Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DIABETES

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

1. Fitri Ekahariningtias
2. Hesti Paramita Wulanningrum
3. Jihad Akbar
4. Siti Solihat
5. Tomy Murgiyana
6. Yogi Prayoga

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan Km.1 By-Pass Karawang – Jawa Barat

Telp. (0267) 412480 Fax. (0267) 410842

Website: http://www.stikes-kharisma.ac.id

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik. Kami
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi
saya untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saya
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ns. Abdul Gowi, M.kep., Sp.Kep.J. selaku dosen Keperawatan Gerontik yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kelompok
dalam penyusunan makalah ini, dan
2. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa
manfaat untuk kita semua.

Karawang, 10 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi ........................................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 4
D. Patofisiologi ................................................................................................... 4
E. Penatalaksanaan ............................................................................................. 4
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi
perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem
endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh
pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup lansia di Indonesia
semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu
pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun
meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia >65
tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia
(Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation menyebutkan,
bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 %
atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan
akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di
Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun, yang
terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420
DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia
>65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus
Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak
Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010).

4
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak tergantung
insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut usia.
Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota
besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif..

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui penyakit tentang Diabetes Mellitus dan mampu
memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara profesional dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan khusus
Diharapkan Mampu :
a. Melaksanakan pengkajian keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan gerontik dengan Diabetes melitus.

C. Manfaat Penulisan
Diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan Gerontik pada klien dengan Diabetes
Melitussesuai dengan teori yang didapat di bangku kuliah serta menambah wawasan dan
memperluas pengetahuan bagi penulis.

D. Rumusan Masalah
1. Apa definisi, penyebab, tanda gejala, patofisiologi, dan penatalaksanaan dari
Diabetes Mellitus?
2. Bagaimana proses Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Diabetes Mellitus?

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin (Amin & Hardhi, 2013).
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang disebabkan karenan ketiadaan
absolut insulin (Corwin, 2009). Sehingga dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam plasma yang
disebabkan oleh produksi insulin yang menurun atau tidak adanya insulin.
Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai sistem
fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi vaskular,
renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat terganggu
dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang
tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).

B. Etiologi
a. Diabetes mellitus tipe I : IDDM
Disebabkan oleh kerusakan sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun (Amin
& Hardhi, 2013). Kerusakan sel beta ini dapat disebabkan oleh faktor genetik yang
dipicu oleh faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya autoimun.Hal ini
menyebabkan diabetes tipe I memiliki karakteristik yaitu ketiadaan insulin absolut
dalam tubuh.Sehingga terapi bagi penderita diabetes tipe I yaitu harus mendapat
insulin pengganti.Biasanya tipe I ini dijumpai pada penderita yang tidak gemuk,
berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan perempuan lebih rentan terkena
dari pada laki-laki (Corwin, 2009).
b. Diabetes mellitus tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.Resistensi insulin ini
berarti penurunan kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati (Amin & Hardhi
2013).

6
C. Manifestasi Klinis
a. Glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL
b. Glukosa plasma 8 jam puasa ≥ 126 mg/dL
c. Glukosa plasma 2 jam PP ≥ 200 mg/dL
d. Polidipsi (mudah haus)
e. Poliuria (sering kencing)
f. Polifagia (mudah lapar)
g. Lelah dan mengantuk
h. Kesemutan
i. Gatal
j. Mata kabur

D. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa
tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang
artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas.Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal
tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

E. Penatalaksanaan
1. Pemberian Insulin, khususnya bagi penderita diabetes tipe I.
2. Rutin melakukan olahraga.
3. Mempertahankan berat badan ideal.
4. Kurangi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan gula.
5. Hindari makanan yang tinggi lemak dan mengandung kolesterol LDL : daging merah,
produk susu, kuning telur, mentega, saus salad.
6. Hindari minuman berakohol.
7. Kurangi konsumsi garam

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

8
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
c. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atauberkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

9
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.

3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan
warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata (
++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

10
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari
hiperglikemia), kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah), masukan dibatasi
(mual, kacau mental).
2. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
Penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada
sebelumnya, atau ISK.
3. Resiko kadar glukosa darah tidak stabilberhubungan denganMonitoring kadar glukosa
inadekuat

11
C. Rencana dan Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitoring:
berhubungan dengan: ...x24 jam, kelebihan volume cairan dapat 1. Observasi status mental
- Kehilangan cairan berkurang atau teratasi. 2. Monitor imput serta output urine dan catat adanya
tubuh dalam Kriteria hasil: perubahan jumlah, warna dan konsentrasi urine
jumlah banyak No Kriteria Score 3. Monitor turgor kulit, membrane mukosa dan perasaan
- Kegagalan fungsi 1 Temperature : 5 haus klien.
regulasi (36,5 – 37,5 °c) 4. Monitor adanya tanda dehidrasi
2 Perubahan status mental (-) 5 5. Ukur tanda-tanda vital dan CVP
3 Nadi dalam batas normal : 5 6. Ukur CRT, kondisi dan suhu kulit
60-100 mmHg 7. Timbang berat badan sesuai indikasi
4 RR: 12-20 x/mnt 5 8. Kaji status mental
5 Tekanan darah : 5 Mandiri:
(100-140/60-90mmhg) 1. Memasang dan mempertahankan akses vena perifer
6 Turgor kulit 5 (infus)
7 Produksi urine 0,5-1 5 2. Berikan perawatan kulit pada bagian penonjolan
ml/Kg BB/jam tulang.
8 Konsistensi urine normal 5 Pendidikan kesehatan:
(kuning jernih, tidak ada 1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan.
endapan) 2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake nutrisi
9 CRT < 2s 5 untuk meningkatkan kadar albumin darah
10 Mukosa membrane dan 5 Kolaborasi:
kulit kering (-) 1. Berikan terapi cairan sesuai instruksi dokter
2. Berikan transfuse darah sesuai hasil kolaborasi dengan
11 Hematokrit 35%-50% 5
medis
12 Penurunan berat badan 5
3. Berikan terapi farmakologi untuk meningkatkan
secara signifikan (-)
jumlah urine output
13 Rasa haus berlebihan (-) 5
4. Kolaborasi pemeriksaan kadar elektrolit, BUN,
14 Kelemahan (-) 5

12
creatinin dan kadar albumin.
2 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol infeksi
berhubungan dengan selama ...x24 jam risiko terkontrol dan klien 1. Bersihkan ruangan sebelum digunakan tindakan pada
faktor resiko bebas dari tanda dan gejala infeksi : pasien
prosedur invasive kriteria hasil : 2. Ganti peralatan untuk tindakan pada pasien
No Kriteria Score 3. Batasi jumlah pengunjung
4. Ajarkan pada pasien untuk melakuakn cuci tangan
1 Tidak terdapat rubor 5 dengan benar
5. Instruksikan pada pengunjung untuk melakukan cuci
2 Tidak terdapat kalor 5 tangan sebelum ke pasien
3 Tidak terdapat dolor 5 6. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
7. Bersihkan tangan sebelum dan setelah melakukan
4 Tidak terdapat tumor 5 tindakan pada pasien
8. Gunakan universal precaution
5 Tidak terdapat fungsiolesa 5 9. Gunakan sarung tangan sesuai standar universal
precaution
Keterangan : 10. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai dengan
1. Ekstrim kondisi pasien
2. Berat 11. Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk mengenali
3. Sedang tanda dan gejala infeksi serta melaporkan pada tenaga
4. Ringan kesehatan ketika terdapat tanda dan gejala infeksi.
5. Tidak
3 Resiko kadar glukosa Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitoring:
darah tidak stabil ....x24 jam, kadar glukosa darah stabil.
1. Monitor kadar gula darah
Berhubungan No Kriteria Score 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia: poliuria,
dengan: 1 Kadar glukosa darah 5 polidipsi, poliphagi
sesaat: <200 mg/dl 3. Monitor adanya keton pada urin
- Kurangnya 2 Kadar glukosa darah 5 4. Monitor tanda dan gejala hipoglikemia: tremor,
pengetahuan puasa: < 126 mg/dl keringat dingin, iritabilitas, takikardi, palpitasi,
tentang 3 Kadar glukosa darah 2 5 mual, pusing, sukar konsentrasi, kelemahan)
penatalaksanaan jam post pandrial: < 200 5. dentikfikasi faktor penyebab hiperglikemia atau
diabetes mg/dl hipoglikemia

13
- Monitoring kadar 4 Poliuria (-) 5 Mandiri:
glukosa inadekuat 5 Polidipsi (-) 5
- Kurangnya 6 Poliphagi (-) 5 1. Batasi aktivitas saat gula darah > 250 mg/dl,
penatalaksanaan 7 Ketonuria (-) 5 khususnya jika ada urin keton
diabetes 2. Lindungi pasien dari cedera karena
8 Tremor (-) 5
hiperglikemia/hipoglikemia
9 Keringat dingin (-) 5
Pendidikan kesehatan:
10 Iritabilitas (-) 5
11 Takikardi (-) 5 1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan
12 Palpitasi (-) 5 2. Ajarkan klien untuk cek kadar gula darah secara
13 Mual (-) 5 teratur
14 Pusing (-) 5 Kolaborasi:
15 Sukar konsentrasi (-) 5
Keterangan : 1. Pemberian insulin sesuai indikasi dokter
1. Ekstrim 2. Pemberian terapi cairan IV sesuai program
2. Berat 3. Pemeriksaan kadar gula darah
3. Sedang 4. Pemeriksaan urin keton
4. Ringan 5. Pemberian diet sesuai program ahli gizi
5. Tidak

14
15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin (Amin
& Hardhi, 2013). Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang
disebabkan karenan ketiadaan absolut insulin (Corwin, 2009). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam plasma yang disebabkan oleh produksi insulin
yang menurun atau tidak adanya insulin.
Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan
berbagai sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme
glukosa.” Fungsi vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang
mengalami diabetes dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun
perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin
untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).

B. Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat
mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pada gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam
menerapkan asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik
teoritis maupun di dalam kasus.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin &Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action.
Suyono, Slamet. 2007. Patofisiologi diabetes mellitus dalam :Waspadi, S., Sukardji, K.,
Octariana, M. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
Stanley, Mickey dan Patricia GauntlettBeare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik,
Edisi 2., Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai