DISUSUN OLEH:
ANTASENA 1
2019
A. Klarifikasi Istilah
1. Acute Coronary Syndrome: Acute Coronary Syndrome (sindrom koroner
akut) adalah kondisi di mana aliran darah menuju ke jantung berkurang
secara tiba-tiba. Nyeri dada seperti tertindih benda berat merupakan bentuk
gejala paling umum dari kondisi ini. Arteri koroner (pembuluh darah
jantung) memasok darah yang kaya akan oksigen ke otot jantung. Jika arteri
ini menyempit atau tersumbat akan mengganggu fungsi jantung yang bisa
menyebabkan angina atau serangan jantung.
2. Atherosclerosis: Atherosclerosis adalah penyempitan dan penebalan arteri
karena penumpukan plak pada dinding arteri. Penumpukan plak tersebut
terjadi saat lapisan sel pada dinding dalam arteri (endothelium) yang
bertugas menjaga kelancaran aliran darah mengalami kerusakan. Plak yang
menyebabkan atherosclerosis terdiri dari kolesterol, zat lemak, kalsium, dan
fibrin (zat dalam darah). Plak dapat terbawa aliran darah hingga
menyebabkan penyumbatan, atau membentuk bekuan darah pada
permukaan plak. Hal tersebut menyebabkan peredaran darah dan oksigen
dari arteri ke organ tubuh terhambat.
3. Blood clot: Blood Clot atau trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk
dari proses pembekuan darah pada dinding pembuluh darah. Gumpalan
darah sebenarnya bermanfaat untuk menghentikan perdarahan, sebagai
respons terhadap cedera atau luka. Namun ketika terjadi di luar kondisi
tersebut, trombus dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
4. Angina: Angina adalah nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang biasanya
disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke jantung. Biasanya penyebab
angina disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
dalam tubuh. Jantung membutuhkan oksigen yang dibawa oleh darah.
Kurangnya darah yang sampai ke jantung mengakibatkan semakin sedikit
oksigen yang dibawa ke jantung untuk memompa darah.
5. Infark Myocard: Infark Myocard akut atau Infark Myocard adalah nama
medis untuk serangan jantung. Infark Myocard adalah kondisi yang terjadi
ketika aliran darah ke otot jantung terhambat atau bahkan berhenti total
sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Infark Myocard dapat terjadi
akibat tersumbatnya satu atau lebih arteri koroner yang terjadi akibat
pembentukan plak oleh kolesterol, lemak, dan limbah lainnya.
6. Pemeriksaan CKMB: Pemeriksaan CKMB atau Creatinine Kinase –
Myocardial Band merupakan salah satu pemeriksaan penunjang
laboratorium yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan
otot jantung. Kegunaan pemeriksaan CKMB adalah untuk diagnosis AMI
(Acute Myocardial Infarct). Walaupun cukup banyak kardiologi yang lebih
menyukai penentuan troponin, tetapi penentuan CKMB juga berperan
dalam diagnosis reinfark. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan Protein Troponin I dan Troponin T untuk hasil yang
lebih bermakna dan spesifik.
7. Treadmill/exercise stress test: pemeriksaan fisik jantung yang memberikan
informasi apakah jantung memiliki asupan darah dan oksigen dari sirkulasi
saat terjadi stress fisik. Tes treadmill juga dilakukan untuk memperoleh
informasi penting apabila ada kelainan dari irama jantung dan tekanan
darah. Namun treadmill sebaiknya tidak dilakukan pada pasien yang baru
saja mengalami serangan jantung, atau pada saat baru mengalami nyeri
dada, maka sebaiknya lakukan uji treadmill sesuai anjuran/konsultasi
dokter sebelumnya.
8. Coronary artery spasm: pengetatan tiba-tiba otot-otot di dalam arteri
jantung. Ketika ini terjadi, arteri menyempit dan mencegah darah mengalir
ke jantung. Coronary artery spasm singkat dan sementara. Namun, mereka
berpotensi menyebabkan komplikasi jantung lebih lanjut, seperti serangan
jantung. Kemungkinan besar mengalami kejang-kejang ini jika memiliki
kondisi yang dapat memengaruhi jantung, seperti kolesterol tinggi atau
tekanan darah tinggi. Coronary artery spasm juga dikenal sebagai kontraksi
arteri koroner.
9. Coronary artery dissection: Spontaneous coronary artery dissection
(SCAD) adalah kejadian yang tidak biasa, tetapi karena terjadi secara
spontan, penting untuk mengenali gejalanya dan segera diobati. SCAD sulit
didiagnosis sebelum menyebabkan serangan jantung, karena SCAD tidak
memiliki tanda-tanda peringatan. Dan meskipun dapat menyebabkan
serangan jantung yang mengancam jiwa, pasien SCAD biasanya tidak
memiliki faktor risiko penyakit jantung lainnya.
10. Coronary angioplasty: Angioplasti koroner adalah prosedur yang
digunakan untuk memperlebar arteri koroner yang tersumbat atau
menyempit (pembuluh darah utama yang memasok jantung). Istilah
"angioplasti" berarti menggunakan balon untuk meregangkan arteri yang
menyempit atau tersumbat. Namun, sebagian besar prosedur angioplasti
modern juga melibatkan memasukkan tabung kawat-pendek, yang disebut
stent, ke dalam arteri selama prosedur. Stent dibiarkan di tempat secara
permanen untuk memungkinkan darah mengalir lebih bebas.
11. TIMI (Thrombolysis in Myocardial Infarction): Skor Thrombolysis in
Myocardial Infarction (TIMI) digunakan untuk menentukan kemungkinan
kejadian iskemik atau mortalitas pada pasien dengan angina yang tidak
stabil atau peningkatan segmen miokard infark miokard (NSTEMI).
12. Bypass atau CABG: Operasi Bypass Jantung atau Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) adalah operasi jantung yang dilakukan membuat saluran
baru menuju arteri yang mengalami penyumbatan atau pembekuan. Saluran
tersebut merupakan cangkok dari vena sehat yang berasal dari bagian tubuh
lain. Tujuan dari operasi ini adalah memperlancar aliran darah.
13. AF (Atrial Fibrillation): kondisi ketika serambi (atrium) jantung berdenyut
dengan tidak beraturan dan cepat. Kondisi ini meningkatkan risiko
terjadinya penggumpalan darah, stroke, dan gagal jantung.
14. Cardioversion: prosedur medis di mana denyut jantung cepat yang tidak
normal (takikardia) atau aritmia jantung lainnya diubah menjadi irama
normal menggunakan listrik atau obat-obatan.
15. Catheter ablation: prosedur invasif minimal di mana dokter memajukan
tabung tipis fleksibel (kateter) melalui pembuluh darah ke jantung Anda
untuk mengurangi (menghentikan) jalur listrik abnormal (sinyal) dalam
jaringan jantung.
16. Elektrofisiologi: Elektrofisiologi adalah pemeriksaan jantung yang
menggunakan tindakan metode invasif untuk merekam dan mengevaluasi
aktivitas listrik jantung.
17. Echocardiogram: Echocardiogram adalah gambar bergerak dari USG
jantung. Prosedur pemeriksaan tersebut memungkinkan dokter untuk
menguji seberapa baik jantung memompa darah keluar dan apakah jantung
memiliki masalah struktural. Tes ini dapat membantu dokter mendiagnosa
kondisi seperti gagal jantung dan fibrilasi atrium, namun belum terbukti
dapat membantu orang tanpa gejala.
18. ICD (Implantable Cardioverter Defibrillator): alat yang dapat ditanamkan
di dalam tubuh, dapat melakukan kardioversi, defibrilasi, dan gerak jantung.
Oleh karena itu, alat ini mampu mengoreksi aritmia jantung yang paling
mengancam jiwa. Implantable cardioverter defibrillators (ICDs) digunakan
untuk mendeteksi detak jantung yang berbahaya dan memberikan kejutan
yang menyelamatkan jiwa untuk memperbaiki irama jantung.
B. Identifikasi Masalah
1. Mengapa atherosclerosis menyebabkan acute coronary syndrome?
2. Bagaimana tanda dan gejala acute coronary syndrome?
3. Bagaimana patofisiologi acute coronary syndrome?
4. Apa factor risiko acute coronary syndrome?
5. Bagaimana penatalaksanaan acute coronary syndrome?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk mengetahui acute coronary
syndrome?
7. Diagnosa apa yang mungkin muncul?
8. Tidakan keperawatan yang tepat untuk acute coronary syndrome?
C. Curah Pendapat
1. Mengapa atherosclerosis menyebabkan acute coronary syndrome?
Karena atherosclerosis merupakan pembentukan plak akibat menumpuknya
lemak pada pembuluh darah sehingga aliran darah menurun atau dapat
menghilang dan mengakibatkan otot jantung kekurangan oksigen.
2. Bagaimana tanda dan gejala acs?
Tanda dan gejala ACS adalah nyeri dada muncul tiba-tiba, mual dan
muntah, sesak napas, keringat dingin serta kepala pening atau pusing.
3. Bagaimana patofisiologi acute coronary syndrome?
Patofisiologi ACS adalah ruptur plak aterosklerosis yang diikuti
pembentukan trombus pada lesi. Trombus yang terbentuk kemudian
kembali ditutupi oleh plak aterosklerosis sehingga pembuluh darah semakin
menyempit. Plak yang ruptur akan menyumbat pembuluh darah dan
menyebabkan perubahan pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang
menunjukkan gambaran iskemik. Bila iskemik berlanjut, nekrosis dapat
terjadi pada otot miokardium yang ditandai dengan peningkatan level enzim
jantung.
4. Apa factor risiko acute coronary syndrome?
Factor risiko seseorang terkena acute coronary syndrome, yaitu merokok,
obesitas, jarang berolahraga, riwayat keluarga jantung atau stroke, DM, dan
tingkat kolesterol tinggi.
5. Bagaimana penatalaksanaan acute coronary syndrome?
Penatalaksanaan awal adalah dengan pemberian oksigen dan mengamankan
jalan napas, mengurangi nyeri, dan mengurangi aktivitas fisik.
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk mengetahui acute coronary
syndrome?
Pemeriksaan penunjang pada ACS, yaitu EKG, Laboratorium dan rotgen
thorax.
7. Diagnosa apa yang mungkin muncul?
Diagnosa yang mungkin muncul
a. Nyeri akut
b. Risiko penurunan curah jantung
c. Ansietas
8. Tindakan keperawatan yang tepat untuk acute coronary syndrome?
a. Nyeri akut
1) Identifikasi factor pencetus, frekuensi, durasi, dan lokasi nyeri
2) Amati gejala terkait dengan dyspnea, mual, muntah, pusing, jantung
berdebar, dan keinginan buang air kecil.
3) Istirahatkan pasien saat nyeri dada terjadi.
4) Berikan suasana tenang, nyaman dan batasi pengunjung
5) Ajarkan teknik napas dalam
b. Risiko penurunan curah jantung
1) Pantau tanda-tanda vital dan irama jantung
2) Auskultasi suara napas dan jantung
3) Pantau dan dokumentasikan respon klien terhadap obat
4) Anjurkan klien untuk istirahat cukup
c. Ansietas
1) Bantu klien mengekspresikan perasaan
2) Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan
3) Tingkatkan kontrol sensasi klien
4) Berikan privasi untuk klien dan keluarga
D. Merumuskan Hipotesis
Tindakan
Keperawatan
ACS
Diagnosa Athesclerosis
Keperawatan ACS menyebabkan
ACS
Penatalaksanaan Patofisiologi
ACS
ACS
Faktor
Risiko ACS
E. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
1. Mampu memahami penyebab ACS
2. Mampu memahami tanda dan gejala ACS
3. Mampu memahami dan menguasai proses terjadinya ACS
4. Mampu memahami factor risiko ACS
5. Mampu memahami penatalaksanaan ACS
6. Mampu memahami tindakan keperawatan pada penderita ACS