Anda di halaman 1dari 4

Sebegini Parah Ternyata Masalah

Sampah Plastik di Indonesia


LIFESTYLE - Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia

21 July 2019 15:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah sampah plastik di Indonesia lagi-lagi


menjadi sorotan publik. Melihat perkembangan masalah sampah plastik,
agaknya pemerintah memang sudah harus mempercepat perbaikan sistem
pengelolaannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University


of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan
di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan
mencemari laut.

Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya
menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik.
Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari
lautan.
Data itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan
jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. China
memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23-
3,53 juta ton/tahun.

Padahal kalau boleh dibilang, jumlah penduduk pesisir Indonesia


hampir sama dengan India, yaitu 187 juta jiwa. Namun tingkat pencemaran
plastik ke laut India hanya sekitar 0,09-0,24 juta ton/tahun dan menempati
urutan ke 12. Artinya memang ada sistem pengelolaan sampah yang buruk di
Indonesia.

Tidak berhenti sampai di situ, pencemaran plastik di Indonesia


diperkirakan akan terus meningkat. Saat ini, industri industri minuman di
Indonesia merupakan salah satu sektor yang pertumbuhannya paling pesat.
Pada kuartal I-2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman mencapai
24,2% secara tahunan (YoY) hanya kalah dari industri pakaian jadi.

Banyak dari hasil akhir produk minuman menggunakan plastik sekali


pakai sebagai packaging. Minuman-minuman tersebut dapat dengan mudah
ditemui di berbagai gerai ritel, baik modern maupun tradisional.

Pertumbuhan industri minuman yang sangat pesat tentu saja akan


menghasilkan pertumbuhan jumlah sampah plastik yang semakin banyak.
Terlebih saat ini kapasitas pengolahan limbah plastik masih terbilang minim.
Gelombang Baru Sampah Plastik Impor

Ancaman lain adalah gelombang impor plastik yang kemungkinan besar


akan datang dari negara-negara lain. Hal itu disebabkan China kini tak lagi
memperbolehkan penduduknya untuk mengimpor sampah plastik.

Sudah sejak tahun 90-an, China melakukan impor sampah plastik


sebagai bahan baku industri pengolahan limbah. Berdasarkan penelusuran
Tim Riset CNBC Indonesia, pada tahun 2017, jumlah impor sampah plastik
(HS 3915) China mencapai 5,8 juta ton. Jumlah terbesar berasal dari Jepang
dan negara-negara Eropa.

Namun pada November 2017, pemerintah China dengan tegas


melarang impor sampah plastik, sehingga para eksportir kebingungan
mencari alternatif tempat pembuangan. Terbukti di tahun 2018, jumlah impor
sampah plastik China turun drastis hingga sebesar 51 ribu ton saja.

Alhasil, negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, termasuk


Indonesia mendapat limpahan sampah plastik dari negara-negara yang
sebelumnya mengekspor ke China. Hal itu mengakibatkan volume impor
sampah plastik Indonesia pada tahun 2018 mencapai 320 ribu ton atau naik
hingga 150% dari tahun sebelumnya.

Dampak untuk Indonesia, tentu saja polusi akan semakin meningkat.


Kualitas lingkungan hidup sudah tentu akan terancam.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia adalah salah satu pusat dari
ekosistem laut dunia. Perairan Indonesia merupakan rumah dari 76% spesies
karang, hutan bakau, dan padang lamun. Berbagai spesies perikanan, tentu
akan terganggu dengan adanya sampah plastik.
Selain dampak lingkungan, sampah plastik juga berisiko menekan
kegiatan perekonomian Indonesia. Sebab, berdasarkan buku saku
Kementerian Pariwisata, sektor pariwisata RI menyumbang 9% terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014.

Adanya polusi perairan tentu saja akan berdampak pada penurunan


kinerja pariwisata RI. Apalagi dunia internasional menilai daya tarik utama
pariwisata Indonesia adalah di wilayah pesisir. Hal itu dibuktikan dari jumlah
wisatawan asing yang mendarat di Bali mencapai 2,29 juta sepanjang
Januari-Mei 2019 atau 62% dari total wisatawan yang datang melalui pintu
udara.

Kala potensi pariwisata tidak bisa digarap akibat hambatan faktor


polusi, laju pertumbuhan ekonomi semakin sulit untuk diangkat dari kisaran
5% seperti sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai