Kementerian Pertanian). dan pengentasan kemiskinan. Prosiding Seminar
Nasional. [Internet]. Bogor (ID): Centre for
Alleviation of Poverty through Sustainable
DAFTAR PUSTAKA Agriculture. [cited 2016 Oct 21]. Available from:
http://uncapsa.org/sites/default/files/CG49_0.pdf

Agustian A. 2014. Daya saing komoditas padi, David, FR. 2004. Manajemen strategis: konsep-
jagung, dan kedelai dalam konteks pencapaian konsep. Edisi ke-9. Jakarta (ID): PT. Indeks
swasembada pangan. Policy Brief. [Internet]. Kelompok Gramedia.
Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan arah
Pertanian. [cited 2017 Jan 5]. Available from: pengembangan agribisnis jagung. Buku edisi
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PB_A kedua. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.
NJAK_ADG_2014.pdf Departemen Pertanian.
Ariani M, Pasandaran E. 2005. Pola konsumsi dan Ditjen Tanaman Pangan. 2004. Proksi mantap
permintaan jagung untuk pangan-buku ekonomi melalui borneo corn belt. Makalah lokakarya
jagung Indonesia. Jakarta (ID): Badan Litbang seminar integrasi jagung dan ternak Pontianak.
Pertanian. Departemen Pertanian. 22-24 September 2004. Pontianak (ID): Balai
Ariani M, Hermanto, Hardono GS, Sugiarto, Wahyudi Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat,
TS. 2013. Kajian strategi pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
diversifikasi pangan lokal-laporan kegiatan: kajian Downey WD, Erickson SP. 1989. Manajemen
isu-isu aktual kebijakan pembangunan pertanian agribisnis. Terjemahan oleh Rochidayat Ganda S
2013. [Internet]. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Alfonsus Sirait. Jakarta (ID): Erlangga.
dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang
Pertanian, Kementerian Pertanian. [cited 2017 Apr Falatehan F, Wibowo A. 2008. Analisis keunggulan
14]. Available from: http://pse.litbang.pertanian. komparatif dan kompetitif pengusahaan komoditi
go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_06.pdf jagung di Kabupaten Grobogan: studi Kasus Desa
Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten
Arif. 2012. Peran dan fungsi pemerintah. [Internet]. Grobogan, Jawa Tengah. [Internet]. J Agribisnis
[cited 2017 Apr 13]. Available from: dan Ekon Pertan. 2(1):1-15. [cited 2017 Jan 5].
http://arifgii.blogspot.com/2012/12/peran-dan-fung Available from: http://journal.ipb.ac.id/index.php/
si-pemerintahan.html jurnalagribisnis/article/view/5988/4646
Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2003. Peraturan Hadijah AD. 2010. Peningkatan produksi jagung
Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 68 Tahun melalui penerapan inovasi pengelolaan tanaman
2002 Tentang Ketahanan Pangan. Departemen terpadu. [Internet]. Iptek Tanam Pangan. 5(1):64-
Pertanian. Jakarta. 73. [cited 2017 Feb 5]. Available from:
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 61

http://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/05-hadi pengembangan pertanian pedesaan melalui


jah.pdf inovasi di Kabupaten Pasaman Barat. Seminar
Nasional Serelia, 2013. [Internet]. Maros (ID):
Hamdi M. 2002. Bunga rampai pemerintahan. Balitsereal, Maros, Sulawesi Selatan. [cited 2016
Bandung (ID): Yarsif Watampone. Oct 11]. Available from: http://balitsereal.litbang.
Hasyim AI. 2012. Tataniaga pertanian. Bandar pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/12/16bd
Lampung (ID): Unila Press Fakultas Pertanian, 13.pdf
Universitas Lampung. Mohamad M, Alam MN, Rauf RA. 2016. Strategi
Hermanto. 2013. Pengembangan cadangan pangan pengembangan agribisnis jagung di Kecamatan
nasional dalam rangka kemandirian pangan. Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una.
Forum Penelit Agro Ekon. 31(1): 1-13. [Internet]. J Agroland. 23(1):40–49. [cited 2016
Oct 11]. Available from: http:// jurnal.untad.ac.id/
Hutabarat B, Yusdja Y, Basuno E, Subekti A, Sadikin jurnal/index.php/AGROLAND/article/viewFile/8112
I, Siagian V. 1993. Pola perdagangan wilayah /6428
komoditas jagung di Indonesia. Laporan hasil
penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Nadapdap HJ. 2016. Dinamika produktivitas padi,
Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. jagung, dan kedelai di Pulau Jawa, Indonesia. J
Departemen Pertanian. Penelit Pertan Terap. 17(1):1-10.

Kariyasa K, Sinaga BM, Adyana MO. 2012. Proyeksi Natsir M, Mulyawan RE. 2008. Prospek
produksi dan permintaan jagung, pakan dan pengembangan komoditi jagung melalui
daging ayam ras di indonesia. J of Food Security pendekatan agribisnis di Kecamatan Kulo,
and Agriculture. 1(1):1-22. Kabupaten Sidenreng Rappang. [Internet]. Buana
Sains 8(2):179-187. [cited 2016 Oct 11]. Available
Kasryno F, Pasandaran E, Fagi AM, editor. 2005. from: https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buana
Ekonomi jagung Indonesia. Cetakan Kedua. sains/article/viewFile/278/279
Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Nikmah A, Fauziyah E, Rum M. 2013. Analisis
Pertanian. produktivitas usahatani jagung hibrida di
Kabupaten Sumenep. [Internet]. J Agriekonomika.
Kementerian Perdagangan. 2011. Tinjauan pasar 2(2):97-105. [cited 2016 Sept 11]. Available from:
jagung pipilan. [Internet]. Jakarta (ID): Majalah https://media.neliti.com/media/publications/29426-
Edisi Jagung/Des/2011. [cited 2017 Feb 15]. ID-analisis-produktivitas-usahatani-jagung-hibrida-
Available from: https://ews.kemendag.go.id/ di-kabupaten-sumenep.pdf
download.aspx?file=130905_ANL_MAP_Jagung+
Rev+1.0.pdf&type=publication Nurayati A. 2015. Analisis daya saing dan kebijakan
pemerintah terhadap usahatani padi, jagung dan
Kementerian Perdagangan. 2012. Potensi jagung: kedelai Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. [Internet].
upaya meningkatkan produksi dan pemasaran Semarang (ID): Fakultas Ekonomi, Jurusan
luar negeri. [Internet]. Jakarta (ID): Warta Ekspor. Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri
Edisi Mei. [cited 2016 Oct 15]. Available from: Semarang. [cited 2017 Jan 5]. Available from:
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/d http://lib.unnes.ac.id/22944/1/7111411111.pdf
ocs/publication/9471360218764.pdf
Nurdin M, Nurmaeta S, Tahir M. 2014. Peran
Lestari, Tri ND, Kusnandar, Setyowati N. 2015. pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat
Analisis nilai tambah dan strategi pemasaran petani jagung di Kecamatan Biringbulu Kabupaten
tortilla chips jagung di home industry insan Gowa. Otoritas: J Ilmu Pemerintah. 4(1):66-78.
mandiri Klaten. J Pertan UNS. 9(1):1-10.
Nyoto. 2016. Analisis keuntungan usahatani dan
Ma’arif S, Tanjung H. 2003. Teknik-teknik kuantitatif sistem pemasaran jagung manis di Kecamatan
untuk manajemen. Jakarta (ID): Grasindo. Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi.
Mawardi E, Imran M, Sudaryanto T. 2008. Kajian [Internet]. Bandar Lapmung (ID): Fakultas
pengembangan agribisnis jagung dan kedelai di Pertanian, Universitas Lampung. [cited 2016 Oct
Kabupaten Pasaman Barat. Laporan Hasil 1]. Available from: http://digilib.unila.ac.id/24131/
Penelitian. Padang (ID): Kerjasama BPTP Sumbar 3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHAN.
dengan Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat. pdf

Mawardi E, Imran M, Zulrasdi, Siska W, Yulianti V. Pangestika VB, Syafrial, Suhartini. 2016. Simulasi
2011. Model pengembangan pertanian pedesaan kebijakan tarif impor jagung terhadap kinerja
melalui inovasi (M-P3MI) berbasis jagung dan ekonomi jagung di Indonesia. [Internet]. Habitat
sawit terintegrasi dengan sapi di Kabupaten 26(2):100-107. [cited 2016 Oct 1]. Available from:
Pasaman Barat. Laporan Hasil Penelitian. Padang http://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/vie
(ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian w/193/224
Sumbar, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pasandaran E, Kasryno F. 2002. Sekilas ekonomi
Pertanian. jagung Indonesia: suatu studi di sentra utama
Mawardi E. 2013. Inovasi teknologi budidaya jagung produksi jagung–Ekonomi Jagung Indonesia.
ramah lingkungan pada kawasan model Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
62 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

Pengembangan Pertanian, Departemen Economic and Social Commission for Asia and
Pertanian. the Pacific (ESCAP).
Pranadji T, Pasandaran E. 2005. Analisis Sudrajat J, Mulyo JH, Hartono S, Subejo. 2014.
kelembagaan dalam agribisnis jagung di Analisis efisiensi dan kelembagaan pemasaran
Indonesia–Ekonomi Jagung Indonesia. [Internet]. jagung di Kabupaten Bengkayang. J Social
Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian. Economic of Agriculture. 3(1):14-23.
Departemen Pertanian. Jakarta. [cited 2016 Oct
1]. Available from: http://www.litbang.pertanian. Sudrajat J, Mulyo JH, Hartono S, Subejo. 2015.
Peranana social capital dalam memelihara
go.id/buku/ekonomi-jagung-indonesia/Analisis-
Kelembagaan.pdf keberlanjutan agribisnis jagung. J Masy, Kebud
dan Politik. 28(3):139-152.
[PSEKP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. 2010. Analisis kebijakan pertanian: Sumodiningrat. 2004. Kemitraan dan model-model
analisis penawaran dan permintaan jagung untuk pemberdayaan. Yogyakarta (ID): Gava Media.
pakan di Indonesia. Bogor (ID): Badan Litbang Suryana A, Arifin M, Sumaryanto. 1990. Konsumsi
Pertanian. Kementerian Pertanian. jagung, ubikayu dan kedelai rumahtangga di
[PSEKP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Indonesia. Jakarta (ID): Biro Perencanaan,
Pertanian. 2010. Analisis penawaran dan Departemen Pertanian.
permintaan jagung untuk pakan di Indonesia. Suryana A, Sudaryanto T. 1997. Penawaran,
Kajian analisis kebijakan pertanian. [Internet]. permintaan pangan, dan kebiasaan perilaku
Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan makan. Laporan penelitian. Bogor (ID): Pusat
Pertanian. Kementerian Pertanian. [cited 2017 Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan
Jun 13]. Available from: http://pse.litbang. Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf
Suryana A, Agustian A. 2014. Analisis dayasaing
Rachman B. 2005. Perdagangan internasional usahatani jagung di Indonesia. Anal Kebijak
jagung. Buku ekonomi jagung Indonesia. Jakarta Pertan. 12(2):143-156.
(ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Swain DK, Herath S, Pathirane A, Mittra BN. 2005.
Rainfed lowland and flood prone rice: a critical
Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT teknik membedah review on ecology and management technology
kasus bisnis; reorientasi konsep perencanaan improving the productivity in Asia. Thailand (ID):
strategis untuk menghadapi abad 21. Jakarta (ID): Role of Water Sciences in Transboundary River
Gramedia Pustaka Umum. Basin Management.
Roidah IS. 2013. Strategi pemasaran jagung hibrida Swastika DKS, Agustian A, Sudaryanto T. 2011.
di Desa Janti Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. Analisis senjang penawaran dan permintaan
[Internet]. J Manajemen Agribisnis. 13(1): 25-32. jagung pakan dengan pendekatan sinkronisasi
[cited 2016 Sept 11]. Available from: sentra produksi, pabrik pakan, dan populasi
http://publikasi.uniska-kediri.ac.id/data/uniska/ ternak di Indonesia. Inform Pertan. 20(2):65-75.
agribisnis/agribisnisvol13no1jan2013/agribisnis-
vol13no1jan2013-03.%20Ida%20Syamsu%20 Tangendjaja B, Yusdja Y, Ilham N. 2005. Analisis
Roidah.pdf ekonomi permintaan jagung untuk pakan. Buku
Ekonomi Jagung Indonesia Cetakan 2. Jakarta
Sa’id EG, Prastiwi YE. 2005. Agribisnis syariah; (ID): Badan Litbang Pertanian, Kementerian
manajemen agribisnis dalam perspektif syariah Pertanian.
Islam. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Theodoric CS, Iskandarini, Jufri. 2016. Strategi
Saleh C, Sumedi, Jamal E. 2005. Analisis pemasaran peningkatan produksi jagung. Media Neliti 9(2).
jagung di Indonesia. Ekonomi jagung Indonesia.
[Internet]. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian, Theodoric CS. 2014. Strategi peningkatan produksi
Departemen Pertanian. [cited 2016 Sept 11]. jagung: studi kasus Desa Kineppen Kec. Munte
Available from: http://www.litbang.pertanian.go.id/ Kab. Karo. Skripsi. Medan (ID): Program Studi
buku/ekonomi-jagung-indonesia/Analisis- Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas
Pemasaran.pdf Sumatera Utara.

Sembiring M. 2012. Budaya dan Kinerja Organisasi. Utomo S. 2012. Dampak impor dan ekspor jagung
Bandung (ID): Fokusmedia. terhadap produktivitas jagung di Indonesia. J
Etikonomi. 11(2):158-179.
Siagian R. 2003. Pengantar manajemen agribisnis.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Wenno D. 2010. Analisis pendapatan petani jagung
peserta program pengembangan usaha agribisnis
Suarni. 2013. Pengembangan pangan tradisional perdesaan di Kabupaten Nabire. J Agroforestri.
berbasis jagung mendukung diversifikasi pangan. 5(2):156-164.
J Iptek Tanam Pangan. 8(1):39-47.
Winarso B. 2012. prospek dan kendala
Subandi, Manwan I, Blumenschein A. 1988. Jagung: pengembangan agribisnis jagung di Propinsi Nusa
teknologi produksi dan pascapanen. Bogor (ID): Tenggara Barat. J Penelit Pertan Terap.
12(2):103-114.
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 63

Lampiran 1. Analisis matriks QSPM


Bobot Strategi - Strategi Alternatif
Daftar Faktor
No. Eksternal dan Bobot Konversi SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7
Internal
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan (S)
1. S1 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
2. S2 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
3. S3 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
4. S4 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
5. S5 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
6. S6 0,2 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1
7. S7 0,2 0,1 3,0 0,2 2,0 0,1 3,0 0,2 2,0 0,1 2,0 0,1
8. S8 0,1 0,0 3,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
9. S9 0,2 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0 1,0 0,0
10. S10 0,1 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
11. S11 0,1 0,0 4,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0
12. S12 0,3 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2
13. S13 0,3 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2
14. S14 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0
15. S15 0,2 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1
16. S16 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3
17. S17 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3
18. S18 0,2 0,1 4,0 0,2 4,0 0,2
Kelemahan (W)
19. W1 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1
20. W2 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
21. W3 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0
22. W4 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
23. W5 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
24. W6 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
25. W7 0,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
26. W8 0,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
27. W9 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
28. W10 0,1 0,0 2,0 0,1 4,0 0,1
29. W11 0,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
30. W12 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0 2,0 0,0
31. W13 0,1 0,0 2,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
32. W14 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 1,0 0,0
33. W15 0,1 0,0 4,0 0,1
34. W16 0,1 0,0 4,0 0,1
Peluang (O)
35. O1 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
36. O2 0,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0
37. O3 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0
38. O4 0,0 0,0 3,0 0,0 4,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0
39. O5 0,1 0,0 3,0 0,1 4,0 0,1 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,1
40. O6 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,1
41. O7 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
42. O8 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
43. O9 0,2 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 1,0 0,1 4,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,1
44. O10 0,3 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,2 2,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,2
45. O11 0,1 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
46. O12 0,2 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
47. O13 0,1 0,0 2,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1
48. O14 0,2 0,0 3,0 0,1 4,0 0,2 2,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1
49. O15 0,2 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2
50. O16 0,2 0,1 2,0 0,1 3,0 0,2 4,0 0,2 1,0 0,1
51. O17 0,2 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 4,0 0,2 2,0 0,1
52. O18 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3
53. O19 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3 4,0 0,3
54. O20 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3 4,0 0,3 4,0 0,3
Ancaman (T)
55. T1 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
56. T2 0,1 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0
57. T3 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
58. T4 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
59. T5 0,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0
60. T6 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
61. T7 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
62. T8 0,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0
64 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

Bobot Strategi - Strategi Alternatif


Daftar Faktor
No. Eksternal dan Bobot Konversi SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7
Internal
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
63. T9 0,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0
64. T10 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
65. T11 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0
66. T12 0,1 0,0 4,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,0
67. T13 0,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
68. T14 0,1 0,0 4,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,0 3,0 0,1
69. T15 0,1 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
70. T16 0,2 0,1 1,0 0,0 4,0 0,2 3,0 0,1
71. T17 0,2 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,2
72. T18 0,1 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 3,0 4,0 0,1 2,0 0,0
73. T19 0,1 0,0
74. T20 0,1 0,0
STAS 1,3 4,9 2,6 2,8 2,9 4,1 3,2
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 65

Lampiran 1. Lanjutan
Bobot Strategi - Strategi Alternatif
Daftar Faktor
No. Eksternal dan Bobot Konversi SA8 SA9 SA10 SA11 SA12 SA13 SA14
Internal
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan (S)
1. S1 0,1 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0
2. S2 0,1 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
3. S3 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
4. S4 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
5. S5 0,1 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
6. S6 0,2 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1
7. S7 0,2 0,1 1,0 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 1,0 0,1
8. S8 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 1,0 0,0
9. S9 0,2 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
10. S10 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0
11. S11 0,1 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
12. S12 0,3 0,1 2,0 0,1 3,0 0,2
13. S13 0,3 0,1 1,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,3 3,0 0,2
14. S14 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
15. S15 0,2 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1
16. S16 0,3 0,1
17. S17 0,3 0,1
18. S18 0,2 0,1
Kelemahan
(W)
19. W1 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1
20. W2 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
21. W3 0,1 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
22. W4 0,1 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
23. W5 0,1 0,0 1,0 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
24. W6 0,1 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1
25. W7 0,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
26. W8 0,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
27. W9 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0
28. W10 0,1 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
29. W11 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0
30. W12 0,1 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0
31. W13 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1
32. W14 0,1 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0
33. W15 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
34. W16 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
Peluang (O)
35. O1 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,0 3,0 0,0
36. O2 0,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0
37. O3 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
38. O4 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
39. O5 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
40. O6 0,1 0,0 4,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,1
41. O7 0,1 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0
42. O8 0,1 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0
43. O9 0,2 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,2 2,0 0,1 1,0 0,1
44. O10 0,3 0,1 2,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,2 1,0 0,1
45. O11 0,1 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
46. O12 0,2 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
47. O13 0,1 0,0 4,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,1
48. O14 0,2 0,0 1,0 0,0 4,0 0,2 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
49. O15 0,2 0,1 4,0 0,2 2,0 0,1
50. O16 0,2 0,1 1,0 0,1 2,0 0,1
51. O17 0,2 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 4,0 0,2 2,0 0,1 2,0 0,1
52. O18 0,3 0,1
53. O19 0,3 0,1
54. O20 0,3 0,1
Ancaman (T)
55. T1 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0
56. T2 0,1 0,0 4,0 0,1
57. T3 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
58. T4 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
59. T5 0,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
60. T6 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0
61. T7 0,1 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
66 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66

Bobot Strategi - Strategi Alternatif


Daftar Faktor
No. Eksternal dan Bobot Konversi SA8 SA9 SA10 SA11 SA12 SA13 SA14
Internal
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
62. T8 0,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0
63. T9 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0
64. T10 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0
65. T11 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
66. T12 0,1 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0
67. T13 0,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0
68. T14 0,1 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 1,0 0,0
69. T15 0,1 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 1,0 0,0
70. T16 0,2 0,1 1,0 0,0 4,0 0,2 1,0 0,0
71. T17 0,2 0,0 1,0 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 1,0 0,0
72. T18 0,1 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0
73. T19 0,1 0,0
74. T20 0,1 0,0 4,0 0,1
STAS 2,3 2,8 1,6 2,1 2,9 2,2 1,5

Anda mungkin juga menyukai