Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat dalam kehidupan manusia tidak terpisahkan, bukan saja karena sejarahnya
yang panjang ke belakang zaman dalam catatan-catatan yang ada. Melina juga
Karena ajaran filsafat Malahan menjangkau masa depan umat manusia dalam
bentuk-bentuk ideologi, manusia, bangsa-bangsa pengabdi setia nilai-nilai filsafat
tertentu, sebagai ideologi nasional masing-masing.

Filsafat dari sudut pendidikan secara sederhana dapat dimengerti dari namanya
sendiri, yaitu filsafat yang dijadikan asas dan pandangan dasar bagi pelaksanaan
sendiri. Akan tetapi persoalan sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Pengertian
pendidikan baik sebagai bidang ilmu pengetahuan maupun sebagai lembaga
pembinaan manusia, sedemikian luas ruang lingkup dan problematikanya.
Demikian pula pengertian pendidikan dan pengertian filsafat, sebagai suatu ilmu
yang paling komprehensif.

Untuk sekedar memperjelas pengertian sebagai suatu langkah dan pendekatan


memahami pendidikan lebih lanjut, mengerti sesuatu dari segi definisi agaknya
dapat diterima. Tetapi untuk mengerti sesuatu sebagaimana mestinya, melalui
definisi saja bukanlah tindakan bijaksana. Sebab bagimanapun pengertian melalui
definisi tentang suatu konsepsi yang abstrak akan selalu tidak representatif.
Bahkan, pengertian kita tentang sesuatu yang kongkrit, yang dapat dihayati dengan
panca indera, sedemikian sukarnya untuk merumuskannya dalam suatu definisi.
Tidaklah saja faktor keterbatasan perbendaharaan bahasa, melainkan juga
kemampuan intelek pun terbatas untuk merumuskannya, dan juga karena definisi
merupakan hasil berpikir dan pandangan seseorang, maka faktor-faktor
subyektivitas sukar pula dihindarkan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Pendidikan

Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya manusia. Hakekat pendidikan


adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya
sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pendidikan dapat diartikan sebagai
proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan.
Arti kedewasaan adalah konotasi ini sangat luas, tidak terbatas hanya pada usia
kalender, melainkan lebih menekankan pada mental-spiritual, sikap nalar, baik
intelektual maupun emosional, sosial dan spiritual.

Hakekat pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman


modern ini diakui sebagai suatu kekuatan yang menentukan prestasi dan
produktivitas seseorang. Tidak ada satu fungsi dan jabatan di dalam masyarakat
tanpa melalui proses pendidikan. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses
pendidikan dalam arti demikian, terutama berlangsung di dalam dan oleh lembaga-
lembaga pendidikan formal (sekolah, universitas).

Akan tetapi hakekat pendidikan lebih dari padanya hanya pendidikan formal itu. Di
dalam masyarakat keseluruhan terjadi pula proses pendidikan di mana antar
hubungan dan interaksi sosial mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia.
Proses pendidikan yang berlangsung di dalam kehidupan sosial yang disebut
pendidikan informal ini bahkan berlangsung sepanjang kehidupan manusia.

Menurut Prof. Richey dalam bukunya yang berjudul “Planning for Teaching an
Introduction to Education” antara lain sebagai berikut :

Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang
baru (generasi muda). Jadi hakekat pendidikan adalah proses yang lebih luas dari
pada proses proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan adalah
suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan
berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks/modern, fungsi pendidikan ini
mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan formal yang
tetap berhubungan dengan proses pendidikan informasi di luar sekolah.

Dari definisi pendidikan di atas, sekurang-kurangnya tiap pribadi manusia terlibat


dengan pengaruh pendidikan dalam arti yang lebih luas. Sebab tiap manusia
kenyataannya sekaligus adalah warga masyarakat dan pendidikan dalam arti luas
itu berlangsung di dalam dan oleh proses masyarakat.

B. Hakekat Filsafat Pendidikan

Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang memiliki tujuan. Tujuan


proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab
potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh pada menuju ke tingkat
kedewasaan, kematangan.

Filsafat pendidikan menjadi sangat penting, sebab menjadi dasar, arah dan
pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran
sebagai hasil pengkajian secara teratur dan mendalam yang menjadikan filsafat
sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan
mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang akan dicapai.

Bidang ilmu pendidikan dengan berbagai cabang-cabangnya merupakan landasan


ilmiah bagi pelaksanaan pendidikan yang terus berkembang secara dinamis,
sedangkan filsafat pendidikan sesuai dengan hakekatnya merupakan landasan
filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan. Kedua
bidang pengetahuan ini harus menjadi pengetahuan dasar (know ledge basic) bagi
setiap pelaksana pendidikan.

Menurut Al-Syaibany (1979 : 30) Hakekat Filsafat Pendidikan adalah sebagai


pandangan hidup falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat
itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitik
beratkan kepada pelaksanaannya yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

Manusia sebagai pribadi ataupun sebagai masyarakat, sebagai bangsa dan negara
hidup di dalam sosio-budaya. Aktivitas untuk mewariskan dan mengembangkan
sosio-budaya itu terutama melalui pendidikan. Untuk menjamin supaya pendidikan
itu benar dan prosesnya efektif maka dibutuhkan terutama landasan-landasan
filosofis dan landasan-landasan pendidikan sebagai ases normatif dan pedoman
pelaksanaan pembinaan.

Dengan demikian kedua asas tersebut, filosofis dengan pendidikan tidak dapat
dipisahkan. Sebab, pendidikan sebagai satu wadah dan usaha membina dan
mewariskan kebudayaan, mengemban suatu kewajiban yang luas dan menentukan
prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosio-budaya mereka. Sehingga pendidikan
bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata-mata. Pendidikan harus secara
fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah yang menjamin
pencapaian tujuan yakni meningkatkan perkembangan suatu individu tersebut
melalui pendidikan.

C. Hakekat Sekolah Dasar

Sebelum membahas lebih dalam mengenai Hakekat Sekolah Dasar, akan


dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari pada Sekolah Dasar yaitu : Tingkatan
dasar dari urutan pendidikan formal di mana siswanya berusia mulai dari enam
tahun sampai kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan
mulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulailah sejarah baru dalam
kehidupannya yang kelak mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya.

Di dalam sebuah sekolah dasar ada beberapa cakupan di dalamnya antara lain :

a Kompetansi Dasar

Yaitu pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan,


keterampilan dan nilai-nilai dasar yang diretlefsikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak setelah semua siswa menyelesaikan aspek atau sub
aspek mata pelajaran tertentu

b Pengenalan-Pengenalan

Di sini ditekankan lebih terhadap kelas rendah terlebih siswa kelas I


(satu) yang baru mengenal dunia pendidikan dasar di tingkat formal
yakni Sekolah Dasar (SD) harus diadakan pengenalan yang lebih baik
dalam belajar dan bermain
c Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

Sebagai sekolah yang mempunyai tujuan dan arah yang akan dicapai,
maka sekolah harus mempunyai sebuah visi dan misi, berikut adalah
contoh visi dan misi dari suatu sekolah dasar :

Visi

Mewujudkan lulusan yang berkualitas, berprestasi, berbudi pekerti


dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Misi

Meningkatkan pendidikan budi pekerti bagi siswa dengan


menambah jam belajar agama di luar jam sekolah

Melancarkan pembelajaran secara efektif dan kreatif agar siswa


dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya

Meningkatkan kemampuan guru sesuai dengan keahliannya dalam


tugasnya

Menerapkan disiplin dan bekerjasama dengan melibatkan warga


sekolah, masyarakat dan komite sekolah

Tujuan Sekolah

Dapat mengamalkan ajaran agama, sehingga menghasilkan siswa


yang beriman dan mengembangkan kegiatan yang didapat dari
sekolah
Menguasai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi

Menjadikan guru yang berkualitas sehingga menjadikan sekolah


pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekolah

Menjadikan sekolah yang dipaporitkan di masyarakat sekitar

D. Hakekat Pelaksanaan Filsafat Pendidikan di Sekolah Dasar

Hakekat Filsafat di Sekolah Dasar merupakan idealnya atau sesuainya pendidikan


itu di sekolah dasar tersebut.

Terdapat kebaikan dan kekurangan yang ditemukan di Sekolah Dasar. Ditinjau dari
:

a Kurikulum

Menggunakan KTSP. Di sini saya sajikan contoh silabus pada kelas V


semester I dan II mata pelajaran PKn

Semester I

Materi
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar dalam
Buku ini
1. Memahami 1.1 Mendeskripsikan (NKRI) BAB I
pentingnya keutuhan
Negara Kesatuan 1.2 Menjelaskan pentingnya
Republik Indonesia (NKRI)
(NKRI)
1.3 Menunjukkan contoh-contoh
perilaku dalam menjaga
keutuhan NKRI
2. Memahami peraturan 1.4 Menjelaskan pengertian dan BAB II
perundang-undangan pentingnya peraturan
tingkat pusat dan perundang-undangan tingkat
daerah pusat dan daerah

1.5 Memberikan contoh


peraturan perundang-
undangan tingkat pusat dan
daerah, seperti pajak, anti
korupsi, lalu lintas, larangan
merokok

Semester II

Materi
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar dalam
Buku ini
1.1 Mendeskripsikan pentingnya BAB III
organisasi

1.2 Menyebutkan contoh


3. Memahami
organisasi di lingkungan
kebebasan
sekolah dan masyarakat
berorganisasi
1.3 Menampilkan peran serta
dalam memilih organisasi di
sekolah
1.4 Mengenal bentuk-bentuk BAB IV
keputusan bersama
4. Menghargai
keputusan bersama
1.5 Mematuhi keputusan
bersama

b Sarana Belajar

Ditinjau dari sarana belajarnya beberapa sekolah dasar negeri memang


sudah memenuhi kriteria sarana belajar untuk tingkat Sekolah Dasar
Negeri di Sumatera Utara yakni Medan. Di mana rombongan belajarnya
(peserta didik) berjumlah 40 (empat puluh) siswa per kelas dengan
ruangan kelas yang cukup lebar
c Fasilitas Sekolah

Ditinjau dari fasilitas sekolah. Beberapa SD Negeri fasilitasnya belum


memadai, sebab belum lengkap, terbukti dari ketidak lengkapan
perlengkapan Unit Kesehatan Siswa (UKS), kantin yang tidak begitu
kelihatan sehat, isi perpustakaan tidak begitu memadai, ruang guru yang
begitu sempit.

d Kesesuaian Tenaga Pendidikan dengan Keahlian

Ditinjau dari tenaga pengajar apakah sudah sejalan dengan keahlian


masing-masing, menurut tinjauan kami sudah sesuai karena pada
jalannya seperti untuk guru kelas rata-rata mereka memang lulusan dari
S-1 dan ada juga yang D-II dan guru olah raga lulusan S-1 Olah Raga dan
guru Agama lulusan S-1 PAI (Pendidikan Agama Islam).

e Mobiler

Ditinjau dari segi Mobiler beberapa Sekolah Dasar Negeri sudah cukup
baik dikarenakan kursi yang masih bagus dan meja siswa yang lengkap
dengan menggunakan laci.

f Metode/Strategi Belajar Guru

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu


berkonsentrasi dalam waktu relatif lama. Daya serap anak didik terhadap
bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang
sedang dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya
serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan guru.
Guru-guru di beberapa SD Negeri menggunakan metode belajar-
mengajar sebagai berikut :

Metode Ceramah

Metode Tanya Jawab

Metode Diskusi

Metode Kerja Kelompok

Metode Pemberian Tugas

Metode Demonstrasi

Metode Eksperimen

Metode Simulasi

Metode Penemuan

Metode Latihan
1. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang


merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.

Ciri-ciri berfikir filosfi :

1.Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.

2.Berfikir secara sistematis.

3.Menyusun suatu skema konsepsi, dan

4.Menyeluruh.

Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :

1.Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika

2.Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.

3.Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Antropologi Filsafat.

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu
adalah:

1.Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam


semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran
materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme
humanistis.

2.Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan
idealisme objektif.

3.Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi
murupakan hakitat yang asli dan abadi.
4.Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak
(absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :

1.Sebagai dasar dalam bertindak.

2.Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.

3.Untuk mengurangi salah paham dan konflik.

4.Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

2. FILSAFAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik


baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah
cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam
keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup
kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.

Beberapa aliran filsafat pendidikan;

1.Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.

2.Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme;


dan

3.Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman


menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah
sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai
berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu
dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk
:mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik
adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Filsafat Sains ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang
bersifat umum dan mendasar. Kata filsafat
berasal
dari bahasa Yunani ?
philosophia, yang berarti love of wisdom
atau mencintai kebenaran. Empat hal yang melahirkan filsafat yaitu ketakjuban,
ketidakpuasan, hasrat bertanya dan ke-raguan. Ketakjuban terhadap segala sesuatu
(terlihat/tidak) dan dapat diamati (de-ngan mata dan akal budi) serta ketidakpuasan
akan penjelasan berdasarkan mitos membuat manusia mencari penjelasan yang
lebih meyakinkan dan berpikir rasio-nal. Hasrat bertanya membuat manusia terus
mempertanyakan segalanya, tentang wujud sesuatu serta dasar dan hakikatnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh penjelasan yang lebih
pasti menunjukkan adanya keraguan (ketidakpastian) dan kebingungan pada
manusia yang bertanya.

Ciri berpikir secara filsafati adalah radikal (berpikir tuntas, atau mendalam sampai
ke akar masalah); sistematis (berfikir logis dan terarah, setahap demi setahap); dan
universal (berpikir umum dan
menyeluruh, tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tetapi melihat masalah
secara utuh) dan ranah makna (memikirkan makna terdalam berupa nilai
kebenaran, keindahan dan kebaikan).

Dalam filsafat, digunakan nalar dan pernyataan-pernyataan untuk mene-mukan


kebenaran dan pengetahuan akan fakta. Ketika menyelesaikan masalah se-cara
falsafah, seseorang tidak harus merujuk pada sumber lain tapi hendaknya bisa
menjawab masalah yang dipikirkannya menggunakan akal budinya, dengan pikiran
yang bebas. Jika seseorang berfikir sangat dalam ketika menghadapi suatu masalah
dalam hubungannya dengan kebenaran, maka orang itu dapat dikatakan telah
berpikir secara filsafati dan kajian yang tersusun oleh pemikirannya itu disebut
falsafah.

Objek material dari suatu kajian filsafat adalah segala yang ada mencakup apa
yang tampak (dunia empiris) dan apa yang tidak tampak (dunia metafisik)
sementara objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan
rasional tentang segala yang ada (objek material). Suatu masalah akan menjadi
masalah falsafah jika masalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan kaidah
pengamatan atau kaidah sains. Masalah falsafah biasanya melibatkan masalah
tentang konsep, ideologi, dan masalah-masalah lain yang
bersifat abstrak, contohnya apakah kebenaran? Apakah ilmu pengetahuan?
Berpikir filsafati biasanya bertujuan untuk mencari jawaban atas masalah yang
sifatnya baik dan bisa memajukan umat manusia.

Sains berarti ilmu, yaitu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu dan bersifat kohe-
ren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan. Cakupan objek filsafat lebih
luas dibandingkan ilmu. Jika ilmu terbatas hanya pada persoalan empiris, maka
filsafat mencakup masalah diluar empiris. Secara historis, ilmu berasal dari kajian
filsafat karena pada awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang
segala yang ada secara sistematis, rasional dan logis. Filsafat merupakan tempat
berpijak bagi kegiatan keilmuan.
Perkembangan kajian terkait dengan masalah empiris menimbulkan spesi-alisasi
keilmuan dan menghasilkan kegunaan praktis. Sehingga, filsafat sains me-rupakan
disiplin ilmu yang digunakan sebagai kerangka dasar/landasan berpikir bagi proses
keilmuan.

Seorang ilmuwan yang mampu berfikir filsafati, diharapkan bisa mendalami


unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga bisa
memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang dikembang-kannya,
termasuk manfaatnya bagi pengembangan masyarakatnya

Anda mungkin juga menyukai