Disusun Oleh :
Kelompok 1
Ayuni Lestari (061740411837)
Destry Nadia Putri (061740411839)
Dyah Carissa Azaria (061740411840)
Ricky Samuel Situmeang (061740411848)
3 EGD
Puji dan Syukur penyusun Panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
kehendak-Nyalah makalah Teknologi Pemanfaatan Batubara yang berjudul “Parameter
Kualitas Batubara” ini dapat diselesaikan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun tidak terlalu banyak mengalami
kesulitan, karena referensi yang didapatkan oleh penyusun merupakan rekomendasi
langsung dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, hal ini tidak meminimkan
pengetahuan para penyusun dalam penyelesaian makalah. Selain itu, penyusun pun
mendapatkan berbagai bimbingan dari beberapa pihak yang pada akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan para
pembaca tentang Parameter Kualitas Barubara.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah kimia
organik yaitu Ibu Ir. Fatria, M.T. yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada Akhirnya kepada Allah jualah
penyusun mohon taufik dan hidayah, semoga usaha kami mendapat manfaat yang baik.
Serta mendapat ridho Allah SWT. Aamiin ya rabbal alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 4
1.1 TUJUAN PENULISAN .............................................................................................. 4
BAB II .......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 5
2.1 ARTI PENTING KUALITAS BATUBARA ............................................................ 5
2.2 PARAMETER KUALITAS BATUBARA................................................................ 7
1. Total Moisture ............................................................................................................... 7
2. Analisis Proksimat ........................................................................................................ 8
3. Calorivic Value ........................................................................................................... 10
4. Analisis Ultimat .......................................................................................................... 10
5. Ash Analysis ............................................................................................................... 12
6. Ash Fusion Temperature ............................................................................................. 14
7. Trace Element ............................................................................................................. 15
8. Hardgrove Grindability Index ..................................................................................... 16
9. Abrasion Index ............................................................................................................ 16
10. FSI (Free Swelling Index) ....................................................................................... 16
11. Roga Index .............................................................................................................. 17
12. Gray King Coke ...................................................................................................... 17
13. Audibert Arnu Dilatometry ..................................................................................... 17
14. Caking and Coking Analysis Properties ................................................................. 17
2.3 Kualitas Batubara dan Aspek Pemanfaatan .......................................................... 18
BAB III....................................................................................................................................... 22
PENUTUP.................................................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
Memberikan informasi
kecenderungan dari sulfur selama
benefisiasi/ pemanfatan dan hasil
8. Bentuk dari Sulfur Ad
sulfur selam pembakaran dan
karbonisasi
Jumlahnya = persentase total sulfur
Trace Element
Arsenic
Boron Pengotor bawaan, yang
9. Ad
Chlorine konsentrasinya tidak terlalu tinggi
Fluorine
Phosphorus
HGI, merupakan suatu index yang
HGI (Hardgrove
10. Ad menyatakan mudah atau sukarnya
Grindability Index)
batubara untuk diremuk menjadi
ukuran halus (-200#). HGI >> mudah
diremuk, HGI << sukar diremuk.
Penting dalam perkiraan sifat
ketergerusan.
Penting dalam memperkirakan
11. Abrasion Index
penggunaaan mill
12. FSI (Free Swelling Index) FSI, merupakan suatu index
13. Roga Index yang menyatakan besarnya
14. Gray King Coke Type pemuaian batubara bila
Dilatometry dipanaskan. Nilainya 0 – 9.
Softening Temp, oC Gray King Coke/ Gray King
15. Resolidifying Temp, oC Assay, merupakan cara
Max Contraction, % menentukan tipe kokas dari
Max Dilatation, % batubara bila dilakukan
karbonisasi
Dilatometry, nilai yang
menunjukkan terjadinya
Plastometry pengembangan & konstraksi
Max dialdivision/ mm (pengkerutan) batubara apabila
Temp. initial fluidity dipanaskan pada kondisi
16.
Temp. max fluidity tertentu.
Temp. final fluidity Pada dasarnya penting dalam
Fluidity temp. range mengevaluasi secara rinci sifat-sifat
coking dan caking batubara dan
potensi batubara tersebut untuk
dibuat kokas.
2. Analisis Proksimat
Proximate analysis adalah rangkaian analisis yang terdiri dari inherent
moisture, total moisture, ash, volatile matter dan fixed carbon.
a) Inherent Moisture
Inherent moisture disebut juga bed moisture atau in-situ moisture
adalah moisture yang terkandung dalam batubara (dalam molekul
batubara) di lapisan bawah tanah. Untuk mensimulasi kondisi bawah
tanah, yang mempunyai kelembaban relatif 100% sulit untuk dilakukan,
sehingga untuk mengetahui kandungan inherent moisture yang tepat sulit
dilakukan. Sebagai pendekatan dibuatlah suatu tes dengan kondisi
simulasi yang dapat dilakukan di laboratorium. Kondisi tersebut yaitu
kelembaban relatif 96-97% dan suhu 30oC.
Oleh karena adanya perbedaan kondisi tersebut, maka perbedaan antara
hasil analisis dengan inherent moisture yang sebenarnya selalu ada,
terutama pada lower rank coal (batubara derajat rendah) yang kandungan
moisturenya tinggi.
Moisture holding capacity (ISO, BS dan AS) atau equilibrium
moisture (ASTM) adalah analisis untuk menentukan kandungan moisture
tersebut. Hasil pemeriksaan analisis ini, dari laboratorium ke
laboratorium diharapkan konstan, karena contoh sebelum dianalisis
dikondisikan terhadap kondisi standart (suhu 30oC;kelembaban 96-
97%).
Kondisi contoh yang dianalisis sangat menentukan hasil analisis,
oleh karena itu contoh harus sesegar mungkin (tidak boleh teroksidasi).
Antara metode standar ASTM dengan metode standar lainnya (ISO, BS,
dan AS) ada perbedaan pada ukuran partikel contoh yang dipergunakan
untuk analisis. ASTM menggunakan partikel berukuran 1.18 mm,
sedangkan metode standar lainnya menggunakan partikel berukuran -
0.212 mm.
b) Ash
Batubara tidak mengandung ash, tetapi mengandung zat
anorganik berupa mineral. Ash (A) adalah residu anorganik hasil
pembakaran batubara, terdiri dari oksida logam seperti Fe2O3, MgO,
Na2O, K2O, dsb, dan oksida non-logam seperti SiO2, P2O5, dsb.
Penetapan ash merupakan bagian dari analisis proximate. Prinsip dari
penetapan ini ialah sejumlah contoh batubara yang sudah dihaluskan (+1
gram) dibakar pada suhu dengan rambat pemanasan tertentu sampai
didapat residu (abu). Residu yang didapat ditimbang dan dihitung
jumlahnya dalam persen.
Nilai kandungan ash suatu batubara selalu lebih kecil daripada
nilai kandungan mineralnya. Hal ini terjadi karena selama pembakaran
telah terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut, seperti
menguapnya air kristal, karbondioksida dan oksida sulfur.
c) Volatile Matter
Apabila 1 gram contoh contoh batubara dipanaskan pada kondisi
standar tertentu (suhu 900oC, selama 7 menit dalam furnace khusus)
maka akan ada bagian yang terbakar dan menguap. Bagian yang terbakar
dan menguap tersebut ialah volatile matter (VM) dan moisture. Untuk
mendapatkan nilai %VM, persen bagian yang terbakar dan menguap
tersebut dikurangi %moisture. Analisis ini merupakan bagian dari
penetapan proximate.
d) Fixed Carbon
Fixed carbon adalah nilai total kandungan unsur carbon dalam
suatu contoh batubara. Fixed carbon (FC) merupakan bagian dari
analisis proximate. Nilai FC tidak didapat melalui analisis tetapi melalui
perhitungan (FC = 100 – M – A – VM).
3. Calorivic Value
Calorivic value adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran
contoh batubara di laboratorium. Pembakaran dilakukan pada kondisi standar,
yaitu pada volume tetap dan dalam ruangan yang berisi gas oksigen dengan
tekanan 25 atm.
Selama proses pembakaran yang sebenarnya pada ketel, nilai calorivic
value ini tidak pernah tercapai karena beberapa komponen batubara, terutama
air, menguap dan menghilang bersama-sama dengan panas penguapannya.
Maksimum kalori yang dapat dicapai selama proses ini adalah nilai net calorivic
value. Calorivic value dikenal juga dengan specific energy dan satuannya adalah
kcal/kg atau cal/g, MJ/kg,Btu/lb.
4. Analisis Ultimat
Ultimate analysis adalah analisis yang memeriksa unsur-unsur zat
organik dalam batubara, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen.
Unsur-unsur selain oksigen dapat dianalisis di laboratorium, sedangkan untuk
oksigen sendiri bisa didapat dari perhitungan.
a) Forms of Sulphur
Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pyritic sulphur,
sulphate sulphur dan organic sulphur. Analisis forms of sulphur
dilakukan untuk mengetahui komposisi penyusun sulfur.
Organic sulphur terdapat pada seluruh material carbonaceous dalam
batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan teknik pencucian
Sulfur dalam bentuk pyritic dan sulphate merupakan bagian dari
mineral-matter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya
kemungkinan masih dapat dikurangi dengan teknik pencucian. Persen
pyritic dan sulphate sulphur didapat melalui analisis di laboratorium,
sedangkan organic sulphur didapat dengan cara mengurangi % total
sulphur dengan pyritic dan sulphate sulphur (S(o) = TS-S(p)-S(s)).
Terdapatnya sulphate sulphur dalam suatu batubara sering dipergunakan
sebagai penunjuk bahwa batubara tersebut telah teroksidasi, sedangkan
pyritic sulphur dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya
spontaneous combustion. Spontaneous combusition adalah proses
terjadinya kebakaran stockpile batubara secara spontan.
Sebelum dilakukan proses pencucian batubara sebaiknya dilakukan
analisis forms of sulphur terlebih dahulu, untuk mengetahui %organic
sulphur-nya. Apabila organic sulphur-nya > 1.00%, kita harus
menyadari bahwa sebaik apapun proses pencucian batubara tersebut,
produknya tetap akan mengandung total sulphur > 1.00% sehingga kita
dapat menentukan apakah proses pencucian batubara efektif untuk
dilakukan atau tidak.
b) Carbonate Carbondioxide
Penetapan carbonate carbondioxide dilakukan untuk
mendapatkan angka yang dapat dipergunakan sebagai pengoreksi hasil
penetapan karbon, sehingga karbon yang dilaporkan hanyalah karbon
organik (organic carbon). Penetapan carbonate carbondioxide tidak
perlu dilakukan pada contoh batubara derajat rendah (brown coal dan
lignite), karena batubara derajat rendah atau lower rank coal bersifat
asam sehingga carbonate carbon-nya akan kosong.
5. Ash Analysis
Salah satu faktor penting pada pemakaian batubara dan kokas dalam
industri adalah sifat mineralnya pada proses pembakaran. Dengan mengetahui
sifat-sifat tersebut, proses pemakaian batubara dapat dirancang sedemikian rupa
sehingga masalah yang mungkin timbul dapat diantisipasi dengan baik, misalnya
masalah penanganan dan pembuangan ash (abu), fly ash (partikel abu halus yang
ikut terbang bersama-sama asap dan sisa pembakaran lainnya), clinker, dan slag
(cairan kerak). Selain itu faktor ini sering juga sering dipergunakan sebagai
arahan dalam memilih bahan bakar batubara yang cocok untuk suatu industri.
Penggambaran sifat ini, secara kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung
rasio kelompok unsur tertentu yang terkandung dalam batubara, yang mana
kemudian dikenal dengan istilah slagging dan fouling factor.
Slagging adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran batubara
dimana abunya meleleh dan membentuk kerak yang menempel pada dinding
dalam ruang pembakaran dan pada pipa-pipa superheater yang berjarak
renggang, yang sulit untuk dibersihkan sehingga mengakibatkan berkurangnya
penyaluran panas.
Fouling adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran dimana
abu halus yang mengandung sodium menguap bersama-sama sulphur dan
berakibat sama seperti slagging.
Slagging/fouling factor adalah sebuah indeks yang dihitung baik dari
data ash analysis maupun dari data ash fusion temperature yang dapat
memberikan indikasi seberapa jauh kecenderungan batubara tersebut
menimbulkan masalah slagging/fouling selama proses pembakaran.
Ash sebagian besar terdiri dari oksida silikon, aluminium, besi, kalsium,
magnesium, titan, mangan, dan logam alkali. Sebagian di antaranya terikat
sebagai silikat, sulfat, dan posfat. Komposisi ash batubara tidak sama dengan
komposisi mineralnya tetapi dapat menggambarkan komposisi mineralnya.
Total hasil analisis ini harus 100+2%. Hasil analisis seharusnya dilaporkan
dalam basis “Ignited at 800oC”, tetapi banyak orang yang melaporkan hasil
analisis ini tanpa mencantumkan basisnya.
Di pabrik semen, yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar, data
komposisi abu batubara sangat berguna untuk menghitung kontribusi unsur-
unsur yang terdapat dalam abu batubara tersebut terhadap produk semen yang
dihasilkan. Data komposisi abu batubara juga berguna sebagai penunjuk
kemungkinan dipergunakannya abu tersebut sebagai bahan baku produk
sampingan, misalnya batako.
Komposisi ash suatu batubara erat hubungannya dengan ash fusion
temperature-nya. Ash yang mengandung oksida besi, kalsium, magnesium,
natrium, dan kalium yang tinggi umumnya mempunyai ash fusion temperature
yang rendah, sedangkan ash yang mengandung silika, aluminium, dan titan yang
tinggi umumnya mempunyai ash fusion temperature yang tinggi. Namun apabila
kandungan silika tinggi sekali, ash fusion temperature-nya justru rendah.
Contoh abu batubara yang diperlukan untuk ash analysis dengan metode
Atomic Absorption sebanyak 0.400+0.0010 gram (duplo). Untuk mengantisipasi
kemungkinan adanya pengulangan analisis, penyediaan 1.0 gram abu sangatlah
bijaksana. Contoh abu dibuat di laboratorium dengan hati-hati agar abu yang
terbentuk benar-benar telah terabukan dengan baik. Untuk analisis dengan
metode X-Ray Spectometry diperlukan contoh yang lebih banyak.
Tabel V.1
Komposisi Karakteristik
Abu Batubara dan Kokas Inggris
Elemen Rumus Kimia Rentang (%)
Silica SiO2 15 – 55
Alumina Al2O3 10 – 40
Ferric oxide Fe2O3 1 – 40
Calcium oxide CaO 1 – 25
Magnesium oxide MgO 0.5 – 5
Sodium oxide Na2O 0–8
Potassium oxide K2O 0–5
Titanium oxide TiO2 0–3
Manganese oxide Mn3O4 0–1
Sulphate SO3 0 – 12
Phospate P2O5 0–3
7. Trace Element
a) Chlorine
Chlorine adalah salah satu elemen batubara yang dapat
menimbulkan korosi (pengkaratan) dan masalah fouling/slagging
(pengkerakkan) pada ketel uap. Kadar chlorine lebih kecil dari 0.2%
dianggap rendah, sedangkan kadar chlorine lebih besar dari 0.5%
dianggap tinggi. Adanya elemen chlorine selalu bersama-sama dengan
adanya elemen natrium.
b) Phosporus
Adanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak
diinginkan karena dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi
dan tinggal dalam baja yang dihasilkan. Baja yang mengandung
phosphorus tinggi akan cepat rapuh.
8. Hardgrove Grindability Index
Hardgrove grindbility index (HGI) adalah indeks yang menggambarkan
tingkat kemudahgerusan batubara oleh alat penggerus (pulverizer) di lapangan,
yang proses pembakaran batubaranya menggunakan partikel batubara halus (75
micron) yang biasa disebut dengan pulverized fuel (pf).
HGI tidak bersifat aditif, artinya apabila kita mempunyai dua jenis
batubara yang nilai HGI-nya berbeda, kemudian dicampurkan dengan komposisi
tertentu, nilai batubara tidak bisa dihitung berdasarkan komposisi pencampuran
tersebut. Nilai HGI campuran cenderung ke arah nilai yang lebih kecil.
9. Abrasion Index
Abrasion index adalah indeks yang menunjukkan daya abrasi (kikis)
batubara terhadap bagian dari alat yang dipergunakan untuk menggerus batubara
tersebut (pulverizer) sebelum dipergunakan sebagai bahan bakar. Semakin tinggi
nilai abrasive index suatu batubara semakin tinggi pula biaya pemeliharaan alat
penggerus batubara tersebut.
Suatu batubara disebut abrasive apabila abrasive index-nya 400-600, dan
disebut tidak abrasive apabila abrasive index-nya <10. Coke mempunyai
abrasive index 2500 sedangkan sandstone mempunyai abrasive index 1200.
Batubara yang diinginkan pembeli harus mempunyai abrasive index <200.
Apabila abrasive index-nya > 200, harga batubara tersebut bisa lebih murah atau
bahkan sama sekali ditolak.
Catatan : Limit tipikal adalah limit yang pada umumnya diinginkan para
konsumen, angka dalam kurung adalah angka yang menunjukkan limit
pada kasus tertentu.
Catatan : Limit tipikal adalah limit yang pada umumnya diinginkan para
konsumen, angka dalam kurung adalah angka yang menunjukkan limit pada
kasus tertentu.
Kesimpulan :
Batubara ( English : Charcoal ) adalah salah satu batuan sedimen yang
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan ataupun jasad renik organik yang membusuk
selama bertahun-tahun hingga terjadi proses pengerasan dan membentuk senyawa
kimia kompleks yang terdiri dari unsur Karbon, Hidrogen, oksigen, Nitrogen dan
Belerang.
Kualitas batubara ditentukan berdasarkan hasil analisis terhadap beberap
parameter kualitas batubara. Parameter kualitas batubara terdiri dari :
Trace Element
Chlorine
Fluorine
Phosphorus
HGI (Hardgrove Grindability Index)
Abrasion Index
FSI (Free Swelling Index)
Roga Index
Gray King Coke Type
Dilatometry