Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamu 'Alaikum Wr.Wb.............

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, yang
telah memberikan kesehatan dan kekutan kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini. Salawat serta salam selalu penulis hanturkan kepada junjungan
Islam Nabi Besar Muhammad saw, yang telah memperjuangkan agama Islam dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Makalah ini tersusun berdasarkan hasil bacaan penulis dari beberapa referensi, kemudian
penulis merangkum hasl bacaan tersebut menjadi makalah yang terdiri dari beberapa lembar.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Amin

Ambon, 26 Mei 2012

Penulis

1
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
DAFTAR ISII.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................
A. Pengertian Fawatih al-Suwar.............................................................................................
B. Macam-macam fawatih al-
Suwar.......................................................................................
C. Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran..............................................................................
D. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat...................................
E. Urgensi Studi Fawatih al-
Suwar.........................................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi atas Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu,
termasuk para sahabat di zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian
yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan
eksplorasi lewat perspektif keimananm historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian,
kemu’jizatanm penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.
Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan artikulasi tanggung jawab seorang Muslim
untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang
menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam
perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan
diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun intelektual
yang berbeda-beda.
Al-Quran sebagai diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan beberapa macam
pembukaan (fawatih al-suwar) . di antara macam pembuka surat yang tetap aktual
pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri
dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena
sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian fawatih al-suwar
2. Macam-macam fawatih al-suwar
3. Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran
4. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat
5. Urgensi Studi Fawatih al-Suwar
1. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui pengertian fawatih al-suwar
2. Mengetahui macam-macam fawatih al-suwar
3. Mengetahui kedudukan Pembuka Surat Al-Quran
4. Mengatahui pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat
5. Mengetahui urgensi Studi Fawatih al-Suwar

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fawatih al-Suwar
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya
yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf
hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara
kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada
huruf hijaiyah.
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab
ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan
tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran.
Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt
yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-
huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida),
terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima yang
lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam 23
surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat.

B. Macam-macam fawatih al-Suwar


Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang pembukaan surat Alquran,
diantaranya sebagai yang dilakukan al-Qasthalani. Ia mengiventarisir Fawatih al-Suwar menjadi
sepuluh macam. Sementara Ibn Abi al-Isba dalam kitabnya al-Khaqatir al-Sawanih fi Asrar
Fawatih, hanya menyebutkan lima saja.
1. Pembukan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bi al-tsana)
Pujian kepada Allah ada dua macam, yaitu:
a. Menetapkan sifat-sifat terpuji kepada Allah (al-itsbat shifat al-madhiy) dengan
menggunakan salah satu lafal berikut.
1) Memakai lafal hamdalah, yakni dibuka dengan (‫)الحمد هلل‬, yang terdapat dalam 5
surat.
2) Memakai lafal (‫)تبارك‬, yang terdapat dalam 2 surat.

4
b. Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih ‘an sifat naqshim) dengan
menggunakan lafal tasbih, (‫ )يسبح\سبح\سبح\سبحن‬sebagai yang terdapat dalam 7 surat.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata masing-masing surat tersebut menetapkan sifat-sifat
yang negatif. Surat-sufat yang diawali dengan pujian ini memiliki tasbih itu merupakan
monopoli Allah. Dalam hal ini, tasbih dimulai dengan mashdar dan selanjutnya diikuti dengan
fi’il. Ini semua dimaksudkan agar mencakup seluruh tasbih, sekaligus menunjukkan betapa
ajaibnya Al-Quran itu.
2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftah bi al-huruf al-
muqatha’ah).
Pembukan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14 huruf
tanpa diulang, yakni (\‫ا\ي\هـ\ن\م\ل\ك\ق\ع\ك\ص\س\ر‬ Penggunan huruf-huruf tersebut dalam
pembukaan surat-surat Alquran disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut:
a) Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (‫)ص‬
(QS. Shad); (‫( )ق‬QS. Qaf); dan (‫( )ن‬QS. Nun).
b) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, tedapat dalam 3 surat, yakni (‫( )حم‬QS. Al-
Mu’min; QS. Al-Sajdah; QS. Al-Zukhruf, QS. Al-Dukhan; QS. Al-Jatsiyah; dan QS.Al-Ahkaf;
(‫( )طه‬QS. Thaha); )‫((طس‬QS. Al-Naml); dan (‫( )يس‬QS. Yasin).
c) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, yakni (‫ )الم‬QS. Al-Bqarah, QS. Ali
Imran, QS. Al-Ankabut, QS. Al-Rum, QS. Luqman dan QS. Al-Sajdah).
d) Kelompok yang terdiri dari empat huruf, yakni (‫( )الر‬QS. Al-Ra’ad) dan (‫)المص‬
(QS. Al-A’raf). Kelompok yang terdiri dari lima huruf, yakni rangkaian (‫( (كهيعص‬QS. Maryam)
dan (‫( )حم عسق‬QS. Al-Syuara).
3. Pembukaan dengan panggilan (al-istiftah bi al-nida).
Nida ini ada tiga macam, yaitu nida’ untuk nabi, nida untuk kaum mukminin dan nida
untuk umat manusia.
4. Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariah (al-istiftah bi al-jumal al-
khabariayyah
Jumlah khabariyyah di dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu:
a) Jumlah ismiyyah
Jumlah ismiyyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu:

5
 (‫( )براءة من هللا ورسوله‬Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan rasul-
Nya (QS. Al-Taubah).
 (‫( )سورة انزلناها وفرضناها‬ini adalah) satu surat yang Kami nuzulkan dan kami
wajibkan (QS. Al-Nur);
 (‫ )تنزيل الكتاب من هللا العزيز الحكيم‬/Kitab Alquran ini dinuzulkan oleh Allah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Zumar);
 (‫( )الذين كفروا زصلوا عن سبيل هللا‬orang-orang kafir dan menghalang-halangi
(manusia), dari jalan Allah), (QS. Muhammad);
 (‫ )ان فتحنالك فتحا مبينا‬/ Sunngguh kami telah, memberikan keapdamu kemenangan
yang nyata (QS. Al-Fath);
 (‫ )الرحمان علم القران‬/Alah Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan, (QS. Al-
Rahman); (g) (‫ )الحاقة ماالحاقة‬/ Kiamat, apakah hari kiamat itu? (QS. Al-Haqqa);
 (‫ )ان ارسلنانوحا الي قوم‬/Sungguh telah mengutus Nuh kepada kaumnya (QS. Nuh) ;
 (‫ )انا انزلنه في ليلة القدر‬/Sungguh telah menurunkannya (Alquran) pada malam al-
Qadr (QS. Al-Qadr); QS. Al-Qadr;
 (‫ )القارعة ما القارعة‬/Hari Kiamat, apakah Hari kiamat itu?(QS. Al-Qari’ah);
 (‫ )انا اعطيناك الكوثر‬/Sungguh kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak
(QS. Al-Kawtsar).
b) Jumlah fi’liyah
Jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka surat-surat Alquran terdapat dalam 12 surat, yaitu
 (‫ )يسئلونك عن االنفال‬/Mereka bertanya kepadamu tentang pendistribusian harta
rampasan perang (QS. Al-Anfal);
 (‫ )اتي امرهللا فال تستعجلوه‬/Telah pasti datangnya ketetapan Allah itu, maka janganlah
minta disegerakan (QS. Al-Nahl),
 (‫ )اقترب للناس حسابهم‬/Telah dekat datangnya saat itu (QS. Al-Qamar);
 (‫المئمنون‬ ‫)قدافلل‬ /Sungguh beruntung orang-orang yang beriman
(QS. Al-Mukminun;
 (‫ )اقتربت الساعة‬/telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalam mereka
(QS. Al-Anbiya);

6
 (‫ )قدسمع هللا قول التي تجادلك‬/Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan
menimpanya (QS. Al-Ma’arij);
 (‫ )القسم بيوم القيامة‬/Aku bersumpah dengan hari kiamat (QS. Al-Qiyamah);
 (‫ )الاقسم بهذا البالد‬/Aku bersumpah dengan kota ini, Makkah (QS. Balad);
 (‫ )عبس وتولي‬/Dia (Muhammad) bermuka Masam dan berpaling (QS. ‘Abasa)
 (‫ )لم يكن الذين كفروا من اهل الكتاب‬/Dia Orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-
orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan agamanya (QS. Al-
Bayyinah);
 (‫ )الهاكمتكاثر‬/Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS. Al-Takatsur).
Adapun hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat dengan nida’ yaitu untuk
memberi perhatian dan peringatan, baik bagi Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman
kehidupan ini.
5. Pembukaan dengan sumpa (al-istiftah bi al-qasam).
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat Al-quran ada tiga macam dan terdapat
dalam 15 surat.
a. Sumpah dengan benda-benda angkasa, misalnya (‫( )والصفات‬Demi rombongan yang
bersaf-saf) dalam QS. Al-Shaffat; (‫( )والنجم‬Demi bintang) dalam surat al-Najm; (‫( )زالمرسالت‬Demi
malaikat-malaikat yang mencabut nyawa) dalam QS. Al-Nai’at; (‫( )والسماء ذات البروج‬Demi lagit
yang memiliki gugusan bintang) dalam QS. Al-Buruj; (‫( )والسماء و الطارق‬Demi langit dan yang
datang pada malam harinya) dalam QS al-Thariq; (‫( )والفجروليال عشر‬Demi fajar dan malam yang
sepuluh) dalam QS. Al-Fajr; dan (‫( )والشمس والضحها‬Demi matahari dan cahanyanya di waktu
duha) dalam QS. Al-Syams.
b. Sumpah dengan benda-benda bawah, misalnya (‫( )والذاريات ذروا‬Demi angin yang
menerbangkan debu dengan sekuat-keuatnya) dalam QS. Al-Dzariyyat; (‫( )والطور‬Demi bukit
Thur) dalam QS. Al-Thur; (‫( )والتين‬Demi buah Tin) dalam QS. Al-Thin; (‫( )والعاديت‬Demi kuda
perang yang berlari kencang) dalam QS. Al-‘Adiyat.
c. Sumpah dengan waktu, misalnya (‫( )واليل‬Demi malam) dalam QS. Al-Layl;
(‫( )والضحي‬Demi waktu duha) dalam QS. Al-Dhuha; (‫( )والعصر‬Demi waktu) dalam QS. Al-Ashr.
Hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar manusia meneladani
sikap bertanggung jawab; berbicara harus benar dan jujur dan berani berbicara untuk
menegakkan keadilan; kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai nama-

7
nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya beberapa benda sebagai sumpah Allah
dimaksudkan agar benda-benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri keapda
Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan Allah.
6. Pembukaan dengan syarat (al-istiftah bi al-syarth).
Syarat yang digunakan dalam pembukaan surat Al-Quran ada dua macam dan digunakan
dalam 7 surat, yakni:
a. (‫ )اذالشمس كورت‬/ Apabila matahari digulung dalam QS. Al-Takwir;
b. (‫ )اذالشماء انفطرت‬/Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Infithar;
c. (‫ )اذالشماء انشقت‬/Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Insyiqaq,
d. (‫ )اذا واقعت الواقعة‬/Apabila terjadi hari kiamat , dalam QS. Al-Waqi’ah;
e. (‫ )اذاجاءك المنافقون‬/Apabila orang-orang munafik datang kepedamu, dalam
QS. Al-Munafiqun;
f. (‫ )اذا زلزلت االرض زلزالها‬/Apabila bumi dogoncangkan dengan goncangan yang
dahsyat, dalam QS. Al-Zaljalah;
g. (‫ )اذاجاءنصرهللا والفتح‬/Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dalam QS. Al-Nashr.
7. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al-istiftah bi al-amr)
a. Dengan (‫ )اقرأ‬bacalah, yang hanya terdapat dalam QS. Al-Alaq
b. Dengan (‫ )قل‬katakanlah, yang terdapat dalam QS al-Jin, QS. Al-Kafirun, QS. Al-
Falaq dan QS. Al-Nas.
8. Pembukaan dengan pertanyaan (al-istiftah bi al-istifham)
Bentuk pertanyaan ini ada dua macam yaitu:
a. Pertanyaan, positif yang pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif.
Pertanyaan ini digunakan dalam 4 pendahuluan surat Alquran, yaitu: ( ‫هل اتي علي االنسان حين من‬
‫ )الدهر‬Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa dalam QS. Al-Dahr, ( ‫عم يتساءلون‬
‫ عن البإالعجيم‬.) Tentang apakah mereka saling bertanya tentang berita yang besar, dalam QS al-
Naba, (‫ )هل اتاك حديث الغاشية‬Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan? Dalam
QS. Al-Ghasyiyah, (‫ )ارايت الذي يكذب بالدين‬Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan agama?
Dalam QS. Al-Ma’un.
b. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat; negatif, yang
hanya terdapat dalam dua surat, yakni (‫ )الم نشرح لك صدرك‬Bukankah kami telah melapangkan

8
dadamu untukmu, dalam QS. Al-Insyirah dan (‫ )الم تركيف فعل ربك بأصحب الفيل‬Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah dalam QS. Al-
Fil.
9. Pembukaan dengan doa (al-istiftah bi al-du’a)
Pembukan dengan doa ini terdapat dalam tiga surat. Yaitu:, (‫ويل لكل همزةلمزة‬Kecelakaan
bagi setiap pengumpat lagi pencela dalam QS. Al-Humazah, (‫ )تبت يدا ابي لهب وتب‬Binasalah
tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa dalam QS. Al-lahab.
10. Pembukaan dengan alasan (al-istiftah bi al-ta’lil)
Pembukan dengan alasan ini hanya terdapat dalam QS. Al-Quraisy (‫)إليلف قريش‬
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy..

C. Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran


Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar) atau huruf-huruf
potongan (Al-huruf Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat
mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam
hal ini pendapat para ulama pada pokoknya terbagi dua. Pertama, pertama ulama yang
memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. As-Suyuti memandang
pendapat ini sebagai pendapat yang mukhtar (terpilih). Ibnu Al-Munzir meriwayatkan bahwa
ketika Al-Syabi ditanya tentang pembukaan-pembukaan surat ini berkata;
‫ان لكل كتاب صفوة وصفوة هذا الكتاب حرزف التهجي‬
Artinya: “Sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari patiKitab (Al-
Quran) ini adalah huruf-huruf ejaannya”.
Abu Bakar juga diriwayatkan pernah berkata:
‫في كل كتاب سر وسره في القران اوائل السور‬
Artinya:“Pada setiap kitab ada rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran adalah
permulaan-permulaan suratnya”.
Kedua, pendapat yang memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini sebagai huruf-
huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia. Karena itu penganut
pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf tersebut.
Dengan keterangan di atas, jelas bahwa pembukaan-pembukaan surat ada 29 macam yang
terdiri dari tiga belas bentuk. Huruf yang paliang banyak terdapat dalam pembukaan-pembukaan

9
ini adalah huruf Alif (‫ )ا‬dan lam (‫)ل‬, kemudian Mim (‫)م‬, dan seterusnya secara berurutan huruf
Ha (‫)ح‬, Ra (‫)ر‬, Sin (‫ )س‬Ta (‫)ط‬, Sad (‫)ص‬, Ha (‫)ه‬, dan Ya’ (‫)ي‬, ‘Ain (‫ )ع‬dan Qaf (‫)ق‬, dan akhirnya
Kaf (‫)ك‬, dan Nun (‫)ن‬.
Seluruh huruf yang terdapat dalam pembukaan-pembukaan surat ini dengan tanpa
berulang berjumlah 14 huruf atau separuh dari jumlah keseluruhan huruf ejaan. Karena itu, para
mufassir berkata bahwa pembukaan-pembukaan ini disebutkan untuk menunjukkan kepada
bangsa Arab akan kelemahan mereka. Meskipun Al-Quran tersusun dari huruf-huruf ejaan yang
mereka kenal, sebagiannya datang dalam AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan lainnya
dalam bentuk yang tersusun dari beberapa huruf, namun mereka tidak mampu membuat kitab
yang dapat menandinginya. Pendapat ini telah dijelaskan secara panjang lebar oleh Al-
Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat 728 H). pendapat ini dikuatkan oleh Ibn
Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya, Al-Mizzi (wafat 742 H). Mereka menguraikan tantangan
Al-Quran di turunkan dalam bahasa Mereka sendiri. Akan tetapi, mereka tidak mampu membuat
kitab yang menyerupainya. Hal ini menunjukkan kelemahan mereka di hadapan Al-Quran dan
membuat mereka tertarik untuk mempelajarinya.
Berikut ini dikemukakan beberapa riwayat dan pendala ulama:
a. “Dari Ibn Abbas tentang firman Allah: (‫)الم‬, berkata Ibn Abbas:” Aku Allah lebih
mengetahui”, tentang (‫ )المص‬berkata Ibn Abbas:” Aku Allah akan memperinci”, dan tentang
(‫ )الر‬berkata Ibn Abbas: “Aku Allah melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Abu
Al-Duha).
b. “Dari Ibn Abbas, berkata ia: “alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-huruf
al-Rahman yang dipisahkan (dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Ikrimah)”.
c. “Dari Ibn Abbas tentang Kaf, Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari Karim
(pemurah). Ha dari Hadin (pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana), ‘Ain dari ‘Alim
(Maha Mengetahui), dan Sad dari Sadiq (yang benar). (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan lainnya
dari jalan Sa’id Ibn Jubair)
d. “Dari Salim Abd Ibn Abdillah berkata ia: (‫ الم‬،‫ )حم‬dan (‫ )ن‬dan seumpamanya
adalah nama Allah yang dipotong-potong”, (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
Dari Al-Saddiy, ia berkata: “Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari nama-nama
Tuhan Jalla Jalaluh yang dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).

10
Dari Ibn Abbas, berkata ia: (‫ الم‬،‫ طسم‬،‫ )ص‬dan yang seumpamanya adalah sumpah yang
Allah bersumpah dengannya, dan merupakan nama-nama Allah juga”.(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir
dan lainya dari jalan Ali Ibn Abi Talhah).
Ada pendapat mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi Al-Quran,
seperti Al-Furqan dan Al-Zikir. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf tersebut adalah
pembuka bagi surat-surat Al-Quran sebagaimana hanya qasidah sering diawali dengan kata (‫)بل‬
dan (‫)ال‬.
Dikatakan juga huruf-huruf ini merupakan peringatan-peringatan (tanbihat) sebagaimana
halnya dalam panggilan (nida). Akan tetapi, di sini tidak digunakan kata-kata yang biasa
digunakan dalam bahasa Arab, seperti (‫ )أال‬dan (‫ )أما‬karena kata-kata ini termasuk lafal yang
sudah biasa dipakai dalam percakapan. Sedangkan al-Quran adalah kalam yang tidak sama
dengan kalam yang biasa sehingga digunakan alif (‫)ا‬. Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan
kepada pendengar. Yang belum pernah digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan kepada
pendengar.
Dalam hubungan ini sebagian ulam memandangnya peringatan (tanbih) kepada rasul agar
dalam waktu-waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada Jibril untuk
mendengarkan ayat-ayat yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian yang lain memandangnya
sebagai peringatan (tanbih) kepada orang-orang Arab agar mereka tertarik mendengarkannya dan
hati mereka menjadi lunak kepadanya. Tampaknya, pandangan yang pertama kurang tepat
karena Rasul sebagai utusan Allah dan yang terus-menerus merindukan wahyu tidak perlu diberi
peringatan. Sedangkan pandangan yang kedua adalah lebih kuat karena orang-orang Arab yang
selalu bertingkah, keras hati dan enggan mendengarkan ketenaran perlu diberi peringatan
(tanbih) agar perhatian mereka tertuju kepada ayat-ayat yang disampaikan.
Di katakana juga bahwa Thaha (‫ )طه‬dan Yasin (‫ )يس‬berarti hai laki-laki atau hai
Muhammad atau hai manusia. Pendapat lain memandang kedua Thaha (‫ )طه‬dan Yasin (‫)يس‬
sebagai nama bagi Nabi Saw.

D. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat


Para ulama yang membicarakan masalah ini ada yang berani menafsirkannya, di mana
huruf-huruf itu merupaka rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahui-Nya.

11
1. Az-Zamarksyari berkata dalam tafsirnya “Al-Qasysyaf” huruf-huruf ini ada
beberapa pendapat yaitu:
a. Merupakan nama surat
b. Sumpah Allah
c. Supaya menarik perhatian orang yang mendengarkannya.
As-Sayuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut:
(‫ )الم‬berarti (‫)انا هللا اعلم‬, (‫ )المص‬berarti (‫)انا هللا اعلم و افصل‬, (‫ )الر‬berarti (‫)انا هللا اري‬, (‫)كهيعص‬
diambil dari (‫ صادق‬- ‫ )كريم – هاد – حكيم – عليم‬juga berarti (‫ صادق‬- ‫ )كان – هاد – تمين – عالم‬Adh
Dhahak berpendapat bahwa (‫)الر‬ ialah: ‫اناهللا اعلم وارفع‬
Dikatakan pendapat hanyalah dugaan belaka. Kemudian As-Suyuti menerangkan bahwa
hal itu merupakan rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
2. al-Quwaibi mengatakan bahwasanya kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi,
mungkin pada suatu saat Nabi dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk
memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan kepadanya.
3. As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwaibi di atas, karena Nabi
senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu Rasyid Ridha
berpendapat sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada orang-
orang Musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah. Karena orang-orang kafir apabila Nabi
membacakan Al-Quran mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak mendengarkannya.
Disebut dalam surat Fusilat ayat 26:
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-
sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat
mengalahkan mereka. (QS. Fusyilat: 26)
4. Ulama salaf berpendapat bahwa “Fawatih Suwar” telah disusun semenjak zaman
azali sedemikian rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari
mendatangkannya seperti Al-Quran.
Oleh karena i'tiqad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka
banyaklah orang yang tidak berani mentafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat
yang tegas terhadap huruf-huruf itu. Huruf-huruf itu dipandang masuk golongan mutasyabihat
yang hanya Allah sendiri yang mengetahui tafsirnya. Huruf-huruf itu, sebagai yang pernah
ditegaskan oleh Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada Al-Quran ini.

12
5. Mufasir Orientalis
Pendapat yang palinng jauh menyimpang dari kebenaran adalah dari seorang
orientalis yang bernama Noldeke dari Jerman, yang kemudian dikoreksi, bahwa awalan surat
itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama-nama para sahabat Nabi.
Misalnya: Huruf Sin adalah dari nama Sa’ad Bin Abi Waqosh, Mim adalah huruf depan dari
nama Al-Mughiroah, huruf nun adalah dari nama Usman Bin Affan.
6. Mufasir Dari Kalangan Syi’a
Kelompok syi’ah berpendapat bahwa jika huruf-huruf awalah itu dikumpulkan
setelah dihapus ulangan-ulangannya maka akan berarti : “Jalan Ali adalah kebenaran yang
kita pegang teguh”. Perwakilan itu kemudian dijawab oleh kelompok Ahlu Sunnnah, dan
jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka peroleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga
dihapus di ulangan-ulangannya dengan mengatakan “Benarlah jalanmu bersama kaum
Ahlu Sunnah”.
Dari pendapat para ahli tentang Fawatihus Suwar, dapat dilihat bahwa pentakwilan
sebuah ayat sangat banyak macamnya. Hal ini boleh jadi didasari oleh pendidikan dan ilmu -
ilmu yang dimilikinya serta kecenderungan mereka mengkaji Al-Qur’an secara lebih luas.

E. Urgensi Studi Fawatih al-Suwar


Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan kebahasaan.
Fawatihus Suwar merupakan salah satu realitas keistimewaan misterius yang terdapat di dalam
Al_Qur’an . Pemaparan tentang fawatihus Suwar, khusunya menyangkut Al-Huruf Al
Muqotta’ah, tidak banyak bahkan hampir tidak ada yang berhasil mengungkapkan latar
belakang ataupun keterangan yang valid yang secara historis bisa membuktikn hubungan -
hubungan fawaitus suwar. Dari segi makna, memang banyak sekali penafsiran –
penafsiran spekulatif terhadap huruf-huruf itu. Dikatakan spekulatif, karena penafsiran-
penafsiran mengenai hal itu tidak didahului pengungkapan konteks historisnya. Lain halnya
dengan Fawatihus Suwar dalam bentuk lain misalnya Al Qosam (sumpah), An Nida’ (seruan),
Al Amr (perintah),Al Istifham (pertanyaan) dan lain -lain.
Urgensi telaah terhadap fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks penafsiran Al-
Qur’an. Pengggalian - penggalian makna yang terlebih dahulu melalui karakter bab ini, akan
memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data historis yang konkrit

13
ataupunpenafsiran yang menduga - duga. Lebih dari itu tentu saja kita tetap meyakini
eksistensi Al-Qur’an, kebesarannya, keagungannya, juga rahasia kemu’jizatannya.
Banyak sekali urgensi yang kita dapat dalam mengkaji Fawatih al-Suwar Adapun
sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
1. Sebagai Tanbih ( peringatan ) dan dapat memberikan perhatian baik bagi
nabi, maupun umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidapan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalam
fawatih as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia - rahasia Allah yang kita
tidak dapat mengetahuinya,
3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah
swt. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum islimin yang masih
lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataan musuh -musuh islam yang
mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar
kita akan merasakan terhadap keindahan bahasa al-Qur’an itu sendiri bahwa al-Qur’an itu
datang dari Allah swt.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah:
1. Fawatih as-suwar adalah pembuka-pembuka surat, karena posisinya di awal
surat dalam Al-Quran.
2. Seluruh surat dalam al-quran dibuka dengan sepuluh macam pembukaan dan
tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam tersebut.
3. Para ulama berpendapat bahwa huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum
telah sedemikian azali maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani
mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf tersebut.
4. Pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian
Karakter pembukaannya adalah sebagai berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt yang
dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, Yang menggunakan huruf-
huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan mempergunakan kata seru(ahrufun
nida), terdapat dalam sepuluh surat lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan
lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat
dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan oleh sebab itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Daftar Pustaka
al-Suyuti, Al-Itqan fi Ulum Al-Quran, (Semarang: Toha Putra, 1982).
az-Zamakhsyari. Al-Kasy-syaf fi Ulumul Quran , (Semarang: Toha Putra, 1982).

15
al-Hasni, Mahmud bin Alawi al-Maliki, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Quran, Bandung, Pustaka
Setia, 1998.
Chirzin, Muhammad, Al-Quran dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta, PT Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998.
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali, Ulumul Quran I, Bandung, Pustaka Setia, 1997.
Supiana, & M. Karman, Ulum Quran, Bandung, Pustaka Islamika: 2002.
Drs. Muhammad Chirzin, Al-Quran dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Prima Yasa, 1998), h. 61.
Supiana, M, Ag- M. Karman, M. Ag. Ulum Quran, (bandung: Pustaka Islamika: 2002),
h.172-178.

16

Anda mungkin juga menyukai