PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
terdapatnya sejenis informasi biologis disetiap zat dalam bentuk konfigurasi
khusus, struktur ruang serta sifat-sifat kimia yang cocok dengan sel-sel reseptor di
organ tujuan. Selain hormon tersebut ada juga reseptor untuk zat – zat lain,
misalnya zat endorfin.
Mekanisme kerja obat secara umum dapat digolongkan, sebagai berikut:
1. Secara fisik, contohnya anastesi inhalasi (bersifat lifopil) melarut
dalam lapisan lemak dalam membrane sel mengakibatkan transport
oksigen dan aktifitas zat-zat gizi terganggu sehingga aktifitas sel
terhambat.
2. Secara kimiawi, contohnya Antasida (Na bicarbonate, Al3, MgOH)
mengikat keleebihan asam lambung melalui reaksi netralisasi
kimiawi.
3. Melalui proses metabolisme, contohnya Antibiotika mengganggu
pembentukan dinding sel kuman, sintesis protein atau metabolisme
asam nukleat.
4. Secara kompetisi (saingan), kompetisi reseptor spesifik dan
kompetisi untuk enzim.
3
pendudukan reseptor yang terdapat di membran sel atau di dalam sitoplasma oleh
transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar. Contoh, transmitor untuk
reseptor yang terdapat di membran sel ialah katekolamin, TRH, LH. Sedangkan
untuk reseptor yang terdapat dalam sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal),
tiroksin, vit. D.
4
2.6 Interaksi Obat dan Reseptor Obat
Hubungan obat dengan reseptor sama seperti kunci (obat) dan gembok
(reseptor), yaitu suatu reseptor dapat berikatan dengan sekelompok senyawa kimia
yang sejenis (a family of chemicals or hormones). Setiap senyawa tersebut akan
menunjukkan keterikatan khusus pada reseptornya yang disebut afinitas. Afinitas
adalah ukuran seberapa kuat suatu obat berikatan dengan reseptornya. Ikatan obat
dan reseptor dapat menimbulkan efek (agonis) dan dapat pula meniadakan efek
(antagonis). Menurut Shargel dan Yu (1993), farmakodinamik merupakan
hubungan antara kadar obat di tempat aksinya (reseptor) dan respon farmakologi,
dengan melibatkan efek fisiologi dan biokimia dari struktur molekul obat. Terdapat
beberapa teori mengenai interaksi obat dan reseptor, antara lain:
1. Teori Klasik
Ehrlich (1907) memperkenalkan istilah reseptor dan membuat konsep
sederhana tentang interaksi antara obat-reseptor, dimana obat tidak akan
dapat menimbulkan efek tanpa mengikat reseptor. Interaksi yang terjadi
antara struktur dalam tubuh (sisi reseptor) dengan molekul asing yang sesuai
(obat) yang saling mengisi akan menimbulkan suatu respon biologis.
2. Teori Pendudukan
Dikemukakan oleh Clark pada tahun 1926. Teori ini memperkirakan satu
molekul obat akan menempati satu sisi reseptor. Obat harus diberikan dalam
jumlah 5 berlebih agar tetap efektif selama proses pembentukan kompleks.
Besar efek biologis yang terjadi sesuai dengan jumlah reseptor spesifik yang
diduduki molekul obat yang juga sebanding dengan banyak kompleks obat-
reseptor yang terbentuk. Jadi respon biologis merupakan fungsi dari jumlah
kompleks obat-reseptor. Respon biologis yang terjadi dapat merupakan
rangsangan aktivitas (efek agonis) dan pengurangan aktivitas (efek
antagonis).
3. Teori Kecepatan
Croxatto dan Huidobro (1956), memberikan postulat bahwa obat hanya
efisien pada saat berinteraksi dengan reseptor. Kemudian teori ini dijelaskan
oleh Paton (1961) yang mengemukakan bahwa efek biologis setara dengan
5
kecepatan ikatan obat-reseptor dan bukan dari jumlah reseptor yang diduduki
oleh obat. Pada teori ini, tipe kerja obat ditentukan oleh kecepatan
penggabungan (asosisasi) dan peruraian (disosiasi) komplek obat-reseptor
dan bukan dari pembentukan komplek obat-reseptor yang stabil. Senyawa
dikatakan agonis jika kecepatan asosiasi (sifat mengikat reseptor) dan
disosiasi besar. Senyawa dikatakan antagonis jika kecepatan asosiasi sangat
besar sedangkan disosiasinya kecil. Dan senyawa agonis parsial adalah jika
kecepatan asosiasi dan disosiasinya tidak maksimal.
6
ditunjukkan oleh dataran (plateu), pada DEC. Dalam klinik mungkin kurang
dari efek maksimal sesungguhnya.
3. Slope, variabel yang penting karena menunjukkan batas keamanan obat. Log
DEC merupakan variabel yang penting karena menunjukkan batas
kemampuan obat. Lereng yang curam, misalnya pada phenobarbital dosis
koma hanya sedikit lebih tinggi dari dosis sedasi.
4. Variabilitas, variasi antar individu dalam besarnya respon terhadap dosis sama
dari suatu obat.
Dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu disebut dengan dosis
terapi median atau dosis efektif median (ED50). Dosis lethal median (LD50) merupakan
dosis yang menimbulkan kematian pada 50% individu, sedangkan TD50 merupakan toksik
50%. Perbandingan antara kedua dosis ini dinamakan Indeks terapi. Semakin besar indeks
ini semakin aman penggunaan obat tersebut. Luas terapi adalah jarak antara LD50 dan
ED50, juga disebut jarak keamanan atau Safety margin. Dalam studi farmakodinamika di
laboratorium, indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio sebagai berikut,
TD50 LD50
Indeks terapi = _____ atau _____
ED50 ED50
Kesalahan pemberian obat yang sering terjadi justru bukan karena kesalahan
diagnosis, melainkan lebih sering dikarenakan kurang diperhatikannya dosis dan cara
pemakaian obat yang tidak disesuaikan dengan kondisi pasien, dengan kata lain pemberian
obat bersifat uji coba. (Eki Saputra et al, 2012)
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek-efek biokimiawi dan
fisiologi obat serta mekanisme kerja obat tersebut didalam tubuh (Gunawan, 2009).
Mekanisme kerjanya secara umum digolongkan menjadi 4, yaitu secara fisik,
secara kimiawi, melalui proses metabolisme, dan secara kompetisi. Antagonisme
farmakodinamika merupakan peristiwa pengurangan atau penghapusan efek suatu
obat oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Interaksi obat
dianalogikan sebagai kunci (obat) dan gembok (reseptor), yaitu suatu reseptor dapat
berikatan dengan sekelompok senyawa kimia yang sejenis. Hubungan obat dengan
respon obat menggambarkan suatu distribusi frekuensi individu yang memberikan
respons pada rentang dosis tertentu.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan isi dari makalah ini dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Saputra, Eki et al. 2012. Sistem Pakar Dalam Bidang Farmakolgi dan Terapi
Menggunakan Metode Pelacakan Forward Chaining. Riau: Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri. Vol. 10, No. 1
Sulanjani, Ian et al. 2013. Dasar-dasar Farmakologi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan