Anda di halaman 1dari 23

Diamond

Belajar Berbagi , Teori , Artikel , Makalah , Pengertian , Motivasi , Tinjauan Pustaka , Tips dan Trik Terbaru

Wednesday, November 2, 2011

PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Supervisi merupakan bagian keempat dari empat kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh
tim supervisor baik oleh kepala sekolah dan/atau pengawas pengawas. Keempat proses pembelajaran itu
antara lain; diawali dengan perencanaan, kemudian pelaksanaan, diteruskan dengan penilaian, dan yang
keempat pengawasan. Hal itu ditegaskan oleh PP 19/2005, pasal 19, ayat (3), “Setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien”

Perencanaan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan bersama dengan pendidik.
Perencanaan itu berbentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada pasal 20, PP
19/2005 ditegaskan, “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan oleh pendidik berdasarkan perencanaan proses


pembelajaran. Wujudnya nyatanya adalah peristiwa di ruangan belajar dan pemberian tugas terstruktur
dan tugas mandiri kepada peserta didik. Peristiwa di kelas meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir. Penilaian proses dan hasil belajar di tingkat satuan pendidikan dilakukan oleh pendidik
dan satuan pendidikan. Wujud nyata penilaian itu adalah ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan semester, dan ulangan kenaikan kelas. Pengawasan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan
pengawas sekolah. Wujud dari pengawasan itu adalah pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan
tindak lanjut.

Keempat kegiatan proses pembelajaran itu merupakan satu kesatuan dengan penanggung jawab yang
jelas. Perencanaan merupakan dasar utama dari semua kegiatan. Perencanaan yang benar diasumsikan
bermuara kepada pelaksanaan yang benar. Perencanaan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan
pendidik. Silabus mata pelajaran dan silabus muatan lokal disusun oleh guru bersama timnya yang
diketuai oleh kepala satuan pendidikan. Jika silabus belum memenuhi standar yang diharuskan,
penanggung jawabnya adalah kepala satuan pendidikan. Selain itu, silabus merupakan perangkat
kurikulum yang kategori tanggung jawabnya berada di tangan kepala satuan pendidikan. Lagi pula, di
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus merupakan dokumen dua kurikulum,
sedangkan penanggung jawab penyusunan kurikulum di tingkat satuan pendidikan adalah kepala satuan
pendidikan.

Recana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun oleh pendidik berdasarkan karakteristik peserta didik
yang berada di kelasnya. Penyusunan RPP pada dasarnya dilakukan secara individu, meskipun tidak
dilarang secara berkelompok. Jika RPP yang bermasalah berarti yang beratanggung jawab adalah
pendidik. Jadi di dalam perencanaan proses pembelajaran sudah terlihat dikotomus (pemisah) tanggung
jawab antara kepala satuan pendidikan dengan pendidik. Silabus tanggung jawab kepala satuan
pendidikan dan RPP tanggung jawab pendidik.

Pelaksanaan proses pembelajaran oleh pendidik, bertumpu kepada perencanaan yang disusun oleh
satuan pendidikan dan pendidik. Kegiatan ini berangkat dari keberadaan silabus dan RPP.
Pelaksanaannya akan terlihat nyata di ruang kelas, dalam bentuk interaksi dengan peserta didik, dan
dalam suasana yang menyenangkan. Seperti yang ditegaskan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005, pasal 19, ayat (1) tentang Standar Nasional Pendidikan seperti berikut ini. “Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik”.

Penilaian proses dan hasil belajar pada tataran satuan pendidikan dilakukan oleh pendidik, satuan
pendidikan, dan pemerintah. Pada tataran satuan pendidikan hal itu dilakukan oleh pendidik dan satuan
pendidikan. Penegasan itu termaktub pada PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,pasal 63,
ayat (1) sepeti berikut ini. “ Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas: (a) penilaian hasil belajar oleh pendidik; (b) penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan (c)
penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.” Lebih lanjut rincian dari pasal 63 ayat (1) ini diuraikan secara
rinci di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian.

Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diawasi. Hal itulah yang
keempat, yakni pengawasan proses pembelajaran. Bahan sajian sederhana ini berbicara tentang
pengawasan proses pembelajaran. Pembahasan akan dilakukan dengan sistematika berpikir seperti
berikut ini. (1) ruang lingkup kerja kepengawasan; (2) program atau perencanaan pengawasan; (3)
pelaksanaan, pelaporan, dan tindaklanjut kegiatan kepengawasan. Dengan tiga sistematika berpikir itu,
diharapkan bahan ini dapat dijadikan sebagai landasan berpikir untuk melaksanakan kegiatan
kepengawasan pada satuan pendidikan baik oleh pengawas sekolah maupun oleh kepala satuan
pendidikan.
2. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

c. Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

d. Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Komptensi Guru.

e. Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

f. Permendiknas RI Noomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi.

g. Permendiknas RI Nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

h. Permendiknas RI Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian.

i. Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.

j. Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

3. Tujuan

a. Untuk mengetahui kompetensi guru dalam membuat persiapan atau perencanaan pembelajaran di
dalam kelas.

b. Untuk mengetahui kemahiran dan ketepatan dalam memilih pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran sesuai dengan bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik.

c. Untuk mengetahui kompetensi guru sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan proses
pembelajaran di dalam kelas, misalnya dalam membuka proses pembelajaran, apersepsi,penguasaan
kelas, kegiatan inti yang meliputi eksplorasi,elaborasi, dan konpirmasi, teknik bertanya dan sebagainya
sampai pada kegiatan akhir atau evaluasi.

d. Untuk mengetahui kompetensi guru dalam mengembangkan intrumen penilaian dalam


melaksanakan evaluasi, baik evaluasi selama proses pembelajaran atau evaluasi hasil belajar.

e. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam memberikan tindak lanjut pembelajaran kepada
peserta didik.

f. Untuk mengetahui kelengkapan administrasi pembelajaran yang diperlukan dalam rangka


melaksanakan tugasnya sebagai seorang tenaga profesional di bidang pendidikan.
4. Manfaat

a. Guru yang disupervisi akan mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam rangka membuat
perencanaan pembelajaran.

b. Guru yang bersangkutan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ia miliki dalam rangka
melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas.

c. Guru yang bersangkutan akan mengetahui kelemahan dan kekurangannya dalam merencanakan
dan mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran.

d. Sebagai bahan introspeksi pada diri pribadi seorang guru, bahwa tugas profesional sebagai pendidik
itu sangat pelik dan kompleks sehingga akan menjadi motivasi untuk selalu menambah dan
meningkatkan wawasan serta pengetahuan.

BAB II

RUANG LINGKUP SUPERVISI KELAS

Ada lima lingkup kerja kepengawasan proses pembelajaran. Kelima lingkup itu adalah pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut. Hal itu tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses seperti berikut ini.

1. Pemantauan

a. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
hasil pembelajaran.

b. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,


perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

c. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

2. Supervisi
a. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
hasil pembelajaran.

b. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan
konsultasi.

c. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

3. Evaluasi

a. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara


keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
dan penilaian hasil pembelajaran.

b. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:

a) membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses,

b) mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.

c. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.

4. Pelaporan

Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasiproses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku
kepentingan.

5. Tindak Lanjut

a. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.

b. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar.

c. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

Kelima lingkup (pematauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut) kepengawasan merupakan
kegiatan yang berentetan. Ada hubungan hierarkis dari lima kegiatan itu. Kegiatan diawali dengan
pematauan. Hal yang dipantau adalah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran.
Hasil pemantauan itu tampil dalam wujud data berupa kondisi ril, kenyataan yang sebenarnya, dan fakta
autentik. Hasil pematauan itu bisa berupa catatan, rekaman, dan dokumentasi. Untuk mendapatkannya
dilakukan dengan berbagai cara atau teknik. Tentu saja cara dan teknik itu memerlukan instrument
pemantauan. Instrumen itu pada hakikatnya adalah instrument pengumpulan data, informasi, dan fakta
tentang kondisi ril dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran.

Data atau informasi yang diperoleh melalui pemanantauan diolah dan ditafsirkan agar bermakna. Hasil
penafsiran terhadap data atau informasi tersebutlah memerlukan tindakan selanjutnya. Jika data
mengatakan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran telah memenuhi
standar, tentu pengawas (kepala satuan pendidikan dan pengawas sekolah) berupaya untuk
mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi di atas standar. Kalau data menyatakan belum memenuhi
standar, upaya yang dilakukan adalah meningkatkannya menjadi standar. Kegiatan-kegiatan itulah yang
dilakukan di dalam supervisi. Jadi, supervisi hanya dapat dilkukan jika ada data dan informasi bermakna
dari hasil pemantauan.

Supervisi pendidikan (akademik dan menejerial) menurut Depdiknas (2009) adalah kegiatan yang
berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil belajar serta pengelolaan sekolah (satuan
pendidikan). Inti dari kegiatan supervisi adalah perbaikan dan peningkatan. Data yang diperoleh dari
kegiatan pemantauan dijadikan landasan untuk melakukan supervisi (memperbaiki dan meningkatkan).
Jika data menginformasikan hal yang kurang baik, kegiatan supervisinya adalah memperbaiki. Kalau data
menginformasikan hal yang telah baik, kegiatan supervisinya adalah meningkatkan.

Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan
konsultasi (Permendiknas No. 41/2007). Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan dan pengawas sekolah adalah kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkkatkan. Hal
yang diperbaiki atau ditingkatkan adalah perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran.
Cara yang digunakan adalah dengan pemberian contoh, disksusi, pelatihan, dan konsultasi. Pemilihan
cara ini tentu sangat ditentukan oleh keadaan dan kebutuhan pendidik. Bisa jadi seorang pendidik hanya
memerlukan contoh untuk meningkatkan kemampuan merencanakan, sedangkan pendidik yang
memerlukan diskusi, konsultasi, dan pelatihan. Selain itu, kiat kepala satuan pendidikan dan pengawas
sekolah dalam mengemban tugasnya juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan cara yang tepat.

Hal yang esensial dalam pemantauan adalah instrumen, pengumpulan data, pengolahan data, dan
penafsiran data. Sedangkan di dalam supervisi hal esensialnya adalah penguasaan pengawas sekolah
terhadap substansi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran serta teknik (kiat)
melakukan supervisi. Secara standar, perencanaan proses pembelajaran hanya dua, yakni silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Akan tetapi, sesuai dengan paradigma kurikulum, setiap
satuan pendidikan berhak menyusun dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Jika seorang pengawas sekolah mengawasi sepuluh sekolah misalnya, bisa jadi akan
terdapat variasi dari perencanaan proses pembelajaran dari sepuluh sekolah itu. Oleh karena itu,
seorang pengawas perlu mengenali jenis dan macam perencanaan proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan yang diawasinya. Artinya, pengeawas sekolah tidak bisa menggeneralisasi dan
menguniforomisasi (menyeragmkan) hal yang berhubungan dengan perencanaan proses pembelajaran
ini.
Pada saat pengawas sekolah menyeragamkan jenis dan bentuk perencanaan proses pembelajaran di
sekolah binaannya, akan terjadi benturan dengan pendidik dan kepala satuan pendidikan. Satuan
pendidikan memiliki otoritas atau kewenangan untuk menyusun kurikulum diversifikasi. Hal itu
dibenarkan oleh undang-undang dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, pengawas sekolah
seyogianya memiliki informasi yang lengkap tentang bentuk dan jenis perencanaan proses pembelajaran
pada sekolah yang diawasi atau dibinanya. Hal ini tentu tidak sulit dilakukan, jika terjadi kolaborasi antara
pengawas sekolah dengan kepala satuan pendidikan. Pengawas dan kepala satuan pendidikan memiliki
tugas yang sama dalam kepengawasan karena itu kolaborasi sangatlah membantu dalam aplikasi tugas.

Hal yang sama tentu berlaku untuk esensi supervisi yang kedua yakni teknik atau cara melakukan. Cara
melakukan supervisi terhadap pendidik di sekolah A bisa berbeda dengan yang pendidik di sekolah B, C,
dan D. Hal itu sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kebutuhan masing-masing pendidik pada satuan
pendidikan. Hal yang tidak boleh diabaikan adalah kultur atau budaya satuan pendidikan. Jadi, seorang
pengawas sekolah selain mengenali bentuk dan jenis perencanaan proses pembelajaran juga sangat
perlu memahami kultur satuan pendidikan yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Hal yang sama juga berlaku untuk pelaksanaan proses pembelajaran dan penilian porses serta hasil
belajar. Setiap satuan pendidikan memiliki kekhasannya masaing-masing. Pengenalan dan pemahaman
terhadap kondisi-kondisi ini akan dapat memperlancar tugas pengawas sekolah dalam melakukan
supervisi tehadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran.

Menurut PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan”. Permendiknas 41/2007 tentang Standar Proses menyatakan, “Evaluasi proses pembelajaran
dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran”

Evaluasi dilakukan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran. Kegiatan
evaluasi berlangsung setelah pelaksanaan supervisi. Jika pemantauan merupakan gambaran kondisi
awal, supervisi adalah memperbaiki atau meningkatkan, dan evaluasi adalah menentukan kualitas.
Artinya untuk melihat apakah perencanaan, pelaksnaan, dan penilaian proses pembelajaran telah
memenuhi standar kualitas atau belum. Dengan demikian evaluasi berada pada tataran untuk melihat
hasil supervisi.

Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: (a) membandingkan proses pembelajaran
yang dilaksanakan guru dengan standar proses; (b) mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pem-
belajaran sesuai dengan kompetensi guru (Permendiknas No.41/2007). Proses pembelajaran diatur
dengan standar proses. Ketika evaluasi dilakukan, kegiatannya adalah membandingkan hal yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran dengan yang diamanatkan oleh standar proses. Jika
memenuhi harapan standar proses berarti kinerja guru telah memenuhi standar. Selain itu juga
dibandingkan dengan kompetensi guru seperti yang diamanatkan oleh Permendiknas No. 16/2007
tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Intinya adalah apakah guru telah memenhuhi empat
komeptensi (keribadian, pedagogis, profesional, dan sosial) dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Jika sudah memenuhi itu berarti kompetensi sudah memadai, jika belum berarti perlu tindak lanjut.

Produk akhir dari evaluasi adalah gambaran keseluruhan kinerja pendidik dalam proses pembelajaran
(merencanakan, melaksanakan, dan menilai). Dari produk itu akan terlihat pendidik yang telah
memenuhi standar proses dan kompetensi dan pendidik yang belum memenuhi standar proses dan
kompetensi. Pada satuan pendidikan yang administrasi ketengaannya tertata baik, biasnya setiap
pendidik memiliki laporan kinerja tahunan atau sejenis rapor pendidik. Dengan demikian kepala satuan
pendidikan, pengawas sekolah, dan pemangku pendidikan memiliki peta yang jelas tentang kompetensi
pendidik di sekolah itu.

Pelaporan hasil pengawasan merupakan bagian yang amat penting dari kegiatan pengawasan. Terlaksana
tidaknya pengawasan satuan pendidikan teraktulisasi dalam laporan. Kegiatan kepengawasan
dilaksanakan tetapi tidak ada laporan, dari kaca administrasi sama dengan tidak ada kegiatan. Selain itu,
laporan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelola pendidikan tehadap pemangku kepentingan. Hal
yang tidak dapat diabaikan adalah, menyusun dan menyampaikan laporan adalah kewajiban bagi setiap
orang yang diberi kepercayaan untuk melakukan kegiatan. Oleh karena itu, pelaporan adalah bagian yang
amat penting dari kegiatan kepengawasan.

Substansi laporan kepengawasan adalah hasil pemantauan, hasil supervisi, dan hasil evaluasi. Seperi
dijelaskan sebelumnya, antara pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran memiliki
hubungan hierarkis, hubungan atas bawah. Selain itu, di dalamnya ada data atau informasi yang
bermakna. Hal yang dilaporkan adalah data atau informasi yang telah diberi makna oleh pengawas atau
kepala satuan pendidikan. Data dan informasi itu diharapkan dapat dijadikan landasan untuk mengambil
keputuan bagi pengampu pendidikan atau yang berkepentingan dengan pendidikan. Tentu saja, laporan
ditata dalam bentuk sistematika yang sesuai dengan kaidah-kaidah laporan formal.

Bagian akhir akhir dari kegiatan kepengawasan adalah tindak lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan
meliputi tiga hal yakni: (a) penguatan dan penghargaan diberikan kepada pendidik yang telah memenuhi
standar; (b) teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada pendidik yang belum memenuhi standar;
dan (c) pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut. Pada hakikatnya,
tindak lanjut adalah kesinambungan dari kegiatan evaluasi. Hasil evaluasi menginformasikan pendidik
yang memenuhi standard an pendidikan yang belum memenuhi standar. Jadi, batas kewenangan
pengawas dan pengawasan proses pembelajaran tergambar pada kegiatan akhir ini yakni tindak lanjut.

BAB III

PROGRAM PENGAWASAN
1. Konsep Dasar Program

Ada dua macam program pengawasan sekolah yaitu program tahunan dan program semesteran. Pogram
tahunan disusun untuk tingkat kabupaten atau kota oleh beberapa orang pengawas yang ditugaskan
khusus oleh koordinator pengawas sesuai dengan kewenangannya. Program tahunan ini menjadi acuan
bagi pengawas di daerah tersebut untuk menyusun program semesteran. Program semesteran
pengawasan sekolah disusun oleh masing-masing pengawas sekolah sebelum yang bersangkutan
melakukan pengawasan. Program ini berisi pengawasan seluruh sekolah binaan yang menjadi tanggung
jawabnya.

Program pengawasan sekolah bukanlah pogram yang berdiri sendiri. Baik program tahunan maupun
program semesteran merupakan kelanjutan dari program sebelumnya. Program tahun ini kelanjutan
atau kesinambungan dari program tahun lalu. Begitu pula halnya dengan program semesteran. Oleh
karena itu, untuk menyusun program tahunan diperlukan analisis hasil pengawasan tahun lalu dan
analisis kebijakan yang berlaku pada saat program itu dibuat.

Berdasarkan hal di atas, konsep dasar program kepengawasan sekolah tersebut adalah: (1) program
pengawasan ada dua macam yakni program tahunan dan perogram semesteran. Program tahunan untuk
kolektif kabupaten atau kota, program semesteran untuk individu pengawas bagi sekolah-sekolah di
bawah tanggung jawabnya; (2) program kepengawasan sekolah menjadi pedoman atau acuan bagi
pengawas dalam melaksanakan tugasnya; (3) program pengawas sekolah disusun berdasarkan analisis
hasil kepengawasan tahun lalu dan analisis kebijakan yang berlaku saat ini.

2. Langkah-langkah Menyusun Program Kepengawasan

a. Langkah-langkah Menyusun Program Tahunan

Penyusunan program tahunan pengawasan sekolah tingkat kabupaten atau kota adalah bersifat
penugasan yang diberikan kepada pengawas sekolah yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya
oleh koordinator pengawas sekolah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan penyusunan
program tahunan adalah seperti berikut ini.

1) Mengidentifikasi Hasil Pengawasan Sebelumnya dan Kebijakan Bidang Pendidikan.

Mengidentifikasi hasil pengawasan sebelumnya adalah mendata atau menandai keberhasilan dan
ketidakberhasilan program pengawas sebelumnya. Keberhasilan akan dintandai dengan pencapaian
tujuan atau terpenuhinya kriteria keberhasilan yang ditetapkan di dalam program. Keberhasilan dalam
pelaksanaan program tahun lalu tentu didukung oleh berbagai faktor. Faktor-faktor pendukung itu juga
dicatat atau diidentifikasi. Keberhasilan pelaksaan program dengan faktor pendukungnya itu menjadi
modal untuk mengembangkan program tahun ini.
Ketidakberhasilan dalam pelaksanaan program tahun lalu tentu didukung oleh berbagai faktor penyebab.
Sisi-sisi ketidakberhasilan tersebut dicatat atau diidentifikasi beserta faktor-faktor penyebabnya.
Ketidakberhasilan bersama faktor penyebabnya itu menjadi tantangan dalam melaksanakan program
tahun yang akan datang. Jadi, keberhasilan dan ketidakberhasilan beserta faktor yang mempengaruhinya
menjadi landasan untuk menyusun program tahun yang akan datang. Sedangkan kriteria identifikasi ini
meliputi ketepatan metodologi dan kelengkapan serta ketepatan data hasil identifikasi

Faktor-faktor yang berpengaruh (yang mendukung keberhasilan dan ketidakberhasilan) terhadap


pelaksanan program kepengawasan tersebut biasanya meliputi: (a) sumberdaya pendidikan seperti
sarana/ prasarana, manusia, dana, dan lingkungan; (b) program sekolah seperti program kepala sekolah,
program tatausaha, program kurikuler, dan program ekstrakurikuler; (c) proses pembelajaran yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian; dan (d) hasil belajar seperti hasil ulangan harian,
hasil ulangan umum, hasil ujian akhir sekolah dan hasil ujian akhir nasional, dan hasil kegiatan
pengembangan diri atau ekstrakurikuler.

Selain menganalisis hasil pengawasan tahun lalu dengan segala aspeknya, juga dilakukan analisis
terhadap kebijakan yang berlaku. Kebijakan itu dapat bersumber dari undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan presiden, keputusan menteri, keputusan-keputusan lain di tingkat kabupaten
dan kota yang terkait dengan pendidikan. Hal itu perlu dianalisis karena akan berpengaruh terhadap
pelaksanaan tugas pengawasan.

2) Mengolah dan Menganalisis Hasil Pengawasan Sebelumnya

Mengolah dan menganalisis hasil pengawasan tahun lalu meliputi beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan
itu antara lain: (a) mengelompokkan masalah berdasarkan ruang lingkupnya; (b) menganalisis
(menguraikan) masalah menjadi lebih rinci; (c) menempatkan atau mencari faktor penyebab setiap
masalah yang dianalisis; (d) mencari alternatif saran atau pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan format tertentu. Kriteria untuk pengolahan dan analisis ini adalah ketepatan
metodologi dan kelengkapan seluruh komponen yang diolah dan dianalisis.

3) Merumuskan Rancangan Program Tahunan

Rancangan program tahunan pengawasan sekolah disusun dengan isi (komponen atau unsur-unsur)
yang lengkap. Unsur-unsur itu antara lain meliputi: latar belakang, tujuan, sasaran, hasil yang
diharapkan, metodologi, jadwal pelaksanaan, pelaksana, biaya, sarana, dan kriteria keberhasilan (dapat
bervariasi tiap kabupaten/kota). Rancangan ini disusun dengan sistematika yang logis dan dapat diukur
keberhasilan dan ketidakberhasilannya. Dengan demikian, untuk penganalisisan dalam rangka
penyususnan program tahun berikut akan dapat dilaksanakan dengan mudah. Kriteria yang digunakan
untuk penyusunan rancangan ini adalah kelengkapan komponen atau isi dan ketepatan perumsuannya.

4) Mengkoordinasikan Rancangan Program


Rancangan program tahunan ini perlu dikoordinasikan dengan atasan pengawas seperti Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. Pengkoordinasian ini diperlukan untuk mendapat masukan dan dukungan
dari atasan. Dengan dukungan dan masukan itu, program akan mendapat legalisasi secara administratif.

5) Memantapkan dan Menyempurnakan Rancangan Program

Memantapkan dan menyempurnakan rancangan program tahunan adalah pekerjaan yang terakhir dalam
menyusun program tehunan kepengawasan. Kegiatan pada tahap ini adalah merevisi program. Hal-hal
yang perlu diperbaiki, ditambah, dkurangi, dan disempurnakan akan berlangsung pada fase ini. Semua
masukan, terutama yang datang dari atasan dijadikan bahan untuk merevisi program. Masukan atau
informasi dari satuan pendidikan yang akan menjadi sasaran pengawasan, ditampung dan diakomodasi
pada fase ini. Selain itu, berbagai kemungkinan seperti perkembangan baru, informasi baru, teknologi,
dan sejenisnya yang juga pantas dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki program. Artinya, fase ini
adalah fase final dalam penyusunan program tahunan sehingga program itu benar-benar bedaya guna
dan berhasil guna.

b. Langkah-langkah Menyusun Program Semesteran

Program semester pengawasan sekolah disusun oleh masing-masing pengawas sekolah. Program ini
berisi pengawasan seluruh sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Langkah-langkah penyusunannya
adalah seperti berikut ini.

1) Menjabarkan program tahunan dan dikaitkan dengan identifikasi masalah dari sekolah binaan.
Semua masalah dari sekolah binaan dikelompokkan atau diklasifikasi ke dalam kelompok: sumberdaya
sarana/prasarana; sumberdaya manusia; sumberdaya lingkungan; program sekolah; proses belajar
mengajar; dan hasil belajar.

2) Mengolah dan menganalisis hasil identifikasi yang dikaitkan dengan hasil penjabaran program
tahunan. Pengolahannya meliputi pengelompokan masalah ke dalam kelompok yang sama di setiap
sekolah. Kemudian juga dikelompokkan sesuai dengan skala prioritas. Dengan demikian akan diperoleh
masalah sejenis dan masalah yang mendesak untuk dimasukkan ke dalam program semesteran.

3) Mempelajari visi dan misi sekolah binaan yang menjadi tanggung jawab pengawas. Setiap sekolah
memiliki visi, misi, dan tujuan yang berbeda. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam terhadap visi,
misi, dan tujuan setiap sekolah sangatlah diperlukan. Dengan adanya variasi visi, misi, dan tujuan sekolah
yang menjadi binaan pengawas, maka program semester disusun secara spesifik setiap sekolah.

4) Merumuskan rancangan program semester dengan kriteria antara lain: (a) disusun berdasarkan
ketentuan yang ada; (b) sekurang-kurangnya berisi identitas sekolah yang akan dikunjungi; nama
pengawas, waktu atau jadwal kunjungan; visi dan misi sekolah; identifikasi masalah; deskripsi kegiatan
yang terdiri dari tujuan, sasaran, indikator keberhasilan, deskripsi kegiatan, dan waktu kegiatan
5) Menyampaikan dan mengkoordinasikan kepada koordinator pengawas sehingga mendapat
masukan dan dukungan. Bedasarkan masukan itu dilakukan revisi program semester sehingga menjadi
program semester yang mantap dan siap untuk dilaksanakan

BAB IV

TAHAPAN KEGIATAN SUPERVISI KELAS

1. Pelaksanaan Pengawasan

Ada tiga hal penting yang direncanakan dalam pengawasan proses pembelajaran. Ketiga hal penting itu
adalah pemantauan, supervisi, dan evaluasi. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan hal-hal yang
direncanakan dan dilakukan dalam ketiga kegiatan itu. Perencanaan pemantauan direalisasikan dalam
bentuk tindakan pemantauan. Tindakan pemantauan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
Cara, teknik, prosedur, dan instrumen yang digunkanakan mengacu kepada program atau rencana yang
dibuat. Dengan acuan itu setiap aktifitas pemanataun akan dapat dikendalikan dan diukur. Produknya
atau hasilnya adalah data atau informasi dalam bentuk dokumen, rekaman, atau catatan. Jadi, pada
dasarnya memantau adalah melaksanakan program pemantauan untuk mengumpulkan informasi atau
data yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi ril proses pembelajaran pada satuan
pendidikan.

Pelaksanaan pengawasan yang kedua adalah supervisi. Supervisi adalah upaya untuk membantu
pendidik memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasl pembelajaran. Pelaksanaan
supervisi terkait dengan hasil pemantauan. Jika hasil pemantauan menggambarkan kondisi yang kurang
atau belum baik, maka supervisi ditetapkan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran. Kalau
hasil pemantauan mendeskripsikan kondisi yang telah baik, supervisi ditetapkan untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran. Pelaksnaan supervisi tentu saja mengacu kepada program supervisi yang
telah disusun. Dengan demikian, tindakan-tindakan dalam supervisi akan terlihat sebagai tindakan yang
terkendali dan terukur secara standar.

Hasil keigiatan supervisi adalah terjadinya perbaikan dan atau peningkatan. Perbaikan dan peningkatan
akan terlihat pada komepetensi pendidik yang bermuara kepada proses dan hasil. Hasil supervisi akan
terlihat pada kemampuan atau kompetensi pendidik dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
proses/ hasil pembelajaran. Tolok ukur keberhasilan supervisi berada pada ketiga tataran kegiatan itu
yakni peningkatan kemampuan pendidik dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses/hasil
pembelajaran. Jadi, pada dasarnya hasil supervisi akan terlihat pada proses dan hasil. Proses dapat
diamati pada aktifitas pendidik dan hasil pada produk kerjanya.

Pelaksanaan pengawasan ketiga adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap kompetensi pendidik dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses/hasil belajar. Evaluasi dikaitkan dengan standar
nasional pendidikan yakni standar proses dan komepetnsi pendidik. Standar proses diatur dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007. Apakah perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian proses/hasil pembelajaran telah memenuhi tuntutan standar proses? Jika sudah berarti
kompetensi pendidik telah memenuhi salah satu ukuran keberhasilan dan evaluasi. Kompetensi
pendidik (guru) diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Apakah
capaian kompetensi pendidik sudah berada pada taraf seperti yang diharapkan oleh peraturan ini? Jika
sudah berari kompetensi pendidik telah terevaluasi dengan benar dan tepat.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa pelaksanaan pengawasan proses pembelajaran merupakan
rangkaian tali-temali dalam bentuk siklus atau putaran. Pemantauan dilakukan untuk mengumpulkan
informasi atau data. Informasi atau data memperlihatkan gambaran nyata proses pembelajaran. Dari
gambaran nyata itu dilakukan supervisi dalam bentuk perbaikan dan atau peningkatan kualitas proses
pembelajaran. Hasil supervisi, kemudian dievaluasi, dilihat dengan patron standar yakni stadar proses
dan standar kompetensi pendidik. Begitulah seterusnya. Secara menyeluruh (konfrehensif) kegiatan
kepengawasan yang berlangsung pada satu periode, ditandai dengan penyusunsn program sampai
kepada tindak lanjut. Di dalamnya akan ada penilaia, pembinaan, pemantauan, analisis hasil, evaluas,
dan pelaporan.

2. Pelaporan

Ada tiga substansi isi laporan pengawasan proses pembelajaran. Ketiga substansi itu adalah hasil
pemantauan, hasil supservisi, dan hasil evaluasi. Di dalam hasil pemnatauan terdapat hasil kerja
penilaian terhadap proses pembelajaran. Jika pemantauan diberi makna mengumpulkan informasi atau
data, maka penilaian dimaknai sebagai proses pengolahan dan penafsiran data yang dapat dijadikan
landasan untuk perlakuan selanjutnya. Isi laporan tentang pemantauan merupakan deskripsi dari data
dan informasi, prosedur dan hasil pengolahan data, prosedur penafsiran data, hasil penafsiran data
sebagai data yang bermakna, dan rekomendasi untuk pelaksanaan supervisi.

Isi laporan supervisi sekurang-kurangnya menyangkut empat hal. Keempat hal itu adalah tujuan,
sasaran, , prosedur pelaksanaan, dan hasil. Tujuan supervisi pada dasarnya hanya menyalin dari yang
telah ada pada program supervisi. Tujuan tersebut tentunya harus tegas, tajam, jelas, terukur, dan tidak
mengandung makna ganda atau mendua makna. Sasaran harus terukur baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif. Sasaran yang terukur akan dapat menjadi pedoman untuk menentukan keberhasilan
dan ketidakberhasilan dalam supervisi. Prosedur pelaksanaan diuraian secara jelas sehingga
menggambarkan langkah-langkah nyata dalam supervisi. Fase-fase pekerjaan dalam supervisi tergambar
pada bagian ini sehingga setiap fase akan terlihat sebagai bagian dari fase yang lain. Hasil supervisi
dideskripsikan dengan bahasa yanga jelas, mudah dipahami, dan dapat ditangkap maknanya.

Isi laporan evaluasi sekurang-kurangnya memuat tiga hal pokok. Ketiga hal pokok itu adalah prosedur
atau teknik evaluasi, instrumen yang digunakan dalam evaluasi, dan hasil evaluasi. Prosedur evaluasi
diuraikan secara ringkas dan komunikatif. Tahapan-tahapan dalam evaluasi digaambarkan secara jelas
sehingga terlihat hubungan kausal antara satu tahap dengan tahap yang lain. Instrumen (alat) evaluasi
diampilkan dan dijelaskan secara komunikatif sehingga fungsi isntrumen (alat) tersebut terlihat dengan
jelas. Artinya, bahwa alat evaluasi yang digunakan benar-benar berfungsi, berdayaguna, dan berhasil
guna untuk keprluan evaluasi. Hasil evaluasi merupakan jasmen dari evaluator terhadap kebrhasilan
peroses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil evaluasi benar-benar diungkapkan dengan jelas dan mudah
dipahami. Hal itu penting karena hasil evaluasi ini akan bermuara kepada tindak lanjut.

Sistematika laporan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan. Kelaziman suatu laporan selalu ditata
dengan urutan sistematik yang terdiri dari bagian awal bagian isi dan lampiran. Bagian awal meliputi
halaman judul, daftar kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran. Bagian isi meliputi pendahuluan, uraian
dan pembahasan, serta penutup. Lampiran disesuaikan dengan kebutuhan seperti isntrumen yang
digunakan, data yang tidak bisa dimasukkan ke batang tubuh laporan, gambar-gambar, diagram, dan
sebagainya.

Bahasa laporan hendaklah menggunanakn bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indoensia yang
baik adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks, situasi, dan kondisi. Bahasa Indonesia yang
benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Hal yang paling
penting dari itu, bahasa yang digunakan dalam laporan adalah bahasa yang komunikatif, dapat dipahami,
dan dapat dicerna dengan mudah oleh pembaca. Tujuan dari sebuah laporan adalah agar orang lain
(pembaca) memahami isi atau substansi laporan dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai landasan
untuk perlakukan berikutnya.

3. Tindak Lanjut

Tindak lanjut adalah bagian terakhir dari kegiatan pengawasan proses pembelajaran. Tindak lanjut
merupakan jastifikasi, rekomendasi, dan eksekusi yang disampaikan oleh pengawas atau kepala satuan
pendidikan tentang pendidik yang menjadi sasaran kepengawasannya. Seperti diuraikan sebelumnya,
ada tiga alternatif tindak lanjut yang diberikan terhadap pendidik. Ketiga tindak lanjut itu adalah: (1)
Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar; (2) Teguran yang
bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar; dan (3) Guru diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

Pendidik perlu penguatan atas kompetensi yang dicapainya. Penguatan adalah bentuk pembenaran,
bentuk legalisasi, dan bentuk pengakuan atas kompetensi yang dicapainya. Pengakuan seperti ini
diperlukan oleh pendidik, bukan hanya sebagai motivasi atas keberhasilannya, tetapi juga sebagai
kepuasan indvidu dan kepuasan profesional atas kerja kerasnya. Penguatan seperti ini jarang, bahkan
hampir tidak diterima oleh pendidik. Penghargaan bagi pendidik yang telah memenuhi standar perlu
diberikan. Hal itu akan membedakan antara pendidik yang berkompetensi standar dengan yang belum
standar. Bnetuk penghargaan yang diberikan sesuai dengan kondisi pada satuan pendidikan
bersangkutan atau ditentukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas sekolah yang menjadi
pengawasnya. Hal ini pun jarang bahkan hampir tidak diperoleh guru selama ini. Oleh Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses, hal ini sangat ditekankan.

Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. Teguran dapat
dilakukan dengan cara lisan atau tertulis. Idealnya, untuk memenuhi persyaratan administratif, teguran
syogiyanya disampaikan secara tertulis. Hal itu akan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat pula
terdokumentasi. Jika teguran itu behasil memotivasi pendidik, dokumennya akan bermakna positif baik
bagi yang menegur maupun yang ditegur. Kalau teguran itu tidak berhasil memotivasi agar pendidik
berupaya mencapai standar dalam kerjanya, tentu dapat dilanjutkan dengan teguran berikutnya. Intinya,
teguran yang bersifat mendidik adalah teguran yang diharapkan dapat menimbulkan perubahan dan
yang ditegur tidak merasa dilecehkan atau tidak merasa tersinggung.

Tindak lanjut yang terakhir adalah merekomendasikan agar pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan atau penataran. Rekomendasi itu bukan hanya bermakna bagi pendidik, tetapi juga bermakna
bagi institusi tempat pendidik bertugas untuk meningkatkan kinerjanya.

BAB V

JADWAL SUPERVISI KELAS

CONTOH FORMAT:

No

Nama Guru

Mata

Pelajaran

Nama Supervisor

Waktu Supervisi
Kelas

Jam Ke

BAB V

SIMPULAN

Bahan sederahana ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ada empat kegiatan dalam proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan. Keempat kegiatan
itu adalah perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar,
dan pengawasan proses pembelajaran.

2. Perencanaan proses pembelajaran dirancang bersama-sama oleh pendidik, kepala satuan


pendidikan, dan pemangku kepentingan lannya pada satuan pendidikan. Pelaksanaan proses
pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran dilakukan oleh pendidik sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas sekolah.
Hal itu sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.

4. Kegiatan kepengawasan yang dilakukan meliputi pemanataun, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan
tindak lanjut. Pemantauan, supervisi, dan evaluasi dilakukan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran. Pelaporan disusun dengan substansai hasil pemantauan, hasil supervisi,
dan hasil evaluasi. Tindak lanjut diberikan dalam bentuk penguatan, penghargaan, teguran, dan saran
mengikuti pelatihan.
5. Pengawasan proses pembelajaran perlu program. Khusus untuk pengawas sekolah ada dua bentuk
program yakni program tahunan dan program semesteran. Program tahunan disusun untuk tingkat
kabupaten/ kota. Program semesteran disusun untuk sekolah binaan masing-masing pengawas sekolah.

6. Penyusunan program tahunan didasarkan kepada hasil pengawasan tahun sebelumnya dan
kebijakan pendidikan yang berlaku. Program semesteran disusun berdasarkan program tahunan, visi dan
misis sekolah, dan hasil analisis kepengawasan sekolah binaan tahun sebelumnya.

DAFTAR BACAAN

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Direktoran Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi. Jakarta: Direktoran Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Direktoran Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007
tentang Kompetensi Pengawas Sekolah. Jakarta: Direktoran Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Kompetensi Kepala Sekolah. Jakarta: Direktoran Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian. Jakarta: Direktoran Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses. Jakarta: Direktoran Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan

LAMPIRAN-11
PROGRAM PENGAWASAN SEMESTERAN (CONTOH)

Sekolah : .................................................

Kepala sekolah: .................................................

Alamat : ................................................

Pengawas sekolah: ...............................

Tahun Pelajaran : ........../..........

Semester : Ganjil/Genap

A. Visi dam Misi Sekolah Binaan

(1) Visi: ........................................................................................................................................

(2) Misi: .......................................................................................................................................

....................................................................................................................................... ...............................
.........................................................................................................

........................................................................................................................................

B. Identifikasi Masalah (yang harus dipecahkan melalui kegiatan pengawasan sekolah)

1. .................................................................................

2. .................................................................................

3. ................................................................................

4. ................................................................................

C. Deskripsi Kegiatan

No.

Tujuan
Sasaran

Indikator Keberhasilan

Deskripsi Kegiatan

(Metode Kerja/Teknik)

Waktu

4
5

dst.

..............................,..................2011

Pengawas Sekolah,

Mengetahui Koordinator Pengawas,

---------------------------------------------- ----------------------

NIP NIP
Hendriansyah Dahlan

Share

5 comments:

HendriansyahNovember 2, 2011 at 6:48 PM

salah satu variabel skripsi yg ditolak dgn alasan yg tidak logis..

I Love You Drs.Sxxxx, M.Si..

Reply

Jalidin DinJanuary 22, 2017 at 7:46 PM

Izin download Program Supervisi akademik nya Pak ya?

Terimakasih.

Reply

TINULARSeptember 25, 2017 at 10:15 PM

Mohon ijin copas ya pak,jazakumullah khoiron kastiron

Reply

khoirul rohimFebruary 24, 2018 at 4:52 PM

matur nuwun artikelnya pak


Reply

ida widaningsihOctober 8, 2018 at 7:46 AM

Izin download ya pak. terimakasih banyak sangat membantu sekali

Reply

Thanks komentarnya..

Link ke posting ini

Create a Link

Home

View web version

My Profil

My photo

View my complete profile

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai