Anda di halaman 1dari 79

PENDAHULUAN

Ayam merupakan salah satu jenis unggas penghasil daging dan telur yang

banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi dan merupakan

suplai nutrisi khususnya protein hewani. Salah satu bagian tubuh ayam yang

jarang dikonsumsi, khususnya di Sulawesi selatan adalah yakni bagian usus

dengan harga jual yang relatif murah dan kandungan protein yang cukup tinggi

memungkinkan usus ayam dapat diolah menjadi produk sumber protein hewani

yang potensial dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Selama ini pemanfaatan usus ayam hanya sebatas sebagai bahan baku

untuk pembuatan kerupuk usus dan sate usus terutama di Pulau Jawa. Namun

khususnya di Sulawesi Selatan sendiri produk tersebut kelihatannya kurang

diminati oleh masyarakat. Pemanfaatan usus dari ayam khususnya di Makassar

belum banyak dikenal dan belum berkembang. Hal ini menjadi inspirasi bagi

peneliti untuk melakukan diversifikasi yang berbahan baku usus, khususnya dari

usus ayam sebagai produk. Salah satu inovasi baru untuk meningkatkan nilai

ekonomi dari usus ayam dalam rangka pengembangan diversifikasi produk olahan

hasil ternak yaitu pemanfaatan limbah usus ayam sebagai bahan baku alternatif

untuk memproduksi kecap. Kecap yang dimaksud disini adalah produk kecap

yang berbahan baku protein hewani dari usus ayam yang selama ini belum pernah

sama sekali dikembangkan dan diproduksi di daerah lain.

Kecap secara umum merupakan salah satu bahan pangan tradisional

berupa cairan berwarna hitam dengan rasa yang manis atau asin dan umumnya

terbuat dari kedelai (protein nabati) (Anonim, 2011a). Melambungnya harga

kedelai menimbulkan keresahan bagi industri kecap tradisional yang saat ini
masih mengandalkan kedelai impor. Selain itu kebutuhan bahan baku kedelai

untuk produksi kecap telah bersaing dengan industri pembuatan tahu tempe

sehingga dibutuhkan ketersediaan bahan baku alternatif secara kontinyu. Kecap

yang dikomsumsi saat ini sebenarnya bukan dimanfaatkan sebagai sumber

protein tetapi lebih banyak untuk tujuan pangan penyedap.

Selama ini industri pembuatan kecap rumah tangga maupun industri besar

memproduksi kecap melalui teknik fermentasi. Permasalahannya karena teknik ini

prosesnya membutuhkan waktu yang relatif lama (6-10 bulan) serta mutunya tidak

konsisten karena prosesnya bergantung pada aktifitas mikroorganisme yang

bekerja pada saat proses fermentasi berlangsung. Melalui penelitian ini, peneliti

memperkenalkan suatu teknik produksi kecap dengan cara hidrolisis. Teknik

hidrolisis memungkinkan kecap dapat diproduksi dalam waktu relatif singkat (2-3

hari) dengan mutu yang konsisten karena proses produksi dapat di kontrol sesuai

mutu yang diiginkan. Proses pembuatan kecap dilakukan dengan cara kimia

(hidrolisis) dan juga dengan menggunakan enzim papain atau enzim bromelin dari

ekstrak buah nanas dan papaya sebagai pengurai protein pada usus ayam.

Berdasarkan data statistik tercatat bahwa pada tahun 2010 jumlah populasi

ayam (petelur dan pedaging) khususnya di Sulawesi Selatan mencapai

39.179.432 ekor. Apabila dari populasi tersebut diestimasi 80% yang dipotong,

maka jumlah ayam yang dipotong sebesar 80% x 39.179.432 =31.343.546 ekor

atau rata-rata 2.611.962 ekor/bulan. Estimasi berat hidup rata-rata ayam yang

dipotong adalah 1,5 kg/ekor, sehingga berat hidup ayam yang dipotong rata-rata

perbulan sebesar 2.611.962 x 1,5 = 3.917.943 kg. Setiap pemotongan ayam

diestimasi menghasilkan limbah usus kira-kira 6,5% dari berat hidupnya, sehingga

2
jumlah limbah usus yang dihasilkan dari pemotongan tersebut sebesar 3.917.943

kg x 6,5% = 254.666 kg/ bulan atau berkisar 254,7 ton/bulan.

Penggunaan limbah usus ayam sebagai bahan baku alternatif produksi

kecap dapat memberikan beberapa manfaat antara lain: (1) produk kecap dijamin

halal karena berasal dari bahan baku ternak ayam yang disembelih secara halal,

(2) mengurangi pencemaran limbah dari usaha peternakan, (3)meningkatkan nilai

ekonomi usus ayam, (4) mengurangi ketergantungan terhadap bahan utama

pembuatan kecap pada umumnya, (5) membuat produk kecap dengan waktu yang

relatif lebih singkat dan (6) merupakan cikal bakal tumbuhnya industri-industri

baru melalui pemanfaatan limbah peternakan khususnya usus.

Melihat potensi dan manfaat serta nilai ekonomi usus ayam yang sangat

besar, maka pengembangan produk yang berbahan baku usus ayam sudah

seharusnya dilakukan sesegera mungkin. Namun demikian tentunya dalam

pengembangan tersebut masih memerlukan kajian-kajian awal khususnya

menyangkut teknologi proses produksi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan kecap dengan

menggunakan usus ayam sebagai limbah Rumah Pemotongan Ayam (RPA)

dengan penggunaan teknik hidrolisis. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai

sumber informasi ilmiah baik bagi mahasiswa, dosen dan masyarakat dalam

upaya pemanfaatan hasil ikutan ternak ayam (usus) sebagai bahan baku alternatif

pembuatan produksi kecap.

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum mengenai Usus Ayam

Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pendapatan penduduk

Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk

bahan makanan yang berasal dari hewan terutama daging. Salah satu jenis ternak

yang menjadi sumber utama penghasil daging adalah ayam yang pemeliharaan

dan konsumsinya sudah menyebar di seluruh Indonesia (Suprihatin, 2008). Ayam

ras pedaging merupakan jenis ras unggul hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam

yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam

(Megawati, 2011).

Karkas ayam merupakan ayam yang telah dikeluarkan jeroannya, kepala

dipisahkan dengan leher hingga batas pemotongan dan kaki. Karkas ayam dibuat

klasifikasinya berdasarkan bagian-bagian tubuh (Rasyaf, 2003). Lebih lanjut

Rasyaf (2003) menjelaskan bahwa selama proses pengolahan akan terjadi

kehilangan berat hidup kurang lebih 1/3 bagian (berat daging siap masak itu

nantinya kurang lebih 2/3 dari berat hidupnya) karena bulu, kaki, cakar, leher,

kepala, jeroan atau isi dalam dan ekor dipisah dari bagian daging tubuh dengan

demikian daging siap masak itu hanya tinggal daging pada bagian tubuh tambah

dengan siap masak itu 75% dari berat hidup.

Persentase bagian non karkas pada ayam broiler untuk setiap umur

berbeda-beda yaitu pemotongan 8 minggu persentase karkasnya untuk jantan

64,6%, kepala dan leher 6,5%, kaki 3,3%, hati 2,6%, ampela 4,4%, jantung 0,6%,

usus 6,6%, darah 5,4%, dan bulu 6,0%. Untuk betina karkas 71%, kepala dan

4
leher 4,8%, kaki 4,5%, hati 3,1%, ampela 5,6%, jantung 0,6%, usus 0,5%, darah

4,2% dan bulu 9,6% (Murtidjo, 2003).

Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula dari lambung

hingga anus. Pada usus terdiri dari dua bagian yaitu usus kecil dan usus besar

(kolon). Pada usus kecil terbagi lagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum,

sedangkan usus besar terbagi menjadi cecum, kolon, dan rektum. Secara

makroskopis, usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum dan ileum yang

kontinyu satu sama lain dan pada dasarnya mempunyai struktur histologis hampir

sama (Anonim, 2009).

Semakin meningkatnya jumlah pemotongan ayam secara nasional juga

akan meningkatkan proporsi hasil sampingan dari ayam tersebut berupa kepala,

bulu, kaki bawah (shank), darah dan usus. Apabila hasil sampingan tersebut tidak

dimanfaatkan dengan baik maka dapat berpotensi menjadi limbah terutama di

daerah-daerah yang terdapat tempat pemotongan unggas maupun rumah

pemotongan unggas. Di antara hasil sampingan tersebut usus memiliki potensi

pencemaran lingkungan karena baunya, maka diperlukan upaya untuk

memanfaatkannya (Anonim, 2011a).

Menurut Baihaki, dkk., (2010) pengamatan dari proses produksi yang telah

dilakukan usus ayam yang bagus jika berwarna kekuningan, tidak berbau busuk,

tidak menggumpal dan mudah dibersihkan. Parameter tersebut sudah terbukti

dapat menghasilkan keripik usus ayam yang berkualitas tinggi. Tetapi, usus ayam

yang berkualitas kurang baik masih dapat digunakan untuk produksi, tetapi harga

jualnya lebih murah.

5
Komposisi nutrisi usus ayam (Tabel 1.) yang memiliki komposisi yang

hampir sama dengan komposisi nutrisi pada kulit sapi dan juga terdapatnya

protein yang memungkinkan usus untuk dijadikan sebagai bahan baku dalam

pembuatan gelatin. Kandungan protein pada usus memungkinkan menjadikan

usus sebagai bahan baku dalam pembuatan makanan (Baihaki, dkk., 2010). Lebih

lanjut Baihaki dkk., (2010) menjelaskan bahwa produk olahan yang berbahan

dasar usus seperti kerupuk usus dan sate usus. Namun produk tersebut belum

popular di kalangan masyarakat Indonesia secara umum.

Tabel 1. Komposisi Nutrisi Usus Ayam


Jenis Nutrisi Kandungan (%)
Kadar Protein Kolagen 65,90
Kadar Protein Kasar 22,93
Kadar Lemak Kasar 5,60
Kadar Abu 3,44
Mineral 6,68
Bahan Lainnya 2,03
Sumber : Purnama (1992).

Pada dasarnya struktur utama penyusun gelatin adalah protein, secara

mikroskopis protein yang struktur utamanya dari gelatin adalah asam amino. Usus

ayam yang struktur dasarnya merupakan protein juga disusun oleh beberapa

macam asam amino (Tabel 2.) dan menjadikan usus ayam berpotensi untuk

dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan gelatin.

6
Tabel 2. Kandungan Asam Amino Usus Ayam
No. Asam Amino Kandungan (g/100 g protein)
1. Aspartat 5,85
2. Glutamat 10,947
3. Cystein 0,405
4. Isoleusine 2,263
5. Phenilalanine 2,036
6. Histidine 0,829
7. Prolin 2,571
8. Threonin 2,629
9. Glysine 3,947
10. Valine 2,750
11. Leucine 4,435
12. Hydroksilysine 0,198
13. Arginine 4,712
14. NH3 2,192
15. Serine 2,629
16. Alanine 3,947
17. Tyrosine 0,691
18. Lysine 3,240
19. Hydroksiproline 0,952
Sumber : Hartadi, dkk. (1993).

7
B. Kecap

Kecap adalah cairan hasil fermentasi bahan nabati atau hewani berprotein

tinggi di dalam larutan garam. Kecap berwarna coklat tua, berbau khas, rasa asin

dan dapat mempersedap rasa masakan. Bahan baku yang paling banyak diolah

menjadi kecap adalah kedelai (Anonim, 2011b).

Kecap selain mengandung protein, vitamin, dan mineral, kecap berfungsi

juga sebagai penyedap makanan. Karena dapat memberikan rasa dan aroma yang

khas pada makanan atau masakan, masyarakat menjadikan kecap sebagai bagian

dari menu harian. Dengan kata lain, kecap dapat meningkatkan selera makan.

Kecap biasa dikonsumsi dengan makanan pokok nasi, sayuran, daging unggas,

dan ikan. Di Indonesia, kecap sangat disukai sehingga kebutuhannya semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Kecap tersedia di warung kaki lima sampai

restoran di hotel berbintang lima. Kecap tersedia di tengah-tengah keluarga

maupun di dalam kamar kos dan asrama (Anonim, 2011c).

Standar Industri Indonesia (SII 0032-73) menetapkan bahwa secara

organoleptik keadaan (aroma) kecap harus normal. Secara kimiawi kecap

disyaratkan tidak mengandung logam berbahaya (Hg, Pb, Cu dan As). Syarat

kandungan protein kecap berbeda-beda tergantung pada jenis mutu. Kecap dengan

jenis mutu I ditetapkan mempunyai kadar protein tidak kurang dari 6 %,

sedangkan untuk mutu II tidak kurang dari 2% (Anonim, 1973).

8
C. Kualitas Kecap manis (SNI)

Kandungan protein merupakan parameter kualitas kecap manis, menurut

Standar Industri Indonesia (SII) kecap manis berkualitas baik harus mengandung

protein minimal 6% (Purwoko, 2007). Menurut Anonim (2011a) bahwa kecap

yang baik memiliki kandungan protein 6%, lemak 1%, karbohidrat 9% dan kadar

air 63%.

Kualitas kecap ditentukan oleh kandungan protein. Kadar protein dalam

kecap tergantung pada jumlah unsur yang terurai, dimana jumlah unsur yang

terurai semakin tinggi jika pelapukan kedelai yang dicapai pada saat fermentasi

semakin sempurna. Faktor yang ikut menentukan kualitas kecap, khususnya kecap

manis adalah (Carolyne, 2010) :

1. Kadar protein

Semakin tinggi kadar protein dalam kecap, maka semakin tinggi kualitas

kecap tersebut.

2. Cita rasa dan aroma (flavor)

Cita rasa dan aroma (flavor) kecap yang khas hanya dapat diperoleh dari

proses pembuatan kecap secara fermentasi yang memakan waktu berbulan-bulan

(minimal satu bulan).

3. Kekentalan

Kecap manis memiliki tingkat kekentalan tertentu, sehingga kecap manis

yang terlalu encer akan dianggap berkualitas rendah oleh konsumen.

4. Warna kehitam-hitaman

Warna coklat-kehitaman pada kecap dapat diperoleh dari kulit ari kedelai

hitam yang digunakan sebagai bahan baku, gula kelapa atau aren yang digunakan

9
sebagai pemanis, gula pasir yang sengaja dipanasi sehingga berwarna coklat dan

membentuk caramel, reaksi browning yang dapat terjadi ketika menjemur hasil

fermentasi tahap dua.

5. Daya tahan

Daya tahan atau daya simpan kecap yang baik selama dalam botol kemasan

yang ditutup rapat maupun ketika botol kemasan sudah dibuka sangat menentukan

kualitas kecap.

Komposisi zat gizi dari kedelai dalam 100 g dapat dilihat seperti disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi zat gizi kecap dari kedelai

No. Zat Gizi Kecap Satuan


1. Energi 86 kalori
2. Air 57,4 g
3. Lemak 0,6 g
4. Karbohidrat 15,1 g
5. Serat 0,6 g
6. Abu 21,4 g
7. Kalsium 85 g
8. Protein 5,5 g
9. Besi 4,4 g
10. Vitamin B1 0,04 g
11. Vitamin B2 0,17 g
Sumber : Anonim (1996).

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam Standar Industri Indonesia

(SII), ditetapkan syarat kualitas kecap seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar Kualitas Kecap (SII)


No. Kualitas Kecap Kadar Protein Minimal (%)
1. Kecap manis 2
2. Kecap asin No.1 6
3. Kecap asin No.2 4–6
4. Kecap asin No.3 2–4
Sumber : Anonim (1999).

10
Syarat mutu kualitas kecap manis yang ditetapkan SNI 01-3543-1994

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Syarat mutu kecap manis


Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan
Bau Normal, khas
Rasa Normal, khas
Protein (N x 6,25) %, b/b Min. 2,5
Jumlah padatan %, b/b Min. 10
NaCl (garam) %, b/b Min. 3
Total gula (dihitung %, b/b Min. 40
sebagai sukrosa)
Bahan tambahan makanan
pengawet
1. Benzoat atau mg/kg Maks. 600
2. Metil para mg/kg Maks. 250
hidroksi benzoate
3. Propil para mg/kg Maks. 250
hidroksi benzoate
Sesuai SNI 01-0222-1995
Pewarna
Cemaran Logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 30,0
Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0
Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05

Arsen mg/kg Maks. 0,5

Cemaran mikroba
Angka lembeng total Koloni/g Maks. 1x105
Bakteri koliform APM/g Maks. 1x102
Escherichia coli APM/g <3
S.aureus APM/g Maks. 10
Kapang/khamir Koloni/g Maks. 50
Sumber : Anonim (1994)

11
D. Prinsip Pengolahan Kecap

Pada prinsipnya pengolahan kecap dapat dilakukan dengan cara

fermentasi, enzimatis maupun kimia. Telah banyak teknik fermentasi dan

enzimatis diterapkan pada industri pembuatan kecap (Astawan dan Astawan,

1991)

1. Pengolahan kecap dengan fermentasi

Fermentasi banyak diterapkan dalam pembuatan berbagai jenis makanan

seperti kecap. Hasil- hasil fermentasi tidak selamanya berdasar pada perubahan

karbohidrat yang terkandung dalam bahan asal.

Fermentasi bahan nabati berprotein tinggi seperti halnya kedelai, selain

memberikan hasil yang telah disukai, juga meningkatkan kecernaannya. Dinding

sel terutama selulosa akan mengalami proses fermentasi oleh kapang. Menurut

Astawan dan Astawan (1991) dalam pembuatan kecap kedelai mikroba yang

berperan untuk fermentasi adalah kapang Aspergillus oryzae, A. flavus, A. niger

dan Rhizopus sp sedangkan bakteri adalah Lactobacillus delbueckii dan ragi

Hansenula sp.

Pada pembuatan kecap secara industr i besar digunakan mikroba murni

monokultur, sedangkan fermentasi tradisional menggunakan mikroba campuran.

Walaupun susunan kimia utama hasil fermentasi tersebut sama, namun komponen

mikrobanya berbeda, terutama susunan zat-zat cita rasa yang terkandung dalam

hasilnya (Moeljohardjo,1991). Fermentasi bakteri pada pembuatan kecap

berlangsung dalam larutan garam. Garam berfungsi sebagai bahan pengawet dan

menyeleksi kegiatan mikroba yang tumbuh (Astawan dan Astawan, 1991).

12
2. Pengolahan kecap secara enzimatis dan kimia ( hidrolisis)

Pengolahan kecap secara enzimatis dilakukan dengan cara penambahan enzim

proteolitik ke dalam bahan yang akan diproses menjadi kecap. Enzim proteolitik

yang biasa digunakan berupa enzim papain atau bromelin. Menurut Winarno

(1980) kedua enzim tersebut tergolong sulfhidril protease. Beda keduanya, enzim

bromelin merupakan glukoprotein sedangkan molekul papain terdiri dari protein.

Secara tradisional penggunaannya dengan langsung mencampurkan bahan yang

mengandung enzim tersebut dari buah pepaya untuk papain dan nenas untuk

bromelin.

Pembuatan kecap selain dilakukan dengan cara fermentasi dan

penggunaan enzim, dapat pula dibuat dengan cara kimia maupun cara kombinasi

fermentasi dan kimia. Prinsip pembuatan kecap secara kimia yaitu dengan teknik

hidrolisis dengan asam (Astawan dan Astawan, 1991).

Hidrolisis adalah istilah umum untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis

berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti peruraian). Menurut

konsep ini, komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah

atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis) membentuk ion H3O+ (= H+)

atau ion OH–. Jika hidrolisis menghasilkan ion H3O+ maka larutan bersifat asam,

tetapi jika hidrolisis menghasilkan ion OH– maka larutan bersifat basa. Hidrolisis

garam sebenarnya adalah reaksi asam basa Bronsted Lowry. Komponen garam

yang berasal dari asam atau basa lemah merupakan basa atau asam konjugasi

yang relatif kuat dapat bereaksi dengan air, sedangkan komponen garam yang

berasal dari asam atau basa kuat tidak bereaksi dengan air artinya tidak

terhidrolisis (Anonim, 2011d).

13
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan bulan April - Mei 2012,

bertempat di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Materi utama penelitian ini adalah usus ayam yang diperoleh dari Unit

Rumah Potong Ayam (RPA) PT. Ciomas Adisatwa Makassar. Bahan- bahan

pendukung antara lain: Ca(OH)2, CH3COOH, enzim papain, bumbu pelengkap

seperti lengkuas, sereh, jahe, garam, gula merah, pekak, akuades, kertas label,

kedelai hitam dan plastik.

Alat- alat pendukung proses pembuatan kecap antara lain adalah

timbangan analitik, water bath, toples kaca, kain saring/flannel, gelas ukur, toples,

nampan dan blender.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara eksperimental berdasarkan rancangan acak

lengkap pola faktorial (3 x 3) dengan 3 ulangan = 27 unit perlakuan. Faktor I

adalah teknik hidrolisis (asam, basa dan enzimatis) dan faktor II adalah lama

waktu hidrolisis (30, 45 dan 60 menit). Diagram alir kegiatan penelitian

selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

14
Usus ayam

Pencucian

Perebusan (75 menit 100oC)

Proses Hidrolisis
(Asam ; Basa ; Enzim) + (lama waktu hidrolisis
30, 45 dan 60 menit

Inkubasi

Pencucian
Kembali

penggilingan

Penambahan Jahe

Filtrasi

Penambahan Bumbu

Penambahan Gula Merah

Pembaceman (30menit)

Pasteurisasi

PRODUK KECAP

UJI KUALITAS

Gambar 1. Diagram alir kegiatan penelitian

15
Prosedur Penelitian

Tahap-tahap pembuatan kecap dari usus ayam adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan usus ayam. Usus ayam dicuci dan dibersihkan dari kotorannya

dengan menggunakan air mengalir kemudian di cuci menggunakan kapur agar

lemak dan kotorannya bersih.

2. Pemasakan. Direbus dengan perbandingan 1: 1 antara usus dengan air

perebusnya dari berat bahan baku, selama 75 menit pada suhu 1000C,

3. Proses Hidrolisis dengan masin-masing perbedaan perlakuan. Dengan

menggunakan penambahan asam asetat (CH3COOH) pH 5, basa (Ca(OH)2)

pH 9, dan enzim papain dengan masing-masing 2 % dari berat bahan baku

yaitu usus ayam dan dilakukan hidrolisis dengan waktu yang berbeda selama

30, 45, dan 60 menit. Setelah dihidrolisis kemudian dicuci kembali

4. Proses inkubasi dilakukan selama 10 menit pada suhu 70 oC dan setelah itu

dinaikkan suhunya menjadi 100oC Selama 10 menit menggunakan oven, dan

dibilas kembali kemudian usus dicacah.

5. Penggilingan. Setelah proses inkubasi maka kemudian dilakukan penggilingan

dengan menggunakan blender sambil ditambahkan jahe 2% dari berat bahan

baku.

6. Penyaringan. Hasil hidrolisis yang telah halus tadi dilakukan penyaringan

sebanyak dua kali yaitu penyaringan pertama menggunakan penyaringan kasar

dengan plastik, kemudian dilanjutkan penyaringan kedua yaitu penyaringan

halus dengan menggunakan kain flanel supaya serat-serat dapat disaring.

7. Filtrat. Hasil penyaringan tadi kemudian ditambahkan bumbu sereh 2%, pekak

0,05%, lengkuas 2%, garam 2% dan kedelai 5% yang telah dihaluskan dan

16
hanya airnya yang diambil, dicampurkan diaduk rata, kemudian ditambahkan

gula yang telah dikaramelisasi sebanyak 75 % dari filtrat.

8. Pembaceman. Setelah semuanya tercampur kemudian dilakukan pembaceman

dengan didiamkan selama 30 menit dan sekali-kali diaduk.

9. Pasteurisasi. Kecap yang telah jadi kemudian dipasteurisasi pada suhu 750C

selama 20 menit.

10. Pengemasan. Kecap yang telah dipasteurisasi kemudian didinginkan dan

dikemas dengan plastik atau botol, setelah itu dilakukan pengujian kualitas

produk kecap.

Parameter Penelitian

1. Rendemen

Rendemen merupakan perbandingan antara berat produk setelah jadi

(kecap manis dari usus ayam) dengan berat adonan. Rendemen dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

berat produk kecap


Rendemen (%) = x 100 %
berat bahan baku

2. Uji Kadar Protein

V x N x 0,014 x 6,25 x P
kadar protein = x 100 %
gram contoh

keterangan : V = Volume titrasi contoh

N = Normalitas larutan HCl atau H2SO4 sebagai pentitrasi

P = Faktor pengencer 100/5.

17
3. Uji Viskositas (kekentalan)

Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan

hambatan untuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan maka makin besar

hambatannya. Cara mengukur viskositas pada pembuatan kecap dengan

menggunakan alat Viscometer sebanyak 27 sampel yang digunakan

4. Uji kadar lemak

bobot lemak
Kadar Lemak = x 100 %
berat contoh

5. Uji kadar air

bobot residu ml air dibaca


Kadar Air = x 100 %
berat contoh

6. Uji Kadar abu

bobot residu
Rendemen (%) = x 100 %
berat contoh

7. Uji organoleptik

Pengamatan secara sensorik dilakukan oleh 10 panelis dari mahasiswa

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin dengan parameter organoleptik yang

diamati yaitu warna, bau, dan rasa. Panelis yang digunakan adalah panelis yang

sebelumnya dilatih mengenai sifat organoleptik yang akan diujikan. Metode yang

digunakan yaitu uji skala (1-6) seperti terlihat sebagai berikut :

a. Warna

1 6
Tidak hitam Hitam

18
b. Aroma

1 6
Sangat tidak beraroma kecap amat beraroma kecap

c. Rasa

1 6
Sangat tidak manis amat sangat manis

8. Uji Hedonik (kesukaan) menggunakan skor tingkat kesukaan

1. Sangat tidak suka


2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
6. Amat sangat suka

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam sesuai

dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dan perlakuan yang

memberi pengaruh nyata diuji dengan menggunakan uji LSD (Least Significant

Difference) (Gasperz, 1991) serta dianalisis dengan menggunakan bantuan

program SPSS 16,0.

Adapun model matematikanya yaitu :

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + €ijk

i = 1,2,3
j = 1,2,3
k = 1,2,3 (ulangan)

19
Keterangan :

Yijk = Kualitas kecap pada percobaan ke-k yang memeperoleh kombinasi

perlakuan ij (taraf ke-I dari factor perlakuan teknik hidrolisis dan taraf

ke-j dari factor lama waktu hidrolisis.

μ = Rata-rata umum kualitas kecap

αi = Pengaruh teknik hidrolisis terhadap kualitas kecap

βj = Pengaruh lama waktu hidrolisis terhadap kualitas kecap

(αβ)Ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan teknik hidrolisis ke-i dan lama

waktu hidrolisis ke-j

€ijk = Pengaruh galat pesrcobaan pada ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan ke-ij (galat b).

20
HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen

Hasil penelitian terhadap rata-rata Rendemen kecap dengan jenis bahan

hidrolisis dan lama proses hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Rendemen (%) Pengaruh Jenis Bahan Hidrolisis dan


Lama Proses Hidrolisis.
Lama Jenis Hidrolisis
Hidrolisis Rata-rata
(menit) Asam Basa Enzim
30 29,86 31,19 37,80 32,95
45 32,53 33,86 38,85 35,08
60 32,23 31,19 42,84 35,42
Rata-rata 31,54a 32,08a 39,83b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P< 0,1).

Analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis pada kecap berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase

rendemen kecap. Uji beda nyata terkecil pada rata-rata rendemen kecap yang

dihasilkan dengan penggunaan jenis bahan hidrolisis yang berbeda pada Tabel 6

diatas menunjukkan bahwa penggunaan asam dan basa tidak berbeda cenderung

sama, sementara untuk asam dengan enzim maupun basa dengan enzim adalah

berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis yang berbeda memperlihatkan perbedaan kemampuan tiap-tiap jenis

bahan hidrolisis, dan enzim merupakan jenis bahan hidrolisis yang paling baik

dalam menghidrolisis protein pada usus sehingga dihasilkan nilai rendemen yang

tertinggi hal ini sesuai dengan penelitian Ariwianti dan Cahyani (2008) yang

menggunakan enzim papain sebagai bahan curing untuk meningkatkan rendemen

21
pembuatan minyak kelapa, dan dibandingkan dengan penelitian Yudihapsari

(2009) yang dimana rendemen pada pembuatan kecap dengan penggunaan tepung

kedelei semakin meningkat disebabkan banyaknya protein pada tepung kedelei,

semakin tinggi kadar protein kecap whey semakin tinggi pula rendemen kecap.

Analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap persentase nilai rendemen. Rata-rata

persentase yang diperoleh dari Lama proses hidrolisis menunjukkan bahwa waktu

yang dibutuhkan tidak berpengaruh terhadap presentase nilai rendemen. Pada

lama waktu hidrolisis pada lama proses hidrolis 30 menit tidak jauh berbeda

dengan 45 dan 60 menit namun cenderung hampir sama dan meningkat,

kemungkinan jika lama waktu hidrolisis di tingkatkan lagi memungkinkan nillai

rendemen akan meningkat.

Kadar Protein

Hasil penelitian terhadap rata-rata Kadar Protein kecap dengan jenis bahan

hidrolisis dan lama waktu hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Kadar Protein (%) dengan Pengaruh Jenis Bahan


Hidrolisis dan Lama Proses Hidrolisis.
Lama Jenis Hidrolisis
Hidrolisis Rata-rata
(menit) Asam Basa Enzim
30 4,36 3,34 5,51 4,40a
45 3,65 4,15 5,19 4,33a
60 4,05 5,06 5,32 4,81b
Rata-rata 4,02a 4,18a 5,34b
Keterangan :Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan
(P<0,01).

22
Analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pengunaan jenis bahan

hidrolisis berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap persentase kadar protein.

Uji beda nyata terkecil pada rata-rata rendemen kecap yang dihasilkan dengan

penggunaan jenis bahan hidrolisis yang berbeda pada Tabel 7 menunjukkan

bahwa penggunaan asam dan basa tidak berbeda cenderung sama, sementara

untuk asam dengan enzim maupun basa dengan enzim berbeda nyata. Hal ini

dikarenakan banyaknya protein yang terpecah sehingga makin banyak asam

amino yang terbentuk akibat konsentrasi dari bahan hidrolisis terutama

penggunaan bahan hidrolisis enzim sebagaimana yang dinyatakan oleh Winarno

(1993) bahwa enzim papain memiliki daya katalik yang lebih besar jika

dibandingkan dengan enzim katalik sintetik, sehingga mampu menghidrolisis

protein daging cepat. Selain itu kandungan protein pada enzim juga tinggi yang

memungkinkan penambahan protein pada kecap pada proses hidrolis, Oleh sebab

itu papain mempunyai potensi yang baik dalam pengolahan pangan. Hasil yang

diperoleh dari enzim papain masih mempunyai gugus amino yang sama dengan

protein awalnya. Poesponegoro (1974) menambahkan bahwa perlakuan panas

selama perebusan sangat mempengaruhi kerentanan protein. Perebusan dapat

meningkatkan mutu bahan sumber protein tetapi panas yang berlebihan dapat

mengurangi nilai proteinnya. Kadar protein kecap dari bahan usus ayam ini sudah

memenuhi standar yang dimana standar protein kecap minimum 2,5 % (Anonim,

2005) .

Analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

berpengaruh nyata terhadap persentase nilai kadar protein kecap. Uji beda nyata

terkecil menunjukkan berbeda nyata terhadap kadar protein kecap dimana dapat

23
dilihat bahwa lama waktu hidrolis 30 menit dan 45 menit cenderung hampir sama

sedangkan untuk lama waktu hidrolisis untuk 60 menit jauh lebih tinggi nilai

kadar proteinya, ini disebabkan bahwa selisih waktu 30 menit dan 45 menit lebih

sedikit dibandingkan dengan lama proses hidrolis 60 menit. Semakin lama proses

hidrolisis kadar protein juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan lamanya

proses hidrolisis berlangsung yang dimana banyaknya protein larut dan terurai

sehingga makin banyak pula kadar protein yang ada pada kecap, kemungkinan

besar jika waktu / lama proses hidrolisis di tingkatkan lagi akan memungkinkan

presentase nilai kadar protein pada kecap juga akan meningkat. Hal ini

mendukung pendapat de-Man (1989) bahwa peningkatan waktu curing dan

konsentrasi bahan menyebabkan serabut kolagen menyusut penyusutan

menyebabkan struktur kolagen pecah menjadi struktur yang tidak teratur dan

akhirnya mengalami proses pelarutan.

Interaksi antara penggunanaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses


hidrolisis terhadap persentase nilai kadar protein Kecap.

Analisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa interaksi yang ada pada

jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis yang digunakan pada kecap

adalah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase kadar protein. Hal

ini memperlihatkan bahwa kedua faktor tersebut saling mempengaruhi terhadap

persentase nilai kadar protein yaitu pada penggunaan jenis hidrolisis asam dan

enzim semakin lama proses hidrolisis maka persentase kadar protein akan

cenderung menurun sedangkan pada penggunaan basa semakin meningkat dan

mendekati nilai kadar protein pada penggunaan jenis hidrolisis enzim yang lebih

tinggi.

24
Hubungan antara penggunaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses

hidrolisis terhadap persentase kadar protein (Gambar 2).

6.00

5.00
Kadar Protein( %)

4.00

3.00 asam
basa
2.00 enzim

1.00

0.00 30 45 60
30 menit 45 menit 60 menit
LamaLama
Hidrolisis (menit)
hidrolisis

Gambar 2. Interaksi antara Penggunaan Jenis Bahan Hidrolisis dengan


Lama Proses Hidrolisis terhadap Kadar Protein Kecap.

Uji Viskositas (Tingkat Kekentalan)

Hasil penelitian terhadap rata-rata Uji Viskositas (Kekentalan) kecap

manis dengan jenis bahan hidrolisis dan lama waktu hidrolisis dapat dilihat pada

tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Viskositas (kekentalan cps) dengan Pengaruh Jenis


Bahan Hidrolisis dan Lama Proses Hidrolisis.
Lama Jenis Hidrolisis (cps)
Hidrolisis Rata-rata
(menit) Asam Basa Enzim
30 529,66 441,00 954,00 641,55
45 403,66 410,00 1154,33 656,00
60 455,00 608,66 1255,33 773,00
Rata-rata 462,77a 486,55a 1121,22b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P< 0,01).

25
Analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis berpengaruh sangat nyata (P< 0,01) terhadap tingkat kekentalan kecap.

Uji beda nyata terkecil terhadap tingkat kekentalan kecap berbeda nyata, ini

ditunjukkan bahwa antara perlakuan pemberian jenis hidrolisis asam dan basa

tidak berbeda/cenderung sama, sementara berbeda nyata antara pemberian jenis

hidrolisis asam dan enzim, begitupun basa dan enzim. Hal ini disebabkan karena

penggunaan enzim dapat memecah lebih banyak kandungan protein pada usus

menjadi polipeptida kemudian peptida membentuk asam amino yang dapat

meningkatkan viskositas (kekentalan) kecap selama proses hidrolisis dan juga

pengaruh kadar air yang dimana juga dikemukakan Rahman et al (1992) bahwa

rendahnya nilai kadar air pada produk dapat meningkatkan nilai viskositas

produk.

Analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap tingkat kekentalan. Rata-rata persentase

yang diperoleh dari lama proses hidrolisis menunjukkan bahwa waktu yang

dibutuhkan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kekentalan kecap dapat

dilihat pada angka yang ditunjukkan pada lama waktu hidrolisis yang

menunjukkan nilai tingkat kekentalan yang cenderung sama dan tidak jauh

berbeda. Kemungkinan jika lama waktu hidrolisis di tingkatkan akan

memperlihatkan nilai tingkat kekentalan yang lebih tinggi.

26
Kadar Lemak

Hasil penelitian terhadap rata-rata Kadar Lemak kecap dengan jenis bahan

hidrolisis dan lama waktu hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Kadar Lemak (%) dengan Pengaruh Jenis Bahan


Hidrolisis dan Lama Proses Hidrolisis.

Jenis Hidrolisis
Lama Hidrolisis
Rata-rata
(menit)
Asam basa Enzim

30 4,12 2,64 2,82 3,19b

45 3,13 2,29 2,46 2,63a

60 2,61 2,22 1,90 2,24a

Rata-rata 3,29b 2,38a 2,39a


Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan
(P< 0,01).

Analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis pada kecap berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase

kadar lemak kecap. Uji beda nyata terkecil terhadap persentase kadar lemak kecap

menunjukkan bahwa antara perlakuan pemberian jenis hidrolisis basa dan enzim

tidak berbeda atau cenderung sama, sementara antara pemberian asam dan basa

maupun asam dan enzim berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua

jenis bahan hidrolisis yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan perubahan

kadar lemak yang semakin berkurang namun yang memperlihatkan kadar lemak

yang semakin menurun pada penggunaan basa dengan enzim, ini disebabkan

karena kemampuan bahan hidrolisis yang mengurai molekul protein dalam

mengikat lemak sehingga lemak yang ada pada usus secara otomatis akan

menurun hal tersebut sesuai dengan penelitian Geantaresa dan Supriyanti (2010)

27
yang menggunakan enzim papain dalam pembuatan keju cottage yang

mengakibatkan kadar lemak menurun. Selain itu said,dkk (2011) menyatakan

bahwa peningkatan kadar lemak kemungkinan disebabkan oleh semakin

banyaknya molekul protein terikat lemak (lipoprotein) yang larut pada saat

dilakukan proses curing dan terdeposisi di antara protein-protein kolagen.

Analisis ragam (Lampiran 4) menunujukkan bahwa lama proses hidrolisis

berpengaruh sangat nyata (P,0,01). Uji beda nyata terkecil terhadap persentase

nilai kadar lemak kecap menunjukan bahwa antara perlakuan lama hidrolisis 45

menit dan 60 menit tidak berbeda/cenderung sama, sementara antara lama

hidrolisis 30 menit dan 45 menit, maupun 30 menit dan 60 menit adalah berbeda

nyata. Rata-rata persentase yang diperoleh dari Lama proses Hidrolisis

menunjukkan bahwa semakin lama waktu hidrolisis maka akan semakin

berkurang pula kadar lemak yang ada pada kecap. Hal ini disebakan karena waktu

yang dibutuhkan untuk mengikat molekul protein oleh lemak sangat lama karena

kandungan lemak yang banyak pada usus. Sehingga semakin lama proses

hidrolisis maka semakin berkurang pula kadar lemak pada kecap meskipun kadar

lemak tidak memenuhi standar SNI kecap yang terbuat dari kedelei, kemungkinan

besar jika lama proses hidrolisis di tingkatkan memungkinkan kadar lemak pada

kecap akan menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1980b)

menyatakan lemak dapat dipecah oleh mikroba atau enzim tertentu untuk

menghasilkan asam lemak.

28
Kadar Air

Hasil penelitian terhadap rata-rata Kadar Air kecap dengan jenis bahan

hidrolisis dan lama waktu hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Kadar Air (%) dengan Pengaruh Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis.

Lama Jenis Hidrolisis


Hidrolisis Rata-rata
(menit) asam Basa enzim

30 60,66 51,26 51,35 54,42c


45 54,04 51,06 50,59 51,90b
60 45,46 49,92 50,38 48,59a
Rata-rata 53,39b 50,75a 50,77a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan (P< 0,05).

Analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis pada kecap berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase kadar air.

Uji beda nyata terkecil terhadap persentase kadar air kecap menunjukkan

perbedaan nyata antara perlakuan pemberian jenis hidrolisis asam dan basa,

begitupun antara asam dan enzim. Sementara tidak berbeda/cenderung sama

antara perlakuan pemberian jenis hidrolisis basa dan enzim. Hal ini dipengaruhi

oleh penggunaan air yang banyak pada proses pembuatan kecap yang dimana

persentase kadar air yang rendah yang terbaik untuk produk kecap hal tersebut

disebabkan jenis hidrolisis enzim dan kapur yang dimana pada proses hidrolisis

akan memutuskan ikatan peptide yang terdapat pada protein. Proses pemutusan ini

membutuhkan air, makin aktif daya proteolitiknya maka makin banyak kebutuhan

akan air, sehingga akan menurunkan nilai aktivitas air bahan (Winarno, 1980b).

29
Analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Uji beda nyata terkecil terhadap persentase

nilai kadar air kecap menunjukkan perbedaan sangat nyata pada tiap perlakuan

lama hidrolisis yang berbeda. Rata-rata persentase yang diperoleh dari Lama

proses Hidrolisis menunjukkan bahwa semakin lama waktu hidrolisis maka akan

semakin berkurang pula kadar air yang ada pada kecap. Dimana viskositas yang

semakin tinggi memperlihatkan bahwa kandungan air yang berkurang pula, jika

lama proses hidrolisis ditingkatkan memungkinkan semakin berkurang lagi kadar

air pada kecap. Hal ini mendukung pendapat Yudihapsari (2009) yang

menyatakan bahwa Kandungan kolagen dalam protein kedelai dengan pemanasan

akan larut menjadi gelatin. Gelatin akan mengikat air dan membuat adonan

menjadi kental.

Interaksi antara penggunanaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses


hidrolisis terhadap Kadar Air Kecap.

Analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi yang ada pada

jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis yang digunakan pada kecap

adalah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap Kadar air Kecap. Hal ini

memperlihatkan bahwa jenis hidrolisis dan lama proses hidrolisis berpengaruh

terhadap kadar air kecap yang dihasilkan yang dimana semakin lama proses

hidrolisisnya maka kadar air akan cenderung menurun pada setiap jenis hidrolisis.

Hubungan antara penggunaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses

hidrolisis terhadap persentase kadar air (Gambar 3).

30
70.00

60.00

50.00
Kadar Air (%)

40.00
asam
30.00 basa
20.00 enzim

10.00

0.00 30 45 60
30 menit 45 menit 60 menit

LamaLama hidrolisis(menit)
Hidrolisis

Gambar 3. Interaksi antara Penggunaan Jenis Bahan Hidrolisis dengan


Lama Proses Hidrolisis terhadap Kadar Air Kecap.

Kadar Abu

Hasil penelitian terhadap rata-rata Kadar Abu kecap manis dengan jenis

bahan hidrolisis dan lama waktu hidrolisis dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Kadar Abu (%) dengan Pengaruh Jenis Bahan
` Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis.
Lama Jenis Hidrolisis
Hidrolisis Rata-rata
(menit) Asam Basa enzim
30 2,08 2,10 2,89 2,36
45 2,26 2,25 2,62 2,38
60 2,41 2,34 2,63 2,46
Rata-rata 2,25 2,23 2,71
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan tidak nyata antara perlakuan (P>0,05).

Analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis pada kecap tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap persentase kadar abu

kecap. hal ini disebabkan karena kemampuan bahan hidrolisis untuk

31
menghidrolisis kadar abu pada usus sangat rendah malah cenderung meningkat

diakibatkan kandungan abu yang ada pada jenis bahan hidrolisis. Hal ini

mendukung pendapat Irma, dkk (1997) yang menyatakan bahwa Mineral

merupakan zat anorganik yang tidak mengalami perubahan karena adanya

aktivitas enzim.

Analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap persentase kadar abu. Hal ini disebabkan

tidak adanya reaksi antara lama proses tidak akan mempengaruhi persentase kadar

abu di dalam kecap ini di sebabkan karena pada usus terdapat mineral yang

dimana mineral itu tidak larut dalam proses hidrolisis, jadi berapapun lama proses

hidrolisisnya tidak akan berpengaruh terhadap nilai kadar abu. Hal ini mendukung

pernyataan Agus Budiyanto dan Yulianingsih (2007) bahwa abu merupakan

residu atau sisa pembakaran bahan organik yang berupa bahan anorganik.

Uji Organoleptik Warna

Hasil penelitian terhadap rata-rata Uji Organoleptik Warna kecap dengan

jenis bahan hidrolisis dan lama waktu hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata Uji Organoleptik Warna dengan Pengaruh Jenis


Bahan Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis.

Lama Jenis Hidrolisis


Hidrolisis Rata-rata
(menit) Asam Basa enzim

30 2.97 3.10 3.43 3.17


45 3.26 3.53 2.96 3.25
60 3.20 3.63 2.90 3.24

Rata-rata 3.14a 3.42b 3.10a


Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P< 0.05).

32
Analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis kecap berpengaruh nyata (P< 0.05) terhadap uji organoleptik warna . Uji

beda nyata terkecil terhadap uji organoleptik warna kecap menunjukkan

perbedaan nyata antara perlakuan pemberian jenis hidrolisis asam dan basa,

begitupun antara perlakuan basa dan enzim. Sementara tidak berbeda/cenderung

sama antara perlakuan pemberian jenis hidrolisis asam dan enzim. Hal ini karena

jenis hidrolisis kapur lebih berpengaruh terhadap warna kecap yang dihasilkan

selain itu adanya reaksi mailard antara asam amino dan gula reduksi yang terjadi

selama pengolahan sehingga menyebabkan warna kecoklatan. Selain itu juga

disebabkan adanya reaksi karamelisasi gula akibat selama pemasakan. Menurut

Soraya (2008) bahwa proses pemanasan dapat menyebabkan reaksi pencoklatan

yang meliputi flavour dan warna dari bahan pangan. Hal ini juga mendukung

pendapat Nurlela (2002) yang menyatakan bahwa rasa karamel pada gula merah

diduga disebabkan adanya reaksi karamelisasi akibat pemanasan selama

pemasakan. Karamelisasi juga menyebabkan timbulnya warna coklat pada gula

merah.

Analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

tidak berpengaruh (P> 0,05) terhadap persentase warna kecap manis. Rata-rata

warna kecap yang ditujukkan pada tiap perlakuan tidak berbeda nyata karena

menunjukkan angka cenderung sama. Hal ini menunjukkan penilaian panelis

terhadap warna kecap tidak hitam dan juga tidak mendekati sangat hitam, ini

disebabkan semakin banyak filtrat yang dihasilkan, maka penambahan gula juga

semakin tinggi. Penambahan gula yang tinggi menyebabkan warna pada kecap

manis semakin berwarna gelap atau kecoklatan. Hal ini mendukung pendapat

33
Soraya (2008) yang menyatakan bahwa kenaikan nilai kecerahan warna yaitu

warna gelap kecap manis juga disebabkan oleh proses karamelisasi dan

penambahan bumbu-bumbu.

Menurut Syarief dan Irawati (1988), karamelisasi merupakan pemecahan

sukrosa menjadi molekul glukosa dan fruktosa, kemudian dengan suhu tinggi

akan mengeluarkan sebuah molekul air dari setiap molekul gula sehingga

terbentuk glukosa, proses pemecahan serta dehidrasi ini dilanjutkan dengan

polimerisasi, disertai timbulnya beberapa jenis asam. Tahap polimerisasi ini

merupakan tahap pembentukan warna gelap.

Interaksi antara penggunanaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses


hidrolisis terhadap Uji Organoleptik Warna Kecap.

Analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa interaksi yang ada pada

jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis yang digunakan pada kecap

adalah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap Uji Organoleptik Warna

Kecap. Hal ini memperlihatkan bahwa jenis hidrolisis asam dan basa

semakinlama waktu hidrolisisnya cenderung meningkat mendekati skala warna

kecap hitam dan jika dibandingkan dengan jenis bahan hidrolisis enzim yang

semakin lama semakin menurun memperlihatkan penilaian panelis mendekati

skala warna kecap sangat tidak hitam.

Hubungan antara penggunaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses

hidrolisis terhadap Uji Organoleptik Warna Kecap (Gambar 4 ).

34
4.00

3.50

3.00

2.50
Warna

2.00 asam

1.50 basa
enzim
1.00

0.50

0.00
30 menit 45 menit 60 menit
Lama hidrolisis

Gambar 4. Interaksi antara Penggunaan Jenis Bahan Hidrolisis dengan


Lama Proses Hidrolisis terhadap Uji Organoleptik Warna
Kecap.

Uji Organoleptik Aroma

Hasil penelitian terhadap rata-rata Uji Organoleptik Aroma kecap dengan

jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-rata Uji Organoleptik aroma Kecap dengan Pengaruh


Jenis Bahan Hidrolisis dan Lama Proses Hidrolisis
Lama Jenis Hidrolisis
Hidrolisis Rata-rata
(menit) Asam basa enzim

30 3,33 2,93 3,13 3,13

45 3,06 3,06 2,90 3,01

60 3,30 3,16 2,90 3,12

Rata-rata 3,23b 3,05ab 2,98a


Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P< 0,01).

Analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik aroma . Uji beda

nyata terkecil berbeda nyata terhadap persentase aroma kecap yang

35
memperlihatkan jenis asam sama dengan basa begitupun basa dengan enzim sama

dan yang berbeda pada asam dan enzim yang dimana asam lebih mendekati skala

aroma khas kecap. Asam lebih baik menghidrolis dibandingkan dengan enzim dan

basa yang dapat mempengaruhi uji organoleptik aroma kecap yang dimana

protein yang yang ada pada usus terdenaturasi dengan baik dan menyebabkan

aroma kecap lebih tercium, selain itu parameter organoleptik aroma sangat

berkaitan dengan rasa yang ditimbulkan. Hal ini mendukung pendapat Winarno

(1993) yang menyatakan bahwa parameter organoleptik untuk rasa ini banyak

berkaitan dengan aroma yang dihasilkan oleh kecap tersebut karena dalam

menentukan rasa dalam suatu makanan diperlukan penunjang lain diantaranya

adalah indera penciuman. Pada umumnya aroma yang diterima oleh hidung dan

otak merupakan campuran dari 4 macam aroma utama yaitu harum, asam, tengik

dan hangus.

Analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap persentase aroma kecap dimana semakin

lama waktu hidrolis maka tidak akan berpengaruh terhadap uji organoleptik

qaroma kecap yang menunjukkan skala netral. Hal ini disebabkan karena protein

diurai menjadi asam amino bebas dan peptida yang kemudian akan diubah

menjadi senyawa-senyawa pembentuk aroma. Disamping itu pengaruh dari aroma

bumbu-bumbu yang khas untuk kecap juga berperan dalam pembentukan aroma.

Menurut Istianah (2001) bahwa gula merah mempunyai aroma yang khas karena

mengandung benzil alkohol yang merupakan senyawa aromatik yang mudah

menguap.

36
Uji Organoleptik Rasa

Hasil penelitian terhadap rata-rata Uji Organoleptik Rasa kecap dengan

jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata-rata Uji Organoleptik Rasa dengan Pengaruh Jenis


Bahan Hidrolisis dan Lama Proses Hidrolisis.
Lama Jenis Hidrolisis
Hidrolisis Rata-rata
(menit) asam Basa enzim
30 3,07 2,57 3,37 3,00a
45 3,36 3,43 3,23 3,34ab
60 3,13 3,40 3,16 3,23a
Rata-rata 3,19 3,13 3,25
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan (P< 0,01).

Analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap uji organoleptik rasa kecap. Rata

– rata persentase nilai uji organoleptik memperlihatkan pada tiap jenis bahan

hidrolisis cenderung hampir sama dan menunujukkan skala netral. Hal ini

dikarenakan kemampuan bahan hidrolisis mampu menghidrolisis atau memecah

protein sehingga terasa kecap manis. Selain itu, rasa kecap yang dihasilkan

tergantung pada keseimbangan campuran bahan-bahan pembuat kecap dan mutu

bahan baku serta teknologi proses yang digunakan. Hal ini mendukung pendapat

Soraya (2008) yang menyatakan bahwa campuran bumbu berguna untuk

menambah aroma, cita rasa dan tujuan utama pemakaian rempah-rempah pada

masakan adalah meningkatkan cita rasa yang enak dan gurih, sehingga mampu

membangkitkan selera makan. Penambahan bumbu pada kecap sebagai perasa dan

pemberian gula pada kecap sebagai pemanis.

37
Analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa lama proses hidrolisis

berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik rasa. Uji beda nyata terkecil

berbeda nyata terhadap Uji organoleptik rasa kecap dimana pada lama waktu

hidrolisis 30 menit dan 45 menit cenderung sama begitupun 45 menit dan 60 dan

yang berbeda pada 30 meit dan 60 menit yang menuunjukkan skala mendekati

rasa sangat manis. Jika lama waktu hidrolisis ditingkatkan memungkinkan nilai

uji organoleptik rasa akan mencapai skala yang menunjukkan sangat manis. Hal

ini dipengaruhi oleh konsentrasi bahan hidrolisis dan semakin lama proses

hidrolisis maka semakin tinggi substrat yang terhidrolisis, maka hasil filtrat gula

merah semakin banyak yang dihasilkan. Rasa manis juga disebabkan adanya

penambahan gula merah yang mengandung beberapa jenis gula seperti sukrosa,

fruktosa, glukosa, dan maltose. Selain itu, adanya penambahan bumbu-bumbu

salah satunya penambahan kedelai hitam sehingga diperoleh rasa manis. Hal ini

mendukung pendapat Ebine (1979) yang menyatakan bahwa untuk

menghilangkan rasa pahit yang disebabkan oleh adanya pemecahan protein

kedelai oleh enzim protease. Hal ini juga mendukung pendapat Yudihapsari

(2009) yang menyatakan bahwa kecap asin diperoleh dari filtrat hasil ekstraksi

tanpa atau ditambah sedikit gula, sedangkan kecap manis diperoleh dari

pengenceran dengan penambahan gula sehingga diperoleh rasa manis.

Interaksi antara penggunanaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses


hidrolisis terhadap Uji Organoleptik Rasa Kecap.

Analisis ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa interaksi yang ada pada

jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis yang digunakan pada kecap

adalah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap Uji Organoleptik Warna

Kecap. Hal ini memperlihatkan bahwa jenis hidrolisisbasa dan enzim semakin

38
lama waktu hidrolisis penilaian panelis cenderung menurun mendekati skala pahit

sedangkan jenis hidrolisis basa semakin lama waktu hidrolisis maka akan semakin

meningkat penilain panelis yang mendekati skala sangat manis.

Hubungan antara penggunaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses

hidrolisis terhadap uji organoleptik rasa kecap (Gambar 5).

4.00
3.50
3.00
2.50
Rasa

2.00 asam
1.50 basa
1.00
enzim
0.50
0.00
30 menit 45 menit 60 menit
Lama hidrolisis

Gambar 5. Interaksi antara Penggunaan Jenis Bahan Hidrolisis dengan


Lama Proses Hidrolisis terhadap Uji Organoleptik Rasa Kecap.

Tingkat Kesukaan (Hedonik)

Hasil penelitian terhadap rata-rata Tingkat Kesukaan kecap dengan jenis

bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata Tingkat Kesukaan dengan Pengaruh Jenis Bahan


Hidrolisis dan Lama Proses Hidrolisis
Lama Jenis Hidrolisis
Hidrolisis Rata-rata
(menit) asam basa enzim

30 2,30 2,73 2,80 2,61a


45 2,60 3,17 2,37 2,71a
60 2,80 3,13 2,90 2,94b

Rata-rata 2,57a 3,01b 2,69a


Keterangan : Superskrip yang berbeda pada pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan
(P< 0,01).

39
Analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa penggunaan jenis bahan

hidrolisis berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat kesukaan kecap.

Uji beda nyata terkecil menunjukkan berbeda nyata terhadap persentase tingkat

kesukaan kecap. Perlakuan penggunaan bahan hidrolisis asam dan enzim tidak

berbeda namun berbeda pada penggunaan basa yang menunjukkan skor suka

terhadap kecap.

Analisis ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa Lama proses hidrolisis

berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat kesukaan. Uji beda nyata

terkecil berbeda nyata terhadap persentase tingkat kesukaan pada lama waktu

hidrolisis 30 menit dan 45 menit tidak berbeda namun berbeda pada 30 menit dan

60 menit dan 45 menit dan 60 menit. Rata-rata persentase tingkat kesukaan yang

diperoleh menunjukkan bahwa semakin Lama proses hidrolisis maka semakin

tinggi persentase tingkat hedonik yang dihasilkan . Rata-rata panelis pada

pengujian hedonik (tingkat kesukaan) memilih mendekati angka 3 yaitu agak suka

Interaksi antara penggunanaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses


hidrolisis terhadap Tingkat Kesukaan Kecap.

Analisis ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa interaksi yang ada

pada jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis yang digunakan pada kecap

adalah berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase kadar protein. Pada

jenis hidrolisis asam dan basa semakin lama tingkat kesukaan panelis semakin

meningkat mendekati skor suka dan penggunaan jenis hidrolis enzim semakin

lama cenderung meningkat mendekati nilai asam dan basa.

Hubungan antara penggunaan jenis bahan hidrolisis dengan lama proses

hidrolisis terhadap tingkat kesukaan kecap (Gambar 6).

40
3.50
3.00

Kesuakaan 2.50
2.00
asam
1.50
basa
1.00
enzim
0.50
0.00
30 menit 45 menit 60 menit
Lama hidrolisis

Gambar 6. Interaksi antara Penggunaan Jenis Bahan Hidrolisis dengan


Lama Proses Hidrolisis terhadap Tingkat Kesukaan Rasa
Kecap.

41
KESIMPULAN
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa :

1. Penggunaan jenis bahan hidrolisis hidrolisis dalam pembuatan kecap usus

ayam dapat meningkatkan nilai Rendemen, kadar protein, viskositas, uji

organoleptik warna, aroma, tingkat kesukaan dan menurunkan nilai

persentase kadar lemak dan air.

2. Penggunaan lama waktu proses hidrolisis dalam pembuatan kecap dapat

meningkatkan nilai kadar protein, rasa, tingkat kesukaan, dan menurunkan

nilai persentase kadar lemak dan air.

3. Penggunaan jenis bahan hidrolisis dan lama proses hidrolisis terdapat

interaksi pada kadar protein, air, uji organoleptik warna , rasa dan tingkat

kesukaan.

4. Perlakuan yang terbaik adalah dengan penggunaan jenis hidrolisis enzim

dan lama waktu hidrolisis selama 60 menit.

Saran

Pada proses pembuatan kecap sebaiknya menggunakan bahan baku usus

ayam ras pedaging dengan jenis bahan hidrolisis enzim dan lama waktu hidrolisis

60 menit.

42
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011a. http://lordbroken.wordpress.com/2011/07/09/serba-serbi-


pembuatan- dan-kandungan-kecap/. [Diakses Pada tanggal 27
September 2011.]

Anonim. 2011b.Tentang pengolahan pangan kecap. http : // www . iptek .


net . id / ind / warintek / ? mnu=6&ttg=6&doc=6c07. [Diakses
pada tanggal 27 September 2011.]

Anonim. 2011c. Tiada hari tanpa kecap http : // web . ipb . ac . id / ~ tpg / de
/ pubde_tknprcss_kecap.php. [diakses pada tanggal 27 september 2011.]

Anonim. 2011d ttp : // fauzanagazali . wordpress . com / kelas-xi / semester-ii / 7-


hidrolisis-garam / pengertian-hidrolisis-garam /[Diakses Pada tanggal 27
September 2011.]

Anonim. 2009. Kecap Shoyu sebagai Peyedap. Http://Ptp2007.Wordpress.Com/


2009/02/04/Kecap-Shoyu-Sebagai-Penyedap-Fungsional/. Diakses 26
September 2011.
Anonim. 2005. Spesifikasi Persyaratan Mutu Kecap Manis.
http://www.Bppjatim.or.id/pagesstandarisasi/kecap-kedelai.php. Bahan
Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Timur. Diakses 22 Juni 2012.

Anonim. 1973. Standar Industri Indonesia (SII) 0032-73, Mutu dan Cara Uji
Kecap. Departemen Perindustrian RI, Jakarta.

Anonim. 1999. Standar Kualitas Kecap. Standar Industri Indonesia (SII). Jakarta.

Anonim. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan, Bharata. Jakarta.

Anonim. 1994. Standar Mutu Kecap Manis. Dewan Standardisasi. Nasional (SNI)
01-3543-1994. Jakarta.

Agus Budyanto dan Yulianingsih. 2007. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi
terhadap Karakter Rektin dari Ampas Jeruk Siam (Citrus nobilis L).
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

43
Ariwianti, I.D., Cahyan, K. A. 2008. Pembuatan Minyak Kelapa dari Santan
secara Enzimatis Menggunakan Enzim Papain dengan Penambahan Ragi
Tempe. Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Dipanegara. Semarang.

Astawan, M dan M.W. Astawan, 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati


Tepat Guna. Akademi Presindo, Jakarta. Hal 122,185.

Baihaki., Meirizky, R., Resta, Nove, Kartika S., Imade, A. 2010. Pemanfaatan
Usus Ayam Sebagai Upaya Pemulihan Terhadap Akibat Flu Burung.
Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Lampung, Lampung.

Carolyne, N. 2011. Standar Kualitas Kecap. http://www.kaskus.us/showthread.


php?p=537699393. Diakses : 1 November 2011.

De-Man, J.M. 1989. Kimia Makanan. Edisi Kedua. Penerjemah: K. Padmawinata.


ITB Press, Bandung.

Ebine, H. 1979. International Symposium on Microbial Aspect of Food Storage,


Processing and Fermentation in Tropical Asia. FTDC IPB. Bogor.

Geantaresa, E., Supriyanti T, FM. 2010. Pemanfaatan ekstrak kasar papain


sebagai koagulan pada pembuatan keju conttage menggunakan
bakteri.Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksohaprojo dan D.T. Allen. 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Irma K., Dede Z., Arief., Ela TS. 1997. Pengaruh Konsentrasi Getah
Pepaya(Carica papaya, Linn) Dan Waktu Hidrolisis Terhadap Hidrolisat
Protein Kepala Udang Windu(Karapaks penaeus monodon).FTI-UNPAS.

Istianah, A. 2001. Pembuatan Kecap Kupang Merah (Musceelita senhausia)


Kajian Lama Waktu Inkubasi dan Konsentrasi Enzim Papain terhadap
Sifat Fisik Kimia dan Organoleptik. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang.

Megawati, D.H. 2011. Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler
yang Diberi Pakan Nabati dan Komersial. Skripsi. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.

Moeljohardjo, D. S., 1991. Fermentasi, Pembusukan dan Pengawetan. Pengantar


Biokimia 201. Departemen Biokimia-FKV IPB, Bogor.

Murtidjo. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

Nurlela, E. 2002. Kajian Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Warna Gula


Merah. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. IPB. Bogor.

44
Poesponegoro, M. 1974. Pengaruh Faktor-Faktor Tertentu dalam Pembuatan
Kecap secara Fermentasi. Proceding Seminar Teknologi Pangan III. Balai
Penelitian Kimia. Departemen Perindustrian. Bogor.

Purnama. 1992. Nutrisi Usus Ayam. Di dalam Baihaki, M. Ramadhanti, Resta,


N.K. Sari, I. Areopagus. 2010. Pemanfaatan Usus Ayam Sebagai Upaya
Pemulihan Terhadap Akibat Flu Burung. Jurusan Peternakan Politeknik
Negeri Lampung.

Purwoko, T. 2007. Kandungan Protein Kecap Manis tanpa Fermentasi Moromi


Hasil Fermentasi Rhizopus Oryzae dan R. Oligosporus. Jurusan Biologi
Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rahman, A. 1992. Teknologi Fermentasi industrial. Bogor :ARCAN.

Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Said, M.I., J.C.Likadja dan M.Hatta. 2011. Pengaruh Waktu dan Konsentrasi
Bahan Curing terhadap Kuantitas dan Kualitas Gelatin Kulit Kambing
yang Diproduksi melalui Proses Asam. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Peternakan (JITP) Vol 1 (2) : 119-128, ISSN 2086-6216.
Soraya, M. R. 2008. Kajian Suhu dan pH Hidrolisis Enzimatik dengan Papain
Amobil terhadap Kualitas Kecap Cakar Ayam. Program Studi Teknologi
Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Suprihatin, D. 2008. Analisis Pendapatan Pengusaha Ayam Potong. Skripsi.


Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian.


Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F.G. 1980a, Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia, Jakarta.

Winarno, F.G. 1980b. Enzim Pangan. Pusbangtepa/FTDC-IPB, Bogor.

Yudihapsari, E. 2009. Kajian Kadar Protein, pH, Viskositas dan Rendemen Kecap
Whey dari Berbagai Tingkat Penggunaan Tepung Kedelai. Program Studi
Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Malang.

45
LAMPIRAN 1 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai
Rendemen Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:RENDEMEN

JENIS_HI
DROLISI lama_hidr
S olisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 29.8600 .00000 3
B2 32.5267 2.30940 3
B3 32.2333 3.25191 3
Total 31.5400 2.36237 9
A2 B1 31.1933 2.30940 3
B2 33.8600 .00000 3
B3 31.1933 2.30940 3
Total 32.0822 2.10819 9
A3 B1 37.8000 3.86718 3
B2 38.5467 1.03346 3
B3 42.8367 2.15929 3
Total 39.7278 3.27301 9
Total B1 32.9511 4.31634 9
B2 34.9778 3.01633 9
B3 35.4211 6.02309 9
Total 34.4500 4.57109 27

46
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:RENDEMEN
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 448.746a 8 56.093 10.682 .000
Intercept 32043.668 1 32043.668 6.102E3 .000
JENIS_HIDROLISIS 377.365 2 188.682 35.931 .000
lama_hidrolisis 31.214 2 15.607 2.972 .077
JENIS_HIDROLISIS *
40.167 4 10.042 1.912 .152
lama_hidrolisis
Error 94.521 18 5.251
Total 32586.935 27
Corrected Total 543.268 26
a. R Squared = .826 (Adjusted R Squared = .749)

Post Hoc Tests

JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:RENDEMEN
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 -.5422 1.08024 .622 -2.8117 1.7273
A3 -8.1878* 1.08024 .000 -10.4573 -5.9183
A2 A1 .5422 1.08024 .622 -1.7273 2.8117
*
A3 -7.6456 1.08024 .000 -9.9151 -5.3760
A3 A1 8.1878* 1.08024 .000 5.9183 10.4573
A2 7.6456* 1.08024 .000 5.3760 9.9151
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 5.251.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

47
Homogeneous Subsets

RENDEMEN
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
a
Duncan A1 9 31.5400
A2 9 32.0822
A3 9 39.7278
Sig. .622 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 5.251.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

48
LAMPIRAN 2 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai
Protein Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:PROTEIN

JENIS_HI
DROLISI lama_hidr
S olisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 4.3600 .23516 3
B2 3.6567 .50817 3
B3 4.0500 .16371 3
Total 4.0222 .42222 9
A2 B1 3.3400 .60655 3
B2 4.1500 .13748 3
B3 5.0600 .07000 3
Total 4.1833 .80824 9
A3 B1 5.5100 .50239 3
B2 5.1933 .45369 3
B3 5.3267 .44613 3
Total 5.3433 .42811 9
Total B1 4.4033 1.02610 9
B2 4.3333 .76315 9
B3 4.8122 .63073 9
Total 4.5163 .81969 27

49
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PROTEIN
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 14.690a 8 1.836 11.896 .000
Intercept 550.717 1 550.717 3.568E3 .000
JENIS_HIDROLISIS 9.351 2 4.675 30.287 .000
lama_hidrolisis 1.204 2 .602 3.901 .039
JENIS_HIDROLISIS *
4.135 4 1.034 6.697 .002
lama_hidrolisis
Error 2.779 18 .154
Total 568.186 27
Corrected Total 17.469 26
a. R Squared = .841 (Adjusted R Squared = .770)

Post Hoc Tests


JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:PROTEIN
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 -.1611 .18521 .396 -.5502 .2280
A3 -1.3211* .18521 .000 -1.7102 -.9320
A2 A1 .1611 .18521 .396 -.2280 .5502
A3 -1.1600* .18521 .000 -1.5491 -.7709
A3 A1 1.3211* .18521 .000 .9320 1.7102
A2 1.1600* .18521 .000 .7709 1.5491
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .154.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

50
Homogeneous Subsets

PROTEIN
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
Duncana A1 9 4.0222
A2 9 4.1833
A3 9 5.3433
Sig. .396 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .154.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

lama_hidrolisis

Multiple Comparisons
Dependent Variable:PROTEIN
(I) (J) 95% Confidence Interval
lama_ lama_ Mean
hidroli hidroli Difference (I- Lower
sis sis J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD B1 B2 .0700 .18521 .710 -.3191 .4591
B3 -.4089* .18521 .040 -.7980 -.0198
B2 B1 -.0700 .18521 .710 -.4591 .3191
B3 -.4789* .18521 .019 -.8680 -.0898
B3 B1 .4089* .18521 .040 .0198 .7980
B2 .4789* .18521 .019 .0898 .8680
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .154.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

51
Homogeneous Subsets

PROTEIN
lama_h Subset
idrolisi
s N 1 2
Duncana B2 9 4.3333
B1 9 4.4033
B3 9 4.8122
Sig. .710 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .154.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

52
LAMPIRAN 3:Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai
Viskositas Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:VISKOSITAS

JENIS_H
IDROLIS lama_hidr
IS olisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 5.2967E2 27.61038 3
B2 4.0367E2 13.65040 3
B3 4.5500E2 94.46163 3
Total 4.6278E2 74.01820 9
A2 B1 4.4100E2 70.16409 3
B2 4.1000E2 43.58899 3
B3 6.0867E2 91.13360 3
Total 4.8656E2 111.12955 9
A3 B1 9.5400E2 314.66172 3
B2 1.1543E3 247.39914 3
B3 1.2553E3 185.64841 3
Total 1.1212E3 257.51300 9
Total B1 6.4156E2 287.33348 9
B2 6.5600E2 394.35992 9
B3 7.7300E2 384.98571 9
Total 6.9019E2 349.93846 27

53
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:VISKOSITAS
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2.745E6a 8 343064.093 14.055 .000
Intercept 1.286E7 1 1.286E7 526.914 .000
JENIS_HIDROLISIS 2510748.741 2 1255374.370 51.430 .000
lama_hidrolisis 93525.852 2 46762.926 1.916 .176
JENIS_HIDROLISIS *
140238.148 4 35059.537 1.436 .263
lama_hidrolisis
Error 439367.333 18 24409.296
Total 1.605E7 27
Corrected Total 3183880.074 26
a. R Squared = .862 (Adjusted R Squared = .801)

Post Hoc Tests

JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:VISKOSITAS
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 -23.7778 73.64977 .751 -178.5102 130.9546
A3 -658.4444* 73.64977 .000 -813.1769 -503.7120
A2 A1 23.7778 73.64977 .751 -130.9546 178.5102
A3 -634.6667* 73.64977 .000 -789.3991 -479.9342
A3 A1 658.4444* 73.64977 .000 503.7120 813.1769
A2 634.6667* 73.64977 .000 479.9342 789.3991
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 24409.296.

54
Multiple Comparisons
Dependent Variable:VISKOSITAS
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 -23.7778 73.64977 .751 -178.5102 130.9546
A3 -658.4444* 73.64977 .000 -813.1769 -503.7120
A2 A1 23.7778 73.64977 .751 -130.9546 178.5102
A3 -634.6667* 73.64977 .000 -789.3991 -479.9342
A3 A1 658.4444* 73.64977 .000 503.7120 813.1769
A2 634.6667* 73.64977 .000 479.9342 789.3991
*. The mean difference is significant at the .05 level.

Homogeneous Subsets

VISKOSITAS
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
Duncana A1 9 4.6278E2
A2 9 4.8656E2
A3 9 1.1212E3
Sig. .751 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) =
24409.296.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

55
LAMPIRAN 4 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai Kadar
Lemak

Descriptive Statistics

Dependent Variable:LEMAK

JENIS_HI
DROLISI lama_hidr
S olisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 4.1167 .60352 3
B2 3.1300 .43209 3
B3 2.6100 .79956 3
Total 3.2856 .85837 9
A2 B1 2.6367 .30436 3
B2 2.2900 .15395 3
B3 2.2233 .55734 3
Total 2.3833 .37904 9
A3 B1 2.8200 .18330 3
B2 2.4667 .95112 3
B3 1.9033 .26083 3
Total 2.3967 .64177 9
Total B1 3.1911 .78153 9
B2 2.6289 .65258 9
B3 2.2456 .59026 9
Total 2.6885 .76339 27

56
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:LEMAK
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 9.905a 8 1.238 4.247 .005
Intercept 195.160 1 195.160 669.510 .000
JENIS_HIDROLISIS 4.813 2 2.406 8.256 .003
lama_hidrolisis 4.071 2 2.036 6.984 .006
JENIS_HIDROLISIS *
1.021 4 .255 .875 .498
lama_hidrolisis
Error 5.247 18 .291
Total 210.311 27
Corrected Total 15.152 26
a. R Squared = .654 (Adjusted R Squared = .500)

Post Hoc Tests

JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:LEMAK
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 .9022* .25451 .002 .3675 1.4369
A3 .8889* .25451 .003 .3542 1.4236
A2 A1 -.9022* .25451 .002 -1.4369 -.3675
A3 -.0133 .25451 .959 -.5480 .5214
A3 A1 -.8889* .25451 .003 -1.4236 -.3542
A2 .0133 .25451 .959 -.5214 .5480
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .291.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

57
Homogeneous Subsets

LEMAK
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
Duncana A2 9 2.3833
A3 9 2.3967
A1 9 3.2856
Sig. .959 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .291.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

lama_hidrolisis

Multiple Comparisons
Dependent Variable:LEMAK
(I) (J) 95% Confidence Interval
lama_ lama_ Mean
hidroli hidroli Difference (I- Lower
sis sis J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD B1 B2 .5622* .25451 .040 .0275 1.0969
B3 .9456* .25451 .002 .4108 1.4803
B2 B1 -.5622* .25451 .040 -1.0969 -.0275
B3 .3833 .25451 .149 -.1514 .9180
B3 B1 -.9456* .25451 .002 -1.4803 -.4108
B2 -.3833 .25451 .149 -.9180 .1514
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .291.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

58
Homogeneous Subsets

LEMAK
lama_ Subset
hidroli
sis N 1 2
Duncana B3 9 2.2456
B2 9 2.6289
B1 9 3.1911
Sig. .149 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .291.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

59
LAMPIRAN 5 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai Air

Descriptive Statistics

Dependent Variable:AIR
JENIS_HI
DROLISI lama_hidr
S olisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 60.6633 1.41465 3
B2 54.0433 .59028 3
B3 45.4667 3.12957 3
Total 53.3911 6.82468 9
A2 B1 51.2633 3.69717 3
B2 51.0600 1.89739 3
B3 49.9233 2.29411 3
Total 50.7489 2.45441 9
A3 B1 51.3567 2.85857 3
B2 50.5900 2.08180 3
B3 50.3833 2.00510 3
Total 50.7767 2.08055 9
Total B1 54.4278 5.27572 9
B2 51.8978 2.16828 9
B3 48.5911 3.20941 9
Total 51.6389 4.37161 27

60
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Variable:AIR
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 394.481a 8 49.310 8.668 .000
Intercept 71997.521 1 71997.521 1.266E4 .000
JENIS_HIDROLISIS 41.452 2 20.726 3.643 .047
lama_hidrolisis 154.205 2 77.102 13.553 .000
JENIS_HIDROLISIS *
198.824 4 49.706 8.737 .000
lama_hidrolisis
Error 102.403 18 5.689
Total 72494.406 27
Corrected Total 496.885 26
a. R Squared = .794 (Adjusted R Squared = .702)

Post Hoc Tests

JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:AIR
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 2.6422* 1.12438 .030 .2800 5.0045
A3 2.6144* 1.12438 .032 .2522 4.9767
A2 A1 -2.6422* 1.12438 .030 -5.0045 -.2800
A3 -.0278 1.12438 .981 -2.3900 2.3345
A3 A1 -2.6144* 1.12438 .032 -4.9767 -.2522
A2 .0278 1.12438 .981 -2.3345 2.3900
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 5.689.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

61
Homogeneous Subsets

AIR
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
Duncana A2 9 50.7489
A3 9 50.7767
A1 9 53.3911
Sig. .981 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 5.689.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

lama_hidrolisis

Multiple Comparisons
Dependent Variable:AIR
(I) (J) 95% Confidence Interval
lama_ lama_ Mean
hidroli hidroli Difference (I- Lower
sis sis J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD B1 B2 2.5300* 1.12438 .037 .1678 4.8922
B3 5.8367* 1.12438 .000 3.4744 8.1989
B2 B1 -2.5300* 1.12438 .037 -4.8922 -.1678
B3 3.3067* 1.12438 .009 .9444 5.6689
B3 B1 -5.8367* 1.12438 .000 -8.1989 -3.4744
B2 -3.3067* 1.12438 .009 -5.6689 -.9444
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 5.689.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

62
Homogeneous Subsets

AIR
lama_ Subset
hidroli
sis N 1 2 3
Duncana B3 9 48.5911
B2 9 51.8978
B1 9 54.4278
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 5.689.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

63
LAMPIRAN 6 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai Abu
Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:ABU

JENIS_HI
DROLISI lama_hidr
S olisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 2.0833 .10970 3
B2 2.2633 .44377 3
B3 2.4167 .66403 3
Total 2.2544 .42820 9
A2 B1 2.1033 .44736 3
B2 2.2567 .62268 3
B3 2.3400 .65092 3
Total 2.2333 .51352 9
A3 B1 2.8933 .44467 3
B2 2.6233 .09609 3
B3 2.6333 .12423 3
Total 2.7167 .27051 9
Total B1 2.3600 .51240 9
B2 2.3811 .42601 9
B3 2.4633 .48721 9
Total 2.4015 .46014 27

64
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Variable:ABU
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1.737a 8 .217 1.037 .445
Intercept 155.712 1 155.712 743.900 .000
JENIS_HIDROLISIS 1.343 2 .672 3.208 .064
lama_hidrolisis .054 2 .027 .128 .881
JENIS_HIDROLISIS *
.340 4 .085 .407 .801
lama_hidrolisis
Error 3.768 18 .209
Total 161.217 27
Corrected Total 5.505 26
a. R Squared = .316 (Adjusted R Squared = .011)

65
LAMPIRAN 7 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai Hasil
Uji Organoleptik Warna Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:WARNA

JENIS_HI lama_hidro
DROLISIS lisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 2.9667 .15275 3
B2 3.2667 .15275 3
B3 3.2000 .10000 3
Total 3.1444 .18105 9
A2 B1 3.1000 .10000 3
B2 3.5333 .35119 3
B3 3.6333 .37859 3
Total 3.4222 .35978 9
A3 B1 3.4333 .30551 3
B2 2.9667 .25166 3
B3 2.9000 .10000 3
Total 3.1000 .32404 9
Total B1 3.1667 .27386 9
B2 3.2556 .33582 9
B3 3.2444 .37786 9
Total 3.2222 .32146 27

66
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:WARNA
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1.687a 8 .211 3.795 .009
Intercept 280.333 1 280.333 5.046E3 .000
JENIS_HIDROLISIS .549 2 .274 4.940 .019
lama_hidrolisis .042 2 .021 .380 .689
JENIS_HIDROLISIS *
1.096 4 .274 4.930 .007
lama_hidrolisis
Error 1.000 18 .056
Total 283.020 27
Corrected Total 2.687 26
a. R Squared = .628 (Adjusted R Squared = .462)

Post Hoc Tests

JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:WARNA
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 -.2778* .11111 .022 -.5112 -.0443
A3 .0444 .11111 .694 -.1890 .2779
A2 A1 .2778* .11111 .022 .0443 .5112
A3 .3222* .11111 .010 .0888 .5557
A3 A1 -.0444 .11111 .694 -.2779 .1890
A2 -.3222* .11111 .010 -.5557 -.0888
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .056.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

67
Homogeneous Subsets

WARNA
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
Duncana A3 9 3.1000
A1 9 3.1444
A2 9 3.4222
Sig. .694 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .056.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

68
LAMPIRAN 8 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai
Hasil Uji Organoleptik Bau Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:BAU

JENIS_HI
DROLISI lama_hidr
S olisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 3.3333 .41633 3
B2 3.0667 .11547 3
B3 3.3000 .10000 3
Total 3.2333 .25495 9
A2 B1 2.9333 .11547 3
B2 3.0667 .25166 3
B3 3.1667 .05774 3
Total 3.0556 .17401 9
A3 B1 3.1333 .05774 3
B2 2.9000 .17321 3
B3 2.9000 .17321 3
Total 2.9778 .17159 9
Total B1 3.1333 .27839 9
B2 3.0111 .18333 9
B3 3.1222 .20480 9
Total 3.0889 .22418 27

69
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Variable:BAU
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .627a 8 .078 2.074 .095
Intercept 257.613 1 257.613 6.819E3 .000
JENIS_HIDROLISIS .309 2 .154 4.088 .034
lama_hidrolisis .082 2 .041 1.088 .358
JENIS_HIDROLISIS *
.236 4 .059 1.559 .228
lama_hidrolisis
Error .680 18 .038
Total 258.920 27
Corrected Total 1.307 26
a. R Squared = .480 (Adjusted R Squared = .248)

Post Hoc Tests

JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:BAU
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 .1778 .09162 .068 -.0147 .3703
A3 .2556* .09162 .012 .0631 .4481
A2 A1 -.1778 .09162 .068 -.3703 .0147
A3 .0778 .09162 .407 -.1147 .2703
A3 A1 -.2556* .09162 .012 -.4481 -.0631
A2 -.0778 .09162 .407 -.2703 .1147
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .038.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

70
Homogeneous Subsets

BAU
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
Duncana A3 9 2.9778
A2 9 3.0556 3.0556
A1 9 3.2333
Sig. .407 .068
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .038.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

71
LAMPIRAN 9 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai
Hasil Uji Organoleptik Rasa Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:RASA

JENIS_HI lama_hidro
DROLISIS lisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 3.0667 .11547 3
B2 3.3667 .15275 3
B3 3.1333 .15275 3
Total 3.1889 .18333 9
A2 B1 2.5667 .11547 3
B2 3.4333 .56862 3
B3 3.4000 .30000 3
Total 3.1333 .53619 9
A3 B1 3.3667 .23094 3
B2 3.2333 .05774 3
B3 3.1667 .05774 3
Total 3.2556 .15092 9
Total B1 3.0000 .37749 9
B2 3.3444 .30867 9
B3 3.2333 .21213 9
Total 3.1926 .32925 27

72
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:RASA
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1.725a 8 .216 3.550 .012
Intercept 275.201 1 275.201 4.531E3 .000
JENIS_HIDROLISIS .067 2 .034 .555 .584
lama_hidrolisis .556 2 .278 4.579 .025
JENIS_HIDROLISIS *
1.101 4 .275 4.534 .010
lama_hidrolisis
Error 1.093 18 .061
Total 278.020 27
Corrected Total 2.819 26
a. R Squared = .612 (Adjusted R Squared = .440)

lama_hidrolisis

Multiple Comparisons
Dependent Variable:RASA
(I) (J) 95% Confidence Interval
lama_ lama_ Mean
hidroli hidroli Difference (I- Lower
sis sis J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD B1 B2 -.3444* .11618 .008 -.5885 -.1004
B3 -.2333 .11618 .060 -.4774 .0108
B2 B1 .3444* .11618 .008 .1004 .5885
B3 .1111 .11618 .352 -.1330 .3552
B3 B1 .2333 .11618 .060 -.0108 .4774
B2 -.1111 .11618 .352 -.3552 .1330
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .061.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

73
Homogeneous Subsets

RASA
lama_ Subset
hidroli
sis N 1 2
Duncana B1 9 3.0000
B3 9 3.2333 3.2333
B2 9 3.3444
Sig. .060 .352
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .061.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

74
LAMPIRAN 10 :Analisis Sidik Ragam Pengaruh Penggunaan Jenis Bahan
Hidrolisis dan Lama Waktu Hidrolisis terhadap Nilai
Hasil Uji Tingkat Kesukaan (Hedonik) Kecap Manis

Descriptive Statistics

Dependent Variable:HEDONIK

JENIS_HI lama_hidro
DROLISIS lisis Mean Std. Deviation N
A1 B1 2.3000 .10000 3
B2 2.6000 .10000 3
B3 2.8000 .10000 3
Total 2.5667 .23452 9
A2 B1 2.7333 .20817 3
B2 3.1667 .15275 3
B3 3.1333 .15275 3
Total 3.0111 .25712 9
A3 B1 2.8000 .26458 3
B2 2.3667 .05774 3
B3 2.9000 .10000 3
Total 2.6889 .28480 9
Total B1 2.6111 .29345 9
B2 2.7111 .36893 9
B3 2.9444 .18105 9
Total 2.7556 .31419 27

75
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:HEDONIK
Type III Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2.160a 8 .270 11.951 .000
Intercept 205.013 1 205.013 9.074E3 .000
JENIS_HIDROLISIS .949 2 .474 21.000 .000
lama_hidrolisis .527 2 .263 11.656 .001
JENIS_HIDROLISIS *
.684 4 .171 7.574 .001
lama_hidrolisis
Error .407 18 .023
Total 207.580 27
Corrected Total 2.567 26
a. R Squared = .842 (Adjusted R Squared = .771)

Post Hoc Tests

JENIS_HIDROLISIS

Multiple Comparisons
Dependent Variable:HEDONIK
(I) (J) 95% Confidence Interval
JENIS JENIS
_HID _HID Mean
ROLI ROLI Difference (I- Lower
SIS SIS J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD A1 A2 -.4444* .07086 .000 -.5933 -.2956
A3 -.1222 .07086 .102 -.2711 .0266
A2 A1 .4444* .07086 .000 .2956 .5933
A3 .3222* .07086 .000 .1734 .4711
A3 A1 .1222 .07086 .102 -.0266 .2711
A2 -.3222* .07086 .000 -.4711 -.1734
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .023.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

76
Homogeneous Subsets

HEDONIK
JENIS Subset
_HID
ROLI
SIS N 1 2
Duncana A1 9 2.5667
A3 9 2.6889
A2 9 3.0111
Sig. .102 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .023.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

lama_hidrolisis

Multiple Comparisons
Dependent Variable:HEDONIK
(I) (J) 95% Confidence Interval
lama_ lama_ Mean
hidroli hidroli Difference (I- Lower
sis sis J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
LSD B1 B2 -.1000 .07086 .175 -.2489 .0489
B3 -.3333* .07086 .000 -.4822 -.1845
B2 B1 .1000 .07086 .175 -.0489 .2489
B3 -.2333* .07086 .004 -.3822 -.0845
B3 B1 .3333* .07086 .000 .1845 .4822
B2 .2333* .07086 .004 .0845 .3822
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .023.
*. The mean difference is significant at the .05 level.

77
Homogeneous Subsets

HEDONIK
lama_ Subset
hidroli
sis N 1 2
Duncana B1 9 2.6111
B2 9 2.7111
B3 9 2.9444
Sig. .175 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .023.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

78
DOKUMENTASI KEGIATAN

Pembersihan usus usus yang telah dicuci bersih penimbangan

pemasakan usus usus yang telah dimasak Asam

enzim kapur inkubasi

penggilingan penyaringan hasil filtrat

Produk kecap persiapan sampel uji sampel

79

Anda mungkin juga menyukai