Anda di halaman 1dari 11

SISTEM saraf SIMPATIS

Disusun oleh : Kelompok V

1. RESKY ANJEL RUMANGUN (11430117038)

2. TIARA AYU SUKMA SARI (11430117047)

3. GLORY TANIA KORITELU (11430116019)

4. MARLEN SARA HOWAY (11430117028)

5. YUNITA NAUW (11430117051)

6. FIFI ERMAYA MAFINANIK (11430117053)


1. Pengertian Saraf Simpatis

Sistem saraf simpatis merupakan salah satu bagian sistem saraf otonom

yang juga bagian daripada sistem saraf perifer. Saraf simpatis berasal dari

sumssum tulang tepatnya di ruang segmen thoraks (dada) pertama, dan

berlanjut ke segmen kedua atau ketiga ruang tulang lumbalis. Fungsi sistem

saraf simpatis itu sendiri adalah mempertahankan respon tubuh (homeostasis)

untuk tetap dalam keadaan tertekan/waspada/siaga. Oleh karena itu, sistem

saraf simpatis membuat tubuh berespon dengan respon “flight or fight”

(respon darurat).Saat teraktifasi sepenuhnya, sistem saraf simpatis

memproduksi respon”fight or flightíng” yang mempersiapkan tubuh untuk

keadaan krisis yang mungkin membutuhkan aktifitas fisik yang tiba-tiba dan

intens. Sistem ini mempersiapkan tubuh untuk menambah level aktifitas

somatik. Peningkatan aktifitas simpatik umumnya menstimulasi metabolisme

jaringan dan meningkatkan kewaspadaan.

Saraf simpatis mempersarafi organ-organ tubuh yang tidak dapat diatur

fungsinya oleh manusia, seperti pembuluh darah, jantung, paru-paru/sistem

pernapasan, sistem pencernaan, dan lain-lain. Contoh kejadian respon darurat

adalah seperti peningkatan denyut jantung saat seseorang panic atau

ketakutan, peningkatan sekresi renin di ginjal, dan pelepasan glukosa dari hati

yang digunakan ketika seseorang membutuhkan energy lebih.


2. Anatomi Sistem Saraf Simpatis

Serabut saraf simpatis bermula dari medulla spinalis yang keluar bersama

dengan nervus spinalis diantara segmen medulla T-1 dan L-2 dan berjalan mula-

mula ke “rantai simpatis” untuk selanjutnya ke jaringan dan organ target. Sistem

saraf otonom berbeda dengan sistem saraf simpatis, dimana setiap perjalanan

sistem saraf otonom terdiri atas dua neuron, yaitu neuron preganglion dan

postganglion. Badan sel neuron preganglion simpatis terletak di kornu

intermediolateral medula spinalis; dan kemudian serabut-serabutnya berjalan

melewati radiks anterior medulla menuju saraf spinal.

Segera setelah saraf spinal meninggalkan kanalis spinalis, serabut

preganglion simpatis bermielin meninggalkan saraf spinal tersebut dan berjalan

melewati ramus putih ke salah satu ganglia dari rantai simpatis. Selanjutnya

serabut tersebut dapat mengalami salah satu dari ketiga hal berikut:

1. Serabut-serabut dapat bersinaps dengan neuron simpatis postganglion

yang ada di dalam ganglion yang dimasukinya.

2. Serabut-serabut tersebut dapat berjalan ke atas atau ke bawah dalam rantai

simpatis dan bersinaps di salah satu ganglia lain dalam rantai tersebut atau

3. Serabut itu dapat berjalan melalui rantai ke berbagai arah dan selanjutnya

melalui salah satu saraf simpatis memisahkan diri keluar dari rantai, untuk

akhirnya bersinaps dengan ganglia perifer simpatis.

Serabut presinapsis dapat bersinapsis di ganglia rantai simpatis, atau di

ganglia perifer simpatis yang meliputi ganglia kolateral dan medula adrenal.
Satu serabut preganglion dapat bersinapsis dengan dua lusin atau lebih

neuron ganglionik. Rantai simpatis memiliki tiga ganglion servikalis, 10-12

thorakalis, 4-5 lumbalis dan 4-5 sakrais, namun jumlahnya bervariasi

tergantung fusi yang terjadi pada ganglion yang berdekatan.2 Serabut saraf

simpatis pada segmen T-1 umumnya naik melewati “rantai simpatis” untuk

berakhir di daerah kepala; T-2 ke daerah leher; dari T-3, T-4 T-5 dan T-6 ke

daerah thoraks; T-7 sampai T-11 ke daeragh abdomen; dan L-1 dan L-2 ke

daerah tungkai.Pembagian tersebut hanya kurang lebih demikian dan

biasanya saling tumpang tindih.

2.1 Ganglia Rantai Simpatis

Serabut preganglion yang target organnya pada permukaan tubuh, kavitas

torakalis, kepala dan ekstremitas akan memasuki ganglia di rantai

simpatis. Serabut postganglion yang membawa perintah motorik untuk

target organ di permukaan tubuh, kepala, leher atau ekstremitas akan

memasuki ramus abu-abu dan kembali ke nervus spinalis untuk kemudian

berjalan ke target organ (gambar 2.1 kanan). Semua serabut simpatis ini

merupakan serabut tipe C yaitu serabut yang sangat kecil yang bersamaan

dengan serabut skeletal pada saraf skeletal untuk menyebar keseluruh

bagian tubuh.2 Sedangkan, serabut postganglion yang membawa perintah

motorik ke struktur di kavitas torakalis, seperti pada jantung dan paru,

keluar melalui bundel disebut nervus simpatis. Neuron preganglion simpatis

hanya terdapat pada T1 sampai dengan L2, namun serabut postganglion


simpatis dari ganglion akan memasuki ramus abu-abu kemudian berjalan ke

arah saraf servikalis, lumbalis, dan spinalis. Sebagai hasilnya, meskipun

hanya saraf spinalis T1-L2 yang memiliki ramus putih, setiap nervus spinalis

memiliki ramus abu-abu yang membawa serabut postganglion simpatis untuk

distribusi ke permukaan tubuh. Ganglia kolateral membawa perintah motorik

ke visera abdominopelvik.Serabut preganglion yang menginervasi ganglia

kolateral keluar dari saraf splanknik yang berjalan di dinding dorsal kavitas

abdominal. Meskipun ganglia kolateral merupakan ganglia yang terpisah

yaitu ganglia kolateral kiri dan kanan, keduanya biasanya berfusi bersama

terutama pada orang dewasa. Saraf splaknik menginervasi tiga ganglia

kolateral. Serabut preganglion tujuh segmen thorakalis inferior berakhir di

ganglion celiac atau ganglion mesenteric superior, sedangkan pada ganglion

mesenterik inferior berasal dari segmen lumbalis. Ketiga ganglia tersebut

dinamai berdasarkan hubungannya dengan arteri terdekat. Serabut

postganglion ganglion celiac akan menginervasi lambung, hati, kantung

empedu, pancreas, dan lien; ganglion mesenteric superior menginervasi usus

halus dan dua pertiga proksimal usus besar; sedangkan ganglion mesenterik

inferior menginervasi porsio terminal usus besar, ginjal dan kandung kemih

serta organ seks.

2.2. Medula Adrenal

Serabut preganglion memasuki kelenjar adrenal berjalan ke pusatnya


(medulla adrenal). Medula adrenal adalah ganglion simpatis yang bermodifikasi

dimana serabut preganglion bersinapsis pada sel neuroendokrin, neuron yang

terspesialisasi mensekresikan hormon (chemical messengers) ke dalam aliran

darah. Sel neuroendokrin medulla adrenal mensekresikan katekolamin yaitu

80% neurotransmitter epinefrin (E) yang dibentuk dari norepinefrin (NE) dan

20% NE itu sendiri.

Katekolamin tersebut disimpan dalam badan kromafin medula adrenal.

Aliran darah kemudian membawa neurotransmitter ke seluruh tubuh,

menyebabkan perubahan aktivitas metabolisme yang luas pada sel-sel di tubuh.

Efek tersebut menyerupai stimulasi yang dihasilkan oleh innervasi langsung

oleh serabut postganglion simpatis. Namun, terdapat perbedaan stimulasi oleh

medulla spinalis dibandingkan dengan serabut postganglion yaitu:

(1) Sel tidak diinervasi oleh serabut postganglion simpatis dan

(2) efeknya berakhir lebih lama dibandingkan yang dihasilkan oleh innervasi

simpatis langsung, karena hormon tetap lanjut berdifusi keluar aliran darah

untuk periode yang lebih lama dan eliminasi neurotransmitter yang lebih lama

pula.

2.3. Stimulasi Simpatis dan Neurotransmitter

Stimulasi neuron preganglion simpatis menghasilkan ACh yang kemudian

menstimulasi serabut postganglion simpatik. Serabut postganglionik tersebut

akhirnya akan menghasilkan NE, atau E pada medula adrenal. Terminal serabut

postsinaps berupa jaringan telodendria yang membentuk varikositas disepanjang


atau dekat permukaan sel efektor untuk kontak sinaps dengan efektor sel.

Varikosa yang menyerupai untaian mutiara ini juga merupakan tempat NE yang

merupakan neurotransmitter yang paling banyak dilepaskan oleh postganglion

simpatis disintesa dan disimpan. Ujung saraf postganglion secara aktif

menangkap L-tyrosin di celah sinaps untuk diubah menjadi dopamin dan

akhirnya menjadi NE. Neuron simpatis disebut neuron adrenergic karena

neurotransmitter yang dihasilkan kebanyakan adalah NE, meskipun demikian,

terdapat sedikit neuron ganglionik simpatis yang melepaskan neurotransmitter

lain namun memainkan peranan yang penting.

NE dan atau E yang dilepaskan oleh neuron simpatis akan ditangkap oleh

reseptor adrenergik yang akan menyebkan efek tertentu pada sel target. NE

yang di lepaskan varikosa mempengaruhi targetnya sampai NE diabsorbsi

kembali oleh varikosa dan selanjutnya dapat digunakan kembali (70%) atau

sampai NE dihancurkan oleh enzim monoaminoksidase (MAO) ataupun

catechol-Omethyltransferase (COMT) di jaringan sekitarnya. Difusi NE dari

celah sinaps ke darah juga akan menyebabkan deaktivasi NE pada celah sinaps.

Secara umum, efek NE pada membran postsinaps menetap selama beberapa

detik, lebih lama daripada efek Ach yang hanya mencapai 20 milidetik.

Terdapat dua kelas reseptor simpatis yang umum yaitu reseptor alfa dan

reseptor beta. Secara umum, NE lebih menstimulasi reseptor alfa dibandingkan

dengan reseptor beta karena reseptor β2 lebih responsif terhadap E, oleh karena

itu epinefrin menstimulasi kedua kelas reseptor. Sehingga NE terlibat dalam


stimulasi terlokalisir sedangkan E mempengaruhi reseptor alfa dan beta seluruh

tubuh.

Reseptor alfa dan beta adalah reseptor dengan protein G dimana efek

stimulasi pada reseptor tersebut tidak sama di seluruh tubuh, tergantung

produksi jenis second messengers yang dihasilkan. Stimulasi reseptor alfa (α)

mengaktivasi enzim didalam membran sel. Terdapat dua tipe reseptor alfa yaitu

alfa -1(α1) dan alfa-2 (α2). Fungsi reseptor α1 (tipe reseptor alfa yang paling

banyak) adalah pelepasan ion kalsium dari cadangan di retikulum endoplasma

yang menyebabkan efek eksitatori pada sel target. Sedangkan stimulasi reseptor

α2 menghasilkan penurunan kadar cyclic-AMP (cAMP) di sitoplasma. Cyclic-

AMP adalah second messenger yang dapat mengaktifasi sehingga penurunan

cAMP umumnya memiliki efek inhibisi sel. Umumnya reseptor α2 terdapat di

presinap yang disebut autoreseptor untuk self-inhibiting sehingga NE akan

berhenti dilepaskan ke celah sinaps. Reseptor α2 juga terdapat pada divisi

parasimpatik yang berfungsi membantu koordinasi aktivitas simpatik dan

parasimpati dimana saat NE dilepaskan akan menghambat aktivitas

parasimpatis.

Reseptor β adalah reseptor dengan protein G yang menstimulasi peningkatan

kadar cAMP intrasel setelah neurotransmitter berikatan dengan reseptor.

Reseptor beta (β) berlokasi di membran sel pada banyak organ, dimana reseptor

ini umumnya terdiri dari β1, dan β2. Reseptor β1 lebih dominan di jantung

sedangkan β2 lebih tersebar luas di dalam tubuh, meskipun terdapat reseptor β1


yang terdapat di organ lain selain jantung dan β2 di jantung.Umumnya stimulasi

reseptor β1 kemudian akan meningkatkan aktifitas metabolisme atau eksitasi

sedangkan, stimulasi reseptor β2 menyebabkan inhibisi sebagai contoh memicu

relaksasi otot polos sepanjang jalur pernafasan. Tipe reseptor beta yang ketiga

adalah beta-3 (β3), terdapat di jaringan lemak, stimulasinya menyebabkan

lipolisis, penghancuran trigliserid yang disimpan dalam adiposit.

Meskipun kebanyakan serabut postganglion simpatis adalah adrenergik,

beberapa adalah kolinergik. Serabut postganglion tersebut menginervasi

kelenjar keringat kulit dan pembuluh darah otot skeletal dan otak. Aktivasi

serabut simpatis tersebut menstmulasi sekresi kelenjar keringat dan dilatasi

pembuluh darah. Hal ini penting karena saat stimulasi simpatis terjadi, akan

terjadi peningkatan panas sehingga dibutuhkan ekskresi keringat untuk

termoregulasi, dan pada saat itu juga dibutuhkan sediaan energi yang banyak

untuk otak dan otot sehingga saat stimulasi simpatis menurunkan aliran darah

pada viseral lain ditubuh dengan vasokontriksi, vasodilatasi pembuluh darah di

otak dan otot skeletal menyebabkan darah tersebut dialihkan ke kedua organ ini.

Divisi simpatis juga meliputi sinaps nitroadrenergik, yang melepaskan nitrit

oxide (NO) sebagai neurotransmitter untuk menghasilkan vasodilatasi dan

peningkatan aliran darah yang melalui daerah tersebut. Sinaps tersebut terdapat

pada neuron yang menginervasi otot polos dinding pembuluh darah pada

banyak regio, khususnya di otot skeletal dan otak.


3. Sistem Kerja Saraf Simpatis

Terdapat dua jenis neuron (sel saraf) yang terlibat dalam menyalurkan

sinyal (impuls) dari sistem saraf simpatis, yaitu sel saraf post-ganglionic dan

sel saraf pre-ganglionic. Sistem kerjanya adalah neuron (sel saraf) pre-

ganglionik akan melepaskan senyawa kimia berupa asetilkolin ke dalam

neuron post-ganglionik. Setelah neuron post-ganglionik terangsang, maka ia

akan melepaskan norepinephrine yang akan mengaktifkan reseptor (penerima

sinyal) di organ yang dituju.

4. Fungsi Saraf Simpatik

 Menghambat kontraksi pada kandung kemih


 Mengaktivasi kelenjar keringat sehingga mengeluarkan keringat
 Menghambat pembentukan empedu dan menghambat produksi air liur
 Menghambat mekanisme gerak peristaltik usus
 Meningkatkan sekresi hormon adrenalin
 Mempersempit diameter pembuluh darah
 Melebarkan pupil dan melemaskan lensa mata sehingga cahaya akan
lebih banyak masuk
 Meningkatkan aliran darah dengan meningkatkan denyut jantung
 Mempertahankan dan meningkatkan aliran darah ke otot rangka dan
jantung
 Melebarkan ruang alveolus paru-paru, sehingga volume udara/oksigen
yang bertukar lebih besar

Anda mungkin juga menyukai