Anda di halaman 1dari 3

BAB V

ANALISIS PENGELOLAAN KUALITAS AIR LIMBAH

DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

5.1 Analisis Permasalahan Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah

Kondisi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

sudah cukup baik karena pada akhir pengolahan sudah menghasilkan air limbah

yang kandungan polutannya tidak melebihi baku mutu. Pengangutan sludge dari

thickener clarifier juga sudah terMasing – masing unit sudah beroperasi dengan

baik sesuai dengan fungsinya masing – masing.

5.2 Analisis Kualitas Air Limbah

Berdasarkan data hasil pemantauan kualitas udara di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

dapat dikatakan baik karena tidak ada hasil pemantauan yang melebihi baku mutu.

Hasil pemantauan kualitas air limbah di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dari outlet

secondary clarifier dibandingkan dengan KepMenLH No.51/MENLH/10/1995

tentang Baku Mutu Air Limbah Industri Pulp dan Kertas. Berikut ini hasil

pengujian kualitas outlet limbah dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT.

Toba Pulp Lestari, Tbk :

Tabel 5.1 Tabel Hasil Pengujian Kualitas Air Limbah Outlet


Pada Januari 2019 - Juni 2019
Hasil Pengujian
Baku
No. Parameter Satuan
Mutu Januari Februari Maret April Mei Juni

1 BOD mg/L 150 14,1 13,1 14,5 13,7 15,8 16,2

2 COD mg/L 350 169 170 106 138 191 207

3 TSS mg/L 200 39 38 38 39 40 51


Sumber: PT.Toba Pulp Lestari, Tbk ,2019
V-2
Berdasarkan hasil pengujian kualitas limbah di outlet pada Januari 2019 hingga

Juni 2019 terlihat bahwa konsentrasi BOD, COD dan TSS paling tinggi terjadi

pada Juni 2019. Hal ini terjadi karena menurunnya konsentrasi MLSS (Mixes

Liquor Suspended Solid). Penurunan konsentrasi MLSS tersebut disebabkan oleh

berkurangnya oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) pada tangki sehingga

kemampuan bakteri untuk mendegradasi kandungan organik dalam air limbah

menurun.

5.3 Analisis Waktu Tinggal (Retention Time) Air Limbah pada IPAL

Keberhasilan suatu pengolahan air limbah, keberadaan waktu tinggal sangat

penting. Waktu tinggal limbah dalam kolam dapat diketahui dengan

membandingkan antara debit air limbah dengan volume atau kapasitas dari kolam.

5.3.1 Primary Clarifier

Diketahui debit air limbah yang masuk ke IPAL sebesar 1500 m3/jam dan dengan

volume bak primary clarifier sebesar 8500 m3, maka berdasarkan perhitungan

didapatkan waktu tinggal adalah:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦 𝐶𝑙𝑎𝑟𝑖𝑓𝑖𝑒𝑟


(Tr) = x 60 menit
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘

8500 𝑚3
(Tr) = x 60 menit = 340 menit = 5,67 jam
1500𝑚3/𝑗𝑎𝑚

Sehingga dapat diketahui waktu tinggal pada bak primary clarifier ini adalah 5,67

jam, maka limbah cair harus berada pada bak ini selama 5,67 jam agar proses

pengolahan berjalan secara optimal.


V-2
5.3.2. Deep Tank Activated Sludge

Unit Deep Tank Activated Sludge (DTAS) terda pat 2 unit, yaitu Deep Tank 1 dan

Deep Tank 1). Diketahui debit air limbah yang masuk ke IPAL sebesar 1500

m3/jam dan dengan volume bak deep tank activated sludge sebesar 60.000

m3/unit, maka berdasarkan perhitungan didapatkan waktu tinggal adalah:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐷𝑒𝑒𝑝 𝑇𝑎𝑛𝑘


(Tr) = x 60 menit
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘

60000 𝑚3
(Tr) = x 60 menit = 2400 menit = 40 jam
1500 𝑚3/𝑗𝑎𝑚

Sehingga dapat diketahui waktu tinggal pada bak deep tank activated sludge ini

adalah 40 jam/unit, maka limbah cair harus berada pada bak ini selama 40 jam

agar proses pengolahan berjalan secara optimal.

5.3.3 Secondary Clarifier

Diketahui debit air limbah yang masuk ke IPAL sebesar 1500 m3/jam dan dengan

volume bak secondary clarifier sebesar 7850 m3, maka berdasarkan perhitungan

didapatkan waktu tinggal adalah:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 𝐶𝑙𝑎𝑟𝑖𝑓𝑖𝑒𝑟


(Tr) = x 60 menit
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘

7850 𝑚3
(Tr) = x 60 menit = 628 menit = 10,5 jam
750 𝑚3/𝑗𝑎𝑚

Sehingga dapat diketahui waktu tinggal pada bak secondary clarifier ini adalah

10,5 jam, maka limbah cair harus berada pada bak ini selama 10,5 jam agar proses

pengolahan berjalan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai