Anda di halaman 1dari 14

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Kerja dalam Keperawatan

Dosen pengampu: Desak Nyoman Sithi, SKp, MARS

Disusun oleh:

1. Yashinta Ariyanti 1810711068


2. Sonia Danti 1810711073
3. Syifa Putri Salsabila 1810711080
4. Dinda Nur Aini 1810711084
5. Maila Faiqoh Tsauroh 1810711085
6. Putri Irayani 1810711086

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia dan izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Standar Keselamatan Pasien dengan baik.
Dalam kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Desak Nyoman Sithi, SKp, MARS selaku dosen mata kuliah Kesehatan Kerja dalam
Keperawatan yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas
ini.

Harapan kami adanya makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan terhadap Kesehatan Kerja dalam Keperawatan tentang Standar
Keselamatan Pasien. Kami juga menyadari masih banyak kekeliruan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu kami sangat membutuhkan saran untuk mengembangkan makalah
kami ini agar menjadi lebih baik Kepada semua pihak yang telah bekerja keras sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing disertai dedikasi tinggi dan hati yang ikhlas untuk
menyelesaikan makalah ini, kami sampaikan terima kasih.

Jakarta, 3 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER…..................………….………………………………………………...........i
KATA PENGANTAR….......………………………………………………...........…ii
DAFTAR ISI…...…………..................……………………………............………..iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang………..…………....................………….............…………….... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………...............................…………………….... 2
1.3 Tujuan……………………….............……………………………...….................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 3


2.1 Standar Keselamatan Pasien ................................................................................... 3
2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan ... 5
2.3 Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit ................................................................... 6
2.4 Langkah – Langkah Kegiatan Pelaksanaan Keselamatan Pasien ........................... 7

BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................... 10


3.1 Simpulan ............................................................................................................... 10
3.2 Saran ..................................................................................................................... 11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan oleh rumah
sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan citra rumah sakit maupun keamanan
pasien. Tujuan dari pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk
melindungi pasien dari kejadian yang tidak diharapkan. Risiko kejadian ini berasal dari
proses pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes RI, 2008).
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien
sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum,
non nocere (First, do no harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit menjadi semakin kompleks dan
berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan-KTD (Adverse event) apabila tidak
dilakukan dengan hati-hati. Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan
prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non
profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi
KTD(Depkes RI, 2008).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi
tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah Sakit seluruh Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman
manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan
bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara
utuh.
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit
yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena itu
dilaksanakannya asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.
Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut,
maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis
rumah sakit dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing
error, dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.
Dari uraian diatas maka penulis akan menjelaskan lebih dalam tentang “Standar
Keselamatan Pasien”.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Standar Keselamatan Pada Pasien ?
2. Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keselamatan Dan
Keamanan Pasien ?
3. Apa Saja Tugas Dari Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit ?
4. Bagaimana Langkah – Langkah Kegiatan Pelaksanaan Keselamatan Pasien ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana standar keselamatan pada pasien
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan keselamatan
dan keamanan pasien
3. Untuk mengetahui apa saja tugas dari tim keselamatan pasien rumah sakit
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah kegiatan pelaksanaan keselamatan
pasien
5. Untuk mengevaluasi penerapan manajemen keselamatan pasien
6. Menerapkan usaha pencegahan kejadian pasien jatuh

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Standar Keselamatan Pasien

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani


segara di rumah sakit indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien di rumah sakit
yang merupakan acuan bagi rumah sakit di indonesia untuk melakasanakan kegiatannya.
Standar keselamatan pasien yang disusun ini mengacu pada “hospital patient safety
standards” yang dikeluarkan oleh joint commision on accreditation of health organizations,
illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di
Indonesia. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:

1. Hak pasien
Standarnya adalah pasein dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriteria adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada
sistem dan mekanisme mendidik pasien tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan keperawatan. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarga dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaannya untuk hal yang tidak mengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat koordinasi secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan
dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

3
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi yang mengucapkan peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindakan lanjutan lainnya.
d. Terdapat koordinasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
Standarnya adalah rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD (Kecelakaan Tidak Diharapkan), dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program melalui penerapan “7
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program mengurangi KTD.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji,
dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan” ( Adverse event).
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar

4
Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden. misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan
dengan “Kejadian Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar
disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien.
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien. Standarnya adalah:
a. RS merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat, dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Keselamatan Dan Keamanan


Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan

5
adalah keadaan aman dan tenteram. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
keselamatan dan keamanan, yaitu;
1. Usia
Pada anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan.
Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang.
2. Tingkat kesadaran
Pada pasien koma, menurunnya respon terhadap rangsang, paralisis, disorientasi, dan
kurang tidur.
3. Emosi
Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan
berpengaruh terhadap masalah keselamatan dan keamanan.
4. Status mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injuri atau gangguan integritas kulit.
5. Gangguan persepsi sensori
Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya
seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
6. Informasi / komunikasi
Gangguan komunikasi seperti afasia atau tidak dapat membaca menimbulkan
kecelakaan.
7. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan syok anafilaktik.
8. Keadaan imunitas
Gangguan immunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh yang kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
9. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.
10. Status nutrisi
Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang
penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi beresiko terhadap penyakit tertentu.
11. Tingkat pengetahuan sebelumnya.
Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi

2.3 Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Menurut Permenkes Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 bahwa rumah sakit
dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program
dengan mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien. TKPRS yang dimaksud bertanggung jawab kepada kepala rumah
sakit. Keanggotaan TKPRS terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi
kesehatan di rumah sakit. TKPRS melaksanakan tugas:

6
 Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan
kekhususan rumah sakit tersebut;
 Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit;
 Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan
(monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan (implementasi) program
keselamatan pasien rumah sakit;
 Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk
melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;
 Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan
solusi untuk pembelajaran;
 Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam rangka
pengambilan kebijakan keselamatan pasien rumah sakit; dan
 Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.

2.4 Langkah – Langkah Kegiatan Pelaksanaan Keselamatan Pasien

A. Di Rumah Sakit

1. Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut : Ketua : dokter, Anggota : dokter, dokter
gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya

2. Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan


internal tentang insiden

3. Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien


Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia

4. Rumah sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.

5. Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan


hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar
yang baru dikembangkan.

B. Di Propinsi/Kabupaten/kota

1. Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit - rumah sakit


di wilayahnya

2. Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran


terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit

3. Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit.

7
C. Di Pusat

1. Membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan


Rumah Sakit Seluruh Indonesia.

2. Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

3. Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas


Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan
dengan jejaring pendidikan

4. Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien.

Selain itu, menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety (keselamatan pasien) ini, yaitu:

1. Put the focus back on safety

Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman
untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf
merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari
rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalam
safer patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan
pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam membangun
dan mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.

2. Think small and make the right thing easy to do

Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan


langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan
membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan
yang lebih nyata.

3. Encourage open reporting

Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman yang
berharga. Koordinator patient safety dan manajer RS harus membuat budaya yang
mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama
pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi
terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran bagi semua
staf.

4. Make data capture a priority

Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti
perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan
perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat
bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.

8
5. Use systems-wide approaches

Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual. Pengembangan


hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan
didorong untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap
pasien. Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh kedalam
sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat sementara.

6. Build implementation knowledge

Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan metodologi,


sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program
disini memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan
dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan
keperawatan, sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian
dalam budaya kerja.

7. Involve patients in safety efforts

Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat memberikan


pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus
berkembang. Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan
pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara
sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa
masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh kukerjakan?

8. Develop top-class patient safety leaders

Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data


berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan
melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam
semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta dedikasi dan
komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety.
Seringkali RS harus bekerja dengan konsultan leadership untuk mengembangkan
kerjasama tim dan keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik,
masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi
dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga medis
kepada pasien mengacu kepada tujuh standar pelayanan pasien rumah sakit yang
meliputi hak pasien, mendididik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan
kesinambungan pelayanan, penggunaan metode- metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, peran
kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf tentang
keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan benar
sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin keselamatan
pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2006. “PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN


RUMAH SAKIT (Patient Safety)”. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

11

Anda mungkin juga menyukai