Anda di halaman 1dari 4

PERSON CENTERED THERAPY

Person Centered Therapy adalah bentuk terapi humanistik yang dikembangkan oleh Carl Rogers pada
pertengahan abad ke-20. Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu klien mengenali dan memahami
perasaan sesungguhnya. Asumsi pada terapi ini didasarkan bahwa klien merupakan ahli yang paling baik
tentang dirinya sendiri dan mampu mencari pemecahan atas permasalahannya sendiri. Tugas terapis
adalah memberikan suasana yang hangat dan mendukung untuk meningkatkan konsep diri klien serta
mendorong klien memperoleh pemahaman terhadap masalah. Cara untuk mencapai tujuan ini dengan
mendengar secara aktif dan pembicaraan reflektif, sebuah teknik yang memposisikan terapis sebagai
cermin untuk perasaan yang dialami klien.

Dari latar belakang pekerjaannya yang berfokus pada klinis anak, Rogers mengembangkan sebuah
pendekatan bernama nondirective counseling. Pada masa itu aliran psikoanalisis sangat dominan,
dengan tujuan membuat sadar hal-hal yang tidak disadari dan menekankan pada masa lalu. Rogers
mencoba menekankan pada masa kini dan membantu klien memperjelas persepsi mereka mengenai diri
sendiri dengan interpretasi dari terapis. Pada tahun 1950 ia mengubah nama pendekatannya menjadi
terapi client-centered dan kemudian mengubahnya lagi menjadi person-centered. Sebagai seorang
terapis ia ingin bertindak seperi cermin bagi kliennya dengan mengatakan bagaimana gambaran
permasalahannya. Dengan demikian, klien secara sedikit demi sedikit mengenal dirinya dan pada
akhirnya ia mulai menerima dirinya sendiri.

Rogers mengidentifikasi enam faktor utama yang merangsang pertumbuhan dalam individu. Dia
menyarankan bahwa ketika kondisi ini terpenuhi, orang akan tertarik ke arah pemenuhan potensi
konstruktif. Menurut teori Rogerian, enam faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah:

1. Terapis-Klien Kontak Psikologis: harus ada hubungan yang berbeda dan dikenali antara terapis dan
klien dan harus divalidasi oleh kedua belah pihak.

2. Klien ketidaksesuaian, atau Kerentanan: klien rentan terhadap ketakutan dan kecemasan yang
mencegah mereka meninggalkan hubungan atau situasi dan bahwa ada bukti yang jelas tentang
ketidaksesuaian antara apa yang klien menyadari dan pengalaman aktual.

3. Therapist Kongruensi, atau keaslian: terbukti bahwa terapis diinvestasikan dalam hubungan dengan
klien untuk tujuan penyembuhan. Terapis benar-benar tertarik dalam pemulihan mereka dan dapat
mengakses pengalaman mereka sendiri sebagai bantuan dalam proses pemulihan.

4. Terapis Regard Positif Unconditional (UPR): ada unsur yang mengungguli semua orang lain, dan itu
adalah unsur penerimaan tanpa syarat. Dengan menyediakan platform keterbukaan dan penerimaan,
klien dapat mulai untuk menghilangkan persepsi miring mereka sendiri bahwa mereka dikumpulkan dari
orang lain.

5. Therapist pemahaman empatik: klien merasa empati asli dari terapis berkaitan dengan konstruk
internal mereka dan persepsi. Ini perasaan empati membantu memperkuat perasaan cinta tanpa syarat.
6. Persepsi Klien: persepsi hal positif tanpa syarat dan penerimaan empatik lengkap dan pemahaman
yang dirasakan oleh klien, jika bahkan hanya sedikit.

CIRI-CIRI PERSON-CENTERED THERAPY

Ciri-ciri person centered therapy atau client centered therapy Carl Rogers (dalam gunarsa,1996) dalam
bukunya “Counseling and Psychotherapy” menjelaskan mengenai ciri-ciri dari client centered therapy
sebagai berikut:

a. Perhatian diarahkan kepada pribadi klien dan bukan kepada masalahnya. Tujuannya bukan
memecahkan suatu masalah tertentu tetapi membantu seseorang untuk tumbuh sehingga ia bisa
mengatasi masalah baik masalah sekarng maupun masalah yang akan datang dengan cara yang lebih
baik dan lebih tepat.

b. Hal yang kedua ialah penekanan lebih banyak terhadap faktor emosi daripada terhadap faktor
intelektual. Dalam kenyataannya, banyak perbuatan yang dipengaruhi oleh emosi daripada oleh pikiran
artinya seseorang bisa mengerathui bahwa suatu perbuatan sebenarnya tidak baikjadi secara rasional,
intelektual, ia mengetahui itu dan tahu pula bahwa ia tidak boleh melakukan itu namun kenyataannya
lain.

c. Hal yang ketiga memberikan tekanan yang lebih besar terhadap keadaan yang ada sekarang daripada
terhadap apa yang sudah lewat atau terjadi.

d. Hal yang keempat ialah penekanan hubungan terapuetik itu sendiri sebagai tumbuhnya pengalaman.
Di sini seseorang belajar memahami diri sendiri, membuat keputusan yang penting dengan bebas dan
bisa sukses berhubungan dengan orang lain secara dewasa.

e. Proses terapi merupakan penyelarasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman
diri yang sesungguhnya

f. Klien memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif-reflektif

TUJUAN PERSON-CENTERED THERAPY

Secara umum tujuan dari konseling ini adalah untuk memfokuskan diri klien pada pertanggungjawaban
dan kapasitasnya dalam rangka menemukan cara yang tepat untuk menghadapi realitas yang dihadapi
klien (Corey, 1986) atau dengan kata lain membantu klien agar berkembang secara optimal sehingga
mampu menjadi manusia yang berguna. (Sukardi, 1984).

Sedangkan secara terinci tujuannya adalah sebagai berikut :

a. Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.

b. Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil satu
atau serangklaian keputusan yang terbaik bagi dirinya sendiri tanpa merugikan orang lain.
c. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk belajar mempercayai orang lain, dan
memiliki kesiapan secara terbuka untuk menerima berbagai pengalaman orang lain yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri.

d. Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya adalah merupakan bagian dari suatu lingkup sosial
budaya yang luas, walaupun demikian ia tetap masih memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.

e. Menumbuhkan suatu keyakinan kepada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (Process
of becoming). (Sukardi. 1984)

Tujuan dari pendekatan terapi secara personal mempunyai hasil berbeda-beda pada setiap orangnya
tergantung pada pendekatan masing-masing. Tujuan dari pendekatan ini agar klien dapat mendapatkan
tingkat kebebasan dari yang lebih tinggi dan integritas. Metode ini difokuskan pada satu orang, tidak
dengan diskusi masalah secara berkelompok. Roger (1977) tidak percaya terapi ini dapat memecahkan
masalah. Sebaliknya metode ini terapi ini untuk membimbing klien agar klien dapat meningkatkan
kemampuannya agar dapat memecahkan masalah sekarang dan yangg akan datang.

Roger (1961) menulis bahwa manusia yang mengikuti psikoterapi selalu bertanya ”bagaimana saya bisa
menemukan jati diri saya sendri, bagamana saya bisa menjadi sesuatu yng sangat saya inginkan,
bagamana saya bisa melupakan masalalu saya dan menjadi diri saya sendiri”. Tujuan yang sudah
ditekankan diatas adalah untuk mendisain suatu iklim yang kondusif agar dpt membantu individu
menjadi orang yang beguna. Sebelum klien bergerak menuju tujuan terapi ini mereka harus melepas
topengnya terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar mereka dapat besosialisasi dengan masyarakat. Klien
datang untuk mengetahui apa yang telah hilang dari kehidupannya dengan menggunakan facades. Agar
sesion terapi menjadi suatu terapi yg aman mereka harus menyadari kemungkinan-kemungkinan lain
baik atau buruk.

TEHNIK TERAPI

a. Penekanan awal pada refleksi perasaan

Roger menekankan pada pemahaman klien, ia juga berpendapat bahwa sikap relasional therapist
dengan klien merupakan jantung atau pusat dari proses perubahan tersebut. Rogers beserta lainnya
mengembangkan pendekatan the person centered yang pada dasarnya adalah pernyataan ulang yang
sedrhana dari apa yang dikatakan klien.

b. Evolusi metode person centered

Filosofi the person centered di dasarkan pada asumsi bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif
tanpa bantuan konselor. Salah satu hal utama dimana person centered therapy berkembang adalah
keragaman, inovasi, dan individualisasi dalam prakteknya ( cain, 2002a). cain (2002a, 2008) percaya
bahwa penting bagi therapist untuk memodifikasi gaya terapi untuk mengakomodasikan kebutuhan
spesifik setiap klien. Dalam jurnal yang ia tulis tentang person centered therapy, cain berkata “ pemikiran
saya telah berkembang dan sekarang termasuk integrasi person centered, eksistensial, gestalt, dan
konsep pengalaman serta respon terapi. Kgunaan diri saya adalah ketika saya dapat melahirkan aspek
untuk memungkinkan adanya pertemeuan atauperjumpaan terhadap klien saya”. Dan hari ini yang
mempraktekkan pendekatan person centered menunujukkan kemajuan baik dalam teori, prakte maupun
gaya pribadi seseorang.

c. Peran penilaian

Penilaian sering di pandang sebagai prasyarat untuk proses tritmen. Beberapa kesehatan mental
menggunakan berbagai procedure penilaian termasuk diagnostic, identifikasi kekuatan klien dan
kewajiban pengerjaan test. Bukan lagi jadi pertanyaan tentang apakah penting penilaian dimasukkan
dalam praktek terapi tetapi tentang bagaimana melibatkan klien semaksimal mungkin dalam proses
penilaian tersebut.

d. Penerapan filosofi dari pendekatan the person centered

Pendekatan the person centered telah diterapkan untuk bekerja individu, kelompok maupun keluarga.
Pendekatan the person cetered juga telah terbukti sebagai terapi yang layah dan lebih berorientasi,
filosofi dasar dari the person centered memiliki penerapan untuk pendidikan SD hinga lulus.

e. Aplikasi untuk krisis intervensi

Pendekatan the person centered terutama berlaku dalam krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, penyakit, peristiwa bencana dan kehilangan orang yang dicintai. Dalam krisis intervensi
seseorang yang mengalaminya butuh dorongan motivasi dari orang-orang sekitarnya, kepedulian dan
berusaha untuk menempatkan posisinya. Meskipun kehadira dan kontak psikologis dengan orang yang
peduli dapat membawa banyak perubahan baik, namun dalam situasi tersebut seorang therapist perlu
menyediakan struktur dan arah yang lebih baik.

f. Aplikasi untuk kelompok konseling

Pendekatan the person centered menekankan peran unik dari kelompok konselor sebagai fasilitator dan
bukan pemimpin. Fasilitator harus menghindari membuat komentar nterpretatif karena komentar
tersebut cenderungmembuat diri kelompok sadar dan memperlihatkan proses yang terjadi.

Sumber : (https://vicahasna.wordpress.com/2015/04/23/tugas-6-psikoterapi-konsep-carl-rogers-person-
centered-therap

Anda mungkin juga menyukai