Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

IMUNISASI PADA ANAK


DI RUANG 7A RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


IMUNISASI PADA ANAK
DI RUANG 7A RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES MALANG

Mengetahui,
Pembimbing Lahan

( )
IMUNISASI PADA ANAK

Pokok bahasan : Imunisasi pada Anak


Sasaran : Keluarga pasien
Hari/ Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Tempat : Ruang 7A
Waktu : 30 menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan selama30 menit keluarga pasien mampu
memahami tentang pengertian imunisasi dan pemberian imunisasi BCG, Hepatitis B, Polio,
DPT dan Campak pada anak.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit sasaran diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian Imunisasi.
2. Menjelaskan jadwal pelaksanaan atau pemberian imunisasi.
3. Menjelaskan mengenai imunisasi BCG.
4. Menjelaskan mengenai imunisasi Hepatitis B.
5. Menjelaskan mengenai imunisasi Polio
6. Menjelaskan mengenai imunisasi DPT.
7. Menjelaskan mengenai imunisasi Campak.

C. Kegiatan

Jenis Kegiatan Alat


Waktu Kegiatan Metode Evaluasi
Penyuluhan Peraga
3 menit Pembukaan a. Memberikan salam. Ceramah LCD Peserta memberikan
b. Menyampaikan PPT feed back yang
alasan dan tujuan welcome terhadap
diadakannya kedatangan penyuluh
penyuluhan.
17 menit Pelaksanaan a. Memberikan materi Ceramah LCD Peserta mampu
penyuluhan PPT memberikan
mengenai imunisasi Leaflet tanggapan akan
pada anak. materi yang
disampaikan.
Peserta mampu
menjawab soal pada
tahap evaluasi.
10 menit Penutup a. Memberikan Ceramah Mikrofo Peserta dapat aktif
kesempatan pada Tanya - ne memberikan kritisi
audiens untuk Jawab Laptop pada materi yang
bertanya. untuk telah disampaikan.
b. Memberikan notulen
kesimpulan.
c. Menutup acara
dengan salam.

D. Organisasi
1. Moderator : Rizka Alifia Azzahra
2. Notulen : Talitha Lasaufa S.
3. Penyaji : Athiyyatul Qoyyimah
4. Observer : Ananda Candra Waskita W.
5. Fasilitator : Ananda Candra Waskita W.

E. Uraian Tugas
1. Moderator : Mengatur jalannya dikusi atau penyuluhan.
2. Notulen : Mencatat hasil diskusi.
3. Penyaji : Menyajikan materi.
4. Observer : Mengobservasi jalannya penyuluhan tentang ketepatan waktu, dan
ketepatan masing-masing peran.
5. Fasilitator : Mendampingi peserta penyuluhan.

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

G. Media
1. Leaflet
2. Power point dan LCD

H. Sumber
Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. EGC: Jakarta.
Merenstein, Kaplan, Rosenberg. 2002. Buku Penanganan Pediatri Edisi 17. Penerbit
Widya Medika: Jakarta.
Wong, Donna L. 2002. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC.
Jakarta.

I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
 Adanya materi imunisasi pada anak.
 Adanya peralatan LCD.
 Adanya leafleat.
2. Evaluasi proses
 Keluarga pasien kooperatif saat dilakukan pemberian materi penyuluhan.
 Proses penyuluhan kesehatan berjalan dengan lancar.
3. Proses output
 80% Sasasaran mampu memahami materi imunisasi dan etika batuk.
LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian Dasar Imunisasi


Imunisasi adalah :
b. Upaya pencegahan primer mencakup semua upaya yang bertujuan untuk
menghindari sakit, kejadian yang berakibat sakit, cedera, dan cacat.
c. Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen.
2. Tujuan Imunisasi
a. Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal).
b. Menurunkan prevalensi penyakit (mengubah epidemiologi penyakit)
c. Eradikasi penyakit (final goal).
3. Reaksi Antigen Antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya.
Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya
tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat oleh tubuh
disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antitoksin. Berhasil tidaknya tubuh
anak memusnahkan antigen atau kuman itu tergantung jumlah zat anti yang dibentuk.
Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan
pengobatan. Dengan dasar reaksi antigen antibody ini tubuh akan memberikan reaksi
perlawanan terhadap benda benda asing dari luar (kuman, virus, racun, dan bahan kimia)
yang mungkin akan merusak tubuh.
4. Jenis Vaksin
Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang
pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi. Diantara penyakit berbahaya
tersebut termauk penyakit cacar, TBC, difteri tetanus, batuk rejan, poliomyelitis, tifus,
campak, hepatitis B, dan demam kuning. Karena penyakit tersebut di atas sangat
berbahaya, pemberian imunisasi dengan cara penyuntikan kuman atau antigen murni akan
menyebabkan anak benar benar menjadi sakit. Maka untuk itu diperlukan pembuatan suatu
jenis vaksin dari kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan terlebih dahulu, sehingga
tidak membahayakan atau tidak menimbulkan penyakit. Bahkan sebaliknya kuman
penyakit yang sudah dilemahkan itu merupakan rangsangan bagi tubuh anak untuk
membuat zat anti terhadap penyakit tersebut. Akibat suntikan imunisasi jenis kuman
tersebut, reaksi tubuh anak pun hanya berupa demam ringan yang biasanya berlangsung
selama 1-2 hari. Pada dasarnya vaksin dibuat dari :
a. Kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan.
b. Zat racun kuman yang telah dilemahkan.
c. Bagian kuman tertentu atau komponen kuman yang biasanya berupa protein khusus.
5. Vaksinasi
a. Memberikan vaksin (bakteri/ virus hidup dilemahkan/ mati, komponen) atau toksoid.
b. Disuntikkan atau diteteskan ke dalam mulut.
6. Imunisasi Aktif dan Imunisasi Pasif
Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Berbagai jenis
vaksin yang dikemukakan diatas bila di berikan pada anak merupakan contoh imunisasi
aktif. Dalam hal ini tubuh anak akan membuat sendiri zat anti setelah suatu rangsangan
antigen dari luar tubuh, setelah rangsangan ini, kadar zat anti dalam tubuh anak akan
meningkat. Sehingga anak menjadi imun atau kebal. Pada imunisasi aktif, tubuh anak
sendiri secara aktif akan menghasilkan zat anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar
tubuh. Lain halnya dengan imunisasi pasif. Dalam hal ini imunisasi dilakukan dengan
penyuntikan sejumlah zat anti, sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Perbedaan yang
penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif adalah:
a. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus
meningkat, pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk
membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
b. Kekebalan yang terdapat dalam imunisasi aktif bertahan lama (bertahun tahun),
sedangkan pada imunsiasi pasif hanya berlangsung beberapa bulan.
7. Pelaksanaan Imunisasi
Dalam kebijakan melaksanakan imunisasi perlu dipertimbangkan dua hal,
sebagaimana sebagai ber ikut :
a. Manfaat imunisasi beserta komplikasi atau efek samping yang mungkin timbul.
b. Akibat buruk dan bahaya penyakit tersebut.
8. Jenis Imunisasi
a. Vaksin BCG
 Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacillus
CalmetteGuerin) yang masih hidup. Jenis kuman TBC ini telah dilemahkan.
 Penjelasan Penyakit
Di Indonesia dan negara yangs sedang berkembang, penyakit TBC merupakan
penyakit rakyat yang mudah menular. Di negara yang sudah berkembang penyakit
ini sudah jarang ditemukan karena dilaksanakannya imunisasi BCG dengan luas,
pengawasan luas terhadap penderita TBC dan perbaikan keadaan social ekonomi.
Seorang anak akan menderita TBC karena terhisapnya percikan udara yang
mengandung kuman TBC yang berasal dari orang dewasa berpenyakit TBC.
 Cara Imunisasi
Pemberian imunisasi TBC sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai
berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umun 0-2 bulan. Imunisasi BCG
diberikan satu kali saja. Pada anak yang berumur lebih dari 2 tahun dianjurkan
untuk melakukan uji mantoux sebelum imunisasi BCG, gunanya untuk
mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC.
 Reaksi Imunisasi
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan mendertita Demam. Bila ia
demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan lain, untuk itu
dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter.
 Efek Samping
Umunya pada imunisasi TBC jarang dijumpai akibat samping. Mungkin terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya
menyembuh sendiri walaupun lambat. Bila suntikan BCG dilakukan di lengan
atas, pembengkakan kelenjar terdapat di ketiak atau leher bagian bawah. Suntikan
di paha dapat menimbulkan pembengkakan di selangkangan. Komplikasi
pembengkakan kelenjar ini biasanya disebabkan karena tehnik penyuntikan yang
kurang tepat yaitu penyuntikan terlalu dalam.
 Kontra-Indikasi
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau menunjukkan uji mantoux positif.
b. Vaksin Polio
 Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomyelitis. Terdapat dua jenis vaksin dalam peredaran darah yang masing
masing mengandung virus polio tipe I, II dan II, yaitu :
1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah dimatikan
(virus salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan.
2. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang masih hidup tetapi
telah dilemahkan (vaksin sabin), cara pemberiannya melalui mulut dalam
bentuk pil atau cairan.
 Penjelasan Penyakit
Poliomielitis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus polio. Ada 3
jenis virus polio yaitu tipe I, II dan III. Viruspolio akan meruak bagian anterior
(bagian muka) susunan syaraf pusat tulang belakang. Gejala penyakit ini sangat
bervariasi, dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan, bahkan mungkin sampai
kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal adalah anak mendadak menjadi
lumpuh pada salahsatu anggota geraknya, setelah ia menderita demam selama 2-5
hari. Bila kelumpuhan itu terjadi pada otot pernafasan, mungkin anak akan
meninggal karena sukar bernafas. Penyakit ini dapat langsung menular dari
seorang penderita polio atau dengan melalui makanan.
 Cara Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya setiap
4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG,
vaksin epatitis B dan DPT.
 Reaksi imunisasi
Biasanya tidak ada reaksi.
 Efek Samping
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada mungkin berupa
kelumpuhan anggota gerak, seperti pada penyakit polio sebenarnya.
 Kontra-Indikasi
Pada anak dengan diare berat atau yangs edang sakit parah, imunisasi polio
sebaiknya ditangguhkan. Demikian pula pada anak dengan gangguan kekebalan
tidak diberikan iminisasi polio. Alasan untuk tidakmemberikan vaksin polio pada
keadaan diare berat aialah kemungkinan terjadinya diare yang lebih parah. Pada
anak dengan batuk, pilek, demam, atau diare ringan, imunisasi polio dapat
diberikan seperti biasanya.

c. Vaksin Hepatitis B
 Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Vaksin terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan HbsAg yang dapat
menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit. HbsAg ini dapat
diperoleh dari serum manusia atau dengan cara rekayasa genetika dengan bantuan
sel ragi.
 Penjelasan Penyakit
Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Cara penularan hepatitis B
dapat melalui mulut, transfusi darah, dan jarum suntik yang tercemar. Pada bayi
cara penularannya adalah dari ibu melalui plasenta semasa dalam kandungan atau
pada saat kelahiran. Kelainan utama pada penyakit ini disebabkan oleh kerusakan
pada hati. Virus hepatitis B yang masuk ke dalam tubuh akan berkembangbiak di
dalam jaringan hati dan kemudian merusaknya. Gejala yang timbul dapat
bervariasi dari tanpa gejala sampai kelainan hati yang berat atau penyakit yang
berjalan menahun (kronis). Biasanya gejala penyakit hepatitis ialah kekuningan
pada mata, rasa lemah, mual, muntah, tidak nafsu makan, dan demam.
 Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali,
dengan jarak 1 bulan antara suntikan 1 dan 2 dan lima bulan antara suntikan 2 dan
3.
 Reaksi Imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang
mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini
akan menghilang dalam waktu dua hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah
demam ringan.

d. Vaksin DPT
 Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam
waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan
tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap ketiga penyakit tersebut dipasarkan dalam 3
jenis kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus, dalam
bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus), dan kombinasi DPT (vaksin tripel).
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteria yang telah dilemahkan. Biasanya
diolah dan dikemas bersama sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT
atau dengan tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang
digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
 Penjelasan Penyakit
Difteria adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis bekteria yang disebut
corynebacterium diphteria. Sifatnya sangat ganas dan mudah menular.
Penularannya menular melalui percikan udara yang mengandung kuman. Anak
yang terjangkit difteria akan menderita demam tinggi, selain itu pada tonsil
(amandel) atau tenggorok terlihat selaput putih kotor, dengan cepat selaput ini
akan meluas ke bagian tenggorok sebelah dalam dan menutup jalan nafas.
Tetanus merupakan penyakit yang ada pada luka seperti terjatuh, luka tusuk,
luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, dan radang telinga. Luka
tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai clostridium
tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya.
Racun ini akan merusak sel susunan syaraf pusat tulang belakang yang menjdi
dasar penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah kejang dan kaku secara
menyeluruh, otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut
kaku dan sukar terbuka, serta muka yang menyeringai.
Pertusis adalah penyakit batuk rejan atau lebih dikenal dengan batuk seratus
hari, disebabkan oleh kumam bordetella pertusis. Gejala yang khas yaitu anak tiba
tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau
kebiruan, keluar air mata, kadang – kadang sampai muntah, dan kadang disertai
darah.
 Cara Imunisasi
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang
waktu antara penyuntikan minimal empat minggu. Imunisasi ulang pertama
dilakukan pada usia 1,5 – 2 tahun atau kurang lebih satu tahun setelah suntikan
imunisasi dasar ketiga.
 Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa
nyeri di tempat suntikan selama 1 – 2 hari.
 Efek Samping
Kadang – kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti demam
tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya. Bila hanya
DT maka tidak akan timbul akibat samping yang demikian.
 Kontra-Indikasi
Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks, anak dengan batuk yang diduga
batuk rejan dalam tahap awal atau pada gangguan kekebalan.

e. Vaksin Campak
 Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Vaksin campak mengandung virus campak yang telah dilemahkan.
 Penjelasan Penyakit
Penyakit campak sangat menular. Kuman penyebabnya ialah sejeni virus yang
termasuk ke dalam golongan paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya
bercak bercak merah di kulit, 3-5 hari setelah anak menderita demam, batuk atau
pilek. Bercak merah ini semula timbul pada pipi di bawah telinga, kemudian
menjalar ke muka, tubuh, dan anggota gerak.
 Cara Imunisasi
Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campk
dari ibunya ketika dalam kandungan. Menurut WHO imunisasi campak cukup
diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, lebih baik lagi setelah
umur 1 tahun. Gejala yang dapat diamati adalah demam yang disertai dengan
timbulnya bercak merah di kulit.
 Reaksi Imunisasi
Tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan tampak
sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7 – 8 setelah
penyuntikan. Mungkin juga terjadi pembengkakan di daerah penyuntikan.
 Efek Samping
Sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada
hari ke 10 – 12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak berupa
ensefalitis atau ensefalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai