Anda di halaman 1dari 2

Tabel 1 Uji Komponen Air Liur

Hasil
Uji Keterangan
1 2 3 4 5 6
Biuret + + + + + +
Milon - - + - - +
Molisch - - - - + +
Klorida + + + + + +
Musin + + + + + +
Sulfat + + + - + -
Fosfat + + + + + +

Tabel 2 Sifat Air Liur

Pengujian Kontrol Hasil


Agak berubah menjadi
Lakmus merah
biru
Lakmus biru Tetap berwarna biru

Musin merupakan salah satu senyawa organik yang terdapat pada saliva. Musin
suatu glikoprotein oleh kelenjar sublingual, dan kelenjar submandibular. Musin
adalah suatu zat yang kental dan licin sehingga saliva mempunyai fungsi untuk
membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar
proses menelan makanan. Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan
licin yang berfungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan
atau memperlacar proses menelan makanan. Cairan air liur mengandung α-
amilase yang menghidrolisa ikatan α(1→4) pada cabang sebelah luar glikogen dan
amilopektin menjadi glukosa, sejumlah kecil maltosa, dan suatu inti tahan
hidrolisa yang disebut dekstrin. Hanya sebagian kecil amilum yang dapat dicema
di dalam mulut, oleh karena itu sebaiknya makanan dikunyah lebih lama untuk
memberi kesempatan lebih banyak pemecahan amilum di rongga mulut (Poedjiadi
dan Supriyanti 2007). Zat organik dalam saliva yang dimaksud antara lain adalah
musin, yang berperan sebagai pelicin rongga mulut untuk menelan, dan juga
enzim ptialin atau amilase saliva yang dapat mengkatalisis hidrolisis atau
pemecahan makro-molekul dari amilum yang masuk ke dalam mulut. Di dalam
mulut, polisakarida makanan, yaitu amilum akan mengalami pencernaan atau
digesti secara mekanis karena adanya gigi dan secara enzimatik karena adanya
enzim ptialin atau amilase savila. Enzim ptialin akan mengkatalisis hidrolisis dari
amilum menjadi maltosa. Perubahan amilum menjadi maltosa ini tidak berjalan
secara spontan, namun berjalan secara bertahap yang disertai dengan hasil reaksi
antara : amilodekstrin, eritrodekstrin, akrodekstrin, dan dekstrin lain yang
mempunyai rantai pendek (oligosakarida).Amilum yang diubah menjadi maltosa
hanya sedikit karena makanan berada di dalam mulut hanya sebentar. Bersama-
sama dengan makanan lain, amilum yang telah dicerna maupun yang belum
dicerna akan masuk ke dalam organ pencernaan yang lain, yaitu lambung. Protein
dan lemak dalam mulut hanya mengalami pencernaan secara mekanis dan tidak
secara enzimatik, hal ini disebabkan karena di dalam mulut tidak ada enzim yang
mengkatalisisi hidrolisis protein dan lemak (Sumardjo 2009) jadi disimpulkan
bahwa Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi
membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlacar
proses menelan makanan.
Uji dilakukan pada uji sifat saliva adalah uji musin. Musin pada rongga
mulut berfungsi sebagai pelicin rongga mulut dan membasahi makanan sewaktu
makanan dikunyah sehingga mudah ditelan. Percobaan menunjukan ketika saliva
ditambahkan asam asetat terjadi pengendapan amorf yang menandakan asam
asetat merangsang saliva. Saliva pada uji musin menunjukan hasil yang negatif
yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna. Menurut literatur saliva
terdiri dari kira – kira 99,5% cairan, air, dan 0,5% benda padat. 2/3 benda padat
terdiri dari bahan organik yakni ptialin dan musin. Benda padat lainnya ialah ion –
ion seperti SO4, PO4, HCO3, Cl, Ca, Na, dan K. Berdasarakan percobaan yang
dilakukan terbentuk endapan putih setelah penambahan asam asetat encer.
Keberadaan musin dalam air liur merupakan hal yang pasti dikarenakan fungsi
musin yang sebagai pelican rongga mulut dan makanan agar mudah ditelan.

Poedjiadi A, Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI-Press.

Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai