Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN KRITIS

PEMBELAJARAN BASED LEARNING ACUTE CORONARY SYNDROME

DISUSUN OLEH:

1. TIARA IMANIAR (P1337420517022)


2. FRIDA SURYANI (P1337420517023)
3. NOVIANTI S. (P1337420517024)
4. ANNISA NURLELI(P1337420517025)
5. YENI LUSIYATI (P1337420517026)
6. AULIYA ANNISSA(P1337420517027)

ANTASENA 1

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN MAGELANG

2019
A. Klarifikasi Istilah
1. Acute Coronary Syndrome: Acute Coronary Syndrome (sindrom koroner
akut) adalah kondisi di mana aliran darah menuju ke jantung berkurang
secara tiba-tiba. Nyeri dada seperti tertindih benda berat merupakan bentuk
gejala paling umum dari kondisi ini. Arteri koroner (pembuluh darah
jantung) memasok darah yang kaya akan oksigen ke otot jantung. Jika arteri
ini menyempit atau tersumbat akan mengganggu fungsi jantung yang bisa
menyebabkan angina atau serangan jantung.
2. Atherosclerosis: Atherosclerosis adalah penyempitan dan penebalan arteri
karena penumpukan plak pada dinding arteri. Penumpukan plak tersebut
terjadi saat lapisan sel pada dinding dalam arteri (endothelium) yang
bertugas menjaga kelancaran aliran darah mengalami kerusakan. Plak yang
menyebabkan atherosclerosis terdiri dari kolesterol, zat lemak, kalsium, dan
fibrin (zat dalam darah). Plak dapat terbawa aliran darah hingga
menyebabkan penyumbatan, atau membentuk bekuan darah pada
permukaan plak. Hal tersebut menyebabkan peredaran darah dan oksigen
dari arteri ke organ tubuh terhambat.
3. Blood clot: Blood Clot atau trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk
dari proses pembekuan darah pada dinding pembuluh darah. Gumpalan
darah sebenarnya bermanfaat untuk menghentikan perdarahan, sebagai
respons terhadap cedera atau luka. Namun ketika terjadi di luar kondisi
tersebut, trombus dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
4. Angina: Angina adalah nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang biasanya
disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke jantung. Biasanya penyebab
angina disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
dalam tubuh. Jantung membutuhkan oksigen yang dibawa oleh darah.
Kurangnya darah yang sampai ke jantung mengakibatkan semakin sedikit
oksigen yang dibawa ke jantung untuk memompa darah.
5. Infark Myocard: Infark Myocard akut atau Infark Myocard adalah nama
medis untuk serangan jantung. Infark Myocard adalah kondisi yang terjadi
ketika aliran darah ke otot jantung terhambat atau bahkan berhenti total
sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Infark Myocard dapat terjadi
akibat tersumbatnya satu atau lebih arteri koroner yang terjadi akibat
pembentukan plak oleh kolesterol, lemak, dan limbah lainnya.
6. Pemeriksaan CKMB: Pemeriksaan CKMB atau Creatinine Kinase –
Myocardial Band merupakan salah satu pemeriksaan penunjang
laboratorium yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan
otot jantung. Kegunaan pemeriksaan CKMB adalah untuk diagnosis AMI
(Acute Myocardial Infarct). Walaupun cukup banyak kardiologi yang lebih
menyukai penentuan troponin, tetapi penentuan CKMB juga berperan
dalam diagnosis reinfark. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan Protein Troponin I dan Troponin T untuk hasil yang
lebih bermakna dan spesifik.
7. Treadmill/exercise stress test: pemeriksaan fisik jantung yang memberikan
informasi apakah jantung memiliki asupan darah dan oksigen dari sirkulasi
saat terjadi stress fisik. Tes treadmill juga dilakukan untuk memperoleh
informasi penting apabila ada kelainan dari irama jantung dan tekanan
darah. Namun treadmill sebaiknya tidak dilakukan pada pasien yang baru
saja mengalami serangan jantung, atau pada saat baru mengalami nyeri
dada, maka sebaiknya lakukan uji treadmill sesuai anjuran/konsultasi
dokter sebelumnya.
8. Coronary artery spasm: pengetatan tiba-tiba otot-otot di dalam arteri
jantung. Ketika ini terjadi, arteri menyempit dan mencegah darah mengalir
ke jantung. Coronary artery spasm singkat dan sementara. Namun, mereka
berpotensi menyebabkan komplikasi jantung lebih lanjut, seperti serangan
jantung. Kemungkinan besar mengalami kejang-kejang ini jika memiliki
kondisi yang dapat memengaruhi jantung, seperti kolesterol tinggi atau
tekanan darah tinggi. Coronary artery spasm juga dikenal sebagai kontraksi
arteri koroner.
9. Coronary artery dissection: Spontaneous coronary artery dissection
(SCAD) adalah kejadian yang tidak biasa, tetapi karena terjadi secara
spontan, penting untuk mengenali gejalanya dan segera diobati. SCAD sulit
didiagnosis sebelum menyebabkan serangan jantung, karena SCAD tidak
memiliki tanda-tanda peringatan. Dan meskipun dapat menyebabkan
serangan jantung yang mengancam jiwa, pasien SCAD biasanya tidak
memiliki faktor risiko penyakit jantung lainnya.
10. Coronary angioplasty: Angioplasti koroner adalah prosedur yang
digunakan untuk memperlebar arteri koroner yang tersumbat atau
menyempit (pembuluh darah utama yang memasok jantung). Istilah
"angioplasti" berarti menggunakan balon untuk meregangkan arteri yang
menyempit atau tersumbat. Namun, sebagian besar prosedur angioplasti
modern juga melibatkan memasukkan tabung kawat-pendek, yang disebut
stent, ke dalam arteri selama prosedur. Stent dibiarkan di tempat secara
permanen untuk memungkinkan darah mengalir lebih bebas.
11. TIMI (Thrombolysis in Myocardial Infarction): Skor Thrombolysis in
Myocardial Infarction (TIMI) digunakan untuk menentukan kemungkinan
kejadian iskemik atau mortalitas pada pasien dengan angina yang tidak
stabil atau peningkatan segmen miokard infark miokard (NSTEMI).
12. Bypass atau CABG: Operasi Bypass Jantung atau Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) adalah operasi jantung yang dilakukan membuat saluran
baru menuju arteri yang mengalami penyumbatan atau pembekuan. Saluran
tersebut merupakan cangkok dari vena sehat yang berasal dari bagian tubuh
lain. Tujuan dari operasi ini adalah memperlancar aliran darah.
13. AF (Atrial Fibrillation): kondisi ketika serambi (atrium) jantung berdenyut
dengan tidak beraturan dan cepat. Kondisi ini meningkatkan risiko
terjadinya penggumpalan darah, stroke, dan gagal jantung.
14. Cardioversion: prosedur medis di mana denyut jantung cepat yang tidak
normal (takikardia) atau aritmia jantung lainnya diubah menjadi irama
normal menggunakan listrik atau obat-obatan.
15. Catheter ablation: prosedur invasif minimal di mana dokter memajukan
tabung tipis fleksibel (kateter) melalui pembuluh darah ke jantung Anda
untuk mengurangi (menghentikan) jalur listrik abnormal (sinyal) dalam
jaringan jantung.
16. Elektrofisiologi: Elektrofisiologi adalah pemeriksaan jantung yang
menggunakan tindakan metode invasif untuk merekam dan mengevaluasi
aktivitas listrik jantung.
17. Echocardiogram: Echocardiogram adalah gambar bergerak dari USG
jantung. Prosedur pemeriksaan tersebut memungkinkan dokter untuk
menguji seberapa baik jantung memompa darah keluar dan apakah jantung
memiliki masalah struktural. Tes ini dapat membantu dokter mendiagnosa
kondisi seperti gagal jantung dan fibrilasi atrium, namun belum terbukti
dapat membantu orang tanpa gejala.
18. ICD (Implantable Cardioverter Defibrillator): alat yang dapat ditanamkan
di dalam tubuh, dapat melakukan kardioversi, defibrilasi, dan gerak jantung.
Oleh karena itu, alat ini mampu mengoreksi aritmia jantung yang paling
mengancam jiwa. Implantable cardioverter defibrillators (ICDs) digunakan
untuk mendeteksi detak jantung yang berbahaya dan memberikan kejutan
yang menyelamatkan jiwa untuk memperbaiki irama jantung.
B. Identifikasi Masalah
1. Mengapa atherosclerosis menyebabkan acute coronary syndrome?
2. Bagaimana tanda dan gejala acute coronary syndrome?
3. Bagaimana patofisiologi acute coronary syndrome?
4. Apa factor risiko acute coronary syndrome?
5. Bagaimana penatalaksanaan acute coronary syndrome?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk mengetahui acute coronary
syndrome?
7. Diagnosa apa yang mungkin muncul?
8. Tidakan keperawatan yang tepat untuk acute coronary syndrome?
C. Curah Pendapat
1. Mengapa atherosclerosis menyebabkan acute coronary syndrome?
Karena atherosclerosis merupakan pembentukan plak akibat menumpuknya
lemak pada pembuluh darah sehingga aliran darah menurun atau dapat
menghilang dan mengakibatkan otot jantung kekurangan oksigen.
2. Bagaimana tanda dan gejala acs?
Tanda dan gejala ACS adalah nyeri dada muncul tiba-tiba, mual dan
muntah, sesak napas, keringat dingin serta kepala pening atau pusing.
3. Bagaimana patofisiologi acute coronary syndrome?
Patofisiologi ACS adalah ruptur plak aterosklerosis yang diikuti
pembentukan trombus pada lesi. Trombus yang terbentuk kemudian
kembali ditutupi oleh plak aterosklerosis sehingga pembuluh darah semakin
menyempit. Plak yang ruptur akan menyumbat pembuluh darah dan
menyebabkan perubahan pada pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) yang
menunjukkan gambaran iskemik. Bila iskemik berlanjut, nekrosis dapat
terjadi pada otot miokardium yang ditandai dengan peningkatan level enzim
jantung.
4. Apa factor risiko acute coronary syndrome?
Factor risiko seseorang terkena acute coronary syndrome, yaitu merokok,
obesitas, jarang berolahraga, riwayat keluarga jantung atau stroke, DM, dan
tingkat kolesterol tinggi.
5. Bagaimana penatalaksanaan acute coronary syndrome?
Penatalaksanaan awal adalah dengan pemberian oksigen dan mengamankan
jalan napas, mengurangi nyeri, dan mengurangi aktivitas fisik.
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk mengetahui acute coronary
syndrome?
Pemeriksaan penunjang pada ACS, yaitu EKG, Laboratorium dan rotgen
thorax.
7. Diagnosa apa yang mungkin muncul?
Diagnosa yang mungkin muncul
a. Nyeri akut
b. Risiko penurunan curah jantung
c. Ansietas
8. Tindakan keperawatan yang tepat untuk acute coronary syndrome?
a. Nyeri akut
1) Identifikasi factor pencetus, frekuensi, durasi, dan lokasi nyeri
2) Amati gejala terkait dengan dyspnea, mual, muntah, pusing, jantung
berdebar, dan keinginan buang air kecil.
3) Istirahatkan pasien saat nyeri dada terjadi.
4) Berikan suasana tenang, nyaman dan batasi pengunjung
5) Ajarkan teknik napas dalam
b. Risiko penurunan curah jantung
1) Pantau tanda-tanda vital dan irama jantung
2) Auskultasi suara napas dan jantung
3) Pantau dan dokumentasikan respon klien terhadap obat
4) Anjurkan klien untuk istirahat cukup
c. Ansietas
1) Bantu klien mengekspresikan perasaan
2) Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan
3) Tingkatkan kontrol sensasi klien
4) Berikan privasi untuk klien dan keluarga
D. Merumuskan Hipotesis

Tindakan
Keperawatan
ACS

Diagnosa Athesclerosis
Keperawatan ACS menyebabkan
ACS

Pemeriksaan Tanda dan


Penunjang ACS
ACS Gejala ACS

Penatalaksanaan Patofisiologi
ACS
ACS

Faktor
Risiko ACS
E. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
1. Mampu memahami penyebab ACS
2. Mampu memahami tanda dan gejala ACS
3. Mampu memahami dan menguasai proses terjadinya ACS
4. Mampu memahami factor risiko ACS
5. Mampu memahami penatalaksanaan ACS
6. Mampu memahami tindakan keperawatan pada penderita ACS

F. Pengumpulan Informasi dan Belajar Mandiri


1. Mengapa atherosclerosis menyebabkan acute coronary syndrome?
ACS merupakan sekumpulan sindrom koroner pada jantung yang awalnya
bermula dengan adanya suatu akibat dari proses atherotrombosis yang
terdiri dari aterosklerosis dan trombosis, dimana atherosklerosis merupakan
proses pembentukan plak (plak aterosklerotik) akibat berkumpulnya
beberapa bahan seperti lipid-filled macrophages (foam cells), massive
extracellular lipid dan plak fibrous yang mengandung sel otot polos dan
kolagen (Spinler, 2008). Hal sama juga disebutkan oleh Aaronson and Ward
Jeremy (2008) bahwa plak aterosklerosis tersebut akan menjadi rupture dan
mengakibatkan pembentukan trombus intrakoroner yang menurunkan atau
menghilangkan aliran darah. Adanya oklusi trombus dan plak aterosklerosis
tersebut menyebabkan munculnya manifestasi klinis dari acute coronary
syndrome. (Sudoyo AW dkk, 2010)
2. Tanda dan gejala
a. Angina tipikal (nyeri dada seperti tertekan/berat daerah retrosternal,
menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu atau
epigastrum),
b. Keringat dingin,
c. Mual/muntah,
d. Nyeri abdominal,
e. Sesak napas,
f. Sinkop,
g. EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostik untuk STEMI, depresi
ST atau inversi T yang diagnostik sebagai keadaan iskemia miokard,
atau LBBB baru/persangkaan baru.
h. Peningkatan marka jantung
3. Patofisiologi ACS
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut.
Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus).
Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara
total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat
pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat
vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat
gangguan aliran darah coroner. Berkurangnya aliran darah koroner
menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama
kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis
(infark miokard). Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total
pembuluh darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi
yang dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan
otot jantung
(miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan
kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah
iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk,
ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak
plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi
dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus,
dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi
Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam,
anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus
terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.
4. Factor risiko ACS
a. Usia
Terdapat peningkatan insiden semua tipe panyakin aterosklerosis
dengan penuaan. Sekitar 84% individu yang meninggal akibat jatung
koreoner berusia 65 tahun dan lebih dari 65 tahun.
b. Jenis kelamin
Pria memiliki risiko yang lebih besar mengalami penyakit
atherosclerosis daripada wanita.
c. Merokok
Risiko pada perokok berlipat ganda daripada non perokok. Perokok
lebih mungkin meninggal akibat infrak dan meninggal dalam 1 jan
daripada non perokok.
d. Kolesterol darah yang tinggi
Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan risiko penyakit arteri
koroner. Sebagian besar kolesterol dalam darah dibawa dalam
lipoprotein densitas rendah yang sering disebut kolesterol jahat. Tipe
kolesterol ini mengendap dalam dinding arteri, dan kadar LDL darah
yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung coroner.
e. Hipertensi
Sejumlah mekanisme terlibat di dalam proses peninggian tekanan
menyebabkan perubahan struktur di dalam arteri, tetapi tekanan sendiri
dalam beberpa cara terlibat langsung. Akibatkanya, lebih tinggi
tekanan, lebih besar jumlah kerusakan vascular.
f. Inaktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik memainkan peran penting dalam
perkembangan penyakit jantung. Ketika kurang olahraga yang teratur
dikombinasikan dengan makan berlebihan dan obesitas, kolesterol yang
tinggi dapat terjadi dan kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung
coroner.
g. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan peningkatan angka mortalitas akibat
penyakit arteri coroner dan stroke. Kelebihan berat badan juga dikaitkan
dengan peningkatan insiden hipertensi, resistensi insulin, diabetes, dan
dyslipidemia.
h. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dikaitkan dengan peningkatan nyata risiko penyakit
kardiovaskuler. Peningkatan risiko ini terjadi walaupun individu
mempertahankan kontrol kadar glukosa darah. Sekitar dua pertiga
individu yang mengalami diabetes meninggal akibat beberapa bentuk
penyakit jantung atau penyakit pembuluh darah.
5. Penatalaksanaan ACS
a. Penanganan nyeri
Penanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi
1) Morfin sulfat
2) Nitrat
3) Beta bloker
b. Membatasi ukuran infark miokardium
Penatalaksanaan yang diberikan untuk pembataasan ukuran infark
secara selektif dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan
oksigen ke miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan, atau
memulihkan sirkulasi. Keempat golongan utama adalah sebagai berikut:
1) Antikoagulan
2) Trombolitik
3) Antilipidemik
4) Vasolidator perifer
Antikoagulan mencegah pembentukan bekuan darah yang menyumbat
sirkulasi. Trombolitik sering disebut sebagai penghancur bekuan darah,
menyerang, dan melarutkan bekuan darah. Antilipidemik juga disebu
thopolipidemik atau anti heperlipidemik, menurunkan konsentrasi lipid
dalam darah. Vasodilator perifer meningkatkan dilatasi pembuluh darah
yang menyempit karena vasospasme secara farmakologis berupa
pemberian antiplatelet, antikoagulan, dan trombolitik.
c. Pemberian oksigen
Terapi oksigen dimulai saat terjadi onset nyeri. Oksigen yang dihirup
akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektivitas terapeutik
oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran
pernapasan dan pasien mampu bernapas dengan mudah. Saturasi
oksigen dalam darah secara bersamaan diukur dengan pulsa oksimetri.
d. Pembatasan aktivitas fisik
Pengurangan atau penghentian seluruh aktivitas pada umumnya akan
mempercepat pembebasan rasa sakit. Klien boleh diam tidak bergerak
atau dipersilahkan untuk duduk atau sedikit melakukan aktivitas.
6. Pemeriksaan penunjang ACS
a. EKG
Berdasarkan kelainan EKG, pada IMA gelombang Q mula-mula elevasi
segmen ST yang konveks pada hantaran yang mencerminkan daerah
IMA. Kadang-kadang hal ini terjadi beberapa jam setelah serangan.
Elevasi segmen ST diikuti oleh terbentuknya peningkatan gelombang
Q. Q patologis yang menunjukan MIA transmural (yaitu STEMI) hal ini
dapat terjadi pada 24 jam pertama. Berikutnya elevasi segmen ST akan
berkurang dan gelombang T menjadi terbalik (inversi).
b. Laboratorium
Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik
IMA. Pada IMA enzim-enzim ini mencerminkan luas IMA. Enzim-
enzim terpenting ialah kreatin fosfokinase, atau asparat
aminotransferase, laktat dehirogenase, dan isoenzim CKMB. Dari
beberapa enzim diatas CKMB lebih mendekati diagnosis IMA karena
bila tidak dilakukan kardioversi berulang-ulang peningkatan isoenzim
ini spesifik untuk kerusakan jantung. CPK terdapat banyak pada otot
rangka, Sehingga kadarnya dapat meningkat pada traumaotot, seperti
suntikan intramuskular, kardioversi, dan defibrilasielektris. CKMB
akan menentukan diagnosis kira-kira 6 jam setelah serangan IMA,
mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali normal setelah 1 1⁄2
sampai 2 hari.
c. Radiologi
Pemeriksaan ini tak banyak menolong untuk menegakkan diagnosa
IMA namun pemeriksaan ini akan berguna jika ditemukan adanya
bendungan paru (gagal jantung). Kadang-kadang dapat dilihat
kardiomegali.
7. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa yang mungkin muncul
a. Nyeri akut
b. Penurunan curah jantung
c. Ansietas
8. Tindakan keperawatan
a. Nyeri Akut
1) Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama dan
penyebarannya.
2) Atur posisi semifowler
3) Batasi pengunjung dan atur lingkungan yang tenang
4) Anjurkan pasien untuk istirahat
5) Kolaborasi pemberian obat analgesic, antiangina
b. Penurunan curah jantung
1) Pantau frekuensi jantung dan irama
2) Pantau tekanan darah dan bandingkan saat berbaring, duduk, serta
berdiri
3) Catat terjadinya S3/S4
4) Catat murmur
c. Ansietas
1) Bantu klien mengekspresikan perasaan
2) Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan
3) Tingkatkan kontrol sensasi klien
4) Berikan privasi untuk klien dan keluarga
G. Sintesis
Acute coronary syndrome adalah sekumpulan sindrom jantung coroner yang
dapat diakibatkan karena artherosclerosis atau plak (lemak) yang menumpuk di
pembuluh darah sehingga aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung
menyempit atau tertutup menyebabkan penderita merasa dada kiri seperti
tertekan/berat yang menjalar hingga bahu kiri, sesak napas, keringat dingin,
mual/muntah, dan pusing. Orang yang berisiko terkena acute coronary
syndrome adalah orang yang pola hidupnya tidak sehat seperti makan makanan
yang berkolesterol tinggi dan jarang berolahraga, usia lebih dari 65 tahun,
hipertensi, DM, riwayat keluarga jantung/stroke, merokok dan obesitas.
Penatalaksanaan acute coronary syndrome pemberian oksigen, kurangi rasa
nyeri dan kurangi aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai