Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia I dengan judul “Empedu” yang


disusun oleh:
Nama : Nur Yusaerah.
Nim : 1313142003
Kelas :B
Kelompok : II
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2015


Koordinator Asisten Asisten

Andi Candra Sitti Hajar Syafruddin


NIM.1013141015 NIM.1113140009

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Prof.Dr.Sudding,M.Si.
NIP:19601231 19861 1 007
I. Judul Percobaan
“Empedu”
II. Tujuan Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan dapat :
A. Mengetahui keadaan fisik empedu yang meliputi warna,bau,keadaan
wujud,derajat keasaman, dan berat jenis.
B. Mengetahui kandungan musin dan senyawa anorganik pada empedu.
C. Mengetahui zat warna empedu melalui tes gmelin dan tes smith.
D. Mengetahui kandungan asam pada empedu.
III. Landasan Teori
Hati merupakan organ yang berwarna merah kecoklatan karena berisi
darah dan konsistensi lunak dan merupakan salah-satu kelenjar terbesar ditubuh
dengan berat sekitar 1500 gram.Sebagai Kelenjar,hati mengeluarkan empedu yang
penting untuk proses pencernaan makanan berlemak.Sel-sel hati juga
mengeluarkan unsur-unsur makanan kedalam aliran darah sebagai hasil proses
metabolisme zat makanan yang diangkut vena porta dari usus mahluk hidup yaitu
pada manusia (Wibowo, 2010 : 93).
Hati atau hepar merupakan salah – satu organ terbesar tubuh yang
memiliki peran penting dalam pengaturan biokimiawi dalam tubuh,yaitu
membentuk dan menyimpan serta membongkar glukosa,protein,dan lemak,fungsi
ekskresi atau pembuangan zat-zat tubuh dan fungsi detoksifikasi .Fungsi ekskresi
hati misalnya,mengalirkan obat,bilirubin dan cairan empedu.Fungsi utama
kandungan empedu adalah menyimpan cairan empedu yang berasal dari hati yang
disebut galblender (Cahyono, 2013 : 53).
Empedu yang dihasilkan sel hati dialirkan oleh pembuluh empedu atau
bile ducth,saluran yang paling besar, hasil gabungan saluran-saluran kecil disebut
ductus hepaticus.Empedu yang dihasilkan alan dialirkan ke ductus hepaticus
untuk selanjutnya disimpan dalam kandung empedu bila sedang tidak dibutuhkan
atau melalui ductus choledactus ke deudenun pada saat yang bersangkutan makan
lemak (Wibowo , 2010 : 93).
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu
yang kemudian menjadi ductus hepatica kanan dan kiri.Ductus hepatica menyatu
untuk membentuk ductus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan
ductus sistikus dari kandung empedu dan keluar dari hati sebagai ductus empedu
komunis.Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dari 97%
air,pigmen empdu dan garam-garam empedu.Sekresi empedu diatur oleh faktor
saraf atau implus parasimpatis dan hormon yaitu sekresi yang sama dengan
mengatur sekresi cairan pankreas (Sloane, 1995 : 291).
Kandungan empedu atau gallblader merupakan organ tubuh yang
terbentuk seperti buah terung , memiliki ukuran 30-60 cc,terletak tepat dibawah
hati bagian kanan.Fungsi kantung empedu yang utama adalah menyimpan cairan
empedu yang berasal dari hati.Fungsi empedu dikendalikan oleh enzim
cholecystokinin pancreozymin (cck-pz) yang dilepaskan dari mukosa usus
haluskarena adanya rangsangan makanan yang masuk kedalam usus.Cck akan
merangsang kandungan empedu untuk berkontraksi dan mengeluarkan cairan
empedu ( Cahyono, 2013 : 53).
Kandung empedu yang sering disebut vesca felea yang letaknya terletak
dibawah hati kira-kira pada perpotongan iga bawah dengan garis tegak lurus
melalui puting susu, empedu ini akan dipekatkan dengan diserap airnya. Pada
penyakit kandung empedu fungsi penyerapan ini terganggu.Penyakit yang
terdapat dikandung empedu adalah terjadinya hepatitis karena adnaya virus,onat-
obatan ,alkohol dan lain-lain ,sel hati akan mati pada stadium lanjut sel-sel yang
mati ini tidak dapat tumbuh kembali dengan sempurna sehingga selanjutnya
diganti dengan jaringan ikat (Wibowo, 2010: 93).
Empedu yang tediri dari pigmen empedu dan garam-garam empedu.
Memiliki fungsi utama, pigmen empedu terdiri dari biliverdin berwarna hijau dan
bilirubin berwarna kuning. Pigmen ini merupakan hasil dari penguraian
hemoglobin yang lepas dari sel darah merah terdidintegrasi. Pigmen utamanya
adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada urine dan fases. Adapun
garam-garam empedu terbntuk dari asam empedu yang berikatan dengan kolestrol
dan asam amino. Setelah disekresi ke dalam usus, garam tersebut diabsorbsi dari
ileum bagian bawah kembali ke hati dan didaurulang kembali(sloane, 1995 :292 ).
Ekstraksi campuran cairan empedu dapat dilakukan dengan cairan empedu
dibentuk dan dialirkan dari hati melalui saluran empedu didalam hati atau
kanalikuli empedu. Cairan empedu dapat disimpan didalam empedu atau langsung
dialirkan ke dalam usus dua belas jari. Hal ini sangat tergantung pada apakah
seseorang dalam keadaan puasa atau tidak. Apabila seseorang dalam keadaan
panas atau puasa maka cairan empedu akan disimpan didalam kandung empedu
karena sefinter odi berada dalam keadaan tertutup. Namun, apabila seseorang
makan maka sefiktor odi akan membuka dan cairan empedu akan dialirkan
kedalam deudenum (Cahyono, 2013 : 54).
Kandung empedu adalah kandung muskuler menyerupai pir dengan
panjang 10 cm. Organ ini terletak di wah lobus kanan hati. Kapasitas kandung
empedu kurang lebih 30 ml-60 ml. Fungsi kandung empedu yaitu menyimpan
cairan empedu yang secara terus menerus sdisekresi oleh sel-sel hati, sampai
diperlukan dalam deudenum. Diantara waktu makan, sefiktor odi menutup cairan
empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini
dirangsang oleh CCK. Kandung empedu mengkonstrasi cairannya dengan cara
menampung 12 jam sekresi empedu hati ( Sloane, 1995 : 291 ).
Ekskresi bilirubin berkaitan dengan sel darah merah atau eritrosit yang
merupakan bagian dari alat tranfortasi tubuh. Eritrosit memilikimfungsi khusus
membawa oksigen untuk dikirim ke setiap sel tubuh dan oksigen ini digunakan
sebagai bahan pembakar pembentuk energi tubuh dimana sistem ekskresi bilirubin
dari cairan empedu dari hati keusus mahkluk hidup yaitu baik manusia maupun
hewan ( Cahyono, 2013 : 54).
Salah satu penelitian memperlihatkan bahwa sebaran dari jenis kelamin
yang ditemukan pada organ hati. Jelas bahwa distribusi kelainan terbanyak pada
pembentukan jaringan ikat pada organ hati dan merupakan jumlah yang terbanyak
dijumpai. Kolerasi postif antara nilai turbiditas serum dengan pendarahan internal,
dengan semakin meluas pendarahan dan pembentukan jaringan ikat maka
turbiditas serum juga akan semakin meningkat. Adapaun nilai laju endap darah
hanya berkolerasi dengan keberadaan jaringan ikat (Utama, 2010 : 185).
Tingkat konsumsi yang dikonsumsi oleh hewan dipengaruhi oleh jumlah
makanannya yang dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan
secara tidak teratur seperti sisa pakan. Sisa pakan merupakan ukuran dan tingkat
konsumsi pakan pada hewan. Apabila sisa pakan memiliki jumlah yang rendah
maka tingkat konsumsi hewan juga tinggi dan otomatis pada hati dan empedu
pada manusia (Abidah, 2014 : 25).
Pengaruh empedu dapat dilihat pada intensitas lebih banyak yang
ditemukan pada kerbau divbandungkan dengan sapi. Hal ini disebabkan karena
perilaku kerbau berbeda dengan sapi, kerbau lebih menyukai makanan atau
minuman pada daerah berair sehingga tempat yang ideal yang untuk
perkembangbiakan sifut. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan dampak pada hati
akivat gannguan cacing yang berkemungkinan melakukan perkembangbiakan di
dalam hati ( Hambal, 2013 : 51).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi (10 buah)
2. Rak tabung reaksi (1 buah)
3. Gelas ukur 10 ml (1 buah)
4. Gelas ukur 25ml (1 buah)
5. Pipet tetes (8 buah)
6. Batang pengaduk (1 buah)
7. Corong biasa (1 buah)
8. Gelas kimia 1000 ml (1 buah)
9. Naraca analitik ( 1 buah)
10. Botol semprot ( 1 buah )
11. Pinset ( 1 buah )
B. Bahan
1. Empedu
2. Asam asetat (CH3COOH ) 10%
3. Barium klorida (BaCl2) 5%
4. Perak nitrat (AgNO3) 5 %
5. Asam nitrat pekat (HNO3)
6. Ammonium molidbat (NH4)2Mo7O24.
7. Iodida (I2)
8. Kristal sukrosa (C12H22O11)
9. Pereaksi molisch
10. Asam sulfat pekat (H2SO4)
11. Indikator universal
12. Aquades (H2O)
13. Tissue
V. Prosedur Kerja
A. Test keadaan fisik empedu
1. Diperiksa dan diperhatikan warna,bau,keadaan wujud empedu.
2. Diperiksa derajat keasaman empedu menggunakan indikator universal.
3. Ditentukan berat jenis empedu dengan cara gelas kimia kososng
ditimbang terlebih dahulu.
4. Empedu dimasukkan kedalam gelas kimia dan ditimbang.
5. Massa gelas kimia yang berisi empedu dikurangkan dengan gelas kimia
kosong dan hasilnya merupakan massa empedu.
𝑚
6. Berat jenis empedu dihitung dengan menggunakan rumus 𝑝 = 𝑣

B. Tes musin dan senyawa anorganik pada empedu


1. Sebanyak 25 ml empedu yang telah encer (5:20) diasamkan
menggunakan asam asetat 10%.
2. Campuran disaring dengan filtrat dibagi tiga
3. Filtrat pertama ditambahkan beberapa tetes AgNO3 untuk pemeriksaan
klorida.
4. Filtrat kedua ditambahkan beberapa tetes BaCl2 untuk pemeriksaan
sulfat.
5. Filtrat ketiga ditambahkan beberapa tetes (NH4)2Mo7O24 untuk
pemeriksaan posfat.
C. Tes zat warna empedu
1. Tes gmelin
a. Sebanyak 3 ml HNO3 pekat dimasukkan kedalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan 3 ml empedu (1:5) menggunakan pipet tetes dengan
hati-hati agar empedu berada pada bagian atas.
c. Campuran digoyangkan secara perlahan-lahan dan dicatat hasilnya.
2. Tes smith
a. Larutan empedu (1:5) ditambahkan beberapa tetes iodida (I2) 5%.
b. Lapisan iodida diusahakan berada pada lapisan atas dan diamati
lapisan pada perantaraan kedua lapisan campuran.
D. Tes asam empedu
1. Kedalam 3 ml empedu yang diencerkan (1:5) ditambahkan kristal
sukrosa.
2. Campuran dikocok sampai semua sukrosa larut.
3. Perlahan-lahan ditambahkan 3 ml asam sulfat pekat,kemudian tabung
tersebut dimiringkan agar asam terdapat bagian bawah.
4. Kedalam tabung reaksi yang lain dilakukan pengujian seperti langkah
diatas dan ditambahkan pereaksi molisch.
5. Dibandingkan kedua tabung reaksi dan diamati
VI. Hasil Pengamatan
A. Tes keadaan fisik empedu
No Perlakuan pengamatan
1 warna Hijau pekat
2 bau tengik
3 pH 7

4 Massa jenis 𝒎
𝒑=
𝒗
𝟏, 𝟗𝟐𝟖 𝒈
𝒑 =
𝟏𝟎 𝒎𝒍
= 𝟎, 𝟗𝟗𝟐𝟖 𝒈/𝒎𝒍
5 Keadaan wujud Bentuk lonjong/oval
B. Test musin dan enyawa anorganik empedu
No perlakuan Pengamatan
1 2 mL H2O + 25 mL empedu + CH3COOH Larutan warna hijau
disaring

2 Periksa filtrat
a. Pengujian Cl- Larutan berwarna hijau
5 mL empedu + beberapah tetes
AgNO3
b. Pengujian SO42- Larutan hijau dan
5 mL empedu + beberapah tetes BaCl2 endapan putih
c. Pengujian PO43- Larutan hijau
5 mL e,pedu + beberapah tetes
(NH4)Mo7O24

C. Test Zat Warna Empedu


1. Test Gmelin
No Perlakuan Pengmatan
1 1 mL empedu + 5 mL aquades Larutan hijau muda
(hijau pekat) (bening)
2 3 mL HNO3 pekat + 3 mL empedu encer Larutan coklat
(bening) (hijau muda)
3 Larutan dioyangkan Larutan terbentuk
warna ungu di antara
lapisan
2. Test Smith
No Perlakuan Pengamatan
1 1 mL empedu + 5 mL aquades Larutan hijau muda
(hijau pekat) (bening)
2 Empedu encer + 5 tetes I2 Terbentuk 2 lapisan
(Hijau muda) (coklat) Lapisan atas : hijau tua
Lapisan bawah hijau
muda
3 Larutan didiamkan Terdapat cincin hijau
tua pada pebatasan
lapisan
D. Test asam empedu
No Perlakuan Pengamatan
1 1 mL empedu + 5 mL aquades Larutan hijau muda
(hijau pekat) (bening)
2 3 mL empedu + beberapah tetes sukrosa Larutan hijau muda
(hijua muda)
Campuran empedu + 3 mL Larutan coklat
H2SO4
(hijau muda) (bening)
3 3 mL campuran empedu + 3 mL Terbentuk 2 lapisan
Atas : merah
mollisch
Bawah: coklat
(coklat) (merah) Tidak terbentuk cincin ungu

VI. Analisis Data


Diketahui : Massa empedu : 1,928 gram
Volume empedu : 10 ml
Ditanyakan : berat jenis empedu (ρ) = ?
Penyelesaian : ρ = massa
Volume
1,9928 gram
10 ml
= 0,09928 gram/ml
VII. Pembahasan
A. Tet keadaan fisik empedu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik empedu yang
meliputi warna, bau, derajat keasaman, dan berat jenisnya. Empedu adalah
cairan jernih berwarna hijau kental dan mempunyai rasa pahit serta memiliki pH
antara 6.9 sampai 7,7 (Poedjadi, 2005 : 244). Berat jenis empedu yang diperoleh
yaitu sebanyak0,9928 gram/ml. Hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan teori
yaitu warna empedu hijau peka, bau tengik, memiliki pH 7. Adapun keadaan
wujud empedu yaitu bebentuk lonjong atau oval. Hal ini sesuai dengan teori
dimana empedu merupakan cairan hijau menyerupai air dengan panjang 10 cm
(Sloane, 1995 : 291). Adapun untuk berat jenis empedu yang diperoleh yait
0,9928 gram/ml dan hal ini tidak sesuai dengan teori yaitu 0,89 gram/ml. Hal ini
dikarenakan karena dari glas kimia yang digunakan cukup besar sehingga
beratnya lebih banyak saat menimbang dan juga masih terdapat air dalam gelas
kimia, sehingga beratnya melebihi massa teori.
B. Test musin dan senyawa anorganik empedu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa anorganik
pada empedu yaitu klorida (Cl-), sulfat (SO42-), dn phospat (PO43-). Percobaan
dimulai dengan pengenceran empedu dengan aquades untuk mempermudah
pengamatan. Empedu yang telah encer selanjutnya ditambahkan asam asetat.
Asam asetat berfungsi untuk menngendapkan musin yang terdapat dalam
empedu dan juga bersifat sebagai pemberi suasana asam. Adapun musin sebagai
glikoprotein yang terdapat dalam empedu. Tujuan pengendapan musin yaitu
untuk menghasilkan garam-garam empedu dan vitamin A,D,E dan K yang larut
dalam lemak. Uji positif dari hasil yang diperoleh yaitu terdapat endapan putih
yang berarti dalam empedu terkandung protein. Campuran larutan kemudian
disaring. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan residu dngan filtratnya.
Kemudian filtrat yang diperoleh dibagi tiga untuk pemeriksaan senyawa
anorganik empedu.
1. Uji klorida (Cl-)
Pengujian dengan adanya ion klorida dilakukan dengan menambahkan
perak nitrat (AgNO3) kedalam filtrat. Penambahan AgNO3 berujuan untuk
mengetahui adanya ion klorida pada empedu dengan terbentuknya endapan putih
AgCl. Hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna hijau an tidak terdapat
endapan putih. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana empedu (Poedjadi,
2005 : 287). Adapun reaksinya yaitu:
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3
3. Uji ion sulfat (SO42-)
Pngujian adanya ion sulfat dilakukan dengan menmbahkan larutan barium
klorida (BaCl2) kedalam filtrat. Penambahan BaCl2 yang bertujun untuk
mengetah2-ui
adanya ion sulfat dengan terbentuknya suatu endapan BaSO4 pada
larutan. Hasil yang diperoleh yaitunlarutan hijau dan terdapat enfdapan putih.
Hal ini telah sesuai dengan teori yang telah menyatakan bahwa empedu
mengandung senyawa-senyawa anorganik lainnya (Poedjadi, 2005 : 288).
Adapaun persamaan reaksinya yaitu:
SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2 Cl-
4. Uji phospat(PO43-)
Pengujian adanya ion phospat dilakukan dengan menambahkan larutan
ammonium molidbat ((NH4)2Mo7O24) kedalam filtrat. Penambahan
((NH4)2Mo7O24) bertujuan untuk mengethui adanya ion phospat pada empedu
yang uji positifnya terbentuk endapa kuning dari (NH4)2PO42-. Hasil yang
diperoleh yaitu larutn hijau dan tidak terbentuk endapan kuning. Hal ini tidak
sesuai dengan teori dimana terdapat senyawa anorganik pada empedu yang
ditandai dengan terbentuknya endapan kuning(Poedjadi, 2005: 287). Adapun
reaksi yang terjadi yaitu:
HPO42- + 3NH3 +2MoO42- + 23H+ (NH4)3P(MoO10)4 + 12H2O
Hasil yang diperoleh yaitu dan pemeriksaan senyawa anorganik pada suatu
empedu dapat disimpulkan bahwa sampel empedu diperoleh daro hasil yang
positif pada uji sulfat (SO42-) dan negatif pada uji klorida (Cl-) dan uji phospat
(PO43-).
C. Test zat warna empedu
Percobaan test gmelin bertujuan untuk mengetahui zat warna yang
terdapat dalam empedu. Percobaan test gmelin dilakukan dengan mencampurkan
asam nitrat pekat dengan cairan empedu. Asam nitrat pekat bertujuan untuk
mengoksidasi zat warna empedu dan diperoleh larutan coklat. Kemudian larutan
digoyangkan dn tidak diperoleh larutan cincin ungu diantara dua lapisan. Gal ini
telah sesuai dengan teori dimana penambahan asam nitrat pada empedu dengan
hati-hati melalui dinding tabung reaksi tidak akan membentuk cincin ungu
diantara lapisan. Adapun warna yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan pada test gmelin terdapat zat warna orange yang menandakan
adanya bitiribin pada empedu. Hal ini disebabkan oleh saat mereaksikan asam
nitrat dengan empedu secara tidak hati-hati.
Percobaan test smith bertujuan untuk mengetahui zat warna pada
empedu. Percobaan test smith dilakukan dengan mencampurkan I2 beberapah
tetes kedalam cairan empedu. Penambahan I2 memiliki fungsi yang sama dengan
HNO3 pekat yaitu mengoksidasi zat warna empedu dan larutan didiamkan. Hal
ini yang diperoleh yaitu terdapat cincin hijau diantara dua lapisan campuran dan
telah sesuai dengan teori yaitu pada penambahan I2 pada cairan empedu akan
membntuk cincin hijau tuadiantara dua lapisan larutan tersebut dan telah
terdapat zat warna suatu beliviridin.
D. Test asam empedu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan asam dalam
empedu. Empedu encer ditambahkan mula-mula dengan sukrosa dalam bentuk
kristal. Penambahan kristal sukrosa untuk meningkatkan tegangan suatu
permukaan. Setelah itu ditambahkan asam sulfat yang befungsi sebagai katalis
untuk mempercepat reaksi dan sebagai pembaeri suasana asam menghasilkan
larutn coklat. Sebagai suatu pembanding digunakan pereaksi mollisch setelah
penambahan asam sulfat. Uji mollisch dibandingkan dengan test asam empedu
untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat dalam empedu. Hasil yang
diperoleh yaitu terbentuk dua lapisan, lapisan atas berwarna merah dan lapisan
bawah berwarna coklat dan tidak diperoleh cincin ungu diantara dua lapisan
larutan. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana pada tes asam empedu akan
terbentuk cincin ungu diantara dua lapisan (Sione, 1992 : 292).

IX. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Empedu memiliki warna hijau pekat, berbau tengik, berat jenis 0,9928 g/ml
serta kedaan wujudnya lonjong atau oval.
2. Test usin dan senyawa anorganik pada empedu, positif mengandung protein
dan senyawa anorganik yaitu phosfat
3. Test gmelin menunjuka hasil positif dengan tidak terbentuknya cincin ungu
diantara lapisan. Sedangkan test smith menunjukan hasil positif yaitu
terbentuknya cincn hijau tua diantara dua lapisan
4. Test asam empedu menghasilkan dua lapisan, lapisan atas berwarna merah
dan lapisan bawah berwarna coklat yang menandakan adanya kandungan
asam dalam empedu.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dan lebih
berhati-hati dalam melakukan pencampuran bahan agar diperoleh hasil yang
optimim.
DAFTAR PUSTAKA

Abidah, Nurul dkk. 2014. Pengaruh Margarin Apel Manalagi Tersuplementasi


Minyak Kacang Tanah Terhadap kadar Kolesterol Tikus Jantan. Jurnal
Pangan dan Argoindustri Volume 2 nomor 2

Cahyono, Suharjo. 2013. Batu Empedu. Jakarta : Erlangga

Hamba, Muhammad dkk. 2013. Tingkat Ketentuan Fsciola Giganhca Pada Sapi
dan Kerbau Di Kecamatan Inomg Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Medika
Veterinaria ISSN 0853-1943

Sioane, ethel. 1995. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Buku
Kedokteran

Utama, Iwan Harjono dkk. 2010. Keterkaitan Antara Turbiditas Serum dan Laju
Endap Darah dengan Kerusakan Hati Pada Sapi Bali.Jurnal Veteriner
Volume 11 Nomor 3 ISSN 1411-8327

Wibowo, Daniel. 2010. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai