Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi menyerang hampir 10 juta orang Amerika dari semua
kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dab budaya. Di antara lansia, depresi
terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius meskipun pemahaman
kita tentang penyebb dan perkembangan pengobatan farmakologi dan
psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Studi epidemologis tentang depresi di
antar lansia yang ada di komunitas melaporkan antara lansia yang ada di
komunitas melaporkan tingkat yang sangat bervariasi, dari 2 sampai 44%,
bergantung pada kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan depresi (mis,
kriteria DSM-IV yang ketat versus rasa putus asa dan alam perasaan rendah)
dan metode yang digunakan untuk mengevaluasi hal tersebut (mis, keluhan
sendiri atau skala dasar singkat verusevaluasi psikiatrik klinis mendalam).
Studi yang paling tepat menyatakan bahwa gejala-gejala penting dari depresi
menyerang kira-kira 10 sampai 15% dari semua orang yang berusia lebih dari
65 tahun yang tiak diinstitusionalisasi. Gejala-gejala depresif ini sering
berhubungan dengan penyesuaian yang terlambat terhadap kehilangan dalam
hidup dan stresor-stresor (mis, pensiun yang terpaksa, kematian pasangan)
dan penyakit-penyakit fisik.
Angka depresi meningkat secara drasis diantara lansia yang berada di
institusi, dengan sekitar 50% sampai 75% penghuni perawatan jangka panjang
memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah angka itu, angka
yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10
sampai 20%) mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi
kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan; merupakan gangguan psikiatrik yang

1
paling banyak terjadi pada lansia tetapi untungnya paling dapat diobati.
Hampir 80% penderita depresi serius berhasil diobati dan kembali sehat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian komunitas pada kelompok Depresi
2. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kelompok
Depresi
3. Bagaimana intervensi keperawatan pada kelompok Depresi
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengkajian komunitas pada kelompok Depresi.
2. Mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kelompok
Depresi
3. Mengetahui intervensi keperawatan pada kelompok Depresi

2
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DEPRESI
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan depresi adalah usia
karena banyak lansia yang mengalami depresi.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial: Depresi adalah klien kehilangan minta dan kegembiraan,
kehilangan mood.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini
mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan
pengkajian.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial
sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik
yang mempengaruhi psikososial.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien yang mengalami masalah psikososial: Depresi
biasanya lemah.
b. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis

3
c. Tanda-tanda vital
1) Suhu dalam batas normal (37oC)
2) Nadi meningkat atau normal (N : 70-82x / menit).
3) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun (normal : 120/80
– 140/90 mmHg).
4) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat . (Normal:
18-24x / menit).
d. Pemeriksaan Review Of System (ROS)
1) Sistem Pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam
batas normal.
2) Sistem Sirkulasi (B2: Bleeding)
Dapat ditemukan adanya perubahan frekuensi nadi (meningkat)
atau masih dalam batas normal.
3) Sistem persyarafan (B3 : Brain)
Klien apatis, agitas, gangguan konsentrasi, kurang perhatian,
gangguan persepsi sensori, insomnia.
4) Sistem perkemihan (B4 : Bleder)
Perubahan pola berkemih, seperti poliuria atau disuria.
5) Sistem pencernaan (B5 : Bowel)
Klien dapat mengeluh nyeri abdomen, gangguan pencernaan,
makan berlebihan atau kurang, konstipasi, perubahan berat badan.
6) Sistem muskuloskeletal (B6 : Bone)
Klien mengeluh nyeri otot, nyeri punggung.
7) Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktifitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial depresi :

4
8) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan
dalam memelihara dan menangani masalah kesehatannya.
9) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami makan berlebih / berkurang , kadang tidak
nafsu makan dan nyeri abdomen.
10) Pola eliminasi
Klien mengalami poliuria atau disuria, klien juga kadang
mengalami konstipasi.
11) Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami insomnia.
12) Pola aktifitas dan istirahat
- Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-
hari karena penurunan minat.
- Pengkajian kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari dapat menggunakan Indeks KATZ.
13) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan, tidak punya rumah,dan masalah keuangan. Pengkajian
APGAR Keluarga.
14) Pola sensori atau kognitif
Klien mengalami ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri
sendiri, mencela diri sendiri. Untuk mengetahui status mental klien
dapat dilakukan pengkajian menggunakan Tabel Short Portable
Mental Status Quesionare (SPMSQ)

5
15) Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengalami gangguan konsep diri, perasaan murung, rasa
bersalah , klien menarik diri dan isolasi sosial. Untuk mengkaji
tingkat depresi klien dapat menggunakan Tabel Inventaris Depresi
Beck (IDB) atau Geriatric Depresion Scale (GDS)
16) Pola seksual dan reproduksi
Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan kebutuhan
seksual.
17) Pola mekanisme/ penanggulangan stres dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialaminya.
18) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.
B. Klasifikasi data
1. Data Subyektif
a. Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
b. Sering mengemukakan keluhan somatic seperti :nyeri abdomen dan
dada, anoreksia, sakit punggung, pusing.
c. Penolakan untuk bersosialisasi
d. Aktifitas menurun
e. Nafsu makan menurun
f. Susah tidur atau insomnia
g. Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan
hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
h. Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.

6
2. Data Obyektif
a. Gerakkan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila
duduk dengan sikap yang merosot.
b. Penampilan tidak rapi, kusut, kulitkotor (kebersihan diri kurang)
c. Kontak mata kurang selama interaksi
d. Ekspresi wajah murung gaya jalan yang lambat dengan langkah yang
diseret.
e. Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
f. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan
sering menangis.
g. Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikiranya kosong, konsentrasi
terganggu, tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak
mempunyai daya khayal.
h. Kadang – kadang pasien suka menunjukkan sikap bermusuhan
(hostility).
i. Mudah tersinggung dan tidak suka diganggu.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Harga Diri Rendah berhubungan dengan gangguan gambaran diri, proses
kehilangan, perubahan peran sosial, kurangnya pengakuan / penghargaan
ditandai dengan klien menunjukkan perilaku tidak asertif, kien
mengganggap diri tidak berdaya, tidak berguna.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan fisik dan
psikologis yang lama ditandai dengan klien tampak mengantuk sepanjang
hari, penurunan kemampuan fungsi, klien tampak lelah, gelisah, sesitifitas
tinggi, tidak bergairah, reaksi lamban, sulit berkonsentrasi, gangguan
persepsi, kebingungan.

7
3. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan perasaan tidak berharga
dan putus asa yang ditandai dengan pasien sering mengatakan tidak
berguna, tidak ada tujuan hidup, putus asa.
D. Intervensi Keperawatan
1. Dx. 1 : Harga Diri Rendah berhubungan dengan gangguan gambaran diri,
proses kehilangan, perubahan peran sosial, kurangnya pengakuan /
penghargaan ditandai dengan klien menunjukkan perilaku tidak asertif,
kien mengganggap diri tidak berdaya, tidak berguna.
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dan keterbukaan
b. Berespon secara empati menekankan bahwa kekuatan untuk berubah
ada pada pasien
c. Bantu pasien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
d. Identifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap
kenyataan
e. Berikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaanya
2. Dx. 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan fisik
dan psikologis yang lama ditandai dengan klien tampak mengantuk
sepanjang hari, penurunan kemampuan fungsi, klien tampak lelah, gelisah,
sesitifitas tinggi, tidak bergairah, reaksi lamban, sulit berkonsentrasi,
gangguan persepsi, kebingungan.
Intervensi :
a. Bersama pasien, mengidentifikasi gangguan pola tidur
b. Diskusi cara-cara untuk memenuhi kebutuhan tidur (kurangi tidur
dalam siang hari, minum air hangat/ susu hangat sebelum tidur,
hindarkan minuman yang mengandung cafein)
c. Anjurkan untuk mendengarkan musik yang lembut sebelum tidur

8
d. Berikan pujian jika pasien memilih cara yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan tidurnya
e. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk
memfasilitasi agar pasien dapat tidur
3. Dx. 3 : Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan perasaan tidak
berharga dan putus asa yang ditandai dengan pasien sering mengatakan
tidak berguna, tidak ada tujuan hidup, putus asa.
Intervensi :
a. Bantu pasien mengenali perasaan yang menjadi penyebab timbulnya
ide bunuh diri
b. Anjurkan pasien mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang ada
dilingkunganya
c. Ajarkan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah yang
konstruktif
d. Bantu pasien untuk memilih cara yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah secara konstruktif
e. Beri pujian terhadap pilihan yang telah dibuat pasien dengan tepat

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan depresif merupakan salah satu gangguan mental-emosional
yang cukup sering dijumpai pada orang usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan
oleh karena faktor penyebab dari gangguan depresif begitu besar
kemungkinan akan dialami oleh orang usia lanjut. Di lain pihak, walaupun
terapi untuk gangguan depresif tersebut bisa dilaksanakan namun hasilnya
tidaklah dapat mencapai hasil yang maksimal, mengingat kekurangan secara
fisik dan psikososial pada orang usia lanjut tidaklah dapat dikembalikan
seperti semula.
B. Saran
Asuhan keperawatan haruslah diakukan secara profesional dan
komprehensip, yaitu dengan memandang pada aspek boi-psiko-sosial-spiritual
pada lansia. Aspek psikologis pada individu dengan depresi merupakan aspek
yang tak kala penting dari aspek yang lain, olehnya itu pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan gangguan psikososial harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya demi terciptanya kelompok maupun individu yang sehat jasmani dan
rohani.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info

Media.

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Depresi. Jakarta: EGC

Kaplan, H. I. dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.

Keliat, B.A. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa dan komunitas. Jakarta : EGC

Maramis, W. F. 1900. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

11

Anda mungkin juga menyukai