Anda di halaman 1dari 2

Sudut pandang si cowok(ungu)

Hal 102-105

Selama beradadi Jogja untuk memenuhi undangan Joni Ariadinata, saya menyempatkan
berkunjungke took buku milik Romlah, teman dekat Srimenanti. Toko buku Romlah diberi nama
Mojok Buku, bukan karena letaknya, melainkan suasananya yang nyaman untuk mojok dan
bercengkrama . Buku yang disediakan bukan hanya buku-buku baru,bahkan buku-buku lawas
yang sulit ditemukan juga tersedia. Dalam menjalankan usahanya, Romlah tidak berorientasi
mengambil keuntungan yang banyak. Dia lebih mengutamakan service dan kepasan konsumen.
Bahkan pengunjung yang membeli minimal empat buku di berikan bonus secangkir kopi, dan
pengunjung yang membeli minimal delpan buku di berikan bonus nasi pecel dan segelas air putih
atau teh tawar yang berasal dari angkringan didepan took buku yang juga dikelola oleh Romlah.

Pandangan saya tertuju kepada sosok pria muda bertopi dan berkacamata gelap yang
sedang menyantap nasi pecelnya. Pria itu adalah Beni Satryo. Tampaknya ia sedang terburu-buru
mengejar jadwal kereta. Romlah mengajak saya masuk keruang kerjanya, ia menunjukkan
lukisan Srimenanti, saya tersipu melihat lukisan itu, karena ide lukisan tersebut terinspirasi oleh
baris-baris puisi saya “masa kecil kau rayakan dengan membaca . Kepalamu berambutkan kata-
kata. Kau pun pulas di atas halaman buku yang luas.

Hal 109-112

Sudah dua jam saya tidak tau harus menulis apa, kepala saya penat. Saya tak punya calon
tulisan yang bisa saya obrolkan dengan Subagus, Menur dan Srimenanti. Tiba-tiba saya ingin
menyapa pihak-pihak yang menemani saya, kursi, hujan, lampu, ponsel, rekening, kalender,
KTP, mawa, nyamuk, kucing dan beberapa yang belum sempat saya sapa karna suara ketukan
dari pintu. Ternyata Tuan Eltece yang menawarkan diri menjadi tema tulisan saya.

Hal 116-118

Pagi hari saya pergi ke kediaman Subagus, tetapi sepertinya Subagus sedang bersedih,
saya urungkan niat saya untuk menghampirinya. Sore harinya saya menghubungi Subagus untuk
menanyakan keadaannya. Subagus meminta bertemu di kedai kopi langgganan kami. Subagus
mulai bercerita perihal kejadian tadi pagi. Sudah beberapa malam adda burung biru masuk dan
bertengger dikamar Subagus, saat ingin ditangkap tidak bisa, iang menghilang begitu saja,
setelah itu muncul tiba-tiba. Subagus pernah melihat burung biru itu di kuburan bapaknya.
Kuberitau untuk bertanya kepada Srimenanti, sebab ia pernah menggambar burung biru.

Sudut pandang sri menanti (oren/ijo)

Hal 113-115
Burung adalah perwujudan makhluk yang pandai bersyukur di tengah misteri rezeki.
Siang itu saat saya memesan pigura, Narimo dan Numani sedang asyik bercengkrama dengan
seekor burung biru. Sementara Tuan Beni Satryo sedang duduk didalam took lukisannya, dia
juga dikenal sebagai Pembina anak anak pwisie. Narimo dan Numani ditemukan Beni di depan
stasiun saat sedang mengamen. Beni merekrut mereka menjadi anak pwisie kemudian dibina ole
Beni untuk memebuat pigura. Toko lukisan yang didirikan Beni adalah penebusan atas cita-
citanya menjadi pelukis yang tidak kesampaian

Hal 119-120

Seorang ayah dengan paying bir malam di tangan kanannya berjalan menyusuri lorong
sepi dalam hujan. Tanga kirinya memegang tangan anak perempuannya yang mengenakan gaun
biru muda, menuju sebuah took lukisan. Ayahnya akan membelikan lukisan langit biru
kesukaannya. Beberapa waktu kemudian pemilik took Beni Satrya memberikan lukisan gratis
sebagai hadiah ulang tahun putrinya. Ayah gadis itu terkejut karena wajah Beni mirip sekali
dengan wajahnya saat muda.

Hal 123-124

Saya berhutang budi kepada Nasirun, dialah sosok yang menginspirasi saya untuk serius
melukis, dia pula yang pertama kali mengatakan saya berbakat. Selain menulis saya juga
membuat ilustrasi buku dan poster iklan. Alangkah terkejutnya saya saat diminta untuk membat
desai sampul dan ilustrasi buku puisi Sapardi Djoko Damono. Nasirun bahkan meminta saya
segera menyelenggarakan pameran tunggal perdana. Saya juga akan melibatkan menur, subagus,
hanafi dan dinda mereka pasti akan membantu.

Sudut pandang cowok

Hal 131-132

Sudah beberapa hari srimenanti menghilang. Menur dan Subagus tidak dapat
menghubungi dan menemukannya. Mereka mengira saya tau, padahal tidak. Mereka mengajak
saya untuk bertanya kepada siapa saja yang terhubung dengannya. Saya menolak, mungkin dia
sedang menyepi dan memulihkan tenagaya seperti yang pernah disampaikan ibunya, Srimenanti
kadang-kadang menghilang begitu saja, tetapi pasti kembali. Srimenanti ternyata tak kemana-
mana malam itu dia berdiri di bawah tiag lampu pertigaan didepan perpustakaan kota, seperti
menunggu seseorang. Saya menhampirinya, bertanya apa yang ditunggu, malam itu saat
pertemuannya dengan sapardi. Srimenanti dihampirri Eltece. Setelah itu dia menghilang dan
berhenti dibawah tiang lampu ini. Pulang lah srimenanti dia tak akan datang jika kamu cari dan
kamu tunggu

Anda mungkin juga menyukai