Anda di halaman 1dari 4

TATALAKSANA TUBERKULOSIS PARU

TANPA KOMPLIKASI (A15)


No. Dokumen :
SOP/UKP.BPU.001-MKS/2016
SOP No. Revisi : 00
Tanggal Terbit : 27 Juli 2016
Halaman : 1 dari 4
PUSKESMAS
KECAMATAN drg.Herisianto. T
MAKASAR NIP.196209231994021001

1. Pengertia Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang


disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis
n
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan
tatalaksana terhadap tuberculosis tanpa komplikasi
3. Kebijaka SK kepala Puskesmas Kecamatan Makasar No. 38/SK/MKS/07/2016
Tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
n
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/514/2015
tentang Panduan Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
5. Langkah- I.PASIEN TB DEWASA
1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan
langkah
nama, tanggal lahir, alamat pasien (minimal dua data) dan
mecocokkannya dengan data rekam medis
2. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan
a. Batuk berdahak ≥ 2 minggu, dapat bercampur darah atau
batuk darah.
b. Sesak napas
c. Nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai
peradangan pleura), badan lemah
d. Nafsu makan menurun
e. Berat badan menurun
f. Malaise
g. Berkeringat malam tanpa kegiatan fisik
h. Demam meriang lebih dari 1 bulan
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menemukan
tanda – tanda klinis termasuk auskultasi paru terdengar suara
napas bronkhial/ amforik/ ronkhi basah/ suara napas melemah
di apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
4. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang berupa :
a. Darah lengkap : limfositosis/ monositosis, LED meningkat,
Hb turun.
b. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/
BTA) atau kultur kuman dari specimen sputum/ dahak
sewaktu-pagi-sewaktu.
5. Dokter menegakkan diagnosa dan menyusun rencana layanan
medis berupa rawat jalan
a. Pasien dengan resiko resistensi obat, resiko HIV, atau sakit
parah sebaiknya melakukan pemeriksaan Xpert MTB/ RIF
sebagai uji diagnostik awal.
b. Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru
specimen dari organ yang terlibat harus diperiksa secara
mikrobiologis dan histologis.
6. Dokter menuliskan resep
a. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,

1
Pirazinamid, dan Etambutol. Diminum setiap hari dan
diawasi secara langsung.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin.
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk
penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose
combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3
tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA,
EMB).
d. Panduan OAT lini pertama yaitu :
Kategori I : 2HRZE / 4H3R3
Katogori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
OAT sisipan : HRZE
7. Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga
tentang kondisi pasien dan rencana layanan medis, cara
penularan, pengobatan dan efek samping pengobatan dan
rujukan
8. Dokter mencatat tanggal pemeriksaan, anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnose/kode ICD10 yaitu A15 Respiratory
tuberculosis, bacteriologiccaly and histologically confirmed,
rencana layanan medis, pengobatan dan edukasi pasien di
rekam medis pasien
9. Dokter mencegah terjadinya pengulangan yang tidak perlu
dengan memeriksa kembali catatan pelayanan yang telah
diberikan
10. Dokter memasukkan kode tanda akhir pemeriksaan
II.PASIEN TB ANAK
1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan
nama, tanggal lahir, alamat pasien (minimal dua data) dan
mecocokkannya dengan data rekam medis
2. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan
sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut
tertular TB(Sumber penularan adalah orang dewasa yang
menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak
tersebut).Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara
pemeriksaan radiologis dan BTA sputum(pelacakan
sentripetal)
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menemukan
tanda – tanda klinis termasuk auskultasi paru terdengar suara
napas bronkhial/ amforik/ ronkhi basah/ suara napas melemah
di apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
4. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang berupa :
a. Darah lengkap : limfositosis/ monositosis, LED
meningkat, Hb turun.
b. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan
Asam/ BTA) atau kultur kuman dari specimen sputum/
dahak sewaktu-pagi-sewaktu.
c. Uji tuberculin(mantoux test)
-Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan
menyuntikkan 0,1ml PPD RT-23 2TU atau PPD S
5TU,secara intrakutan dibagian volar lengan
bawah.Pembacaan dilakukan 48 – 72 jam setelah
penyuntikan.Pengukuran dilakukan terhadap indurasi
yang timbul,bukan hiperemi/eritemanya.Indurasi
diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi
indurasi,ditandai dengan pulpen,kemudian diameter

2
transversal indurasi diukur dengan alat pengukur
transparan,dan hasilnya dinyatakan dalam millimeter.Jika
tidak timbul indurasi sama sekali,hasilnya dilaporkan
sebagai 0 mm,jangan hanya dilaporkan sebagai
negative.Selain ukuran indurasi,perlu dinilai tebal
tipisnya indurasi dan perlu dicatat jika ditemukan vesikel
hingga bula.Secara umum,hasil uji tuberkulin dengan
diameter indurasi > 10 mm dinyatakan positif tanpa
menghiraukan penyebab.
d. Dokter menegakkan diagnosa dan menyusun rencana layanan
medis berupa rawat jalan
e. Dokter menuliskan resep

SISTEM SKORING TB ANAK

Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB Tidak Laporan BTA (+)
Jelas keluarga
, BTA (-)
atau
tidak
jelas
Uji (-) (+) > 10 mm atau
Tuberkulin >5 mm pada
(mantoux) immunocompromi
sed
Berat BB/TB Klinis
badan/ <90% atau gizi
keadaan BB/U buruk
gizi <80% atau
BB/TB<
70%
atau
BB/U
<60%
Demam >2 minggu
yang tidak
diketahui
penyebabny
a
Batuk >3 minggu
kronik
Pembesara >1 cm, >1
n Kelenjar KGB, tidak
getah nyeri
bening colli,
aksila,
inguinal
Pembengka Ada
kan tulang/ pembengk
sendi akan
panggul
lutut, falang

3
Foto toraks Normal Gambaran
kelainan sugestif
tidak TB
jelas

6. Bagan Alir -
7. Unit Terkait BPU, Poli 24, poli TB
8. Riwayat
Tanggal mulai
Perubahan No. Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan
Dokumen

Anda mungkin juga menyukai