BALIKPAPAN
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2018 sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pertambambahan jumlah penduduk,
peningkatan aktivitas manusia dan perubahan gaya hidup yang lebih modern mengakibatkan
peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah
sampah yang dihasilkan dan penumpukan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh alam
sehingga menimbulkan penumpukan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh alam sahingga
menimbulkan pencemaran. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu sistem pengelolaan
sampah yang dapat berjalan dengan optimal. Begitu pula Kota Balikpapan, seiring dengan
peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk maka bertambah pula sampah yang dihasilkan.
Kota Balikpapan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, Kalimantan Timur. Kota
Balikpapan terus mengalami peningkatan dalam perkembangan aktivitas perkotaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya produksi sampah meningkat. Berdasarkan data Dinas Lingkungan
Hidup bahwa kenaikin volume sampah ini cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya,
rata-rata jumlah produksi sampah dari Januari hingga Mei mencapai 344,73 ton per hari di
tahun 2018 bahkan jumlahnya semakin meningkat selama Ramadhan. Menuju perengahan
tahun total sampah yang diangkut dari seluruh tempat permbuangan sampa (TPS) di
Balikpapan sebesar 410,15 ton per hari. Hal ini menandakan peningkatan berat sampah 65,42
ton per hari atau meningkat sebesar 15,95% selama bulan Ramadhan.
Sanitary Landfill merupakan salah satu metode dalam pengelolaan sampah dengan cara
menimbun sampah di tanah yang berlekuk untuk ditutup dengan lapisan tanah. Penggunaan
metode Sanitary Landfill dengan jangka waktu yang lama dapat mencemari lingkungan sekitar
apabila sampah tersebut sudah tertimbun lama dan metode tersebut memerlukan biaya
pengelolaan yang mahal. Sehingga metode sanitary landfill bukanlah metode yang sustainable
dalam pengelolaan sampah TPA, sehingga Kota Balikpapan perlu merencanakan metode
pengelolaan sampah yang sustainable sehingga kondisi dan kualitas lingkungan sekitar TPA
tetap terjaga. Metode penghindaran dan pengurang merupakan sebuah metode penting
pengelolaan sampah adala pencegahan zat sampah terbentuk, yang dimaksud dengan metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang
rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali, mengajaka
konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai, mendesai produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.
Metode Tipping Fee istilah tipping fee atau biaya jasa penanganan sampah. Tipping fee
menggunakan satuan biaya/ton, dan umumnya digunakan jika ada kerjasama dengan pihak
swasta sebagai penyedia jasa penanganan sampah, misalnya operator TPA, dalam kurun waktu
tertentu. Tipping fee ini akan dibayarkan oleh pihak yang membuang sampah kepada pihak
operator fasilitas persampahan. Jika pihak swasta juga menjadi investor pembangunan fasilitas
tersebut, maka besarnya biaya investasi dan biaya Operasional dan Pemeliharaan (O&P)
menjadi pertimbangan dalam menentukan nilai tipping fee. Di Indonesia, yang umumnya
penanganan sampah dilakukan secara swakelola oleh Pemerintah Daerah, total biaya O&P per
ton sampah juga dapat dipadankan sebagai tipping fee.
Daftar Pustaka
Kurniawan, Faizal. 2013. “Klausulan Tipping Fee Dalam Kontrak Kerjasama Pemerintah Dengan
Swasta (Public-Private Partnership) Pengelolaan Persampahan. Fakultas Hukum Universitas
Airlangga. Surabaya.