Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu :

Drs. Sukarjo, S.pd. M.Pd

Disusun Oleh:

Nama : Susanti

NIM : 1401418334

No. Urut : 22

Rombel :G

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kurikulum, bukan kata yang asing dalam dunia pendidikan. Pendidikan atau
pembelajaran tidak lepas dari istilah ini, karena kurikulum adalah salah satu
komponen dari pembelajaran. Dengan adanya kurikulum proses belajar dan
pembelajaran akan berjalan secara terstruktur dan tersistem demi mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan kurikulum menjadi sangat penting
sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan perubahan
pada masyarakat.
Untuk mencapai tujuan mulia dari pembelajaran tersebut, maka para
pengembang kurikulum terus berbenah dan melakukan evaluasi terhadap kurikulum
yang diberlakukan. Sebagaimana yang akan dibahas di makalah ini, kurikulum 2013
merupakan hasil pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum ini bertujuan tidak lain untuk lebih memperbaiki kualitas pendidikan yang
ada saat ini.
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006
yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kerangka dasar kurikulum 2013 itu?
2. Bagaimanakah pelaksanaan kurikulum 2013 di SD saat ini?

3. Tujuan
Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan kerangka dasar kurikulum 2013
2. Menganalisis pelaksanaan kurikulum 2013 di SD
B. PEMBAHASAN
1. Kerangka Dasar Kurikulum 2013
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses
pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik
dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013
dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia
berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan
manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013
dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang
beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk
membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan.
Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi
kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah
rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda
bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa
menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan
masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini
dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli
terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa
lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk
dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi berkemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik
dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca,
dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa
budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan
keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,
diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi
sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas


dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni,
kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai
dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat
manusia.

b. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan
rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan
pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak
bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam
masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada
tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar
pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya.
Dengan demikian keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi
secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society).
c. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan
konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta
konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik
transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai
wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya
dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan
jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum
untuk jenjang pendidikan dasar khususnya SD. Oleh karena itu pendidikan di SD
yang selama ini sangat menonjolkan kurikulum dan pembelajaran berbasis mata
pelajaran, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang bersifat tematik-terpadu.
Konsep kurikulum tematik-terpadu mencerminkan pertimbangan psikopedagogis
anak usia sekolah yang sangat memerlukan penanganan kurikuler yang sesuai
dengan perkembangannya.
d. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya
bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
e. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

2. Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD


Banyak tanggapan positif dan negatif (pro-kontra) mengenai perubahan
kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum
2013. Kurikulum 2013 diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013/2014
melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah yang sudah siap
melaksanakannya dan sekolah yang memiliki nilai akreditasi “A”. Tahun Ajaran
2013/ 2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan Kelas
IV Sekolah Dasar. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan tematik
integratif, pendekatan scientific, dan juga penilaian auntentik. Tematik integrative
merupakan penggabungan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema,
pendekatan scientific merupakan pendekatan melalui menanya, mencoba, dan
menalar, sedangkan penilaian autentik merupakan penilaian
yang mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil.
a. Pelaksanaan Kurikulum 2013 Berdasarkan Wilayah
1. Wilayah Tingkat Provinsi
Implementasi kurikulum merupakan tanggungjawab pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan dilapangan tanggung
jawab tersebut disinergikan dengan prinsip usaha bersama antara pemerintah dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
 Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah
untuk melaksanakan kurikulum.
 Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional.
 Pemerintah provinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
 Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di
kabupaten/kota terkait.
2. Wilayah Tingkat Kabupaten/Kota
Di Kabupaten/kota langkah untuk mempersiapkan SDM dilakukan dengan
sosialisasi dan pelatihan. Diklat Implementasi Kurikulum 2013 merupakan
langkah awal yang sangat penting untuk mempercepat pemahaman dan
keterampilan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut. Untuk
memelihara dan meningkatkan kesinambungan pemahaman dan implementasi
Kurikulum 2013 di masing-masing satuan pendidikan, diprogramkan kegiatan
pendampingan untuk para guru dan Kepala Sekolah. Pelatihan dimaksudkan
untuk membentuk master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan
kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan
semua guru kelas dan guru mata pelajaran. Berkaitan dengan penyelanggaraan
pelatihan yang diselenggarakan oleh LPMP maupun Depdiknas maka kendala
dan hambatan yang dihadapi guru bermuara pada persepsi terhadap
penyelenggaraan pelatihan tersebut meliputi:
o instruktur pelatihan tidak (kurang) memuaskan karena masih belum
menguasai kurikulum 2013,
o para instruktur lebih fokus pada teori saja, seperti latar belakang dan
landasan hukum sedangkan pada bagian penilaian dan pengisian raport
masih mengambang,
o banyaknya pelatihan yang diadakan untuk guru masih kurang karena guru
merasa belum menguasai dengan baik materi kurikulum 2013,
o waktu (durasi) pelatihan tidak cukup untuk memahami kurikulum 2013 dan
implementasinya dan kegiatan pelatihan bersinggungan dengan waktu
efektif sekolah sehingga mengganggu waktu belajar siswa,
o para instruktur tidak diambil dari guru yang memiliki kompetensi lebih baik
sehinga kepercayaan guru lain yang dilatih kurang

b. Pengunaan Buku Teks Siswa & Guru


Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi tantangan masa depan. Oleh karenanya, pembelajaran di desain
untuk mengoptimalkan daya nalar, daya kerja yang disertai dengan karakter
yang mulia. Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan
pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Namun demikian pelaksanaan
kurikulum 2013 juga memerlukan instrument berupa media pembelajaran,
laboratorium, perpustakaan dll.
Buku merupakan instrumen penting dalam implementasi kurikulum 2013.
Bagi guru buku merupakan petunjuk penting untuk mengembangkan proses
belajar mengajar. Kehadiran buku dalam kurikulum 2013 sangat diperlukan.
c. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
Saat pembelajaran di kelas, guru menggunakan promes sebagai pedoman
mengajar di kelas, sedangkan hasil penelitian dari Sutikno (2009:208),
menjelaskan “guru-guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan
berpedoman pada silabus, kalender pendidikan, RPP, program semester yang
telah disusun sebelumnya”.
Kunci sukses dan kebermaknaan pembelajaran adalah kegiatan inti. Dalam
kegiatan ini guru harus menggunakan metode yang bersesuaian dengan
karakteristik siswa dan mata pelajaran. Dalam kurikulum 2013 kegiatan inti
mencakup proses-proses berikut:
(1) melakukan observasi;
(2) bertanya;
(3) mengumpulkan informasi;
(4) mengasosiasikan informasi-informasi yang telah diperoleh; dan
(5) mengkomunikasikan hasilnya.
Pada proses pembelajaran yang terkait dengan KD yang bersifat prosedur
untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi sedemikian rupa sehingga siswa
dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi yang diberikan
guru atau ahli, siswa menirukannya, selanjutnya guru melakukan pengecekan
dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada siswa. Persepsi guru
terhadap proses belajar mengajar kurikulum 2013 diperoleh hasil yang sangat
baik. Para guru optimis dan percaya diri dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun demikian berbeda
kondisinya ketika ditanyakan kepada guru di pedesaan yang kekurangan
informasi. Pada umumnya guru di luar kota merasa kesulitan dan kurang optimis
dapat melaksanakan pembelajaran berdasarkan kuriukulum 2013. Implementasi
kurikulum 2013 memerlukan kompetensi pedagogi dan profesionel secara
lengkap. Berdasarkan observasi awal secara global diperoleh dugaan awal
bahwa kurikulum 2013 sulit dapat dilaksanakan dalam waktu singkat, namun
ternyata setelah guru mendapatkan pelatihan yang benar, paradigma dan
komitmen guru mengajar secara singkat dapat berubah. Meskipun belum
sempurna namun para guru menyambut positif perubahan kurikulum dan
bersedia melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan harapan kurikulum
2013.
d. Proses penilaian pada Kurikulum 2013
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi,
ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Proses penilaian dalam kurikulum 2013 dirasakan lebih sulit dan rumit, namun
banyak guru yang optimis dapat melaksanakan penilaian dengan baik. Pada
penilaian berbentuk portofolio, guru menggunakan rubrik penilaian, penilaian
sendiri dan penilaian teman sejawat. Rubrik penilaian digunakan dalam setiap
tema karena setiap tema memuat mata pelajaran yang berbeda tergantung tema
apa yang dipelajari. Penilaian portofolio digunakan guru ketika peserta didik
mendapatkan tugas karena pembelajaran pada satu hari belum selesai dengan
cara guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah.
Guru juga melakukan observasi pada setiap pembelajaran untuk melihat
sikap peserta didik dalam memperoleh pembelajaran, keterampilan peserta didik
dalam memecahkan masalah, dan juga pengetahuan yang di miliki oleh peserta
didik. Sistem penilaian pada akhir semester atau rapor dalam Kurikulum 2013
menggunakan sistem narasi, sehingga nilai rapor tidak lagi berupa angka
melainkan berupa deskripsi kemampuan peserta didik berdasarkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki pada setiap KD. SKL pada
Kurikulum 2013 mencantumkan mengenai sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sehingga tidak ada peserta didik yang tidak naik kelas karena
setiap peserta didik pasti memiliki kemampuan sendiri-sendiri. Pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 juga berbeda dengan KTSP dimana embelajaran
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada proses dan pembelajaran tidak
terpusat pada guru melainkan peserta didik juga harus aktif dalam kelas,
sedangkan KTSP sistem penilaian menggunakan angka dan dalam pembelajaran
guru cenderung memberikan penjelasan.
Meskipun para guru tidak terbiasa membuat intrumen penilaian maupun
mendeskripsikan hasil penilaian siswa namun merasa bisa melaksanakan tugas
tersebut. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru SD dalam standar penilaian
adalah sebagai berikut:
a) Guru belum optimal dalam menerapkan penilaian otentik karena saat proses
pembelajaran, guru terbiasa fokus kepada penyampaian materi.
b) Sebagian Guru belum mampu membuat instrument penilaian otentik untuk
pembelajaran setiap hari.
c) Cara pengisian instrument penilaian dirasa memberatkan guru, karena terlalu
banyak rubric yang harus diisi.
d) Guru merasa kehabisan waktu hanya untuk memuat deskripsi keberhasilan
siswa, sehingga waktu guru mempersiapkan tema kurang banyak.
e. Tata Kelola Kurikulum 2013 di Sekolah
Sekolah merupakan institusi penting untuk mendidik dan memberdayakan
siswa menjadi manusia dewasa yang memiliki pengetahuan dan berkarakter.
Kepala sekolah dan guru adalah tenaga profesional yang berperan penting dalam
mengelola sekolah sehingga menjadi institusi pengembang IPTEK dan IMTAK.
Kepala sekolah dan guru profesional di sekolah diharapkan sebagai pelaksana
terdepan yang mampu menterjemahkan kebijakan pemerintah dan
melaksanakannya sebagai pelayan stakeholder sekolah.
Manajemen sekolah yang baik diharapkan mampu menyelenggarakan
system pendidikan yang optimal dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan
kurikulum 2013. Dalam kerangka inilah berapa pentingnya manajemen berbasis
sekolah, sehingga sekolah dapat mengatur sistem administrasi dan menjalankan
proses belajar mengajar meliputi, merencanakan, mengorganisir, mengawasi,
mempertanggungjawabkan serta memberdayakan sumber-sumber daya yang
dimiliki sekolah.
f. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kurikulum 2013
1. Faktor Pendukung
a) Buku pedoman. Diberikan ketika sosialisasi Kurikulum 2013, arahan
dari pengawas, fasilitas sekolah, dan sosialisasi yang diberikan oleh
LPMP. Dengan adanya faktor pendukung tersebut guru-guru
memanfaatkan dengan cara menggunakan buku pedoman untuk
menyusun berbagai administrasi kurikulum, memanfaatkan fasilitas
sekolah semaksimal mungkin untuk menunjang pembelajaran, mengikuti
setiap sosialisasi yang diberikan oleh LPMP, dan mencari solusi dari
setiap masalah yang dihadapi bersama dengan kepala sekolah. Apabila
kepala sekolah dan guru tidak menemukan solusi dari masalah yang ada,
maka kepala sekolah meminta bantuan kepada pengawas sekolah untuk
mencari solusi dari masalah tersebut.
b) Orang tua peserta didik dan peserta didik. Orang tua peserta didik
memberikan dukungan dengan membantu dan mengawasi anak belajar
di rumah serta orang tua mendukung adanya kurikulum 2013 karena hal
itu bisa memudahkan anak dalam belajar. Peserta didik juga merasa
senang dengan adanya Kurikulum 2013 karena mereka tidak merasa
bosan belajar materi terlalu banyak karena pada Kurikulum 2013 materi
pelajaran berisikan mengenai penggabungan dari beberapa mata
pelajaran ke dalam satu tema.
2. Faktor Penghambat
Masih adanya peserta didik yang belum bisa membaca, membedakan
huruf, dan angka untuk Kelas I, materi terlalu banyak dan harus diselesaikan
dengan target satu tema 1,5 bulan, terlalu banyak administrasi yang harus
diselesaikan, pembuatan RPP harus mencantumkan tiga pendekatan, satu
RPP digunakan untuk satu kali pertemuan atau untuk satu PB, pembelajaran
tidak selalu tuntas dalam satu PB padahal satu PB harus selesai dalam satu
hari, guru merasa kesulitan dalam membagi waktu antara pelaksanaan
pembelajaran dan administrasi, serta guru kesulitan dalam melakukan
penilaian karena penilaian yang cukup banyak.
g. Pemecahan Masalah Mengatasi Kendala Pelaksanaan Kurikulum 2013
. Cara guru mengatasi masalah terkait dengan adanya peserta didik yang
belum bisa membaca dan menulis yaitu dengan cara guru memberitahu
perkembangan kepada wali murid untuk membantu membimbing anaknya
belajar membaca dan menulis serta guru harus telaten dan sabar dalam mengajari
peserta didik supaya bisa lebih cepat untuk membaca dan menulis. Alternatif
pemecahan masalah terkait dengan pembelajaran yang belum tuntas yakni guru
memberikan tugas tambahan, guru juga memberikan tambahan pada hari
berikutnya sebelum jam pelajaran dimulai, dan guru meminta bantuan kepada
walimurid untuk mengawasi dan membimbing anaknya dalam belajar di rumah
supaya anak bisa lebih memahami materi yang belum tuntas dan jika ada yang
belum di mengerti, peserta didik bisa menanyakan materi yang belum
dimengerti kepada guru. Solusi untuk memecahkan masalah terkait dengan RPP
dan penilaian terhadap peserta didik, guru mengatasinya dengan membuat RPP
dan penilaian setiap pulang sekolah atau waktu pembelajaran selesai.
Penelitian yang dilakukan oleh Husnawati (2013:65-66) terkait dengan
alternatif pemecahan masalah mengenai penyusunan perangkat pembelajaran
telah di atasi dengan adanya kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran
bersama yang dilakukan pada awal pembelajaran dan diadakan workshop yang
berhubungan dengan pembuatan perangkat pembelajaran. Jika guru mengalami
masalah dalam implementasi Kurikulum 2013, guru menyampaikan kepada
kepala sekolah untuk mencari solusi bersama-sama dan jika kepala sekolah tidak
menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi guru, maka kepala sekolah
meminta bantuan kepada pengawas sekolah untuk mencari solusi terhadap
masalah yang dihadapi oleh guru. Selain itu, guru juga bisa sharing dengan
sesama guru pelaksana Kurikulum 2013 dan guru yang bukan pelaksana
Kurikulum 2013.
h. Peran Kepala Sekolah dan Guru
Kepala sekolah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 memiliki peran yaitu
memberikan dukungan dan motivasi, memonitoring dan menyampaikan ilmu
yang diperoleh ketika mengikuti sosialisasi kepada guru-guru, selain itu kepala
sekolah melakukan supervisi kelompok, yaitu dengan kepala sekolah
mengadakan rapat untuk membahas kesulitan gurudalam proses pembelajaran
baik untuk implementasi Kurikulum 2013 maupun KTSP. Kepala sekolah juga
memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan profesinya dan
mendorong guru dalam mengikuti kegiatan yang bisa menunjang implementasi
Kurikulum 2013.
Guru juga memiliki peran dalam implementasi Kurikulum 2013. Guru
yang dimaksud disini yaitu guru yang melaksanakan Kurikulum 2013 dan guru
yang belum melaksanakan Kurikulum 2013. Peran guru pelaksana dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013 yaitu memberikan dukungan dan juga motivasi
antar sesama guru pelaksana dan membagikan ilmu yang diperoleh ketika
mengikuti sosialisasi kepada guru-guru yang tidak mengikuti sosialisasi.
Sedangkan peran guru bukan pelaksana dalam implementasi Kurikulum 2013
yaitu memberikan motivasi dan dukungan kepada guru yang melaksanakan
Kurikulum 2013.
. Kepala sekolah dan guru selalu mengikuti diklat pelaksanaan Kurikulum
2013 yang diadakan oleh pihak LPMP supaya kepala sekolah dan guru paham
mengenai Kurikulum 2013. Guru bisa memanfaatkan fasilitas sekolah berupa
LCD dalam proses pembelajaran supaya murid-murid tidak merasa bosan dan
merasa bersemangat dalam belajar di kelas serta mendayagunakan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar. Sebagaimana diungkapkan oleh Mulyasa
(2013:49), bahwa fasilitas dan sumber belajar tersebut perlu didayagunakan
seoptimal mungkin, dipelihara, dan disimpan sebaik-baiknya. Dalam
pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru disamping harus membuat
sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih
konkrit.
i. Evaluasi
Evaluasi dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan oleh sekolah supaya
pemerintah mengetahui kendala yang dialami guru dan kepala sekolah dalam
melaksanakan kurikulum karena dari masing-masing sekolah kendala yang
dihadapi untuk melakukan monitoring secara langsung terhadap implementasi
Kurikulum 2013. Kegiatan monitoring dilakukan secara rutin untuk mengetahui
apakah ada kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013 di sekolah yang
kemudian dari kesulitan-kesulitan yang ada, pihak pemerintah atau LPMP bisa
mencarikan solusi supaya masalah yang dihadapi kepala sekolah dan guru bisa
terselesaikan.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kerangka dasar kurikulum 2013 terdiri atas landasan filosofis, sosiologis,
psikopedagogis, teoritis dan yuridis.
Kurikulum kurikulum 2013 diberlakukan secara bertahap mulai tahun
ajaran 2013/2014 melalui pelaksanaan terbatas. Pembelajaran pada Kurikulum
2013 menggunakan tematik integratif, pendekatan scientific, dan juga penilaian
auntentik.Pelaksanaan kurikulum:
a. Merupakan tanggungjawab pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
b. Kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang
disediakan oleh Pemerintah.
c. Dari Sutikno (2009:208), menjelaskan “guru-guru melaksanakan proses
belajar mengajar dengan berpedoman pada silabus, kalender pendidikan,
RPP, program semester yang telah disusun sebelumnya”.
d. Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
e. Kepala sekolah dan guru adalah tenaga profesional yang berperan penting
dalam mengelola sekolah sehingga menjadi institusi pengembang IPTEK
dan IMTAK.
f. Dalam kurikulum 2013 terdapat faktor pendukung yaitu buku pedoman,
orang tua dan peserta didik sedangkan faktor penghambatnya yaitu peserta
didik yang belum menyesuiakan diri dalam pembelajaran dengan baik oleh
karena itu sebagai guru harus telaten membimbing dan mengajar peserta
didiknya.
g. Kepala sekolah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 memiliki peran yaitu
memberikan dukungan dan motivasi, memonitoring dan menyampaikan
ilmu yang diperoleh. Peran guru yaitu memberikan dukungan dan motivasi
antar sesama guru.
h. Evaluasi diperlukan oleh sekolah supaya pemerintah mengetahui kendala
yang dialami sekolah agar dilakukan monitoring secara langsung terhadap
pelaksanaan Kurikulum 2013.

2. Saran
Jadi, dalam pelaksanaan kurikulum 2013 baik kepala sekolah maupun kepala
sekolah harus mengikuti suatu pelatihan agar mampu mengikuti dan menjalankan
kurikulum 2013 dengan baik, pengelolaan sekolah dapat diatur dengan mudah serta
dalam kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.

D. DAFTAR PUSTAKA
p://adfalpradigdo.blogspot.com/2015/10/makalah-implementasi-kurikulum-2013.html
Kemendikbud. (2014) Permendikbud No. 57 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta: Kemendikbud
Subagiyo, Lambang, & Safrudiannur.(2014). Implementasi Kurikulum 2013 Pada
Jenjang Sd, Smp, Sma Dan Smk Di Kalimantan Timur Tahun 2013/2014. ©Pancaran,3,
No. 4, hal 131-144.
Sulistya Ningrum, Elwien, & Ahmad Yusuf Sobri.(2015). Implementasi Kurikulum
2013 Di Sekolah Dasar. Manajemen Pendidikan, 24-no.-564-71.

Anda mungkin juga menyukai