Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MAKALAH KONSEP DASAR FURUNKEL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Integument


Yang Dibina Oleh:
Ns. Putu Sintya A, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:
Bernardus Dama Nini 1501070387

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2019
A. Anamnesis
1. Tanyakan pada pasien tentang persepsi tentang pola hidupsehat.
2. Tanyakan apakah pasien mempunyai binatang peliharaan.
3. Tanyakan apakah pola nutrisi dan ragam diet yang digunakan dapat mengubah kondisi
kulit pasien.
4. Tanyakan dalam pola sehari-hari kondisi kulit tentang kekeringan atau kondisi produksi
keringat berlebihan.
5. Tanyakan pada pasien akan adanya lesi, kemerahan, atau memar. Bisa jadi merupakan
gangguan dari panas, dingin, atau stress, keterbukaan terhadap materi toksik, berjalan-
jalan ke tempat yang terbuka, atau hasil perawatan kulit.
6. Apakah pasien memperhatikan adanya perubahan kulit?
7. Tanyakan apakah pasien banyak bekerja atau menghabiskan waktu berlebihan di luar.
Bila ya, apakah menggunakan pelindung matahari dan seberapa banyak efeknya.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Warna
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan berkisar
dari warna gading hingga coklat gelap.
2. Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang.
3. Suhu
Suhu kulit normalnya hangat
4. Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh
5. Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakan.
C. Prosedur Pemeriksaan Fisik Integumen
1. Alat khusus
 Stetoscop
 Pencahayaan yang cukup
 Sarung tangan sekali apaki
2. Persiapan pasien
 Untuk pengakjian total Seluruh permukaan kulit,pasien harus melakukan beberapa
posisi
 Area yang diperiksa sebaiknya terbuka penuh.
 Bila area yang hendak diperiksa tidak bersih atau tertutup kosmetik, mungkin kulit
perlu dibersihkan untuk memungkinkan inspeksi yang adekuat.
3. Teknik pengkajian
1. Inspeksi warna dan pigmentasi kulit: Bandingkan warna dari bagian simetris tubuh,
beri perhatian lebih pada area sekitar pemasangan gif.
2. Perhatikan bidang atau area kulit dimana terjadi variasi warna.
3. Kaji adanya hiperemi atau kemerahan pada kulit.
4. Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal atau punggung tangan. Bandingkan bagian
tubuh yang simetris. Bandingkan bagian tubuh atas dan bagian tubuh bawah.
5. Palpasi dengan ujung jari daerah permukaan kulit untuk merasakan kelembabanya.
6. Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal atau punggung tangan. Bandingkan bagian
tubuh yang simetris. Bandingkan bagian tubuh atas dan bagian tubuh bawah.
7. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan strukturnya.
8. Palpasi ringan kuit untuk memeriksa kelmbutan, ketegangan, dan kedalaman lesi
eprmukaan. Palpasi lebih dala apada area yang tampak tidak biasa.
9. Inspeksi adanya lesi untuk warna, ukuran, lokasi, jenis, kelompok, dan cara penularan
10. Inspeksi setiap area edema mengenai lokasi, warna dan bentuk.
11. Palpasi setiap area edema tentang mobilitas, konsistensi, dan nyeri tekan. Untuk
mengkaji pitting edema, tekan kuat area tersebut selama lima detik dan lepaskan.
12. Catat warna kulit
13. kaji tekstur kulit
14. Kaji suhu pada pasien yang beresiko gangguan sirkulasi, yaitu mereka dengan gips
atau balutan yang ketat.
15. Rekam warna, bau, jumlah, dan konsistensi dari cairan yang keluar dari lesi
16. Jangan memijat area kemerahan
17. Catat adanya pucat, lecet, bintil-bintil, atau tak adanya lapisan superficial kulit (tanda
awal terbentuknya luk tekan)
4. Pengkajian Kuku
Sebelum mengkaji, kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi ,
pekerjaan dan tingkat perawatan diri seseorang. Bahakan status psikologis juga dapat
diungkapkan dari adanya bukti-bukti gigitan kuku
Inspeksi dan palpasi kuku
 Perawat menginspeksi warna bantalan kuku, kebersihan, panjang, ketebalan dan
bentuk plat kuku, tektur kuku, sudut antara kuku dan bantalan kuku, serta kondisi
lipatan kuku lateral dan proksimal disekitar kuku
 Kuku normalnya transparan, halus, melengkung dengan baik, dan cembung dengan
sudut bantalan kuku sekitar 160 derajat. Kutikula di sekelilingnya halus, utuh, dan
tanpa inflamasi.
 Jari tabuh (clubbing finger) dengan sudut kuku lebih dari 180 derajat merupakan
manifestasi dari kondisi hipoksia
Palpasi kuku
Mengetahui warna bantalan kuku.
 Pada saat ditekan, saat dipencet dan dilepas bantalan kuku tampak putih atau
memucat, tetapi warna merah muda harus segera kembali, maka mengindikasikan
adanya insufiensi sirkulasi. warna kebiruan atau keunguan pada banatalan kuku
memberitahukan terjadinya pada sianosis. Warna putih atau pucat terjadi karena
anemia.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Furunkel merupakan salah satu bentuk dari pioderma yang sering dijumpai dan
penyakit ini sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi. Secara umum
penyebab furunkel adalah kuman gram positif, yaitu stafilokokus dan streptokokus.
Furunkel dapat disebabkan juga oleh kuman gram negatif, misalnya pseudomonas
aeruginosa, proteus vulgaris, proteus mirabilis, escherichia coli, dan klebsiella. Furunkel
dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher,
ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini, namun
beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem
kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi. Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya
nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri. Diagnosis furunkel dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur
bakteri.
Furunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius.
Masuknya staphylococcus aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia.
Bakteremia staphylococcus aureusdapat mengakibatkan infeksi pada organ lain atau yang
dikenal infeksi metastasis sep. Manipulasi pada lesi akan mempermudah menyebarnya
infeksi melalui aliran darah. Tetapi, komplikasi tersebut jarang terjadi.
Penatalaksanaan furunkel meliputi pengobatan topikal, sistemik, dan pengobatan
penyakit yang mendasari. Umumnya penderita sembuh dengan terapi adekuat tersebut,
namun ada beberapa penderita yang mengalami rekurensi yangmembutuhkan evaluasi dan
penanganan lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Penyakit furunkel ?
2. Apa etiologi penyakit furunkel?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit furunkel?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit furunkel?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit furunkel?
6. Bagaimana perawatan di rumah ?
7. Bagaimana pengkajian umum pada pasien penyakit furunkel ?
8. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien furunkel?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan furunkel
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya furunkel
3. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya furunkel
4. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya furunkel
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari furunkel
6. Untuk mengetahui diagnosa furunkel
7. Untuk mengetahui pencegahan furunkel
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan furunkel
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit furunkel.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi furunkel


Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya
yang sering terjadi pada daerah bokong, aksila, dan badan. Furunkel dapat terbentuk pada
lebih dari satu tempat. Jika lebih dari satu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya
tahan tubuh yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut
dikulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.
Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi oleh
Staphylococcus aureus, yang disertai oleh peradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan
dibawahnya termasuk lemak bawah kulit.

2.2 Etiologi furunkel


Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi, tekanan, gesekan,
hiperhidrosis, dermatitis, dermatofitosis, dan beberapa faktor yang lain, sehingga kerusakan
dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya staphylococcus aureus maupun bakteri
penyebab lainnya. Penularannya dapat melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita.
Furunkulosis dapat menjadi kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara lain, alcohol,
malnutrisi, diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi termasuk aids dan diabetes
mellitus. Jadi, furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh staphylococcus aureus

2.3 Patofisiologi furunkel


Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut pada kulit (folikulitis) yang
menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang nanah yang dekat sekali dengan kulit disebut
pustule. Kulit diatasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dapat dengan mudah
mengalir keluar. Sedangkan bisulnya sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam.
Kadang-kadang nanah yang berada dalam bisul diserap sendiri oleh tubuh tetapi lebih sering
mengalir sendiri melalui lubang pada kulit.

2.4 Faktor resiko furunkel


1. Kurang terjaga kebersihan
Faktor kebersihan memegang peranan penting. Bila lingkungan kurang bersih,
infeksi akan mudah terjadi. Karena itu, pada bayi, gejala bisul mudah dijumpai. Bayi dan
anak-anak identik dengan dunia eksplorasi dalam bermain, apalagi bila terkena benda
kotor misalnya tanah. Belum lagi setelah main, anak tidak dicuci tangannya sehingga
akan mempermudah terjadinya bisul.
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang tua yang tidak menjaga
kebersihan tubuh bayi dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih berpeluang
terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang tinggal di daerah
pemukiman padat, di daerah pengungsian, dimana faktor kebersihannya terabaikan akan
lebih mudah bisulan. Namun harus diingat, walaupun tinggal di tempat yang bersih tapi
kalau jarang dimandikan dan dijaga kebersihkanya, dengan sendirinya kuman pun akan
bersarang.
2. Daerah tropis
Secara geografis, indonesia termasuk daerah tropis, dimana udaranya panas sehingga
dengan mudah bayi akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah satu pemicu
munculnya bisul. Terutama bisul yang terjadi pada kelenjar keringat.
3. Faktor gizi
Gizi yang kurang dapat memengaruhi timbulnya infeksi. Bila gizi kurang, berarti
daya tahan tubuh menurun, sehingga akan mempermudah timbulnya infeksi. Terlebih
pada bayi, kekebalan tubuhnya kurang dibandingkan orang dewasa.

2.5 Manifestasi klinis (Tanda dan gejala furunkel)


Mula-mula modul kecil yang mengalami peradangan pada folikel rambut, kemudian
menjadi pustule dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus keluar. Nyeri terjadi
terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya dihidung dan lubang telinga luar.
Bisa timbul gejala seperti badan demam, malaise, dan mual. Furunkel dapat timbul di banyak
tempat dan dapat sering kambuh. Tempat terjadinya furunkel biasanya yaitu pada muka,
leher, lengan, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan pantat. Namun, gejala yang timbul
dari adanya furunkel bervariasi tergantung dari beratnya penyakit.
Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah :
1. Nyeri pada daerah ruam
2. Ruam pada derah kulit yang berbentuk kerucut dan memiliki pustule
3. Pustule dapat melunak dan mengalami nekrosis
4. Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan
sendirinya

2.6 Pemeriksaan diagnostik


1. Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut
meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise.
2. Pemeriksaan fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah kira-kira
5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal (single follicular orifices).
Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan
ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan.
3. Pencegahan furunkel
Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat anti-bakteri
merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi atau mencegah penularan.
Bisul bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling
sering diserang adalah bayi dan anak-anak. Jadi salah kalau bisul itu disebabkan
kebanyakan makan telur. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi pun akan mudah terjadi.
Selain itu, anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal yang ditimbulkan
akibat banyak keringat dan biang keringat. Padahal,garukan tersebut dapat merusak kulit
sehingga memudahkan masuknya kuman dan timbullah infeksi. Yang pasti, karena
penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit menular. "Menularnya bisa karena
garukan tangan, sehingga memindahkan kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak
heran awam sering menyebut bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh
anak kurang sekali."
4. Penatalaksanaan furunkel
1). Non farmakologi
Asuhan yang diberikan pada pasien dengan furunkel tergantung dari keadaan
penyakit yang dialaminya. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan
dan akan sembuh dengan sendirinya
Asuhan yang lazim diberikan adalah:
1. Pemeliharaan kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya
2. Pengobatan topical, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
melunakkan nodul. Kompres hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam untuk
mencegah penularan ke daerah lainnya
3. Jangan memijat furunkel
4. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hidung atau telinga maka
dapat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi
5. Jika memungkinkan dapat membuka bisul dengan cara:
a. Beri Penjelasan Apa Yang Akan Dilakukan Atau Inform Consent
b. Minta Seseorang Untuk Memegangi Anak
c. Ambilah Sebuah Pisau Bedah Yang Steril Dan Bukalah Bisul Dengan Segera
Pada Puncaknya Saja
d. Pemberian Analgetik, Misalnya Paracetamol Untuk Mengatasi Nyeri
e. Tutuplah Luka Dengan Kain Kasa Kering
f. Bersihkan Alat – Alat
g. Pesankan Akan Ganti Perban
2). Farmakologi
Terapi antibiotika dan antiseptic diberikan tergantung kepada luas dan beratnya
penyakit. Misalnya dengan pemberian achromyem 250mg 3 atau 4 kali per hari. Bila
furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam jumlah yang banyak maka
kenali faktor predisposisi adanya diabetes mellitus.
3). Komplikasi
Komplikasi furunkel:
a. Furunkel malignan: yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang di batasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata,oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena
tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang
nantinya bisa menjadi meningitis.
b. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. bakterimia dan hematogen: bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup
jantung , sendi , spine , tulang panjang ,organ viseral khususnya ginjal .
d. furunkel yang berulang, hal ini di sebabkan oleh higine yang buruk.
4) Home care
Perawatan bisul bisa dilakukan di rumah, namun harus dilakukan dengan bahan
dan alat yang higienis. Bisul yang kecil dapat diatasi dengan kompres hangat yang
ditempelkan selama 20-30 menit, 3-4 kali sehari. Ini akan membantu bisul pecah
dengan sendirinya.
Jangan memeras nanah supaya keluar dari bisul karena infeksi bisa menyebar ke
jaringan kulit sekitarnya! Setelah bisul pecah, tutupi dengan perban yang bersih untuk
melindungi kulit dan menyerap nanah yang masih keluar. Bersihkan area sekitar bisul
dengan sabun antibakteri. Orang yang membantu membersihkan bisul juga mesti
membasuh tangan dengan sabun antibakteri untuk mencegah penularan infeksi ke
anggota keluarga yang lain.
Periksakan anak ke dokter dokter bila gejala bisul tidak berkurang atau tambah
berat, atau bila timbul demam. Bisul yang besar kadang perlu ditangani dengan
antibiotik. Umumnya, dokter akan mengeluarkan nanah dengan sayatan kecil. Ini akan
meredakan sakit, mempercepat penyembuhan, dan mencegah timbulnya parut

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN FURUNKEL
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
1. Nyeri pada daerah peradangan folikel rambut
2. Badan panas,gatal-gatal pada kulit
3. Gangguan pencernaan seperti mual, malaise dan muntah
4. Malu dengan kondisi sakitnya,menarik diri.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien tampak malu,menggaruk-garuk di kulit, kulit tampak luka,suhu meningkat.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Tanyakan pada keluarga riwayat penyakit yang dialami pasien seperti: apakah
pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama dan apakah keluarga
mempunyai penyakit yang sama.
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan: pengetatuan klien tetang penyakitnya.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit: Aktivitas 0 1 2 3 4
1) Makan
2) Mandi
3) Berpakaian
4) Eliminasi
5) Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien furunkel terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri yang hebat setiap saat.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola eliminasi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-
5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan
normal.
g. Pola peran hubungan: Sistem dukungan orang tua.
h. Pola konsep diri
i. Pola seksual reproduksi
Pada klien furunkel mengalami gangguan pada daerah-daerah axila , bokong dan
tubuh
j. Pola koping
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien nyeri dan pasien menjadi
malas untuk bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.

3.2. Diagnosa
a) Nyeri b.d. respons inflamasi local sekunder dari kerusakan saraf perifer kulit.
b) Hipertermi b.d. respons inflamasi sistemik, respons sekunder dari proses supurasi local.
c) Kerusakan integritas jaringan kulit b.d. nekrosis local sekunder dari akumulasi pus pada
jaringan folikel rambut.
d) Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak adekuat sumber informasi, ketidaktahuan
program perawatan dan pengobatan.

3.3 Intervensi

1. Nyeri b.d. respons inflamasi local saraf perifer kulit


Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
1. Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri (0-
4).
2. Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
3. Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri dengan pendekatan Menjadi parameter dasar mengetahui sejauh
mana intervensi yang diperlukan dan sebagai
PQRST.
evaluasi keberhasilan dari intervensi
manajemen nyeri keperawatan.
2. Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
tindakan pereda nyeri non farmakologi lainnya telah menunjukkan
nonfarmakologi dan noninfasif. keefektifan dalam mengurangi nyeri.
3. Beri kompres hangat. Untuk mempercepat pematangan furunkel
(bisul), kompres dengan kain basah dan hangat
sekitar 20 menit. Lakukan 3 kali sehari.
4. Lakukan manajemen nyeri  Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
keperawatan: oksigen ke jaringan yang mengalami
 Atur posisi fisiologis iskemia. Pengaturan posisi idealnya adalah
 Istirahat klien pada arah yang berlawanan dengan letak
 Manajemen lingkungan: dari furunkel.
lingkungan tenang dan batasi  Istirahat diperlukan selama fase akut dan
pengunjung. setelah dilakukan ekstraksi pus dengan
 Ajarkan teknik relaksasi drainase. Kondisi ini akan meningkatkan
pernafasan dalam. suplai darah pada jaringan yang mengalami
 Ajarkan teknik distraksi pada saat peradangan.
nyeri.  Lingkungan tenang akan menurunkan
 Lakukakan manajemen sentuhan. stimulus nteri eksternal dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi oksigen ruangan yang akan
berkurang apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan.
 Meningkatkan asupan oksigen sehingga
akan menurunkan nyeri sekunder dari
peradangan.
 Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorphin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
 Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai darah dan
oksigen ke area nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri.
5. Kolaborasi untuk ekstraksi pus. Ekstraksi untuk mengevakuasi pus dengan
tindakan insisi kecil dengan scalpel akan
mempercepat kesembuhan karena tegangan
akan berkurang dan evakuasi pus serta jaringan
nekrotik yang lepas terjadi secara langsing.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
pemberian analgetik nyeri akan berkurang.

2. Kerusakan integritas jaringan kulit b.d. nekrosis local sekunder dari


akumulasi pus pada jaringan folikel rambut.
Tujuan: Dalam 5x24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria evaluasi:
Pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka
tidak ada lagi, luka menutup.
Intervensi Rasional
1. Kaji kerusakan jaringan lunak yang Menjadi data dasar untuk memberikan
terjadi pada klien informasi intervensi perawatan luka, alat
apa yang akan dipakai dan jenis larutan
apa yang akan digunakan.
2. Lakukan perawatan luka:  Perawatan luka dengantehnik steril
 Lakukan perawatan luka dengan dapat mengurangi kontaminasi kuman
tehnik steril. langsung ke area luka.
 Kaji keadaan luka dengan tehnik  Manajemen membuka luka dengan
membuka balutan dengan menguyur larutan NaCl ke kasa dapat
mengurangi stimulus nyeri, bila mengurangi stimulus nyeri.
melekat kuat kasa diguyur dengan  Tehnik membuang jaringan dan kuman
NaCl. di area luka dan diharapkan keluar dari
 Lakukan pembilasan luka dari arah area luka.
dalam keluar dengan cairan NaCl.  NaCl merupakan larutan fisiologis
 Tutup luka dengan kasa yang lebih mudah diabsorpsi oleh
antimikroba steril dan dikompres jaringan dibandingkan dengan larutan
dengan NaCl. antiseptic, serta dicampur dengan
 Lakukan nekrotomi. antibiotic agar dapat mempercepat
penyembuhan luka.
 Jaringan nekrotik pada luka furunkel
akan memperlambat perbaikan
jaringan.
3. Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP diperlukan untuk
meningkatkan asupan dari kebutuhan
pertumbuhan jaringan.
4. Evaluasi kerusakan jaringan dan Apabila masih belum mencapai dari
perkembangan pertumbuhan jaringan. criteria evaluasi 15x24 jam, maka perlu
dikaji ulang factor-faktor menghambat
pertumbuhan luka.

3. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak adekuatnya sumber informasi,


ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan
Tujuan: Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.
Kriteria evaluasi:
1. Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan
dengan kemungkinan komplikasi.
2. Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Intervensi Rasional
1. Beritahukan pasien/orang terdekat Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan
mengenai dosis, aturan, dan efek perawatan diri, untuk menambah kejelasan
pengobatan. efektivitas pengobatan, dan mencegah
komplikasi.
2. Jadwalkan control ulang. Mengatur tindak lanjut kunjungan dalam
waktu 2 minggu untuk memeriksa respons
terhadap pengobatan.
3. Anjurkan untuk tidak Apabila furunkel pecah, cairannya dapat
memencet/menekan bisul. menyebarkan kuman ke sekitar kulit yang
normal.
4. Jelaskan cara perawatan Menurunkan respons penularan infeksi.
Kebersihan pribadi yang baik, termasuk
kebersihan diri.
mandi, mencuci tangan, serta menjaga kuku
pendek dan bersih dapat mengurangi risiko
folikulitis. Memakai pakaian longgar
daripada ketat membantu mengurangi
gesekan pada kulit terutama folikel rambut.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya
yang sering terjadi pada daerah bokong, aksila, dan badan. Furunkel dapat terbentuk pada
lebih dari satu tempat. Furunkel merupakan gangguan kulit yang tidak terlalu berbahaya
dimana sebagian besar akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan namun dengan
mempertahankan kebersihan.

4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arndt K.A., Robinson J.K., Wintroub B.U., dan LeBoit P.E. 1997. Dermatology:Cutaneous
Medicine and Surgery in Primary Care. Philadelphia: WB Saunders
Burd R.2006. Furunkel. In: Lebwohl M.G., Heymann W.R., Bert-Jones J.et al.Treatment of Skin
Disease: Comprehensive Therapeutic Strategies. London: Mosby
Muttaqin Arif,dkk.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba
Medika
Suzanne C.Smeltzer dan Brenda G.Barc.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
EGC
Price S.S. dan Wilson L.M.1995.Patofisiologi,Konsep Klinis Proses –proses Penyakit.Edisi 4.
Jakarta: EGC
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, biasanya oleh bakteri staphylococcus
aureus. Peradangan terjadi di folikel, faktor resiko terjadi trauma pada kulit dan higien
buruk.
Insidensi folikulitis pada masyarakat luas sulit ditentukan karena banyak individu
yang terkena infeksi ini tidak pernah berobat ke dokter. Dengan penanganan yang tepat,
pasien folikulitis memiliki prognosis yang baik. Gangguan ini biasanya menghilang
dalam dua hingga tiga minggu. Prognosis pasien folikulitis tergantung pada intensitas
infeksi dan kondisi fisik pasien serta kemampuan tubuhnya untuk menahan infeksi.
Folikulitis dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain : selulitis,
furunkulosis, skar, kerusakan folikel rambut, dan kebotakan permanen.
Folikulitis dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga hari, tetapi pada beberapa kasus
yang persisten dan rekurens perlu penanganan lebih lanjut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien folikulitis ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang folikulitis serta mendapatkan
gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien Folikulitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi folikel
b) Untuk mengetahui definisi folikulitis
c) Untuk mengetahui Etiologi Folikulitis
d) Untuk mengetahui Patofisiologi Folikulitis
e) Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Folikulitis
f) Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostic Folikulitis
g) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Folikulitis
h) Untuk mengetahui Komplikasi Folikulitis
i) Untuk mengetahui Prinsip Etik Keperawatan pada Folikulitis
j) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Folikulitis

1.4 MANFAAT
1.4.1 Memberikan informasi pada mahasiswa tentang Folikulitis serta berbagai hal lain
yang berhubungan dengan penyakit ini.
1.4.2 Menambah pengetahuan penulis tentang Penyakit Folikulitis.
1.4.3 Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau
hal lain yang ada kaitannya dengan penyakit Folikulitis.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Folikel


Bagian atau susunan dari Anatomi rambut terdiri dari beberapa bagian diantaranya
ujung rambut, batang rambut, dan akar rambut.
Berikut penjelasan singkat bagian dari rambut yaitu :
1. Ujung rambut yaitu yang berbentuk runcing terdapat pada rambut yang baru tumbuh dan
belum pernah di potong.
2. Batang rambut yaitu bagian rambut yang berada di luar kulit, berupa benang-benang
halus terdiri dari keratin / sel-sel tanduk.
Batang rambut mempunyai 3 lapisan, yaitu :
a) Cuticula / kulit ari/selaput rambut adalah lapisan-lapisan luar, terdiri dari sel-sel
tanduk yang pipih / gepeng dan bening (tembus cahaya) dan tersusun, bagian bawah
menutupi bagian diatasnya. Karena Cuticula bening dan tembus cahaya maka
terlihatlah warna dari rambut tersebut. Susunan rambut yang saling menutupi
memungkinkan hasil yang diinginkan dalam penyasakan dan memudahkan cairan (zat
cair) lebih mudah masuk dalam rambut.
b) Cortex / Kulit Rambut adalah bagian yang berada di tengah (antara Cuticula dan
Medulla) di susun oleh kumpulan semacam benang-benang sangat halus sekali (tidak
dapat di lihat oleh mata hanya dapat di lihat dengan menggunakan mikroskop benda).
Benang yang sangat halus di sebut fibril. Fibril terbentuk oleh molekul, molekul fibril
mengandung suatu zat belerang / sulfur mempunyai pengaruh reaksi terhadap obat
keriting / cold wave dan obat cat rambut. Molekul-molekul keratin berada dalam
bentuk spiral terdapat ikatan-ikatan yang mempertahankan bentuk rambut secara tetap
(pengeritingan).
c) Medula / Sumsum Rambut adalah berupa bagian tengah rambut yang di bentuk oleh
zat tanduk yang berwujud anyaman dengan rongga-rongga yang berisikan udara.
Penampang melintang rambut lurus berbentuk bundar / lonjong berombak menebal di
satu sisi. Rambut keriting penampang melintangnya tidak menentu (kadang berbentuk
ginjal).
3. Akar rambut yaitu bagian rambut yang berada di dalam kulit dan tertahan di dalam folikel
/ kantong rambut.
Bagian-bagian dari akar rambut yaitu:
a) Folikel rambut / Kantong rambut adalah suatu saluran yang menyerupai kantong dan
melindungi tunas rambut serta tertanam didalam demis (lapisan dalam kulit).
b) Umbi rambut adalah bagian bawah folikel / kantong rambut yang punya mulut seperti
corong memanjang keatas dari lapisan dermis dan berakhir pada lapisan epidermis.
Gunanya untuk menghisap / menyerap udara serta penimbunan kotoran dan sebum.
c) Papil Rambut adalah tempat membuat sel-sel tunas rambut dan tempat membuat sel-
sel pigmen melanin (Zat warna pada rambut).
d) Pembuluh darah adalah saluran yang untuk merembeskan cairan yang berisi Zat
makanan untuk keperluan sel-sel lapisan epidermis.
e) Kelenjar minyak adalah suatu saluran yang berguna untuk memberikan kelembutan
rambut.
f) Kelenjar keringat adalah saluran bermuaranya sel-sel keringat.
g) Zat warna rambut adalah tempat untuk membuat warna pada rambut atau di sebut
sebagai sel melanin.

2.2 Definisi Folikulitis


Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, biasanya oleh bakteri staphylococcus aureus.
Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko terjadi trauma pada kulit dan higien buruk.
(Corwin.2011). Folikulitis merupakan infeksi bakteri pada folikel rambut yang
menyebabkan pembentukan pustula. (Kowalak.2011)
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut saja.
Berdasarakan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : superfisial
atau hanya dipermukaan saja dan yang letaknya lebih dalam lagi disebut profunda. (Rahayu,
2007). Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel) yang umumnya
disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus. Folikulitis timbul sebagai bintik-bintik kecil
disekeliling folikel rambut. (Rifki,2011).

2.3 Klasifikasi Folikulitis


1. Folikulitis berdasarkan letaknya
a) Folikulitis Superficial
 Pseudomonas Folikulitis
Sekitar 12 sampai 48 jam terpajan, akan timbul papul kemerahan sampai dengan
adanya pustul. Ruam akan bertambah berat pada bagian tubuh yang tertutup
pakaian renang dengan air yang terkontaminasi dengan pseudomonas.
 Tinnea Barbae
Lebih sering disebabkan oleh jamur Trychopyton verrucosum atau Trychopyton
mentagrophytes. Folikulitis tipe ini juga terjadi didaerah dagu pria (jenggot). Tinnea
barbae menyebabkan timbulnya bintik-bintik putih yang gatal.
 Pseudofolikulitis Barbae
Pada inflamasi folikel rambut didaerah jenggot. Pseudofolikulitis barbae
menyebabkan jenggot jadi keriting.
 Pityrosporum Folikulitis
Lebih sering terjadi pada dewasa muda. Folikulitis tipe ini menimbulkan gejala
kemerahan, pustul dan gatal pada daerah punggung, dada dan kadang-kadang
daerah bahu, lengan atas dan wajah. Disebabkan oleh infeksi ragi,
seperti malassezia furfur, sama halnya seperti jamur yang menyebabkan ketombe.
b) Folikulitis Profunda
 Folikulitis Gram negative
Lebih sering berkembang pada seseorang dengan terapi antibiotik jangka panjang
dengan pengobatan akne. Antibiotik mengganggu keseimbangan normal bakteri
pada hidung, yang akan mempermudah berkembangnya bakteri yang berbahaya
( Bakteri Gram-negatif ). Pada umumnya hal ini tidak membahayakan, karena
flora di hidung akan kembali normal apabila pemakaian antibiotik dihentikan.
 Folikulitis Eosinofilik
Terutama terjadi pada penderita dengan HIV positif. Folikulitis tipe ini memiliki
gejala khas yaitu inflamasi yang berulang, luka yang bernanah (pus), terutama
terjadi pada wajah tetapi dapat juga terjadi pada punggung dan lengan atas. Luka
biasanya menyebar, sangat gatal dan seringkali menimbulkan
hipopigmentasi. (Anonymus, 2009)
2. Folikulitis berdasarkan penyebabnya
a) Folikulitis bacterial
Folikulitis bakterial terjadi ketika bakteri memasuki tubuh lewat luka, goresan, sayatan
bedah, atau berkembang biak pada kulit dekat folikel rambut. Bakteri dapat
terperangkap di folikel dan infeksi dapat menyebar dari folikel rambut ke bagian lain
dari tubuh. Folikulitis bakterial bisa dangkal atau mendalam. Folikulitis dangkal, yang
disebut juga impetigo, terdiri dari bintil berisi nanah yang terangkat dari kulit. Bintil
itu sering dikelilingi oleh lingkaran kemerahan.
Folikulitis dalam terjadi ketika infeksi menyerang lebih dalam dan melibatkan lebih
banyak folikel untuk menghasilkan furunkel dankarbuncle. Ini lebih serius daripada
folikulitis dan dapat menyebabkan kerusakan permanen dan menimbulkan luka yang
membekas pada kulit. Folikulitis bakterial biasanya terjadi pada anak-anak dan orang
dewasa. Staphylococcus aureus adalah penyebab folikulitis bakterial terbanyak. Ini
juga menyebabkan sikosis, yaitu infeksi kronis yang melibatkan seluruh folikel
rambut. Selain itu spesies streptococcus, pseudomonas, proteus dan
bakteri coliform juga menjadi penyebab folikulitis bakterial.
b) Folikulitis jamur
Seperti namanya folikulitis jamur ini disebabkan karena infeksi jamur. Infeks
jamur dangkal ditemukan di lapisan atas kulit, infeksi jamur dalam menyerang lapisan
kulit yang lebih dalam. Infeksi dari folikel rambut juga dapat menyebar ke dalam
darah atau organ dalam.
Jamur Dermatophytic ,jamur Pityrosporum dan folikulitis ragi kandida adalah
penyebab utama folikulitis jamur. Folikulitis dermatophytic paling sering disebabkan
oleh spesies zoofilik, yaitu spesies jamur yang menunjukkan daya tarik atau persamaan
dengan hewan. Kondisi ini ditandai dengan munculnya bintil folikuler di sekitar
plak eritematosa berwarna merah yang mengeras. Penetrasi jamur yang dalam
menyebabkan peradangan yang tinggi dan menentukan besarnya kerontokan rambut
yang terjadi akibat infeksi.
c) Folikulitis virus
Folikulitis Virus melibatkan berbagai infeksi virus pada folikel rambut. Infeksi
karena virus herpes sederhana (HSV) sering berubah menjadi luka berbintil
atau borok, dan akhirnya menjadi kerak. Infeksi yang disebabkan oleh kontagiosum
moluskum mengindikasikan sebuah imunitas tertahan yang bermanifestasi sebagai
papula berwarna keputihan dan gatal yang berada di daerah jenggot. Ada juga
beberapa laporan tentang folikulitis yang disebabkan oleh infeksi herpes zoster.
d) Folikulitis parasit
Parasit yang menyebabkan folikulitis biasanya adalah patogen kecil yang bersembunyi
di dalam folikel rambut untuk tinggal atau bertelur di sana. Kutu rambut
seperti demodex folliculorum dan demodex brevis adalah penghuni alami pada
folikel pilo-sebaceous manusia. (Anonymus, 2011).

2.4 Prognosis
Insidensi folikulitis pada masyarakat luas sulit ditentukan karena banyak individu yang
terkena infeksi ini tidak pernah berobat ke dokter. Dengan penanganan yang tepat, pasien
folikulitis memiliki prognosis yang baik. Gangguan ini biasanya menghilang dalam dua
hingga tiga minggu. Prognosis pasien folikulitis tergantung pada intensitas infeksi dan
kondisi fisik pasien serta kemampuan tubuhnya untuk menahan infeksi. (Kowalak, 2011)

2.5 Etiologi Folikulitis


Setiap rambut tubuh tumbuh dari folikel, yang merupakan suatu kantong kecil di
bawah kulit. Selain menutupi seluruh kulit kepala, folikel juga terdapat pada seluruh tubuh
kecuali telapak tangan, telapak kaki dan membran mukosa seperti bibir.
Etiologi yang paling sering menyebabkan folikulitis adalah kuman staphylococcus
aureus koagulase-positif.
Penyebab lainnya dapat meliputi:
1. Klabsiella, Enterobacter, atau Proteus (mikroorganisme ini menyebabkan folikulitis gram
negatif pada pasien yang mendapat terapi antibiotik jangka panjang)
2. Pseudomonas aeruginosa (mikroorganisme yang hidup dalam lingkungan hangat dan
memiliki PH tinggi serta kandungan klorin yang rendah) (Kowalak, 2011).

2.6 Faktor Risiko


Faktor resiko yang menjadi predisposisi infeksi ini adalah:
a) Luka yang terinfeksi
b) Higiene yang buruk
c) Keadaan umum yang jelek
d) Pakaian yang ketat
e) Gesekan
f) Pencukuran
g) Terapi imunosupresan
h) Pajanan pelarut tertentu
i) Diabetes

2.7 Patofisiologi Folikulitis


Mikroorganisme penyebab ini memasuki tubuh dan biasanya lewat retakan sawar kulit
(serta tempat luka). Kemudian mikroorganisme tersebut menyebabkan reaksi inflamasi
dalam folikel rambut. (Kowalak,2011).
2.8 Manifestasi Klinis
Gejala klinis folikulitis berbeda-beda tergantung jenis infeksinya. Pada bentuk
kelainan superfisial, bintik-bintik kecil (papul ) berkembang di sekeliling satu atau beberapa
folikel. Papul kadang-kadang mengandung pus ( pustul ), ditengahnya mengandung rambut
serta adanya krusta disekitar daerah inflamasi. Infeksi terasa gatal dan agak sakit, tetapi
biasanya tidak terlalu menyakitkan. Tempat predileksi folikulitis superfisial yaitu di tungkai
bawah.
Folikulitis profunda akan merusak seluruh folikel rambut sampai ke subkutan sehingga
akan teraba infiltrat di subkutan dan dapat menimbulkan gejala yang lebih berat yaitu sangat
sakit, adanya pus yang akhirnya dapat meninggalkan jaringan ikat apabila telah sembuh.
(Anonymus, 2009)

2.9 Pemeriksaan Diagnostic Folikulitis


a) Riwayat pasien yang memperlihatkan folikulitis sebelumnya sudah ada.
b) Pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya lesi kulit untuk penegakan diagnosis
folinokulitis.
c) Pemeriksaan kultur luka pada tempat yang terinfeksi (biasanya memperlihatkan S.
aureus).
d) Kanaikan jumlah sel darah putih (leukositosis) yang mungkin terjadi.

2.10 Penatalaksanaan Folikulitis


Kadang folikulitis dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga hari, tetapi pada
beberapa kasus yang persisten dan rekurens perlu penanganan lebih lanjut. Pengobatan dapat
diberikan antibiotik sistemik, antibiotik topical seperti salep mupirosin atau klindamisin atau
larutan eritromisin serta penggunaan antiseptik (contoh, chlorhexidine) dapat diberikan
sebagai terapi tambahan, tetapi jangan digunakan tanpa pemberian antibiotik sistemik.
Dianjurkan pemberian antibiotik sistemik dengan harapan dapat mencegah terjadinya infeksi
kronik. (Anonymus, 2009). Pembersihan daerah yang terinfeksi dengan sabun antiseptik dan
air serta kompres basah dan hangat untuk menimbulkan vasodilatasi serat pengaliran pus
dari daerah lesi dapat dilakukan pada penderita folikulitis.

2.11Pencegahan
a) Perawatan hiegine perorangan serta keluarga yang baik
b) Untuk menghindari penularan bakteri kepada anggota keluarga lain, beri tahu pasien agar
menggunakan handuk dan lap mukanya sendiri. Beri tahu pula bahwa barang-barang ini
harus direndam dulu dalam air panas sebelum dicuci (atau cuci dengan mesin cuci yang
menggunakan air panas).
c) Pasien harus mengganti pakaian dan perlengkapan tidurnya (seperti sprei, selimut, sarung
bantal, dll) setiap hari dan semua barang ini harus dicuci memakai air panas.
d) Anjurkan pasien untuk mengganti perban dengan sering dan segera membuangnya dalam
kantung kertas ke tempat sampah. (Kowalak, 2011)

2.12Komplikasi Folikulitis
Pada beberapa kasus folikulitis ringan, tidak menimbulkan komplikasi meskipun
infeksi dapat rekurens atau menyebar serta menimbulkan plak.
Komplikasi pada folikulitis yang berat, yaitu :
a) Selulitis
Sering terjadi pada kaki, lengan atau wajah. Meskipun infeksi awal hanya superfisial,
akhirnya akan mengenai jaringan dibawah kulit atau menyebar ke nodus limfatikus dan
aliran darah.
b) Furunkulosis
Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke jaringan dibawah kulit (subkutan).
Furunkel biasanya berawal sebagai papul berwarna kemerahan. Tetapi beberapa hari
kemudian dapat berisi pus, sehingga akan membesar dan lebih sakit.
c) Skar
Folikulitis yang berat akan meninggalkan skar atau jaringan ikat ( hipertropik / skar
keloid ) atau hipopigmentasi.
d) Kerusakan folikel rambut
Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen (Anonymus, 2009).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a) Tanyakan kepada pasien tentang berapa lama pasien mengalami perubahan pada
kulitnya
b) Tanyakan kepada pasien apakah pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya
c) Tanyakan kepada pasien adakah orang dilingkungan sekitar yang mengalami kejadian
yang sama
d) Amati adanya luka dan jaringan parut pada kulit pasien
e) Amati apakah ada pustula di daerah kulit

3.2 Diagnosa Keperawatan


a) Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan mekanisme jaringan sekunder
b) Resiko penularan infeksi b/d pertahanan sekunder tidak adekuat
c) Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang informasi

3.3 Rencana Intervensi


1. Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan mekanisme jaringan sekunder.
Tujuan : mempertahankan kulit utuh.
Intervensi :
a) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular
Rasional: menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus/infeksi.
b) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit serta membran mukosa.
Rasional: mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
c) Anjurkan menggunakan pakaian katun yang longgar.
Rasional: mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab kulit.

d) Berikan matras busa/flotasi


Rasional: menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi
seluler yang menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Resiko penularan infeksi b/d pertahanan sekunder tidak adekuat.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak
demam.
Intervensi :
a) Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
Rasional: tergantung tipe pustula ; untuk menurunkan risiko kontaminasi
silang/terpajannya pada flora bakteri multiple.
b) Tekankan tentang pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua individu
yang datang kontak dengan pasien.
Rasional: mencegah kontaminasi silang : menurunkan risiko infeksi
c) Awasi/batasi pengunjung, bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung
bila perlu.
Rasional: mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurang informasi
Tujuan : Menyatakan pemahaman penyebab terjadinya purpura dan penggunaan
tindakan pengobatan., Mulai mendiskusikan perannya dalam mencegah
kekambuhan, berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
a) Tentukan persepsi pasien tentang penyebab terjadinya purpura
Rasional: membuat pengetahuan dasar dan memberikan beberapa kesadaran yang
konstruktif pada pasien.
b) Berikan/kaji ulang tentang etiologi folikulitis, penyebab/efek hubungan perilaku pola
hidup, dan cara menurunkan resiko/faktor pendukung.
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi/keputusan tentang masa depan dan control masalah kesehatan.
c) Diskusikan tentang pentingnya menghentikan memakai baju ketat, mencukur rambut
dengan tidak hati-hati.
Rasional: pakaian ketat dan mencukur rambut dengan sembarangan juga berhubungan
dengan peningkatan resiko terjadinya/berulangnya folikulitis.

3.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan
menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.

3.5 Evaluasi
a) Kerusakan integritas kulit teratasi
b) Tidak terjadi penularan infeksi
c) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang dideritanya.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, biasanya oleh bakteri staphylococcus
aureus. Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko terjadi trauma pada kulit dan higien
buruk. Gejala klinis folikulitis berbeda beda tergantung jenis infeksinya. Pada bentuk
kelainan superfisial, bintik-bintik kecil (papul ) berkembang di sekeliling satu atau beberapa
folikel.
Folikulitis dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain : selulitis,
furunkulosis, skar, kerusakan folikel rambut, dan kebotakan permanen. Kadang folikulitis
dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten
dan rekurens perlu penanganan lebih lanjut.

4.2 Saran
Perawatan hiegine perorangan serta keluarga yang baik harus dimiliki oleh setiap
individu untuk menghindari terjadinya folikulitis. Untuk menghindari penularan bakteri
kepada anggota keluarga lain, beri tahu pasien agar menggunakan handuk dan lap mukanya
sendiri. Beri tahu pula bahwa barang-barang ini harus direndam dulu dalam air panas
sebelum dicuci (atau cuci dengan mesin cuci yang menggunakan air panas).

DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. 2011. Penyebab Folikulitis. http://doktermu.com/penyebab-folikulitis.html diakses


tanggal 18 Mei 2019 pukul 19 : 25
Carpenito. L. Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Doengos,E marlyn.2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Kowalak, P. Jennifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta
Rahayu. 2007. Bisul Bayi bag 2. http://www.balita-anda.com/bisul -bayi-bag2.html diakses
tanggal 18 Mei 2019 pukul 19:00
Rifkind, Malik. 2011. Folikulitis.http://www.scribd.com/doc/73463927/FOLIKULITIS-M-
Rifkind diakses tanggal 18 Mei 2019 pukul 19:30

Anda mungkin juga menyukai