Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Nomor 2 Tahun 2003 tetang
Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini
tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini
diselenggarakan bagi anak sejak anak lahir sampai dengan enam tahun dan
bukan merupakan persyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya
pada BAB I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas,
2010:1).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang sangat
penting, anak usia dini memerlukan bimbingan dan stimulasi yang tepat
untuk bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Pembinaan dan
rangsangan yang diberikan akan membimbing anak dalam menggali serta
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri anak, sehingga
memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal menjadi bekal bagi anak untuk
memasuki pendidikan selanjutnya. Pengembangan potensi pada anak dapat
dilakukan melalui pemberian stimulus yang tepat. Pemberian stimulus bagi
anak usia dini berbeda dengan pemberian bagi orang dewasa. Hal tersebut
dikarenakan anak usia dini bukan merupakan bentuk mini dari orang dewasa,
anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa.
Anak usia dini sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu
terhadap apa yang dilihat dan didengarnya (Sofia Hartati, 2005:8).
Stimulasi dapat diperoleh dari lingkungan sekolah, lingkungan
rumah maupun lingkungan sekitar anak dimana ia berada. Pada lingkungan
sekolah guru telah memberikan stimulasi untuk meningkatkan aspek

1
2

perkembangan anak secara optimal. Namun pada kegiatan pengembangan


prasiklus ditemukan banyak kekurangan. Diantaranya, saat kegiatan fisik
motorik menggunting ada beberapa anak yang masih belum rapi dalam
menggunting gambar, dalam kegiatan melipat ada banyak anak yang terlihat
belum mampu, pada pengembangan kognitif saat mengurutkan pola anak
masih perlu bantuan, pengembangan bahasa dalam bercerita menggunakan
bahasa sendiri masih memerlukan bantuan dan latihan. Peneliti menganggap
bahwa pengembangan fisik motorik dalam kegiatan melipat kertas merupakan
masalah yang paling penting untuk di selesaikan, karena dalam prosesnya
masih banyak anak yang membutuhkan bantuan.
Unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh merupakan
pengembangan motorik. Salah satu pengembangan motorik halus anak adalah
melipat. Melipat kertas 0diperlukan sebagai dasar bagi anak untuk melatih
konsentrasi dan ingatan anak. Melatih pengamatan, mengembangkan ekspresi
malalui media lukis, mengembangkan fantasi, imajinasi dan kreasi, melatih
otot-otot tangan/jari, koordinasi otot, mata, dan keterampilan tangan,
memupuk ketelitian, kesabaran, kerapian, perasaaan estetika.
Melipat kertas tidak sesederhana yang dibayangkan. Melipat kertas
memerlukan konsentrasi mata, tangan, dan kemampuan visual spasial (konsep
ruang). Tingkat kesulitan melipat bagi anak usia dini adalah pada saat
menghubungkan sisi satu kertas ke sisi kertas lainnya (mirror/cermin) dan
kemudian melipatnya. Agar anak dapat melipat kertas dengan hasil yang
diharapkan maka guru harus sering memberikan kegiatan melipat kertas
dengan disesuaikan dengan kemampuan melipat anak dan guru harus
melakukan identifikasi awal/assessment awal sejauh mana kemampuan
melipat anak.
Melihat pentingnya penguasaan motorik halus bagi anak, maka
peneliti ingin memaksimalkan kemampuan motorik halus menggunakan
kegiatan melipat secara berkelanjutan dari yang mudah ke yang sulit dengan
memberikan arahan yang mudah dimengerti oleh anak dan memberikan
3

bimbingan yang tepat pada anak supaya dapat mengerjakannya sesuai tahapan
melipat dengan benar, teliti dan rapi.

B. Fokus Kegiatan
Setelah diadakan observasi di TK Al-Hidayah Kauman Kecamatan
Kepanjenkidul Kota Blitar, maka penelitian ini berfokus pada salah satu
kegiatan anak yaitu kegiatan melipat kertas membuat bentuk kucing.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengumpulkan data mengenai :
a. Alasan pendidik melakukan kegiatan melipat kertas membuat kucing
melalui metode demonstrasi.
b. Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut
c. Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut.
2. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Memberikan masukan terhadap kegiatan pengembangan di TK Al-Hidayah
Kauman
2. Melatih mahasiswa melakukan penelitian kelas
3. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa suatu kegiatan
anak di lembaga TK.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia DIni.


Gerakan motorik halus mempunyai peran yang sangat penting bagi
perkembangan anak usia dini, motorik halus adalah gerakan-gerakan tubuh
yang melibatkan otot-otot kecil. Oleh karena itu gerakan ini tidak
membutuhkan tenaga, melainkan membutuhkan koordinasi mata dan tangan
yang cermat.
Menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005 : 118) motorik halus
adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan menggunakan otot-otot
halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggegam, menggambar, menyusun
balok dan memasukkan kelereng.
Sumantri (2005:143) menjelaskan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari
dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan
tangan. Sedang menurut Dini P dan Dieng Sari (1996 : 72) mtorik halus adalah
aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot kecil atau halus yang menuntut
koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang
memungkinkan melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak. Dalam
melakukan gerakan motorik halus anak memerlukan dukungan keterampilan
fisik lain serta kematangan mental, misalnya keterampilan menggambar.
Dalam membuat gambar, selain anak memerlukan keterampilan menggerakkan
pergelangan dan jari-jemari tangan, anak juga memerlukan kemampuan
kognitif yang memungkinkan terbentuknya suatau gambar.
Kecerdasan motorik halus setiap anak berbeda-beda. Dalam hal
kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh pembawaan
anak dan stimulasi yang didapatkannya. Orang tua atau lingkungan mempunyai
peran yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Motorik anak
perlu dikembangkan karena tubuh anak lentur daripada tubuh remaja maupun
orang dewasa, anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan

4
5

berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, anak lebih berani


pada waktu kecil, tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam mempelajari
keterampilan motorik, yaitu kesiapan belajar,kesempatan belajar, kesempatan
berpraktek, adanya model yang baik, bimbingan, motivasi. Cara yang paling
umum digunakan anak dalam mempelajari keterampilan motorik yaitu dengan
cara belajar coba dan ralat, meniru dan melalui pelatihan. Agar kemampuan
motorik halus anak dapat berkembang secara optimal, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan motorik menurut Sri
Tatminingsih (dalam Aisyah 2014) :
1. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf.
2. Belajar keterampilan tidak akan terjadi sebelum anak matang.
3. Perkembangan motorik mengikuti pola yang diramalkan.
4. Perkembangan motorik dimungkinkan untuk dapat ditentukan.
5. Perbedaan individu dalam laju pertumbuhan motorik.
Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005 : 115) menjelaskan tujuan
pengembangan motorik halus anak yaitu :
1. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.
2. Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata.
3. Mampu mengendalikan emosi.
Sedangkan menurut Sumantri (2005 : 146), tujuan pengembangan
motorik halus di usia 4-6 tahun yaitu :
1. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan gerak kedua tangan.
2. Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan.
3. Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-
jemari : seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-
benda.
4. Mampu mengendalikan emosi dengan beraktivitas motorik halus.
5. Secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK (4-6
tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota
6

tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai


persiapan untuk pengenalan menulis.
Dalam merencanakan kegiatan fisik motorik seorang guru
membutuhkan latar belakang yang kuat dalam memilih kegiatan fisik motorik
yang bermakna dan sesuai bagi anak. Guru perlu menentukan tingkat
keberhasilan yang sesuai dengan kemampuan anak. Guru mempunyai peran
yang sangat penting dalam mengembangkan fisik motorik anak yang dapat
dilakukan melalui bermain. Melalui bermain pengembangan fisik motorik dan
sensitivitas anak dapat dikembangkan.

B. Melipat Kertas
1. Pengertian melipat
Melipat merupakan kegiatan tersendiri dari kegiatan 3 M. Namun
kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan dengan kegiatan mewarnai,
menggunting dan menempel, jika seandainya dibutuhkan sebagai tambahan
untuk melengkapi kegiatan melipat (Pamadhi dan Sukardi, 2010).
Melipat kertas merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi anak
karena anak dapat membuat bentuk apa saja dari melipat. Dimulai dari
bentuk-bentuk yang sederhana hingga ke bentuk yang lebih rumit. Kegiatan
melipat membutuhkan koordinasi mata, keterampilan tangan, dan
kemampuan visual spasial (pemahaman ruang). Pada anak usia dini
kesemuanya masih dalam proses perkembangan terutama kemampuan
visual spasialnya. Kemampuan visual spasial seorang anak dipengaruhi oleh
seberapa sering anak melakukan kegiatan melipat dengan beragam variasi
cara melipat.

2. Manfaat karya seni lipat


Manfaat seni lipat pada anak usa dini adalah sebagai berikut :
a. Anak belajar aktif dan kreatif
b. Agar anak memiliki kepekaan dan juga kesenangan
7

c. Membelajarkan anak untuk berlatih konsentrasi dan mengekspresikan


pikirannya.
Manfaat origami bagi anak menurut Sri Wahyuti (2014) yaitu :

a. Melatih motorik halus bagi anak usia dini.


b. Melatih kesabaran dan ketelitian
c. Melatih konsentrasi
d. Meningkatkan persepsi visual spasial
e. Meningkatkan dan memahami pentingnya akursi, terutama pada saat
melipat dan membagi kertas menjad beberapa bagian.
f. Memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua, terjadi saat
mengerjakan origami seacara bersama-sama.

3. Fungsi perkembangan motorik halus pada kegiatan melipat kertas bagi anak
Hurlock mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan
motorik bagi anak konstelasi perkembangan individu, yaitu:
a. Melalui ketrampilan motorik halus, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan
memiliki ketrampilan melipat kertas, melempar dan menangkap bola atau
memainkan alat- alat lainnya.
b. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi
helpessness (tidak berdaya). Pada bulan – bulan pertama kehidupan ke
kondisi yang independence (bebas, tidak bergantung). Kondisi ini akan
menunjang perkembangan selfcnfidence ( rasa percaya diri ).
c. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan seklah. Pada usia praseklah atau usia kelas awal seklah dasar,
anak dapat dilatih menggambar, melipat melukis, baris – berbaris dan
persiapan menulis.
Melipat adalah gerakan motorik halus yang dapat dilakukan di TK
selain menjahit dan menggunting. Kegiatan melipat bermanfaat untuk
mengembangkan kreatifitas anak yang lebih mengutamakan konsentrasi
8

bukan sekedar melipat kertas tetapi membutuhkan ketelatenan dan


kesabaran.

C. Metode Demontrasi
1. Pengertian metode demonstrasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 54), metode demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau
cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pembelajaran.
Dengan menggunakan metode demonstrasi dapat membantu meningkatkan
daya pikir anak terutama daya pikir dalam meningkatkan kemampuan
mengenal, mengingat, berpikir konvergen dan berpikir evaluatif. Cara
berpikir konvergen adalah kemampuan menggunakan informasi yang
diperoleh dan yang disimpan untuk menemukan satu jawaban yang benar.
Sedangkan cara berpikir evaluatif adalah anak dapat memberikan
kesimpulan, penilaian, penemuan, pemecahan masalah dan berusaha
memperbaiki kesalahannya. Metode demonstrasi dapat juga digunakan
untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak.
Metode demonstrasi merupakan metode yang cukup efektif dalam
kegiatan belajar dimana guru dalam penyampaiannya dapat memperagakan
atau mempertunjukkan serangkaian tindakan yang berupa gerakan untuk
menggambarkan suatu cara kerja atau proses sebuah peristiwa atau kejadian.

2. Manfaat dan Tujuan Metode Demonstrasi


Manfaat psikologis pendagogis dari metode demonstrasi menurut
Lilis Suryani (2014) adalah :
a. Perhatian anak dapat dipusatkan.
b. Proses belajar anak lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dengan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri anak.
Sedangkan tujuan metode demonstrasi menurut Lilis Suryani
(2014) adalah peniruan terhadap model yang dapat dilakukan. Agar anak
9

dapat meniru contoh perbutan yang didemonstrasikan guru, ada beberapa


hal yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu :
a. Sesuatu yang ditunjukkan guru harus dapat diamati secara jelas oleh
anak. Oleh karena itu, sebaiknya media yang digunakan berukuran besar
dan kegiatan harus dapat diulang secara perlahan-lahan.
b. Penjelasan guru harus dapat didengar dengan jelas. Intonasi suara guru
hendaknya tepat dan menarik sehingga anak tidak bosan.
c. Demonstrasi harus diikuti dengan kegiatan anak untuk menirukan apa
yang telah ditunjukkan dan dilakukan guru. Guru perlu memperhatikan
anak-anak yang mengalami kesulitan dalam menirukan apa yang
dicontohkan guru.
10

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Al-Hidayah Kauman Kecamatan
Kepanjenkidul Kota Blitar yang beralamat di Jl. Pandan N0.2 Kauman Blitar.
Ibu kepala Tk adalah Ibu Umi Nafisah, S.Pd.AUD dengan jumlah tenaga
pendidik 13 guru. TK Al-Hidayaha Kauman meruapakn sekolah dengan status
terakreditasi B dengan jumlah murid 150 anak. Waktu pembelajaran di mulai
jam 07.15 WIB dampai jam 11.00 WIB. subjek penelitian ini difokuskan
difokuskan pada siswa kelompok A1 dengan jumlah siswa 19 anak dan 1 guru
kelas. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada Hari Kamis, 27 Oktober 2016.

B. Metode Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan metode interpretatif yaitu mengintepretasikan
data mengenai fenomena atau gejala yang diteliti di lapangan yaitu
pengembangan motorik halus dalam kegiatan “Melipat Kertas”.
2. Langkah-langkah metode interpretatif yaitu :
a. Observasi awal
b. Mengajukan permohonan untuk mengadakan observasi
c. Menyiapkan instrumen analisis
d. Mewawancarai kepala sekolah dan guru kelompok A1 TK Al-Hidayah
Kauman Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Pedoman observasi
Yaitu untuk melihat fenomena yang unik atau menarik untuk dijadikan
fokus penelitian. Dapat juga diartikan sebagai pengamatan dan

10
11

pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek


penelitian.
2. Pedoman wawancara
Yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus
penelitian dengan cara tanay jawab dengan guru dan pimpinan Kelompok
Bermain.
3. Pedoman dokumentasi
Yaitu untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang lebih luas
mengenai fokus penelitisn.
Berikut ini instrumen pedoman observasi dan instrumen pedoman
wawancara yang digunakan peneliti dalam proses penelitian :
12

BAB IV
ANALISIS DATA

A. Profil Lembaga :
1. Nama Lembaga : TK Al-Hidyah Kauman
2. Jalan : Jl. Pandan No. 2
3. Desa/ Kelurahan : Kauman
4. Kecamatan : Kepanjenkidul
5. Otonomi Daerah : Kota Blitar
6. Propinsi : Jawa Timur
7. Kode Pos : 66117
8. Telepon :-
9. E-mail :-
10. Status Sekolah : Swasta
11. Organisasi Penyelenggara : Yayasan Bina Bakti Muslimat NU
12. Tahun Berdiri : 1967
13. Nama Kepala Sekolah : Umi Nafisah, S. Pd.AUD
14. Visi, Misi dan Tujuan :
a. Visi :
Mencetak generasi yang berakhlak mulia, aktif, kreatif, inovatif
berdasarkan islam Ahlisunnah Wal Jama’ah.
b. Misi :
 Membiasakan anak untuk berperilaku islam
 Mengembangkan intelektual
 Menanamkan jiwa kemandirian agar mampu bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya
 Menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman, aman, dan
menyenangkan.
13

B. Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat
tabulasi sebagai berikut :
Wawancara
dengan Kepala
Wawancara dengan
Observasi TK Al- Dokumentasi
Guru
Hidayah
Kauman
Pendidik Kami Saya
mendemonstrasikan menggunakan cara berkeyakinan
cara melipat bentuk mendemonstrasikan dengan
gunung dengan mengenai macam- meletakkan
media kertas lipat, macam kegiatan dasar yang
menggunakan terutama kegiatan kuat untuk
model melipat, untuk pengembangan
pembelajaran memudahkan anak motorik halus
kelompok dalam menerima kepada anak
dan memahami usia dini
tentang kegiatan dengan
yang akan metode
dilaksanakan. demonstrasi,
Selain itu kami anak akan
juga berupaya lebih cepat
untuk memberikan dalam
variasi kegiatan menguasai
yang kemampuan
menyenangkan tersebut
bagi anak. sehingga anak
-Mempermudah akan mampu
mengkondisikan berpikir kritis
anak dalam proses -
belajar Menumbuhkan
kreativitas
anak
14

Cara pendidik Pertama, pendidik -Pengelolaan Foto kegiatan


memimpin kegiatan meminta anak kelas agar
anak duduk untuk duduk kegiatan
melingkar melingkar di area yang
kosong yang ada di dilakukan
dalam kelas lebih tefokus
Kedua, pendidik
mendemonstrasikan
kegiatan melipat
bentuk gunung dan
menjelaskan
aturan-aturan
dalam kegiatan.
Ketiga, pendidik
meminta anak
untuk
melaksanakan
kegiatan melipat
bentuk gunung di
kelompoknya
masing-masing

Pendidik Kertas lipat bagi Dimaksudkan foto kegiatan saat


menggunakan seorang anak untuk menarik pendidik
kertas lipat sebagai merupakan benda minat anak mendemonstrasikan
media dalam yang berwarna- sehingga anak cara melipat bentuk
kegiatan melipat warni yang dapat akan tertari kucing dengan
bentuk gunung menarik minat anak untuk media kertas lipat
mengikuti
kegiatan
15

B. Analisis Kritis
Kegiatan melipat kertas bentuk kucing dengan media kertas yang
dilakukan melalui metode demonstrasi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 54), metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda
yang berkenaan dengan bahan pembelajaran.
Melipat merupakan kegiatan tersendiri dari kegiatan 3 M. Namun
kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan dengan kegiatan mewarnai,
menggunting dan menempel, jika seandainya dibutuhkan sebagai tambahan
untuk melengkapi kegiatan melipat (Pamadhi dan Sukardi, 2010). Selain dapat
meningkatkan kemampuan anak berkreativitas juga mampu melatih anak
menjadi lebih telaten dan sabar dalam melakukan segala hal sehingga nantinya
diharapkan anak akan mampu berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Hurlock bahwa kegiatan melipat bermanfaat untuk
mengembangkan kreatifitas anak yang lebih mengutamakan konsentrasi bukan
sekedar melipat kertas tetapi membutuhkan ketelatenan dan kesabaran.
Secara keseluruhan, kegiaatan pembelajaran yang dilaksanakan di TK
Al-Hidayah Kauman sudah baik, terarah dan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Penggunaan metode demonstrasi pada kegiatan melipat
juga sudah tepat sehingga kegiatan tersebut mampu menarik minat anak dan
mampu mengembamgkan kreativitas dan kemampuan motorik halus anak
menjadi lebih baik. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 54), metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan
pembelajaran.
16

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisi data, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. TK Al-Hidayah Kauman menggunakan model pembelajaran kelompok. Hal
ini sudah sesuai dengan model pembelajaran yang seharusnya digunakan
pada pembelajaran untuk anak usia dini.
2. Penggunaan metode demonstrasi pada kegiatan melipat juga sudah tepat
sehingga kegiatan tersebut mampu menarik minat anak dan mampu
mengembamgkan kreativitas dan kemampuan motorik halus anak menjadi
lebih baik.
3. Kegiatan melipat kertas bentuk kucing mampu meningaktkan kemampuan
morotik halus pada siswa kelompok A di TK Al-Hidayah Kauman

B. Saran
1. Pada saat kegiatan mendemonstrasikan kegiatan melipat, pendidik
sebaiknya menggunakan kertas lipat berukuran besar sehingga semua anak
dapat melihat dengan jelas lipatan-lipatan yang dilakukan pendidik.
2. Langkah-langkah dalam kegiatan melipat bentuk gunung sebaiknya
ditempelkan di papan tulis sehingga anak dapat mengetahui urutan melipat
dengan jelas.
17

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Siti, Spd., M.Pd. 2014. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan
Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2010. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dini, P dan Dieng Sari. 1996. Metode Pengajaran di TK. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Djamarah ,Syiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Drs.Ms.Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia


Dini. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti.

Gunarti, Winda. Lilis Suryani dan Azizah Muis. 2014. Metode pengembangan
Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Hartanti, Sofia. 2005. Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.

Pamadhi, Hajar dan Evan sukardi S. 2010. Seni Keterampilan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Wahyuti, Sri. 2014. Cara Gampang Melipat Origami. Jakarta: Dunia Cerdas.

Yudha, M Saputra dan Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk


Meningkatkan Keterampilan Anak Tk. Jakarta: Departemen
Pendidikan.
18

FOTO KEGIATAN MELIPAT

Anda mungkin juga menyukai