Anda di halaman 1dari 6

Makalah

Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran IPA di SD

Dalam pembelajaran ada banyak terdapat strategi, teknik, serta teori yang mempengaruhi cara
belaja para peserta didik. Arti dari belajar itu sendiri adalah suatu perubahan yang relatif
permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Banyak teori
yang mengungkapkan cara belajar peserta didik dalam memahami suatu pelajaran yang di
dapatnya di sekolah maupun di rumah. Salah satu dari teori tersebut adalah teori Ausubel.
Menurut Ausubel belajar adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Dari pengertian tersebut,
penulis ingin lebih memahami tentang teori belajar menurut Ausubel. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai penerapan dari teori belajar Ausubel dalam pembelajaran
IPA di SD.

A. Pengertian Teori Belajar Menurut Ausubel


Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognititf seseorang. Peristiwa psikologi
belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada
dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan
pada subsumber-subsumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Sebagai
hasil belajar menyebabkan pertumbuhan dan modifikasi subsumber-subsumber yang telah ada.
Berkembang atau tidaknya subsumber sangat tergantung pada pengalaman seseorang.
Menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian (1978), terdapat dua jenis belajar, yaitu belajar
bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Menurut teori ini,
seorang peserta didik belajar dengan cara mengaitkan dengan pengertian yang sudah dimiliki
oleh peserta didik. Jika pengertian yang dimiliki peserta didik berbeda dengan konsep yang
diberikan di kelas maka informasi baru harus dipelajari melalui belajar menghafal. Dalam proses
ini, informasi baru tidak diasosiasikan dengan konsep yang telah ada di struktur kognitif. Belajar
menghafal ini perlu jika seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang
sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah diketahui (Ausubel dkk., 1968 dan Novak,
1977).
Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah
suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
pada struktur kognitif seseorang.
Berdasarkan teori ini, dalam proses pembelajaran, IPA akan lebih bermakna jika peserta didik
membangun konsep yang ada dalam dirinya dengan melakukan proses asosiasi terhadap
pengalaman, fenomena-fenomena yang mereka jumpai, dan fakta-fakta baru ke dalam pengertian
yang telah dimiliki.

B. Penerapan Teori Ausubel dalam Pengajaran IPA


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel
otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi
waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar dapat
mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep atau tahapan-
tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke
bawah konsep-konsep atau tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan
pada prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a. Pengaturan Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait maka dapat mengaitkan aatara
konsep lama yang telah dimiliki siswa dengan konsep baru yang maknanya jauh lebih tinggi.
Pengaturan awal ini dapat kita lihat pada RPP pada kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana
guru menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang baru.
Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan
yang terdiri dari akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada
siswa dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa warna daun itu?
Daun pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi pada pengaturan awal ini dapat mengaitkan
antara konsep lama siswa yang sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep
baru yaitu kegunaan dari daun.
b. Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah pokok menjadi bagian-bagian
yang lebih rinci dan khusus. Proses penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari
konsep yang umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga pelajaran
dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru
memberikan materi mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan
pertanyaan yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki empat, hewan apa
sajakah yang pemakan rumput dan pemakan daging?. Dari pertanyaan guru tersebut maka siswa
dapat mengetahui bahwa hewan berkaki empat itu ada yang pemakan rumput dan ada juga yang
pemakan daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c. Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran yang
telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini
guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam materi tumbuhan. Guru dapat
menanyakan pada siswa tentang bagian-bagian dari tumbuhan serta fungsi dari bagian tumbuhan
tersebut. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke
arah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam
struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat
ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas
dan inklusif.
d. Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu diintegrasikan
dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru
hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan.
Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru
dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian
siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut. Contoh dalam
pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas
sebelumnya telah mempelajari tentang daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu
fungsi daun. Dan pada kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang daun, akan tetapi
dalam materi ini siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas pada fungsi daun saja
melainkan macam-macam tulang daun.

C. Tipe Belajar Menurut Ausubel


Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada 4 macam tipe belajar :
a. Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning)
Belajar menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan
dengan pengetahuan yang dia miliki.
b. Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception Learning)
Belajar menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis
disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu
dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang dia miliki.
c. Belajar penemuan bermakna (Meaningful Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan pengetahuannya dari apa
yang dia pelajari kemudian pengetahuan baru itu dia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah
ada.
d. Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri
oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

D. Prinsip yang Perlu Diperhatikan Untuk Menerapkan Teori Ausubel


Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa dalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikemukakan 2
prinsip oleh Ausubel yaitu :
a. Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep
yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
b. Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan
disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

E. Ciri-ciri Peta Konsep Ausubel


Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
1) Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan organisasi
dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang studi Ipa
2) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari suaatu disiplin atau
suatu bagian dari suatu disiplin.
3) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak konsep, makin
kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian contoh-contoh.
4) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki yang
ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.
Simpulan
Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah
suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
pada struktur kognitif seseorang.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep atau tahapan-
tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke
bawah konsep-konsep atau tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan
pada prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu : Pengaturan Awal
(advance organizer), Diferensiasi Progresif, Consolidasi (belajar subordinatif), Rekonsiliasi
Integratif.
Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada 4 macam tipe belajar : Belajar
menerima bermakna (Meaningful Reception Learning), Belajar menerima yang tidak bermakna
(Reception Learning), Belajar penemuan bermakna (Meaningful Discovery Learning), Belajar
penemuan yang tidak bermakna (Discovery Learning).
Salah satu ciri peta konsep Ausubel adalah Dari setiap konsep, konsep yang paling umum
(inklusif) terdapat pada puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus
sampai pada pemberian contoh-contoh.
B. Saran
Saran dari penulis yaitu guru diharapkan dapat menerapkan teori belajar menurut Ausubel
dengan baik kepada peserta didik. Dan diharapkan agar peserta didik juga lebih cepat faham jika
menggunakan teori tersebut.

Anda mungkin juga menyukai