Oleh :
MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES MALANG
Mengetahui,
Pembimbing Lahan
( )
IMUNISASI PADA ANAK
C. Kegiatan
D. Organisasi
1. Moderator : Rizka Alifia Azzahra
2. Notulen : Talitha Lasaufa S.
3. Penyaji : Athiyyatul Qoyyimah
4. Observer : Ananda Candra Waskita W.
5. Fasilitator : Ananda Candra Waskita W.
E. Uraian Tugas
1. Moderator : Mengatur jalannya dikusi atau penyuluhan.
2. Notulen : Mencatat hasil diskusi.
3. Penyaji : Menyajikan materi.
4. Observer : Mengobservasi jalannya penyuluhan tentang ketepatan waktu, dan
ketepatan masing-masing peran.
5. Fasilitator : Mendampingi peserta penyuluhan.
F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
G. Media
1. Leaflet
2. Power point dan LCD
H. Sumber
Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. EGC: Jakarta.
Merenstein, Kaplan, Rosenberg. 2002. Buku Penanganan Pediatri Edisi 17. Penerbit
Widya Medika: Jakarta.
Wong, Donna L. 2002. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC.
Jakarta.
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Adanya materi imunisasi pada anak.
Adanya peralatan LCD.
Adanya leafleat.
2. Evaluasi proses
Keluarga pasien kooperatif saat dilakukan pemberian materi penyuluhan.
Proses penyuluhan kesehatan berjalan dengan lancar.
3. Proses output
80% Sasasaran mampu memahami materi imunisasi dan etika batuk.
LAMPIRAN MATERI
c. Vaksin Hepatitis B
Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Vaksin terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan HbsAg yang dapat
menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit. HbsAg ini dapat
diperoleh dari serum manusia atau dengan cara rekayasa genetika dengan bantuan
sel ragi.
Penjelasan Penyakit
Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Cara penularan hepatitis B
dapat melalui mulut, transfusi darah, dan jarum suntik yang tercemar. Pada bayi
cara penularannya adalah dari ibu melalui plasenta semasa dalam kandungan atau
pada saat kelahiran. Kelainan utama pada penyakit ini disebabkan oleh kerusakan
pada hati. Virus hepatitis B yang masuk ke dalam tubuh akan berkembangbiak di
dalam jaringan hati dan kemudian merusaknya. Gejala yang timbul dapat
bervariasi dari tanpa gejala sampai kelainan hati yang berat atau penyakit yang
berjalan menahun (kronis). Biasanya gejala penyakit hepatitis ialah kekuningan
pada mata, rasa lemah, mual, muntah, tidak nafsu makan, dan demam.
Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali,
dengan jarak 1 bulan antara suntikan 1 dan 2 dan lima bulan antara suntikan 2 dan
3.
Reaksi Imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang
mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini
akan menghilang dalam waktu dua hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah
demam ringan.
d. Vaksin DPT
Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam
waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan
tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap ketiga penyakit tersebut dipasarkan dalam 3
jenis kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus, dalam
bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus), dan kombinasi DPT (vaksin tripel).
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteria yang telah dilemahkan. Biasanya
diolah dan dikemas bersama sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT
atau dengan tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin tetanus yang
digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Penjelasan Penyakit
Difteria adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis bekteria yang disebut
corynebacterium diphteria. Sifatnya sangat ganas dan mudah menular.
Penularannya menular melalui percikan udara yang mengandung kuman. Anak
yang terjangkit difteria akan menderita demam tinggi, selain itu pada tonsil
(amandel) atau tenggorok terlihat selaput putih kotor, dengan cepat selaput ini
akan meluas ke bagian tenggorok sebelah dalam dan menutup jalan nafas.
Tetanus merupakan penyakit yang ada pada luka seperti terjatuh, luka tusuk,
luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, dan radang telinga. Luka
tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai clostridium
tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya.
Racun ini akan merusak sel susunan syaraf pusat tulang belakang yang menjdi
dasar penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah kejang dan kaku secara
menyeluruh, otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut
kaku dan sukar terbuka, serta muka yang menyeringai.
Pertusis adalah penyakit batuk rejan atau lebih dikenal dengan batuk seratus
hari, disebabkan oleh kumam bordetella pertusis. Gejala yang khas yaitu anak tiba
tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau
kebiruan, keluar air mata, kadang – kadang sampai muntah, dan kadang disertai
darah.
Cara Imunisasi
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang
waktu antara penyuntikan minimal empat minggu. Imunisasi ulang pertama
dilakukan pada usia 1,5 – 2 tahun atau kurang lebih satu tahun setelah suntikan
imunisasi dasar ketiga.
Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa
nyeri di tempat suntikan selama 1 – 2 hari.
Efek Samping
Kadang – kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti demam
tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya. Bila hanya
DT maka tidak akan timbul akibat samping yang demikian.
Kontra-Indikasi
Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks, anak dengan batuk yang diduga
batuk rejan dalam tahap awal atau pada gangguan kekebalan.
e. Vaksin Campak
Vaksinasi dan Jenis Vaksin
Vaksin campak mengandung virus campak yang telah dilemahkan.
Penjelasan Penyakit
Penyakit campak sangat menular. Kuman penyebabnya ialah sejeni virus yang
termasuk ke dalam golongan paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya
bercak bercak merah di kulit, 3-5 hari setelah anak menderita demam, batuk atau
pilek. Bercak merah ini semula timbul pada pipi di bawah telinga, kemudian
menjalar ke muka, tubuh, dan anggota gerak.
Cara Imunisasi
Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campk
dari ibunya ketika dalam kandungan. Menurut WHO imunisasi campak cukup
diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, lebih baik lagi setelah
umur 1 tahun. Gejala yang dapat diamati adalah demam yang disertai dengan
timbulnya bercak merah di kulit.
Reaksi Imunisasi
Tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan tampak
sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7 – 8 setelah
penyuntikan. Mungkin juga terjadi pembengkakan di daerah penyuntikan.
Efek Samping
Sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada
hari ke 10 – 12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak berupa
ensefalitis atau ensefalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi.