Disusun Oleh:
Bernardus Dama Nini 1501070387
2019
A. Anamnesis
1. Tanyakan pada pasien tentang persepsi tentang pola hidupsehat.
2. Tanyakan apakah pasien mempunyai binatang peliharaan.
3. Tanyakan apakah pola nutrisi dan ragam diet yang digunakan dapat mengubah kondisi
kulit pasien.
4. Tanyakan dalam pola sehari-hari kondisi kulit tentang kekeringan atau kondisi produksi
keringat berlebihan.
5. Tanyakan pada pasien akan adanya lesi, kemerahan, atau memar. Bisa jadi merupakan
gangguan dari panas, dingin, atau stress, keterbukaan terhadap materi toksik, berjalan-
jalan ke tempat yang terbuka, atau hasil perawatan kulit.
6. Apakah pasien memperhatikan adanya perubahan kulit?
7. Tanyakan apakah pasien banyak bekerja atau menghabiskan waktu berlebihan di luar.
Bila ya, apakah menggunakan pelindung matahari dan seberapa banyak efeknya.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Warna
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan berkisar
dari warna gading hingga coklat gelap.
2. Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang.
3. Suhu
Suhu kulit normalnya hangat
4. Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh
5. Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakan.
C. Prosedur Pemeriksaan Fisik Integumen
1. Alat khusus
Stetoscop
Pencahayaan yang cukup
Sarung tangan sekali apaki
2. Persiapan pasien
Untuk pengakjian total Seluruh permukaan kulit,pasien harus melakukan beberapa
posisi
Area yang diperiksa sebaiknya terbuka penuh.
Bila area yang hendak diperiksa tidak bersih atau tertutup kosmetik, mungkin kulit
perlu dibersihkan untuk memungkinkan inspeksi yang adekuat.
3. Teknik pengkajian
1. Inspeksi warna dan pigmentasi kulit: Bandingkan warna dari bagian simetris tubuh,
beri perhatian lebih pada area sekitar pemasangan gif.
2. Perhatikan bidang atau area kulit dimana terjadi variasi warna.
3. Kaji adanya hiperemi atau kemerahan pada kulit.
4. Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal atau punggung tangan. Bandingkan bagian
tubuh yang simetris. Bandingkan bagian tubuh atas dan bagian tubuh bawah.
5. Palpasi dengan ujung jari daerah permukaan kulit untuk merasakan kelembabanya.
6. Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal atau punggung tangan. Bandingkan bagian
tubuh yang simetris. Bandingkan bagian tubuh atas dan bagian tubuh bawah.
7. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan strukturnya.
8. Palpasi ringan kuit untuk memeriksa kelmbutan, ketegangan, dan kedalaman lesi
eprmukaan. Palpasi lebih dala apada area yang tampak tidak biasa.
9. Inspeksi adanya lesi untuk warna, ukuran, lokasi, jenis, kelompok, dan cara penularan
10. Inspeksi setiap area edema mengenai lokasi, warna dan bentuk.
11. Palpasi setiap area edema tentang mobilitas, konsistensi, dan nyeri tekan. Untuk
mengkaji pitting edema, tekan kuat area tersebut selama lima detik dan lepaskan.
12. Catat warna kulit
13. kaji tekstur kulit
14. Kaji suhu pada pasien yang beresiko gangguan sirkulasi, yaitu mereka dengan gips
atau balutan yang ketat.
15. Rekam warna, bau, jumlah, dan konsistensi dari cairan yang keluar dari lesi
16. Jangan memijat area kemerahan
17. Catat adanya pucat, lecet, bintil-bintil, atau tak adanya lapisan superficial kulit (tanda
awal terbentuknya luk tekan)
4. Pengkajian Kuku
Sebelum mengkaji, kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi ,
pekerjaan dan tingkat perawatan diri seseorang. Bahakan status psikologis juga dapat
diungkapkan dari adanya bukti-bukti gigitan kuku
Inspeksi dan palpasi kuku
Perawat menginspeksi warna bantalan kuku, kebersihan, panjang, ketebalan dan
bentuk plat kuku, tektur kuku, sudut antara kuku dan bantalan kuku, serta kondisi
lipatan kuku lateral dan proksimal disekitar kuku
Kuku normalnya transparan, halus, melengkung dengan baik, dan cembung dengan
sudut bantalan kuku sekitar 160 derajat. Kutikula di sekelilingnya halus, utuh, dan
tanpa inflamasi.
Jari tabuh (clubbing finger) dengan sudut kuku lebih dari 180 derajat merupakan
manifestasi dari kondisi hipoksia
Palpasi kuku
Mengetahui warna bantalan kuku.
Pada saat ditekan, saat dipencet dan dilepas bantalan kuku tampak putih atau
memucat, tetapi warna merah muda harus segera kembali, maka mengindikasikan
adanya insufiensi sirkulasi. warna kebiruan atau keunguan pada banatalan kuku
memberitahukan terjadinya pada sianosis. Warna putih atau pucat terjadi karena
anemia.
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN FURUNKEL
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
1. Nyeri pada daerah peradangan folikel rambut
2. Badan panas,gatal-gatal pada kulit
3. Gangguan pencernaan seperti mual, malaise dan muntah
4. Malu dengan kondisi sakitnya,menarik diri.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien tampak malu,menggaruk-garuk di kulit, kulit tampak luka,suhu meningkat.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Tanyakan pada keluarga riwayat penyakit yang dialami pasien seperti: apakah
pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama dan apakah keluarga
mempunyai penyakit yang sama.
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan: pengetatuan klien tetang penyakitnya.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit: Aktivitas 0 1 2 3 4
1) Makan
2) Mandi
3) Berpakaian
4) Eliminasi
5) Mobilisasi di tempat tidur
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas
c. Pola istirahat tidur
Pada pasien furunkel terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri yang hebat setiap saat.
d. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola eliminasi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-
5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan
normal.
g. Pola peran hubungan: Sistem dukungan orang tua.
h. Pola konsep diri
i. Pola seksual reproduksi
Pada klien furunkel mengalami gangguan pada daerah-daerah axila , bokong dan
tubuh
j. Pola koping
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien nyeri dan pasien menjadi
malas untuk bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
3.2. Diagnosa
a) Nyeri b.d. respons inflamasi local sekunder dari kerusakan saraf perifer kulit.
b) Hipertermi b.d. respons inflamasi sistemik, respons sekunder dari proses supurasi local.
c) Kerusakan integritas jaringan kulit b.d. nekrosis local sekunder dari akumulasi pus pada
jaringan folikel rambut.
d) Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak adekuat sumber informasi, ketidaktahuan
program perawatan dan pengobatan.
3.3 Intervensi
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya
yang sering terjadi pada daerah bokong, aksila, dan badan. Furunkel dapat terbentuk pada
lebih dari satu tempat. Furunkel merupakan gangguan kulit yang tidak terlalu berbahaya
dimana sebagian besar akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan namun dengan
mempertahankan kebersihan.
4.2. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arndt K.A., Robinson J.K., Wintroub B.U., dan LeBoit P.E. 1997. Dermatology:Cutaneous
Medicine and Surgery in Primary Care. Philadelphia: WB Saunders
Burd R.2006. Furunkel. In: Lebwohl M.G., Heymann W.R., Bert-Jones J.et al.Treatment of Skin
Disease: Comprehensive Therapeutic Strategies. London: Mosby
Muttaqin Arif,dkk.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba
Medika
Suzanne C.Smeltzer dan Brenda G.Barc.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
EGC
Price S.S. dan Wilson L.M.1995.Patofisiologi,Konsep Klinis Proses –proses Penyakit.Edisi 4.
Jakarta: EGC
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang folikulitis serta mendapatkan
gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien Folikulitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi folikel
b) Untuk mengetahui definisi folikulitis
c) Untuk mengetahui Etiologi Folikulitis
d) Untuk mengetahui Patofisiologi Folikulitis
e) Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Folikulitis
f) Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostic Folikulitis
g) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Folikulitis
h) Untuk mengetahui Komplikasi Folikulitis
i) Untuk mengetahui Prinsip Etik Keperawatan pada Folikulitis
j) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Folikulitis
1.4 MANFAAT
1.4.1 Memberikan informasi pada mahasiswa tentang Folikulitis serta berbagai hal lain
yang berhubungan dengan penyakit ini.
1.4.2 Menambah pengetahuan penulis tentang Penyakit Folikulitis.
1.4.3 Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau
hal lain yang ada kaitannya dengan penyakit Folikulitis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Prognosis
Insidensi folikulitis pada masyarakat luas sulit ditentukan karena banyak individu yang
terkena infeksi ini tidak pernah berobat ke dokter. Dengan penanganan yang tepat, pasien
folikulitis memiliki prognosis yang baik. Gangguan ini biasanya menghilang dalam dua
hingga tiga minggu. Prognosis pasien folikulitis tergantung pada intensitas infeksi dan
kondisi fisik pasien serta kemampuan tubuhnya untuk menahan infeksi. (Kowalak, 2011)
2.11Pencegahan
a) Perawatan hiegine perorangan serta keluarga yang baik
b) Untuk menghindari penularan bakteri kepada anggota keluarga lain, beri tahu pasien agar
menggunakan handuk dan lap mukanya sendiri. Beri tahu pula bahwa barang-barang ini
harus direndam dulu dalam air panas sebelum dicuci (atau cuci dengan mesin cuci yang
menggunakan air panas).
c) Pasien harus mengganti pakaian dan perlengkapan tidurnya (seperti sprei, selimut, sarung
bantal, dll) setiap hari dan semua barang ini harus dicuci memakai air panas.
d) Anjurkan pasien untuk mengganti perban dengan sering dan segera membuangnya dalam
kantung kertas ke tempat sampah. (Kowalak, 2011)
2.12Komplikasi Folikulitis
Pada beberapa kasus folikulitis ringan, tidak menimbulkan komplikasi meskipun
infeksi dapat rekurens atau menyebar serta menimbulkan plak.
Komplikasi pada folikulitis yang berat, yaitu :
a) Selulitis
Sering terjadi pada kaki, lengan atau wajah. Meskipun infeksi awal hanya superfisial,
akhirnya akan mengenai jaringan dibawah kulit atau menyebar ke nodus limfatikus dan
aliran darah.
b) Furunkulosis
Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke jaringan dibawah kulit (subkutan).
Furunkel biasanya berawal sebagai papul berwarna kemerahan. Tetapi beberapa hari
kemudian dapat berisi pus, sehingga akan membesar dan lebih sakit.
c) Skar
Folikulitis yang berat akan meninggalkan skar atau jaringan ikat ( hipertropik / skar
keloid ) atau hipopigmentasi.
d) Kerusakan folikel rambut
Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen (Anonymus, 2009).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a) Tanyakan kepada pasien tentang berapa lama pasien mengalami perubahan pada
kulitnya
b) Tanyakan kepada pasien apakah pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya
c) Tanyakan kepada pasien adakah orang dilingkungan sekitar yang mengalami kejadian
yang sama
d) Amati adanya luka dan jaringan parut pada kulit pasien
e) Amati apakah ada pustula di daerah kulit
3.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan
menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
3.5 Evaluasi
a) Kerusakan integritas kulit teratasi
b) Tidak terjadi penularan infeksi
c) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang dideritanya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Folikulitis adalah infeksi folikel rambut, biasanya oleh bakteri staphylococcus
aureus. Peradangan terjadi di folikel. Faktor resiko terjadi trauma pada kulit dan higien
buruk. Gejala klinis folikulitis berbeda beda tergantung jenis infeksinya. Pada bentuk
kelainan superfisial, bintik-bintik kecil (papul ) berkembang di sekeliling satu atau beberapa
folikel.
Folikulitis dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain : selulitis,
furunkulosis, skar, kerusakan folikel rambut, dan kebotakan permanen. Kadang folikulitis
dapat sembuh sendiri setelah dua atau tiga hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten
dan rekurens perlu penanganan lebih lanjut.
4.2 Saran
Perawatan hiegine perorangan serta keluarga yang baik harus dimiliki oleh setiap
individu untuk menghindari terjadinya folikulitis. Untuk menghindari penularan bakteri
kepada anggota keluarga lain, beri tahu pasien agar menggunakan handuk dan lap mukanya
sendiri. Beri tahu pula bahwa barang-barang ini harus direndam dulu dalam air panas
sebelum dicuci (atau cuci dengan mesin cuci yang menggunakan air panas).
DAFTAR PUSTAKA