Anda di halaman 1dari 3

Kaum Khawarij pada umumnya merupakan kumpulan sahabat simpatisan setia

pendukung Ali bin Abi Thalib namun pada akhirnya justru memusuhinya lantaran Ali
menerima arbitrase (at-tahkim) dari pihak seteru Ali, yaitu kubu Mu’awiyah. Hal ini terjadi
ketika dalam peperangan Shiffin, sebuah perang yang alot antara kubu Mu’awiyah dan Ali
demi memperebutkan kursi kekuasaan yang telah jatuh di tangan Ali setelah kematian
Usman. Akhirnya kaum Khawarij memisahkan diri dari upaya jalan tengah (at-
tahkim/arbitrase) tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah kesalahan. Kaum Khawarij
menuntut Ali untuk menarik kembali persetujuan arbitrase dengan Mu’awiyah tersebut,
namun Ali menolaknya. Hal inilah yang pada akhirnya membawa keluar kaum Khawarij dari
kubu Ali.

Nama Khawarij sendiri disandarkan pada sebuah kejadian ketika mereka


mengeluarkan diri (khuruj) dari kubu Ali, sehingga membentuk golongan baru dan
memisahkan diri dari kelompok Ali dan Mu’awiyah. Namun ada golongan dari Khawarij
yang berpendapat bahwa nama Khawarij berasal dari sebab keluarnya (khuruj) mereka di
jalan Allah. Mereka berpegang kepada firman Allah : “Barang siapa keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya
(sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.”
(QS. An-Nisa’ [4] : 100).

La hukmu Illallah. Demikianlah kalimat yang didengungkan kaum khawarij ketika


memberontak pada Ali bin Abi Thalib. Kepada siapa mereka memberontak? Tentu kita
semua paham. Mereka memberontak sepupu sekaligus menantu Rasulullah. Salah satu
sahabat yang pertama kali memeluk agama islam, meyakini apa yang dikatakan Rasulullah,
walau dunia pada saat itu masih menolak agama ini. Bahkan Rasulullah sendiri yang
memberi gelar "Miftahul Ilmi" kunci ilmu pengetahuan. Jangan ditanyakan soal ketaatan Ali
kepada Allah dan kecintaan nya pada Rasulullah. Tentu dengan semua itu sangat tidak
mungkin Sayyidina Ali mengabaikan ketentuan Allah.

Tapi mengapa kaum khawarij memberontak kepada sayyidina Ali dengan alasan tidak
berhukum lagi pada hukum Allah? Karena khawarij hanya menganggap cara memahami dan
menjalankan agama sebagai satu-satunya kebenaran. Diluar itu bukan lagi hukum Allah dan
karenanya diluar dari mereka dianggap kafir dan halal darahnya untuk dibunuh. Satu sikap
yang mempertuhankan pendapat sendiri.
Demikianlah, manakala khawarij datang ke imam Ali lalu mengatakan, "laa hukmu Illallah"
Imam Ali tidak membantah kalimat itu, namun beliau berkata : "kalimatu haqqin uridu biha
al- bathil" (kalimat itu benar hanya saja digunakan untuk tujuan yang batil).

Ketika para pendukung Khawarij tidak memiliki dalil yang sah untuk tindakan
mereka. aliran Khawarij telah berlalu dengan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah.
namun dalam perkembangan zaman, kelompok ini mulai kembali dalam pentas dunia, dalam
paradigma baru dengan melakukan pembunuhan, pemberontakan pada pemerintah yang sah,
dan terorisme. Para ulama mengindikasikan mereka adalah kelompok Khawarij zaman
modern.

Kelompok Khawarij menjadi beberapa golongan, ada golongan yang ekstrim dan
radikal, sesunggunya mereka telah hilang dalam sejarah, golongan al-Ibadiah ini yang yang
masih ada sampai sekarang dan terdapat di Zanzibar, Afrika Utara, Umman dan Arabia
Selatan. Ajaran-ajaran ekstrim mereka masih mempunyai pengaruh walaupun tidak banyak
dalam masyarakat Islam sekarang. Kelompok Khawarij yang ekstrim, secara umum telah
muncul kembali dan melakukan kekerasan, dan mengklaim tindakannya sebagai amaliah
Islam. Hanya karena argumen keagamaan mereka yang terlampau ekstrim dan munafiq.
Kemudian mereka menghalalkan pertumpahan darah di kalangan kaum Muslimin, yang
berkaitan dengan aksi Khawarij lama dengan para terorris pada zaman sekarang.

Orang-orang Khawarij di zaman dahulu adalah orang-orang yang taat beribadah, rajin
berpuasa, dan rajin membaca al-Qur’an, dan bahkan mereka mampu melebihi para sahabat.
Khawarij modern tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya. Lahiriahnya, mereka
Nampak sebagai orang-orang shalih dan terlihat ahli dalam masalah hukum Islam. Namun
bathinnya, mereka adalah korban kejahatan seperti ekstrimisme, radikalisme, serta
keyakinan-keyakinan sesat yang merugikan umat Islam, haus perang dan membunuh hingga
sangat merugikan umat Islam.

Kelompok Khawarij menggunakan doktrin al-Qur’an dan doktrin agama dalam


membangun fanatismenya. Mereka akan memanfaatkan sentiment ekstrim kepada sebagian
kaum Muslimin yang kurang berilmu dan tidak berdaya. Kemudian menafsirkan al-Qur’an
secara menyimpang. Dengan cara ini, mereka menghasut orang-orang untuk berani untuk
melakukan pembataian. Agar motivasi mereka terbangun dengan baik. Khawarij selalu
membangun opini syurga para pengikutnya, jika mati akan mendapat balasan surga. Dengan
demikian secara mental mereka mempersiapkan para pengikutnya untuk siap membunuh atau
terbunuh.

Jika dianalisis metode dan aktivitas Khawarij zaman sekarang, dapat dilihat bahwa
pangikutnya terdiri dari orang yang belum dewasa, muda, serta otaknya telah dicuci, serta
memiliki operandi seperti Khawarij lama. Mereka disesatkan oleh pendangan tentang Islam
secara dangkal. Di sisi lain mereka berani membunuh Muslim tanpa merasa berdosa dan
menyesal. Doktrin Khawarij menganggap darah sebagai barang murahan, hal ini menjelaskan
bahwa orang yang dengan mental seperti ini akan terus hidup, dari zaman ke zaman lain,
maka mudah untuk mengindikasikan neo-Khawarij karena mereka menggunakan cara-cara
yang sama dengan Khawarij lama. Jika Khawarij lama melakukan pembunuhan dengan keji,
memberontak pada pemerintah yang sah, membunuh warga yang sedang beribadah,
menganggap perbuatan kejinya itu sebagai jihad. Maka Khawarij modern pun melakukan hal
yang sama. Semua aksi yang mereka klaim dilakukan mujāhidūn, faktanya adalah kelanjutan
dari doktrin dan ideologi Khawarij. Para ulama klasik dan ulama kontemporer sepakat bahwa
Khawarij adalah kelompok yang jahat, mereka durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sekalipun mereka shalat, shaum, membaca al-Qur’an, menyeruh kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Akan tetapi hal itu tidak memberi manfaat apapun, kerana mereka menafsirkan
al-Qur’an berdasarkan hawa nafsu dan menyampaikan hal keliru kepada umat Islam. Allah
dan Rasul-Nya, al-Khulafā’ al-Rāshidūn, seluruh sahabat Nabi dan generasi berikutnya telah
mengingatkan akan bahaya Khawarij. Khawarij adalah penjahat yang paling keji. Demikian
juga sekte-sekte Khawarij lainnya. Dahulu mapun sekrang memiliki doktrin yang sama.
Sesorang yang melihat Khawarij rela membelot dari pemerintah yang adil atau zalim,
mengumpulkan massa, menghunus pedang, dan menghalalkan peperangan, melawan umat
Islam. Kita tidak boleh terkecoh dengan bacaan al-Qur’an, lamanya shalat, shaum, dan
keindahan retorika mereka, jika doktrin mereka adalah doktrin Khawarij.18 Dari sepak
terjang pemahaman kaum Khawarij dari dulu hingga sekarang, maka dapat di tarik garis lurus
bahwa doktrin Khawarij dapat dikategorikan tiga, yaitu: doktrin politik,doktrin teologi dan
doktrin teologis social.

Anda mungkin juga menyukai