Anda di halaman 1dari 7

PELOPOR DAN PENGAWAL REVOLUSI DEMOKRASI :

GERAKAN MAHASISWA SEBAGAI GERAKAN POLITIK


NILAI.

(Analisis singkat sejarah gerakan mahasiswa Indonesia


1966-2001)
oleh : M. Fadjroel Rahman

DUA TAHAP REVOLUSI DEMOKRASI DAN PERAN


OPOSISI ADHOC

Puncak revolusi mei 1998 adalah penggulingan


Jenderal Besar (purn) Soeharto, didahului oleh pendudukan
gedung DPR/MPR oleh mahasiswa Indonesia. Namun, revolusi
mei 1998 hanyalah awal dari tahap pertama (first strage)
revolusi demokrasi yang dipelopori gerakan mahasiswa.
Tahap pertama revolusi demokrasi ini merupakan tahap
pembongkaran kesadaran massa dan mahasiswa terhadap
struktur ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menindas
atau eksploitatif. Proses pembentukkan tahap pertama
revolusi demokrasi ini berlangsung sepanjang sejarah rezim
Orde baru (ditandai sejumlah "puncak" perlawanan gerakan
mahasiswa 1974, 1987,1989, dan 1998). Peran oposisi adhoc
gerakan mahasiswa merupakan peran historis yang
dipaksakan secara struktural oleh rezim Orde baru yang
menjalankan satu jenis faasisme baru yaitu fasisme
pembangunan (developmental fascism). Peran ini menjadi
permanen sepanjang sejarah rezim Orde baru karena
diberangusnya semua kekuatan oposisi formal (dalam kondisi
demokrasi merupakan peran partai politik) dan
ditundukkannya masuarakat sipil secara korporatis-fasistis,
maupun melalui kekerasan terbuka.
Peran oposisi adhoc ini kembali dijalankan gerakan
mahasiswa dibawah rezim Abdurrahman Wahid karena;
Pertama: agenda reformasi total tidak dilaksanakan oleh
semua lembaga politik baik legislatif, eksekutif maupun
yudikatif; kedua: tidak ada satupun partai politik yang
menegaskan kekuatan politik oposisional dan
memperjuangkan pelaksanaan agenda reformasi total tanpa
kompromi politik dengan rezim Orde baru; ketiga: semua
1
partai politik peserta pemilu 1999 (48 parpol) adalah
legitimator UU pemilu yang cacat demokrasi karena
mensyahkan keberadaan TNI/POLRI di legislatif (DPR/MPR,
DPRD I dan DPRD II) dan keikutsertaan partai Golongan Karya
dalam pemilu tanpa pertanggungjawaban hukum terhadap
kejahatan politik, ekonomi dan HAM sepanjang 32 tahun
rezim Orde baru. Dengan demikian semua partai politik
berkhianat terhadap agenda reformasi total dan revolusi
demokrasi, karena menjadi kolaborator politik rezim Orde
baru .
Tahap pertama revolusi demokrasi ini berawal pada
tergulingnya Jenderal Besar (purn) Soeharto dan berakhir
pada pelaksanaan seluruh agenda reformasi total. Bila
seluruh agenda reformasi total dijalankan maka terbentuklah
demarkasi politik demokrasi/reformasi total terhadap politik
anti-demokrasi/anti reformasi total. Oleh karena agenda
reformasi total belum dijalankan hingga rezim Abdurrahman
Wahid sekarang, maka gerakan mahasiswapun terus
menerus menjalankan oposisi adhoc-nya. Dapat dicatat
dengan sejumlah "puncak lain" selain Mei 1998 (pendudukan
DPR/MPR dan penggulingan Soeharto), November 1998
(Semanggi I, penolakan terhadap SI MPR), September 1999
(Semanggi II, Penolakan terhadap UU Penanggulangan
Keadaan Bahaya), Oktober 1999 (Penolakan terhadap
Habibie dan Wiranto), Januari 2001 hingga sekarang
(tuntutan terhadap penurunan Abdurrahman Wahid serta
pembubaran dan pengadilan Partai Golkar).
Dalam skala waktu,tidak dapat ditetapkan kapan tahap
pertama revolusi demokrasi atau pelaksanaan agenda
reformasi total berakhir. Bukan tidak mungkin, bahkan rezim
berikutnyapun yang berasal dari pemilu 1999 yang cacat
demokrasi, bila Abdurrahman Wahid mengundurkan diri,
tidak akan mampu dan mau menyelesaikan tahap pertama
revolusi demokrasi tersebut. Tetapi secara teoritis, tahap
kedua (second stage) dari revolusi demokrasi dapat diawali
bila semua agenda reformasi total sudah dijalankan. Tahap
kedua ini merupakan tahap pembongkaran struktur ekonomi,
politik, sosial dan budaya yang menindas atau eksploitatif.
Pada tahap keduainilah pemantapan dan pengembangan

2
demokrasi dijalankan melalui proses konsolidasi dan
pendalaman demokrasi.

GERAKAN POLITIK NILAI VERSUS GERAKAN POLITIK


KEKUASAAN.

Apakah gerakan mahasiswa bebas kepentingan


politik? Tentu tidak, karena kepentingan pertama dan
terutama yang diperjuangkannya adalah nilai-nilai (values)
atau sistem nilai (values system) yang sifatnya universal
seperti keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi
dan solidaritas kepada rakyat yang tertindas. Karena itu
oposisi adhoc gerakan mahasiswa di Indonesia merupakan
gerakan politik nilai (values political movement) dan bukan
gerakan politik kekuasaan (power political movement) yang
merupakan fungsi dasar partai politik.

Nilai-nilai universal tersebut juga hidup dalam konteks


kesejarahan suatu gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa
di Indonesia menterjemahkan nilai-nilai tersebut dalam
konteks politik kontemporer Indonesia dalam bentuk agenda
reformasi total sekarang ini berupa:

1. Amandemen UUD '45 menjadi konstitusi demokrasi,

2. Pencabutan Dwifungsi ABRI (TNI/Polri) atau penghapusan


peran politik, bisnis dan teritorial TNI/Polri.

3. Pengadilan pelaku KKN sepanjang pemerintahan Soeharto,


Habibie dan Abdurrahman Wahid,

4. Pengadilan pelaku kejahatan HAM sepanjang


pemerintahan Soeharto, Habibie dan Abdurrahman Wahid.

5. desentralisasi atau otonomi daerah seluas-luasnya,

6. reformasi perburuhan dan pertanian.


Dibandingkan dengan gerakan politik kekuasaan yang
menjadi ciri khas partai politik, dimana penetapan agenda
dan target politik maupun pemilahan lawan dan kawan politik
3
semata-mata sebagai urusan taktis dan strategis untuk
memperkuat dan mengukuhkan posisi politiknya dalam
percaturan kekuasaan sekarang dan di masa depan. Maka
gerakan politik nilai yang menjadi ciri khas gerakan
mahasiswa walaupun melakukan penetapan agenda dan
target politik maupun pemilahan lawan dan kawan politik,
tetapi samasekali tidak untuk memperkuat dan
mengukuhkan posisi politiknya dalam percaturan kekuasaan.
Contohnya, ketika gerakan mahasiswa menolak pemilu 1999
dimasa rezim Habibie, lebih disebabkan oleh perhitungan
bahwa pemilu tersebut cacat demokrasi dan mnegkhianati
agenda reformasi total. Tetapi, untuk 48 parpol peserta
pemilu 1999, pemilu tersebut merupakan peluang untuk
meraih dan mengukuhkan kekauasaan politik atau sekedar
memperoleh legitimasi hukum untuk keberadaan partainya,
bahkan sekedar memperoleh sedikit jabatan dan sejumput
uang.

GERAKAN POLITIK NILAI UNTUK MENUNTASKAN


REVOLUSI DEMOKRASI.

Karena berdiri sebagai gerakan politik nilai, maka


gerakan mahasiswa angkatan 2001 sekarang pun dengan
luwes menetapkan sejumlah agenda dan target politik baru
yang menghindarkan mereka dari jebakan dan manipulasi
kepentingan elite maupun partai politik tertentu. Melalui
pertarungan gagasan yang cukup tajam antar kelompok dan
gerakan mahasiswa, sekarang secara praktis semua elemen
gerakan mahasiswa "bersatu lagi" sebagai gerakan politik
nilai, membela dan mengawal revolusi demokrasi dengan
memperjuangkan agenda reformasi total yang mereka cita-
citakan bahu membahu. Kini, kita semua menyaksikan
sinergi gagasan dan kekuatan gerakan mahasiswa "bersatu"
memperjuangkan agenda reformasi total atau enam visi
reformasi ditambah dengan agenda menurunkan
Abdurrahman Wahid, menolak kenaikan harga BBM dan
sembako dan menjadikan KKN orde baru -partai Golkar
sebagai musuh bersama (Common Enemy).

Disarikan dari berbagai sumber


4
1966 1974 1978
Visi Nilai-nilai: keadilan Nilai-nilai: Nilai-nilai:
sosial, kebebasan, keadilan sosial, keadilan sosial,
kemanusiaan, kebebasan, kebebasan,
demokrasi dan kemanusiaan, kemanusiaan,
solidaritas kepada demokrasi dan demokrasi dan
rakyat tertindas solidaritas solidaritas
kepada rakyat kepada rakyat
tertindas tertindas
Sasaran Pimpinan Nasional Strategi Pimpinan
Strategis Pembangunan Nasional
Organisasi Ekstra Kurikuler Dewan Dewan
(HMI dan Ormas Mahasiswa Mahasiswa
Pemuda)
Aliansi Angkatan Darat Intelektual Intelektual
strategis politisi oposisi politisi oposisi
Kondisi Politik Friksi tajam Friksi tajam Jend. Friksi politik
(Birokrasi dan Soekarno, AD dan Soemitro dan relatif kecil
Militer) PKI Aspri Soeharto
Kondisi Inflasi 600% Pertumbuhan Pertumbuhan
Ekonomi relatif tinggi relatif tinggi
Korban Mahasiswa 5-7 Mhs luka-luka, Mhs luka-luka
meninggal, rakyat sejumlah rakyat
sekitar satu juta meninggal
orang
Aktivis dan Tidak ada Penahanan rata- Penahanan rata-
Pemimpin penahanan dan rata 1-2 tahun rata 1 tahun
Mahasiswa pemecatan
Hasil Soekarno Soeharto tetap Soeharto tetap
digulingkan, PKI berkuasa, berkuasa, tidak
dibubarkan perbaikan ada perubahan
kebijakan kebijakan
ekonomi signifikan
1989 1998 2001

5
Nilai-nilai: keadilan Nilai-nilai: Nilai-nilai:
sosial, kebebasan, keadilan sosial, keadilan sosial,
kemanusiaan, kebebasan, kebebasan,
demokrasi dan kemanusiaan, kemanusiaan,
solidaritas kepada demokrasi dan demokrasi dan
rakyat tertindas solidaritas solidaritas
kepada rakyat kepada rakyat
tertindas tertindas
Pimpinan Nasional Pimpinan Pimpinan
dan perubahan Nasional dan Nasional dan
structural perubahan perubahan
struktural struktural

Komite Solidaritas Jaringan Jaringan


Mahasiswa, buruh, Mahasiswa Mahasiswa
tani, dan kelas formal dan non formal dan non
menengah formal (Forkot, formal (BEM,
FKSMJ dll) Forkot, FPPI,
KAMMI dll)
Buruh, tani, Intelektual Intelektual
intelektual, kelas politisi oposisi, politisi oposisi,
menengah kaum miskin kaum miskin
kota, kelas kota, kelas
menengah dan menengah,
profesional profesional,
buruh dan tani
Friksi politik relatif Friksi tajam Friksi tajam
kecil Soeharo versus Eksekutif Versus
14 menteri, Legislatif
Jend. Wiranto
Versus Letjen. Friksi "kecil"
Prabowo. S. Gusdur Versus
Megawati Versus
Angkatan Darat
Pertumbuhan rata- Depresiasi 708% Depresiasi
rata 7% dan Inflasi sektoral 165%
82,4% dan Inflasi 9,4%

6
Pertumbuhan – Pertumbuhan 4-
14% 5%
Mhs luka-luka Mahasiswa 12 Mhs luka-luka,
orag meninggal, ribuan rakyat
ratusan luka, meninggal
1500 rakyat karena
meninggal kerusuhan SARA
Penahanan rata-rata Penahanan Belum ada
3-8 tahun dan harian dan penahanan
pemecatan denda
Soeharto tetap Soeharto dan
berkuasa, tidak ada Habibie
perubahan kebijakan digulingkan,
signifikan agenda
reformasi macet
total

Anda mungkin juga menyukai