Anda di halaman 1dari 61

KEPERAWATAN MATERNITAS II

PRE-EKLAMSIA DAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Disusun Oleh

Kelompok I – A2

1. Nurul Khosnul Qotimah 131711133033


2. Mia Ayu Mulyani 131711133034
3. Fradhika A. R. G 131711133035
4. Monicha Saraswati 131711133071
5. Setya Indah 131711133072
6. Wildan Fajrul Falah 131711133073
7. Nike Wahyu Nur Andini 131711133110
8. Wahidah 131711133149

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TAHUN 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II dengan membahas preeklamsi
dan hipertensi pada kehamilan dalam bentuk makalah. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas yang diberikan oleh Ibu Tyas Kusumaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep.

Terima kasih kepada Ibu Ni Ketut Alit Armini, S.Kep.Ns., M.Kep. Sebagai dosen
pengampu yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu,
penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah
ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Untuk itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca
dapat memakluminya. Sekian dan terima kasih.

Surabaya, 20 Agustus 2019

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia adalah keadaan di mana terjadinya hipoperfusi ke organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema
(Karima, 2015).

Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan
20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi
≥ 140/90 mmHg dan di sertai dengan kadar proteinuria 300 mg protein dalam urin
selama 24 jam. Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum, eklampsia
intrapartum, dan eklampsia pospartum. Kejadian eklampsia sekitar 2-8% diseluruh dunia
dan merupakan penyebab kematian 500.000 ibu melahirkan setiap tahunnya. Angka
kejadian eklampsia di Indonesia mencapai128.273 kasus setiap tahun.

Di Indonesia, hipertensi pada ibu hamil tahun 2010 (21,5%), tahun 2011 (24,7%),
tahun 2012 (26,9%), 2013 (27,1%). Berdasarkan data dari tahun 2010 - 2013 terjadi
peningkatan kejadian hipertensi pada kehamilan.. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui karakteristik dari pasien ibu hamil dengan preeklampsia. Jenis penelitian ini
menggunakan desain penelitian deskriptif retrospektif. Pada tahun 2015, terdapat 60
pasien dengan diagnosis Preeklampsia. Kelompok umur tertinggi 31 – 35 tahun, PER
(10%) dan PEB (18,3%).

Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit preeklamsia,


rumusan masalah penulis adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny.P kehamilan
dengan preeklamsia”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari preeklampsia pada ibu hamil?
2. Bagaimana etiologi preeklampsia pada ibu hamil?
3. Bagaimana klasifikasi preeklampsia pada ibu hamil?
4. Apa manifestasi klinis preeklampsia pada ibu hamil?
5. Bagaimana patofisiologi preeklampsia pada ibu hamil?
6. Bagaimana WOC preeklampsia pada ibu hamil?
7. Apa saja komplikasi preeklampsia pada ibu hamil?
8. Apa saja faktor resiko preeklampsia pada ibu hamil?
9. Bagaimana penatalaksanaan preeklampsia pada ibu hamil?
10. Bagaimana pengaruh preeklamsia terhadap kehamilan?
11. Bagaimana pengaruh preeklampsia terhadap persalinan?
12. Bagaimana pengaruh preeklampsia terhadap nifas?
13. Apa definisi dari hipertensi pada ibu hamil?
14. Bagaimana etiologi hipertensi pada ibu hamil?
15. Bagaimana klasifikasi hipertensi pada ibu hamil?
16. Apa manifestasi klinis hipertensi pada ibu hamil?
17. Bagaimana patofisiologi hipertensi pada ibu hamil?
18. Bagaimana WOC hipertensi pada ibu hamil?
19. Apa saja komplikasi hipertensi pada ibu hamil?
20. Apa saja faktor resiko hipertensi pada ibu hamil?
21. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi pada ibu hamil?
22. Bagaimana pengaruh hipertensi terhadap kehamilan?
23. Bagaimana pengaruh hipertensi terhadap persalinan?
24. Bagaimana pengaruh hipertensi terhadap nifas?
25. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada preeklampsia?
26. Bagaimana asuhan keperawatan kasus pada preeklampsia?
27. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada hipertensi?
28. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kasus pada hipertensi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi preeklampsia pada ibu hamil.
2. Mengetahui etiologi preeklampsia pada ibu hamil.
3. Mengetahui klasifikasi preeklampsia pada ibu hamil.
4. Mengetahui manifestasi preeklampsia pada ibu hamil.
5. Mengetahui patofisiologi preeklampsia pada ibu hamil.
6. Mengetahui WOC preeklampsia pada ibu hamil.
7. Mengetahui komplikasi preeklampsia pada ibu hamil.
8. Mengetahui faktor resiko preeklampsia pada ibu hamil.
9. Mengetahui penatalaksanaan preeklampsia pada ibu hamil.
10. Mengetahui pengaruh preeklampsia terhadap kehamilan.
11. Mengetahui pengaruh preeklampsia terhadap persalinan.
12. Mengetahui pengaruh preeklampsia terhadap nifas.
13. Mengetahui definisi hipertensi pada ibu hamil.
14. Mengetahui etiologi hipertensi pada ibu hamil.
15. Mengetahui klasifikasi hipertensi pada ibu hamil.
16. Mengetahui manifestasi hipertensi pada ibu hamil.
17. Mengetahui patofisiologi hipertensi pada ibu hamil.
18. Mengetahui WOC hipertensi pada ibu hamil.
19. Mengetahui komplikasi hipertensi pada ibu hamil.
20. Mengetahui faktor resiko hipertensi pada ibu hamil.
21. Mengetahui penatalaksanaan hipertensi pada ibu hamil.
22. Mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kehamilan.
23. Mengetahui pengaruh hipertensi terhadap persalinan.
24. Mengetahui pengaruh hipertensi terhadap nifas.
25. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada preeklampsia.
26. Mengetahui asuhan keperawatan kasus pada preeklampsia.
27. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada hipertensi.
28. Mengetahui konsep asuhan keperawatan kasus pada hipertensi.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa Keperawatan
Makalah ini dibuat agar mahasiswa keperawatan mengerti bagaimana asuhan
keperawatan pada kasus preeklampsia pada ibu hamil. Serta mengerti teori dasar dari
kasus preeclampsia.

2. Masyarakat Umum

Makalah ini dibuat sebagai referensi bagi masyarakat umum, agar lebih mengerti dan
memahami tentang kasus preeklampsia pada ibu hamil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia

2.1.1 Definisi Preeklampsia


Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau
vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan
20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan
endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan
dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan
nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).

2.1.2 Etiologi Preeklampsia


Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologi dari preeklampsia, meliputi :

a. Abnormalitas invasi tropoblas


Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang sempurna, maka akan
terjadi kegagalan remodeling arteria spiralis. Hal ini mengakibatkan darah
menuju lakuna hemokorioendotel mengalir kurang optimal dan bila jangka
waktu lama mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta. Hipoksia
dalam jangka lama menyebabkan kerusakan endotel pada plasenta yang
menambah berat hipoksia. Produk dari kerusakan vaskuler selanjutknya akan
terlepas dan memasuki darah ibu yang memicu gejala klinis preeklampsia.
b. Maladaptasi imunologi antara maternal-plasenta (paternal)-fetal
Berawal pada awal trimester kedua pada wanita yang kemungkinan akan
terjadi preeklampsia, Th1 akan meningkat dan rasio Th1/Th2 berubah. Hal ini
disebabkan karena reaksi inflamasi yang distimulasi oleh mikropartikel
plasenta dan adiposit.
c. Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses inflamasi dari proses
kehamilan normal.
d. Faktor genetik, termasuk faktor yang diturunkan secara mekanisme epigenetik.
Dari sudut pandang herediter, preeklampsia adalah penyakit
multifaktorial dan poligenik. Predisposisi herediter untuk preeklampsia
mungkin merupakan hasil interaksi dari ratusan gen yang diwariskan baik
secara maternal ataupun paternal yang mengontrol fungsi enzimatik dan
metabolism pada setiap sistem organ. Faktor plasma yang diturunkan dapat
menyebabkan preeklampsia. Insidensi preeklampsia bisa terjadi 20 sampai 40
persen pada anak perempuan yang ibunya mengalami preeklampsia; 11 sampai
37 persen saudara perempuan yang mengalami preeklampsia dan 22 sampai 47
persen pada orang kembar.
e. Faktor nutrisi dan kurangnya intake antioksidan.
Pada populasi umumnya konsumsi sayuran dan buah-buahan yang tinggi
antioksidan dihubungkan dengan turunnya tekanan darah.

2.1.3 Klasifikasi Preeklampsia


Pre-eklamsia di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Pre-eklamsia Ringan
 Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2
kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam dalam jangka waktu 6 jam.
 Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau
lebih per minggu
 Proteinuria kwantitatif 0,3 gram atau lebih per liter; kwalitatif 1+ atau 2+
pada urin kateter atau midstream.
b. Pre-eklamsia Berat
 Bila salah satu diantaragejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil, sudah
dapat digolongkan pre-eklamsia berat.
 Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
 Proteinuria lebih dari 3g/liter.
 Oliguria, yaitu jumlah urin <400cc/24 jam.
 Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, nyeri kepala, dan rasa
nyeri pada epigastrium.
 Terdapat edema paru dan sianosis.
 Enzim hati meningkat disertai dengan ikterus
 Trombosit <100.000/mm.

2.1.4 Manifestasi Klinis Preeklamsia


Berikut tanda dan gejalayang terjadi pada orang yang menderita pre-eklampsia :

a. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti
dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus
menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala
lain.
b. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya, pandangan
kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
c. Iritable ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik
atau gangguan lainnya.
d. Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium) yang terkadang disertai
dengan mual dan muntah.
e. Gangguan pernafasan sampai sianosis
f. Terjadi gangguan kesadaran
g. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
h. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
i. Edema pulmonum

2.1.5 Patofisiologi Preeklamsia


Pada awal kehamilan, sel sitotrofoblas menginvasi arterispiralis uterus,
mengganti lapisan endothelial dari arteri tersebut dengan merusak jaringan elastis
medial, muskular, dan neural secara berurutan. Sebelum trimester kedua kehamilan
berakhir, arteri spiralis uteri dilapisi oleh sitotrofoblas, dan sel endothelial tidak
lagi ada pada bagian endometrium atau bagian superfisial dari miometrium. Proses
remodeling arteri spiralis uteri menghasilkan pembentukan sistem arteriolar yang
rendah tahanan serta mengalami peningkatan suplai volume darah yang signifikan
untuk kebutuhan pertumbuhan janin.
Pada preeklampsia, invasi arteri spiralis uteri hanya terbatas pada bagian
desidua proksimal, dengan 30% sampai dengan 50% arteri spiralis dari placental
bed luput dari proses remodeling trofoblas endovaskuler. Segmen miometrium dari
arteri tersebut secara anatomis masih intak dan tidak terdilatasi. Rerata diameter
eksternal dari arteri spiralis uteri pada ibu dengan preeklampsia adalah 1,5 kali
lebih kecil dari diameter arteri yang sama pada kehamilan tanpa komplikasi.
Kegagalan dalam proses remodeling vaskuler ini menghambat respon adekuat
terhadap kebutuhan suplai darah janin yang meningkat yang terjadi selama
kehamilan.

2.1.6 WOC Preeklamsia


Faktor risiko: Usia, status berkerja,
konsumsi, Antenatal care, usia maternal,
primigravida, riwayat keluarga, riwayat
hipertensi, Tinggi indeks massa tubuh,
gangguan ginjal

Kerusakan sel
Preeklampsia endotelium

Perfusi plasenta ↓ Vasospasme Ginjal

Janin hipoksia Tekanan darah↑ Gang. Fungsi


ginjal

Fetal distress Hipertensi


Proteinuria

Cidera janin
Penurunan
tekanan osmotik
koloid

Edema

PTIK Gangguan perfusi


otak
MK: Hipervolemia
Risiko kejang,
risiko stroke Nyeri kepala Otak kekurangan
suplai oksigen

MK: Risiko MK : Nyeri akut


cidera MK : Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
2.1.7 Komplikasi Preeklampsia pada Kehamilan
a. Solusio Plasenta
Terjadi karena lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam.
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklampsia.
b. Pendarahan Otak
Komplikasi ini merupakan penyebab kematian maternal dari penderita
preeklampsia.
c. Kelainan Mata
Kehilangan pengelihatan untuk sementara, yang berlangsung selama
seminggu, dapat terjadi. Pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina.
d. Edema Paru-Paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan sebagai
akibat respirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
e. Nekrosis Hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia merupakan akibat vasospasme
arteriole umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama pada enzim-enzimnya.
f. Kurangnya Nutrisi pada Bayi
Dampak utama preeklampsia yang bisa diterima bayi adalah bayi
kekurangan nutrisi karena tidak memadainya aliran darah rahim-plasenta. Hal
ini bisa menyebabkan keterlambatan pertumbuhan bayi dalam
kandungan, kelahiran prematur, maupun bayi lahir mati.

2.1.8 Faktor Resiko Preeklamsia


1. Faktor Predisposisi

Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia biala


mempunyai faktor-faktor predisposing sebagai berikut:

a. Nulipara
b. Kehamilan ganda
c. Usia < 20 atau > 35 th
d. Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
e. Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
f. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum
kehamilan
g. Obesitas.
2. Faktor Risiko

Yang mungkin berperan melalui pendekatan safe motherhood terdapat


peran determinan yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi kehamilan
seperti preeklampsia/ eklampsia yang menjadi faktor utama yang
menyebabkan angka kematian ibu tinggi disamping perdarahan dan infeksi
persalinan. Determinan tersebut dapat dilihat melalui determinan proksi/dekat
( proximate determinants), determinan antara (intermediate determinants), dan
determinan kontekstual (Contextual determinants).

a. Determinan proksi/dekat
Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi
preeklampsia berat, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki
risiko tersebut.
b. Determinan intermediat
Yang berperan dalam determinan intermediat antara lain:

1). Status reproduksi.

 Faktor usia
Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil /
melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% -
20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar
dari anakanak. Padahal daru suatu penelitian ditemukan bahwa
dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita
masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7 %
dan tinggi badan 1 %.28) Dampak dari usia yang kurang, dari
hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai
angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20 –
24 tahun.

 Paritas
Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak
risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan
kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada
The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada
kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% ,
kehamilan kedua 1,7% , dan kehamilan ketiga 1,8%.
 Kehamilan Ganda
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6%
preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari
hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya
ialah dislensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan
Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 8 (4%) kasus
preeklampsia berat mempunyai jumlah janin lebih dari satu,
sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai
jumlah janin lebih dari satu.
 Faktor genetika
Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang
diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak
wanita dari ibu penderita pre-eklampsia. Atau mempunyai
riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga.17,19) Faktor
ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena
mendukung insiden hipertensi kronis yang mendasari.

2). Status kesehatan

 Riwayat preeklampsia
Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan
menyebutkan bahwa terdapat 83 (50,9%) kasus preeklapmsia
mempunyai riwayat preeklapmsia, sedangkan pada kelompok
kontrol terdapat 12 (7,3%) mempunyia riwayat preeklampsia
berat.

 Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau
eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau
penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi
esensial.
 Riwayat penderita diabetus militus
Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan
menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu lebih dari 140 mg % terdapat 23 (14,1%) kasus
preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol (bukan
preeklampsia) terdapat 9 (5,3%).
 Status gizi
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam
darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena
jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat
badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah
darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat
pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat
menyumbangkan terjadinya preeklampsia.
 Stres / Cemas
Meskipun dibeberapa teori tidak pernah disinggung kaitannya
dengan kejadian preeklampsia, namun pada teori stres yang
terjadi dalam waktu panjang dapat mengakibatkan gangguan
seperti tekanan darah.

2.1.9 Penatalaksanaan Preeklamsia


Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan
optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pengobatan hanya
dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor-faktor apa
dalam kahamilan yang menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama
penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia; (2)
melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan


penanganan obtetrik. Pada pre-eklampsia ringan ( tekanan darah 140/90 mmHg
samoai 160/100 mmHg ) penanganan simtomatis dan berobat jalan masih mungkin
ditangani di puskesmas dan dibawah pengawasan dokter, dengan tindakan yang
diberikan:

1. Menganjurkan ibu untuk istirahat ( bila bekerja diharuskan cuti ), dan


menjelaskan kemungkinan adanya bahaya. )
2. Sedativa ringan.

a. Phenobarbital 3 x 30 mg
b. Valium 3 x 10 mg

3. Obat penunjang

a. Vitamin B kompleks

b. Vitamin C atau vitamin E

c. Zat besi

4. Nasehat

a. Garam dalam makan dukurangi

b. Lebih banyak istirahat baring kearah punggung janin

c. Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata
kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin
sesak, nyeri epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin
melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang.

5. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. Petunjuk untuk segera


memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu
memperhatikan hal berikut:

a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih

b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih

c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu

d) Edema bertambah dengan mendadak

e) Terdapat gejala dan keluhan subyektif.

2.1.10 Pengaruh Preeklampsia terhadap Kehamilan


Pengaruh preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Ditandai dengan perubahan pembuluh darah plasenta dengan cepat menyebabkan
gangguan fungsi plasenta, diduga yang berperan menyebabkan hal ini yaitu :

1. Maladaptasi Imunologi
Pengaruh imunologi ini didukung oleh penelitian epidemiologi mengenai
kegagalan respon imun maternal secara langsung menyebabkan invansi
tromboplastik dan gangguan fungsi plasenta. Kegagalan respon imun ini
menjadi postulat yang menyebabkan berkurangnya Human leukocyte
antigent (HLA) G protein yang normalnya diproduksi untuk membantu ibu
mengenal komponen imunologi asing plasenta atau berkurangnya formasi
dari bloking antibody untuk menekan atau imunoprotec dari imun asing
plasenta.
2. Genetik predisposisi
Preeklamsi diduga berhubungan dengan sigle recesives gene. , dominant gen
dengan incomplete penetrance atau multifakrorial. Penelitian lain
mengatakan pasien dengan riwayat mempunyai anak intra uterine growth
retardation (IUGR) dipertimbangkan mempunyai resiko untuk terjadi
hipertensi pada kehamilan.
3. Faktor media-vaskular
Adanya defek vascular menyebabkan penyakit seperti diabetes, kronik
hypertension, collagen vascular diasease, metabolic abnormal, insulin
resisten, obesity berinteraksi dengan perfusi plasenta yang berkurang
meningkatkan resiko preeklamsia.. Hal ini menjadi postulat berkembangnya
preeklamsia menjadi tiga cara : de fective Plasentation, plasental ischemia,
endothelial cell dysfunction. Banyak teori dikemukakan para ahli mencoba
menerangkan hal itu sehingga disebut “penyakit teori”, namun belum ada
teori yang meyakinkan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab
preeklamsia adalah teori “iskhemia plasenta”. Teori ini belum dapat
menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini.

Menurut penelitian diketahui bahwa preeklampsia pada masa kehamilan


juga dapat mengakibatkan:

1. Berkurangnya aliran darah menuju plasenta


Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah
menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan
mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin
melambat atau lahir dengan berat kurang.
2. Lepasnya plasenta
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim
sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi
maupun ibunya.
3. Sindrom HELLP
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah),
Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim
dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah).
Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
4. Eklamsia
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat
mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau
ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak
bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.
5. Komplikasi lainnya
- Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
- Hipofibrinogenemia.
- Hemolisis.
- Perdarahan otak, merupakan penyebab utama kematian maternal penderita
eklampsia.
- Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada
retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
- Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.
- Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus
arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
- Kelainan ginjal. kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan
struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal
ginjal.

2.1.11 Pengaruh Preeklampsia terhadap Persalinan


Preeklampsia berhubungan erat dengan komplikasi maternal, baik akut
maupun kronik. Kematian yang terjadi sebagai efek sekunder dari preeklampsia
biasanya terjadi akibat eklampsia, tekanan darah yang tidak terkontrol, atau
inflamasi sistemik. Berikut pengaruh preeklampsia pada persalinan :
1. Morbiditas Perinatal
Preeklampsia memberikan pengaruh pada suplai darah dari ibu ke
plasenta, yang dapat menyebabkan buruknya pertumbuhan janin dalam
kandungan ibu dan dapat memicu terjadinya persalinan prematur.
Preeklampsia adalah penyebab dari 12% bayi yang lahir dengan berat badan
lahir rendah dan seperlima dari bayi yang lahir prematur.
2. Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
Pada kehamilan normal, systemic inflammatory response yang terjadi
sangat ringan. Hal ini muncul pada fase luteal siklus menstruasi sebelum
implantasi terjadi, dan berkembang sejalan dengan dimulainya kehamilan.
Preeklampsia berhubungan dengan munculnya systemic inflammatory
response yang jauh lebih berat dibandingkan dengan pada kehamilan tanpa
komplikasi. Sindrom preeklampsia muncul dikarenakan akumulasi dari
gangguan sirkulasi oleh disfungsi sel endotel maternal. Endotel merupakan
salah satu bagian integral dari jaringan inflamasi yang berarti bahwa aktivasi
endotel akan mengaktivasi leukosit, dan begitu juga sebaliknya. Kombinasi
aktivasi endotel dan leukosit yang terjadi 15 menyebabkan systemic
inflammatory response yang muncul lebih hebat dibandingkan dengan yang
terjadi pada kehamilan normal.

2.1.12 Pengaruh Preeklampsia terhadap Nifas


Setiap tahunnya, diperkirakan bahwa preeklampsia bertanggungjawab atas
50.000 kematian maternal di seluruh dunia, bahkan di negara maju dengan tingkat
mortalitas maternal yang rendah, preeklampsia dan eklampsia menyumbang
angka kematian yang cukup tinggi. Berikut pengaruh dari preeklampsia pada
Nifas :
1. Sepsis
Konsensus yang diadakan oleh American College of Chest Physicians
Society (ACCP) pada tahun 1992 menetapkan definisi sepsis adalah infeksi
yang ditandai dengan munculnya respon inflamasi dikarenakan invasi
mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh yang steril35. Penelitian di Amerika
Serikat mengatakan bahwa ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko
yang lebih besar untuk mengalami severe sepsis, perdarahan postpartum, dan
komplikasi pada luka. Ibu dengan preeklampsia juga memiliki risiko untuk
mengalami syok septik 3 kali lebih besar daripada risiko untuk mengalami
severe sepsis.
2. Trombositopenia
Preeklampsia pada ibu dapat menyebabkan trombositopenia pada
neonates dengan temuan hitung trombosit <150.000/ᵤL. Pada kehamilan
dengan komplikasi preeklampsia, trombositopenia neonatus dapat ditemukan
tepat setelah persalinan atau 2-3 hari pertama kehidupan. Derajat dari
trombositopenia yang berhubungan dengan preeklampsia sangat beragam.
Patogenesis trombositopenia pada bayi dari ibu dengan preeklampsia masih
belum diketahui. Satu mekanisme yang potensial untuk menjelaskan
patogenesisnya adalah trombositopenia merupakan hipoksia pada janin yang
memiliki efek langsung kepada depresi megakariosit.
3. Major Hemorrhagic Postpartum (MHPP)
MHPP atau perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan
darah yang dialami oleh ibu sebanyak ≥1000 ml pada 24 jam pertama setelah
persalinan. Penelitian di Belanda menunjukkan bahwa preeklampsia
meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum sebanyak 1.81 kali
lipat. Penelitian pada subgrup persalinan spontan tanpa induksi preeklampsia
juga meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum.

4. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)


Selain morbiditas fisik, terdapat beberapa data yang menunjukkan akan
adanya trauma psikologis yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
posttraumatic stress disorder pada ibu dengan preeklampsia. Post traumatic
stress disorder merupakan anxietas yang terjadi setelah paparan akan kejadian
yang mengancam jiwa. Hal ini terjadi terutama jika preeklampsia terdahulu
yang dialami ibu diikuti dengan kelahiran prematur dan kematian bayi.

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi pada Kehamilan


Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana
tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya
peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan
diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam
dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam.

Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik ≥140/90
mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4
jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah
diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi
(Prawirohardjo, 2013).

2.2.2 Etiologi Hipertensi pada Kehamilan


Penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan belum diketahui secara
jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi
dan dikelompokkan dalam faktor risiko. Beberapa faktor risiko sebagai berikut :
a. Primigravida, primipaternitas; Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi
pada kehamilan pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam
kehamilan, graviditas paling aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga.
b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Usia; Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar
mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35
tahun.
d. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia; Terdapat peranan genetik
pada hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat
riwayat keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan.
e. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil;
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut
dapat mengakibatkan superimpose preeclampsi dan hipertensi kronis dalam
kehamilan.
f. Obesitas

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi pada Kehamilan


Hipertensi pada kehamilan diklasifikasikan menjadi 5 diantaranya yaitu
sebagai berikut :

a. Hipertensi kronik
Hipertensi yang timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi
yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsi
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.
c. Eklamsi
Preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi
Hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi)
Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.
2.2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi pada Kehamilan
Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi
dalam kehamilan adalah sebagai berikut :

1. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
2. Mengalami hipertensi diberbagai level.
3. Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia
mungkin akan terjadi.
5. Berpotensi gagal hati.
6. Kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7. Meningkatnya enzim hati.
8. Jumlah trombosit menurun.

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi pada Kehamilan


Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl dengan cara merearbsosinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi


dilakukan oleh aksi memompa dari jantung dan dukungan dari arteri. Fungsi kerja
masing-masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai
faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan abnormalitas dari
faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah jantung.
2.2.6 WOC Hipertensi pada Kehamilan
Usia Ibu Obesitas Diabetes Fast food Faktor genetis

<20 thn >35 thn Tubuh tidak Kadar garam ↑,


mampu memecah rendah serat
glukosa→energi
Biologis Perubahan
perkembangan struktur pembuluh
alat reproduksi darah Glukogenesis
belum optimal oleh hati

Lemak di
pembuluh darah↑

Oksidasi
kolesterol dan
trigliserida

Membentuk
radikal bebas

Merusak sel
endotel

Membentu
jaringan parut

Terbentuk plak
aterosklerosis

Lumen vaskuler
menyempit

Resistensi
perifer↑
B1 B2 B3
Hipertensi
Gagal Retina Sistemik Koroner Resistensi
jantung kiri p.darah otak ↑

Spasme Vasokiontriksi Iskemi miokard


Edema arteriole Suplai O2
paru otak ↓
Afterload ↑ MK: Nyeri
Diplopia

MK: Pola MK: Perfusi


Curah Fatique perifer tidak
Nafas tidak MK:
efektif jantung↓ efektif
Risiko
MK:Makan
Suplai darah Jatuh
Kerusakan
MK: Retensi Rangsangan
Aliran darah
Vasokontriksi
MK: Intoleransi
makanan
Perubahan
MK: Berat Suplai O2
Metabolisme
Penumpukan
ginjal ↓
aktivitas
Produksi urin ↓B4
Oligouria
glomerulus
Urin Ketuban
Kurang
p.darah ke
Hipervolemia
MK:
Respon
Blood
Retensi ginjal
Risiko
flow
RAA
Na ↓ pecah dini
nutrisi
plasenta↓
aldosteron perdarahan
Stress janin badan B5berlebih
tinggi
berat Na
badan tulang
MK: B6laktat
asam ↓
Keletihan
anaerob
2.2.7 Komplikasi Hipertensi pada Kehamilan
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam
kehamilan pada ibu dan janin adalah sebagai berikut :

1. Komplikasi yang terjadi pada Ibu :


a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet
count).
h. Ablasio retina.
2. Komplikasi yang terjadi pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

2.2.8 Faktor Resiko Hipertensi pada Kehamilan


Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi pada kehamilan yaitu :

a. Usia Ibu
Usia ibu pada waktu hamil merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelangsungan kehamilan dan juga merupakan salah faktor
risiko terjadinya hipertensi.Umur ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
memiliki risiko yang besar untuk terjadinya hipertensi,hal ini disebabkan
karena ibu yang hamil pada usia yang terlalu muda dari segi biologis
perkembangan alat-alat reproduksinya belum optimal sedangkan pada usia tua
(> 35 tahun)akan menambah terjadinya komplikasi kehamilan,penelitian
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya umur Ibu mengakibatkan absorbsi
tubuh cenderung memburuk dan alat reproduksinya sudah mulai degenerasi
sehingga memungkinkan terjadinya komplikasi.
Dengan bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi menjadi lebih
besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi.
Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan
oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi
lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat
adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.
b. Status Bekerja Ibu
Pekerjaan yang dilakukan oleh ibu hamil haruslah bersifat ringan, tidak
melelahkan ibu dan tidak mengganggu kehamilannya. Pekerjaan dinas
misalnya guru dan pegawai kantor, berdagang maupun tenaga-tenaga perawat
boleh meneruskan pekerjaannya sampai waktu cuti hamil asal saja ingat akan
pekerjaan yang sifatnya memberatkan. Pekerjaan yang sifatnya mengganggu
kehamilan dihindarkan misalnya pekerjaan di pabrik rokok, percetakan atau
pabrik-pabrik lainnya yang mengeluarkan zat-zat yang dapat menggangu janin
dalam kandungannya.

Interaksi manusia sebagai pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan


kerja dapat menyebabkan efek positif kepada pekerja,atau efek yang
sebaliknya.Hampir setiap pekerjaan selalu memiliki ”agen stress ”yang
potensial. Pada umumnya,stress pada pekerja terjadi karena interaksi pekerja
dengan pekerjaan atau lingkungan kerja,yang ditandai dengan penolakan diri
sehingga terjadi penyimpangan secara fungsional.

c. Konsumsi Fast Food


Oleh karena fast food tidak memenuhi kriteria gizi seimbang:
kandungan kalori sangat tinggi, terutama dalam bentuk karbohidrat, lemak dan
protein. Akibatnya, konsumsi yang tinggi akan menyebabkan risiko obesitas
semakin tinggi. Dalam jangka panjang obesitas bisa memicu timbulnya
berbagai penyakit, seperti diabetes dan jantung koroner. Selain itu kadar garam
yang tinggi bisa memicu hipertensi (darah tinggi).

Yang menyebabkan fast food di anggap negatif adalah karena


ketidakseimbangnya. Hal ini dengan mudah bisa kita lihat dari besarnya porsi
daging ayam atau buger yang di sajikan. Fast food umumnya juga miskin akan
sayur .Selain fast food juga disinyalir sebagai makanan tinggi garam dan
rendah serat. Tersedianya garam meja di restoran fast food akan mendorong
konsumen untuk mengkonsumsi ekstra garam. Padahal garam ini menjadi
faktor risiko minculnya penyakit hipertensi ,khususnya bagi individuindividu
yang sensitif terutama ibu hamil hendaknya di batasi maksimum 25% dari
kebutuhan kalori atau sekitar 500-550 Kalori. Sedangkan konsumsi kolesterol
adalah 300 mg/orang/hari.

Garam dapur sebagai salah satu sumber utama natrium, selalu ada pada
makanan yang kita santap. Tubuh memang butuh natrium, tetapi bila
berlebihan akan menjadi salah satu penyebab hipertensi. Natrium atau sodium
merupakan salah satu mineral penting bagi tubuh. Kadar natrium di dalam
tubuh sekitar 2 persen dari total mineral. Tubuh orang dewasa sehat
mengandung 256 gram senyawa natrium klorida (NaCl) yang setara dengan
100 gram unsur natrium. Kadar natrium normal pada serum 310-340 mg/dL.

d. Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga yang terlatih dalam
kebidanan, yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan perawat yang terlatih.
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus,
agar dapat berlangsung dengan baik. Kehamilan menyangkut kehidupan ibu
dan janin. Risiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil pada
mulamya normal secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Ibu hamil
yang memiliki kunjungan pada tempat pelayanan kesehatan kurang dari 4 kali
(K4) pada trisemester berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki kunjungan pada tempat
pelayanan kesehatan lebih dari 4 kali pada trisemester tidak berisiko
melahirkan bayi berat badan lahir rendah.
e. Usia maternal

Yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan
komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai risiko
yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi
saat usia diatas 35 tahun.

f. Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan
pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas
paling aman adalah kehamilan kedua sampai ketiga.
g. Riwayat keluarga
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal
tersebut dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi
dalam kehamilan.
h. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana
komplikasi tersebut dapat mengakibatkan superimpose preeclampsi dan
hipertensi kronis dalam kehamilan.
i. Tingginya indeks massa tubuh
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena
kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko
terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,
hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai
jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan
dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh.
j. Gangguan ginjal
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil
dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut berhubungan
dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan
vasokonstriksi pembuluh darah.

2.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi pada Kehamilan


Penatalaksaan yang dapat dilakukan untuk hipertensi pada kehamilan yaitu :

1. Perawatan selama kehamilan

Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi


sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg. Obat pilihan
antihipertensi adalah hidralazin yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5
menit sampai tekanan darah turun. Jika hidralazin tidak tersedia, dapat
diberikan nifedipin 5 mg sublingual dan tambahkan 5 mg sublingual jika
respon tidak membaik setelah 10 menit. Selain itu labetolol juga dapat
diberikan sebagai alternatif hidralazin. Dosis labetolol adalah 10 mg, jika
respon tidak baik setelah 10 menit, berikan lagi labetolol 20 mg. Pasang infus
Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih). Ukur keseimbangan
cairan, jangan sampai overload. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda
edema paru. Adanya krepitasi menunjukkan edema paru, maka pemberian
cairan dihentikan. Perlu kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan
proteinuria.

2. Perawatan persalinan

Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang


pada eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi timbul. Jika terdapat gawat
janin, atau persalinan tidak terjadi dalam 12 jam pada eklampsi, lakukan seksio
sesarea.

3. Perawatan pospartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang
terakhir. Teruskan pemberian obat antihipertensi jika tekanan darah diastolik
masih >110 mmHg dan pemantauan urin (Mustafa R et al., 2012).

Khusus pada penatalaksanaan preeklampsia berat (PEB), penanganan


terdiri dari penanganan aktif dan penanganan ekspektatif. Wanita hamil dengan
PEB umumnya dilakukan persalinan tanpa ada penundaan. Pada beberapa
tahun terakhir, sebuah pendekatan yang berbeda pada wanita dengan PEB
mulai berubah. Pendekatan ini mengedepankan penatalaksanaan ekspektatif
pada beberapa kelompok wanita dengan tujuan meningkatkan luaran pada bayi
yang dilahirkan tanpa memperburuk keamanan ibu. Adapun terapi
medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan PEB antara lain adalah:

a. Tirah baring
b. Oksigen
c. Kateter menetap
d. Cairan intravena.
e. Magnesium sulfat (MgSO4).
Obat ini diberikan dengan dosis 10 cc MgSO4 40% secara
intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan
MgSO4 40% sebanyak 15 cc dalam 500 cc ringer laktat (RL) selama 6
jam. Magnesium sulfat ini diberikan dengan beberapa syarat, yaitu:
 refleks patella normal
 frekuensi respirasi >16x per menit
 produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5
cc/kgBB/jam
 disiapkannya kalsium glukonas 10% dalam 10 cc sebagai
antidotum. Bila nantinya ditemukan gejala dan tanda intoksikasi
maka kalsium glukonas tersebut diberikan dalam tiga menit.
f. Antihipertensi

Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110 mmHg.


Pilihan antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10 mg.
Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin
ulangan 10 mg dengan interval satu jam, dua jam, atau tiga jam sesuai
kebutuhan.1 Penurunan tekanan darah pada PEB tidak boleh terlalu
agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg atau
maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini sangat dianjurkan karena
harganya murah, mudah didapat, dan mudah mengatur dosisnya dengan
efektifitas yang cukup baik.

g. Kortikosteroid

National Institutes of Health (NIH) merekomendasikan:

1. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 24–34 minggu yang


dalam persalinan prematur mengancam merupakan kandidat untuk
pemberian kortikosteroid antenatal dosis tunggal.
2. Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg sebanyak
dua dosis dengan selang waktu 24 jam atau deksametason 6 mg
sebanyak 4 dosis intramuskular dengan interval 12 jam.
3. Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan
berlangsung selama tujuh hari.

Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk


berkonsultasi dengan dokter keluarga anda. Ada pun makanan yang harus dihindari
atau dibatasi oleh pen de rita hipertensi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa,
gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers,
keripikdan makanan keringyangasin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
6. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam).
7. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
8. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

2.2.10 Pengaruh Hipertensi pada Kehamilan


Hipertensi dalam kehamilan yang tidak ditangani dengan baik bisa
membahayakan bayi dan diri Anda sendiri. Berikut ini adalah berbagai dampak
negatif hipertensi dalam kehamilan, yaitu:

a. Aliran darah ke plasenta berkurang.

Kondisi ini bisa membuat bayi dalam kandungan tidak mendapat cukup
oksigen dan nutrisi.

b. Pertumbuhan janin terhambat.

Kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke janin bisa menghambat proses


pertumbuhan janin, menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah,
atau lahir secara prematur.

c. Kelahiran prematur

Demi menyelamatkan nyawa Anda dan si Kecil, kadang dokter akan


menyarankan kelahiran bayi secara prematur. Caranya dengan jalan induksi
atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk mencegah eklamsia dan
komplikasi lainnya.

d. Abrupsio plasenta

Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum
proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan rusak. Anda juga
akan mengalami pendarahan yang hebat. Kedua hal ini bisa membahayakan
nyawa Anda dan si Kecil.

e. Bayi meninggal dalam kandungan


Kondisi ini bisa saja terjadi pada masa hamil lima bulanatau lebih. Bayi
meninggal dalam kandungan karena tidak mendapatkan cukup oksigen dan
nutrisi yang dibutuhkan.

f. Berkembangnya penyakit kardiovaskular

Jika sudah sampai pada tahap preeklamsia, maka dapat berisiko terkena
penyakit kardiovaskular setelah melahirkan, khususnya jika melahirkan bayi
secara prematur. Namun bisa meminimalisasi risiko dengan menjalani gaya
hidup sehat usai melahirkan.

2.2.11 Pengaruh Hipertensi pada Persalinan


Saat kontrol kehamilan, banyak ibu hamil menyepelekan angka tensi pada
tekanan darah. Sehingga tak jarang tekanan darah bisa meningkat saat menjelang
persalinan. Berikut pengaruh darah tinggi terhadap persalinan :

1. Kematian bayi sesaat setelah lahir


Bahaya pertama yang mengintai ketika bumil melahirkan bayi dalam
kondisi tekanan darah yang cukup tinggi adalah kematian bayi sesaat setelah
lahir. Hal ini bisa terjadi karena selama di dalam kandungan plasenta tidak
mendapatkan darah yang cukup sehingga bisa menyebabkan kerusakan organ
tubuh bayi hingga bayi tak mendapatkan oksigen yang cukup.

2. Pendarahan hebat
Bumil akan mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan. Hal ini
karena tekanan darah tinggi yang dialami menyebabkan plasenta terpisah dari
dinding rahim dan menyebabkan pendarahan hebat. Jika terus-terusan maka
bumil bisa mengalami anemia sampai kehabisan darah.
3. Berat badan bayi yang rendah
Salah satu resiko melahirkan bayi pada saat tekanan darah sangat tinggi
adalah bayi memiliki berat badan yang rendah atau jauh dari kata normal. Hal
ini karena selama dalam masa kandungan, bumil yang memiliki tekanan darah
tinggi menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancar. Aliran darah tidak
lancar itu menyebabkan darah tidak mengalir ke tubuh bayi dengan baik
sehingga berat badan bayi cukup rendah.

2.2.12 Pengaruh Hipertensi pada Nifas


Usai proses persalinan, rahim Anda akan menjalani masa pemulihan. Masa
ini disebut dengan istilah postpartum, atau lebih dikenal dengan istilah masa nifas.
Masa nifas dihitung sejak bumil melahirkan hingga 40 hari sesudahnya, atau
sekitar 6 minggu. Pada masa ini, akan terjadi berbagai perubahan pada tubuh
bumil, sehingga organ-organ tubuh yang berperan selama masa kehamilan hingga
persalinan, seperti rahim, serviks, dan vagina, akan kembali seperti semula seperti
saat sebelum hamil.

Tekanan darah tinggi setelah melahirkan dalam istilah medis disebut dengan
postpartum preeklampsia. Kondisi ini terjadi ketika seorang wanita memiliki
tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urinenya setelah melahirkan.
Postpartum preeklampsia berbahaya bagi ibu dan janin sehingga kondisi ini
membutuhkan penanganan medis segera. Berikut pengaruh darah tinggi terhadap
nifas :

1. Eklampsia setelah melahirkan


Eklampsia setelah melahirkan pada dasarnya adalah preeklamsia setelah
melahirkan yang ditambah dengan kejang. Kondisi ini dapat merusak organ
vital secara permanen, termasuk otak, hati dan ginjal Anda. Jika tidak segera
diobati, kondisi ini juga dapat menyebabkan koma, bahkan kematian.

2. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzimes and Low Platelet
Count) atau hemolisis, peningkatan enzim hati, dan jumlah trombosit yang
rendah. Sindrom HELLP, bersama dengan preeklampsia, mengakibatkan
banyak kematian pada ibu terkait dengan hipertensi.
3. Infeksi puerperal (nifas)
Infeksi terjadi apabila sebelum pembedahan telah ditemukan gejala-
gejala infeksi intraparfum. Infeksi dikatakan ringan apabila hanya terjadi
peningkatan suhu tubuh beberapa hari saja. Infeksi berat bila terdapat tanda
infeksi sedang diserti peritonitis, sepsi, dan ileus paralitik. Biasanya infeksi
ditemukan pada kasus seperti partus yang terlantar dan ketuban pecah dini
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS

3.1 Konsep Asuhan Keperawatan Preeklamasi Pada Ibu Hamil

3.1.1 Pengkajian
a. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun,
Jenis kelamin.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit
kepala
2. Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
4. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
5. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan.
6. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.
c. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
d. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping.
Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi

e. Pola aktivitas sehari-hari


 Aktivitas
Gejala : biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat
badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
 Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
 Abdomen
Gejala :
Inspeksi : biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah
adanya sikatrik bekas operasi atau tidak.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
1. Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler.
2. Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil
janin di sebelah kanan.
3. Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.
4. Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu
atas panggul
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
(jika refleks +)
 Eliminasi
Gejala : biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup,
oliguria
 Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-
muntah.
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
 Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas

 Neurosensori
Gejala : biasanya terjadi hipertensi
Tanda : nyeri kepala hebat
 Nyeri / kenyamanan
Gejala : biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus,
gangguan penglihatan.
Tanda : biasanya klien gelisah,
 Pernafasan
Gejala : biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing,
sonor.
Tanda : biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
 Keamanan
Gejala : apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
 Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
2) Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3) Pemeriksaan Fisik (Persistem)
 Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang
dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan
aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus
pada kaki.
 Sistem cardiovaskuler
 Inspeksi: apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
 Palpasi:
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,
melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu
kehamilan.
Nadi : biasanya nadi meningkat atau menurun.
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang
dalam kurun waktu 24 jam suhu dingin
 Auskultasi: untuk mendengarkan detak jantung janin untuk
mengetahui adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak
teratur gerakan janin melemah.
 Sistem reproduksi
1) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara.
2) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur
darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
3) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi
edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
 Sistem integumen perkemihan
1) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat
gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium,
(Fungsi ginjal menurun).
2) Oliguria
3) Proteinuria
 Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
 Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II
kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
g. Pengelompokan Data
Data Subyektif
 Biasanya ibu mengeluh Panas
 Biasanya ibu mengeluh sakit dan nyeri kepala
 Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
 Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
 Skala nyeri (2-4)
 Biasanya ibu mengatakan kurang nafsu makan
 Biasanya ibu sering mengeluh mual muntah
 Biasanya ibu sering bertanya tentang penyakitnya
 Biasanya ibu sering mengungkapkan kecemasan

Data Obyektif
 Biasanya teraba panas
 Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
 Biasanya ibu tampak kejang
 Biasanya ibu tampak lemah, konjungtiva anemis
 Biasanya penglihatan ibu kabur
 Biasanya klien tampak cemas dan gelisah
 Biasanya klien tampak kurus
 Tonus otot perut tampa tegang
 Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
 Biasanya DJJ bayi cepat >160
 Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
 Aktivitas janin menurun
h. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
 USG : untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko cidera pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
2. Risiko cidera pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
4. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan natrium dibuktikan
dengan edema anasarka
5. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

3.1.3 Intervensi
1. Risiko cidera pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
Tujuan : Tidak terjadi cidera pada ibu
Kriteria Hasil :
 Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
 Tanda-tanda vital : TD : 100-120/70-80 mmHg, Suhu: 36-37 C, Nadi :
60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt.
Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan
jam sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH.
2. Catat tingkat kesadaran pasien 2. Penurunan kesadaran sebagai indikasi
penurunan aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda-tanda 3. Gejala tersebut merupakan manifestasi
eklampsia (hiperaktif, reflek dari perubahan pada otak, ginjal,
patella dalam, penurunan jantung dan paru yang mendahului
nadi,dan respirasi, nyeri status kejang.
epigastrium dan oliguria )
4. Monitor adanya tanda-tanda 4. Kejang akan meningkatkan kepekaan
dan gejala persalinan atau uterus yang akan memungkinkan
adanya kontraksi uterus. terjadinya persalinan.
5. Kolaborasi dengan tim medis 5. Anti hipertensi untuk menurunkan
dalam pemberian anti tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
hipertensi dan SM
2. Risiko cidera pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta.
Tujuan : Tidak terjadi cidera pada janin
Kriteria Hasil :
 DJJ (+) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG : Normal
Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin 2. Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda 3. Ibu dapat mengetahui tanda dan
solutio plasenta (nyeri gejala solutio plasenta dan tahu
perut, perdarahan, rahim tegang, akibat hipoxia bagi janin
aktifitas janin turun )
4. Kaji respon janin pada ibu yang 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
diberi anti hipertensi dan SM pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam 5. USG dan NST untuk mengetahui
pemeriksaan USG dan NST keadaan/kesejahteraan janin

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi uterus dan


pembukaan jalan lahir.
Tujuan : Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil :
 Skala nyeri ibu berkurang
 Ibu mengerti penyebab nyerinya
 Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda
pasien ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya.
2. Jelaskan penyebab nyerinya 2. Ibu dapat memahami penyebab
nyerinya sehingga bisa kooperatif

3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri 3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat


dengan nafas dalam bila HIS berelaksasi , terjadi vasodilatasi
timbul pembuluh darah, expansi paru optimal
sehingga kebutuhan 02 pada jaringan
terpenuhi
4. Bantu ibu dengan 4. Untuk mengalihkan perhatian pasien
mengusap/massage pada bagian
yang nyeri

4. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan natrium dibuktikan


dengan edema anasarka.
Tujuan :
Kriteria hasil :

Intervensi Rasional
1.

5. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan koping yang tidak efektif


terhadap proses persalinan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu
berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan sedang
bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat
diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses 2. Pengetahuan terhadap proses
persalinan persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang
maladaptive.
3. Gali dan tingkatkan mekanisme 3. Kecemasan akan dapat teratasi jika
koping ibu yang efektif mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
4. Beri support system pada ibu 4. Ibu dapat mempunyai motivasi untuk
menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada sehingga dapat
membawa ketenangan hati

3.1.4 Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya
diterapkan dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan
perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada
waktu dan situasi yang tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan
didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64).
Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
a. Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan
keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
b. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase
ini, implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan
interdependent. Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data yang
berhubungan dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan spritual.
c. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
3.1.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
physical abuse antara lain :
1) Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan
mengatasi physical abuse.
2) Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang
positif dan efektif.
3) Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
4) Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.

3.2 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Ibu Hamil

3.2.1 Pengkajian
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali
lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi
laten. Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika
Serikat pada dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini
sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran
kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat kelahiran di kalangan wanita
usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan lebih tua berada
pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center for Health
Statistik. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar
meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan
wanita usia 45-49; tingkat triplet dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar
melompat lebih dari 400 persen secara keseluruhan, dan 1.000 persen di
kalangan wanita di mereka 40-an.
b. Keluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa
seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-
kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka
terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali
dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik
biasa), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24
jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien
menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau
skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas,
angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko
dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak
dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru
mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam
kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu
atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali.
f. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
g. Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.
h. Pengkajian sistem tubuh
a) B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.

b) B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan
meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat
perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor
pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi
meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung
terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
c) B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi.
Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI.
Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan
EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang
yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi
cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi
keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan
pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan
kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
d) B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat
diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat
peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat
molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan
pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis
kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus
hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar
enzim hati dalam serum.

e) B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual,
muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
f) B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit
kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati.
Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
3.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil


pengkajian. Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan
hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal berikut.
1) Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d

 Hipertensi

 Vasospasme siklik

 Edema serebral

 Perdarahan

2) Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d

 Terapi magnesium sulfat

 Edema paru

3) Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d

 Terapi antihipertensi yang berlebihan

 Jantung terkena dalam proses penyakit

4) Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d

 Vasospasme sistemik

 Hipertensi

 Penurunan perfusi uteroplasenta

5) Risiko tinggi cedera ibu b.d

 Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perfusi ginjal

 Terapi magnesium sulfat dan antihipertensi

6) Risiko tinggi cedera pada janin b.d


 Insufisiensi uteroplasenta

 Kelahiran premature

 Solusio plasenta

7) Ansietas b.d efeknya pada ibu dan janin

3.2.3 Intervensi
1) Perubahan perfusi jaringan b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema
serebral, Perdarahan

Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi

Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis,


penurunan tekanan darah, edema

Intevensi Rasional

1. Memantau asupan oral dan 1. MGSO4 adalah obat anti kejang


ifus IV MGSO4 yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi
2. Memantau urin yang kluar
vasospasme sehingga
3. Memantau edema yang menyebabkan peningkatan perfusi
terlihat ginjal, mobilisasi cairan ekstra
seluler (edema dan diuresis
4. Mempertahankan tirah baring
total dengan posisi miring 2. Tirah baring menyebabkan aliran
darah urtero plasenta, yang sering
kali menurunkan tekanan darah
dan meningkatkan dieresis
2) Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP

Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal

Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang

Intervensi Rasional

1. Mendapatkan data-data dasar 1. Data-data dasar dugunakan


(misal DTRs,klonus) untuk memantau hasil terapi
2. Memantau pemberian IV MgSO4 2. MGSO4 adalah obat anti
dan kadar serum MgSO4 kejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan
3. Mengkaji adanya kemungkinan
merelaksasi vasospasme
keracunan MgSO4
3. Dosis yang berlebih akan
4. Mempertahankan lingkungan yang
membuat kerja otot
tenang, gelap dan nyaman
menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi
pernapasan berat
4. Rangsangan kuat, misalnya
cahaya terang dan suara
keras dapat menimbulkan
kejang

3) Resiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal


distress pada janin

Kriteria hasil : – DJJ ( + ) : 12-12-12

Intervensi Rasional

1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi


terjadinya hipoxia, prematur dan
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
solusio plasenta
3. Jelaskan adanya tanda-tanda
2. Penurunan fungsi plasenta mungkin
solutio plasenta (nyeri perut,
diakibatkan karena hipertensi sehingga
perdarahan, rahim tegang, aktifitas
janin turun ) timbul IUGR
4. Kaji respon janin pada ibu yang 3. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
diberi SM solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam
pemeriksaan USG dan NST 4. Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
5. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin

4) Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir

Tujuan : ansietas dapat teratasi

Kriteria hasil :

1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat


2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah

Intervensi Rasional

Mandiri Mandiri
1. Kaji tingkat ansietas pasien. 1. Membantu menentukan jenis
Perhatikan tanda depresi dan intervensi yang diperlukan
pengingkaran
2. Membuat perasaan terbuka dan
2. Dorong dan berikan kesempatan bekerja sama untuk memberikan
untuk pasien atau orang terdekat informasi yang akan membantu
mengajukan pertanyaan dan mengatasi masalah
menyatakan masalah
3. Keterlibatan meningkatka perasaan
3. Dorong orang terdekat berpartisipasi berbagi, manguatkan perasaan
dalam asuhan, sesuai indikasi berguna, memberikan kesempatan
untuk mengakui kamampuan
individu dan memperkecil rasa takut
karena ketidaktahuan

3.3 Kasus Pre-Eklampsia pada Kehamilan


Kasus:

Ny. S usia 28 tahun dibawa di RS Universitas Airlangga pada tanggal 6 Juni 2019
ditemani dengan suaminya Tn. A (30 tahun). Ny.S sedang mengandung anak keduanya
dengan usia kandungannya 21 minggu 1 hari. Ny. S mengeluh mengalami nyeri kepala
dengan pandangan kabur sehingga tampak meringis kesakitan. Terjadi pembengkakan kaki
dan jari tangannya yang tidak hilang meski sudah beristirahat, sehingga sulit digunakan untuk
berjalan. Ia juga mengatakan nyeri pada ulu hati disertai mual muntah dengan badan yang
semakin melemah. Ny.S sering merasa jantung berdebar ketika melakukan aktivitas sehari-
hari. Ia tampak lemas dan lemah. Oleh karena itu ia terlihat sangat cemas dan gelisah akan
kondisi yang dialaminya.

Ny. S menceritakan bahwa ia memiliki riwayat hipertensi sebelum mengandung anak


kedua dan riwayat penggunaan pil KB 1 tahun sebelum kehamilan. Ia pertama kali
menstruasi pada usia 14 tahun dengan siklus 28 hari selama 7 hari tanpa ada keluhan.
Kehamilan pada anak pertama lahir dengan normal di bidan dengan berat badan badan 3.000
gram lahir segera menangis berjenis kelamin perempuan sekarang berusia 6 tahun dan dalam
keadaan sehat. Hasil pemeriksaan menunjukkan TD : 170/110 mmHg, tekanan nadi 105x/m,
RR 25x/m, suhu tubuh 37˚C. Pada saat dilakukan pemeriksaan urine ditemukan proteinuria
+≥5 g/24 jam.

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Pasien : Ny. S
Usia : 28 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Gubeng, Surabaya
Nama Suami : Tn. A
Usia : 30 tahun
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Gubeng, Surabaya
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ny. S mengeluh mengalami nyeri kepala dengan pandangan kabur disertai dengan
pembengkakan pada kaki dan jari tang sehingga sulit digunakan untuk berjalan.
Ny.S Ia juga mengatakan nyeri pada ulu hati disertai mual muntah dengan badan
yang semakin melemah.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Ny.S memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelum mengandung anak kedua.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. S mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama sepertinya.
d. Riwayat Kehamilan dan KB
Ny. S memiliki riwayat penggunaan pil KB 1 tahun sebelum kehamilan. Ia
pertama kali menstruasi pada usia 14 tahun dengan siklus 28 hari selama 7 hari
tanpa ada keluhan. Kehamilan pada anak pertama lahir dengan normal di bidan
dengan berat badan badan 3.000 gram lahir segera menangis berjenis kelamin
perempuan sekarang berusia 6 tahun dan dalam keadaan sehat.
3. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Aktivitas
Terjadi pembengkakan pada kaki dan jari tangan Ny.S sehingga sulit digunakan
untuk berjalan
b. Eliminasi
 BAK
-Frekuensi : 4 kali/24 jam

Pada pemeriksaan urine ditemukan urinaria +≥5 g/24 jam.

 BAB
-Frekuensi : 1kali/24 jam
-Warna : Kuning kehijauan
-Konsistensi : Lunak
c. Integritas Ego
Ny. S terlihat cemas dan gelisah dengan kondisi yang dialaminya saat ini
d. Nyeri
Nyeri kepala disertai dengan pandangan kabur
e. Keselamatan
 Pergerakan
Kesulitan untuk berjalan karena adanya pembengakan pada kaki dan jari
tangan
 Penglihatan
Akibat nyeri pada kepala sehingga menyebabkan masalah penglihatan
yaitu pandangan yang kabur
 Pendengaran
Tidak ada masalah pendengaran
f. Pola Nutrisi
 Frekuensi makan 3x/hari
 Nafsu makan baik
g. Pola Personal Hygiene
 Mandi : 2x/hari
 Oral hygiene : 2x/hari
h. Pola Istirahat dan Tidur
 Lama tidur : 8 jam/hari
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
 Menarche : usia 14 tahun
 Siklus : teratur
 Banyaknya : 250 cc
 Lama : 7 hari
b. Usia Kehamilan
 HPHT : 9 Januari 2019
 Usia Kehamilan : 21 minggu 1 hari
5. Riwayat Kontrasepsi
 Jenis : Pil KB selama setahun sebelum menikah
 Masalah yang terjadi : Peningkatan tekanan darah

PEMERIKSAAN FISIK

1. Vital Sign
TD : 170/110 mmHg
Tekanan nadi : 105x/m
RR : 25x/m
Suhu Tubuh : 37˚C
2. Kesadaran : Composmentis
GCS : (E4 M6 V5)
3. Keadaan Umum
a. Sakit/ Nyeri
P : Berhubungan dengan hipertensi
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Ulu hati
S : skala 4
T : Nyeri setiap saat

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinanalisis
Ditemukan proteinuria +≥5 g/24 jam
2. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal Hb untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr%)
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43vol%)
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450ribu/mm3)

ANALISIS DATA

No Analisis Data Etiologi Diagnosis


1. DS : Tekanan darah tinggi Resiko Cidera pada
 Px mengeluh mengalami nyeri dan kandungan Ibu
kepala dengan pandangan proteinuria tinggi
kabur.
 Px mengamali mual muntah
 Px mengatakan jantung
Pre-eklampsia berat
berdebar ketika melakukan tidak ditangani
aktivitas sehari-hari
 Px merasa lemas dan lemah
DO : Resiko terjadi
 TD : 170/110 mmHg eklampsia
Tekanan nadi : 105x/m
RR : 25x/m
Suhu Tubuh : 37˚C
 Ditemukan proteinuria +≥5 Resiko terjadinya
kejang
g/24 jam

Resiko cidera
2. DS : Tekanan darah tinggi Nyeri Akut
 Px mengatakan nyeri pada
daerah perut atasnya
 P : Berhubungan dengan
hipertensi
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Ulu hati Kerusakan jaringan
S : skala 4
T : Nyeri setiap saat
DO :
 Px tampak meringis kesakitan
 TD : 170/110 mmHg
Tekanan nadi : 105x/m Nyeri Akut
RR : 25x/m
Suhu Tubuh : 37˚C
 Menunjukkan ekspresi
kessakitan

3. DS : Tekanan darah tinggi Resiko cidera pada


 Ny.S mengeluh adanya janin
pembengkakan pada kaki dan
jari tangan yang tak kunjung Pembuluh darah
hilang menjadi lebih sempit
DO : serta melakukan
 Tampak adanya reaksi berbeda
pembengkakan pada kaki yang terhadap rangsangan
tak kunjung hilang hormon
 TD : 170/110
mmHg
Tekanan nadi : 105x/m
RR : 25x/m berkurangnya jumlah
Suhu Tubuh : 37˚C darah yang bisa
dialirkan ke plasenta

resiko cidera pada


janin
4.  DS : px mengeluh sering Trombosit rendah Resiko Perdarahan
merasa pusing dan lemas
 DO : pada pemeriksaan
penunjang, diketahui px Gangguan koagulasi
mengalami penurunan
trombosit (nilai rujukan 150-
450ribu/mm3)
Resiko perdarahan

Diagnosa:

Risiko Cidera pada ibu bd kurang adekuatnya observasi dan antisipasi, skrining dan
perawatan prenatal yang tidak adekuat (SDKI D.0137)

Nyeri akut bd agen pencedera fisiologis dd mengeluh nyeri, tampak meringis, frekuensi nadi
meningkat (SDKI D.0077)

Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta

Resiko Perdarahan bd Gangguan koagulasi ( D.0012)

No. Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
1. Risiko Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kehamilan 1. Mengetahui
Cidera pada keperawatan selama 3x24 Risiko Tinggi kondisi fisik dan
ibu bd jam diharapkan risiko 1. Monitor status fisik psikososial klien
2. Mengetahui tingkat
kurang cedera pada ibu dapat dan psikososial
kecemasan ibu dan
adekuatnya berkurang atau hilang selama kehamilan
Dengan Kriteria Hasil : 2. Dampingi ibu saat menguranginya
observasi
1. Toleransi aktivitas 3. Memberikan
merasa cemas
dan
cukup meningkat 3. Diskusikan persiapan edukasi sebelum
antisipasi, 2. Ketegangan otot
persalinan dan kelahiran dan
skrining dan menurun
kelahiran persalinan
3. EKspresi wajah
perawatan 4. Jelaskan risiko janin 4. Mengetahui
kesakitan menurun
prenatal mengalami kelahiran aktifitas bayi yang
4. Gangguan mobilitas
yang tidak premature sehat dan apakah
menurun
5. Ajarkan cara
adekuat 5. Tekanan darah terdapat kelainan
menghitung gerakan 5. Memberikan
(SDKI membaik
6. Frekuensi nadi janin edukasi mengenai
D.0137)
6. Ajarkan mengenali
membaik risiko janin lahir
7. Frekuensi napas tanda bahaya selama
premature
membaik hamil 6. Memberi edukasi
Edukasi Pengurangan tanda bahaya untuk
Risiko dapat dicegah
7. Mengetahui
1. Identifikasi kesiapan
kesiapan ibu
dan kemampuan
sebelum menerima
menerima informasi
2. Berikan pendidikan informasi terkait
kesehatan sebelum kondisi
8. Memberi edukasi
melakukan prosedur
3. Anjurkan kepada ibu
9. Menaga
menggunakan alat
keselamatan ibu
perlindungan diri
dan janin
(APD) dengan tepat
10. mencegah adanya
4. Ajarkan cara
infeksi nosokomial
melakukan
kebersihan tangan
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1. Mengajarkan klien
bd agen keperawatan selama 1x24 1. berikan teknik non- teknik relaksasi
pencedera jam diharapkan nyeri dapat farmakologis untuk non-farmakologis
2. Mengetahui aspek
fisiologis dd teratasi mengurangi nyeri
Dengan Kriteria Hasil : lingkungan yang
mengeluh (hypnosis, terapi
a. Tingkat Nyeri
dapat memperberat
nyeri,  Kemampuan music, kompres air
nyeri klien
tampak menuntaskan hangat/dingin)
3. Membantu klien
2. Kontrol lingkungan
meringis, aktivitas untuk dapat
yang memperberat
frekuensi meningkat istirahat tidur
 Keluhan nyeri rasa nyeri
nadi 4. Memberikan eduksi
3. Fasilitasi istirahat
meningkat cukup menurun kepada klien
 Gelisah menurun dan tidur
(SDKI  Kesulitas tidur 4. Jelaskan penyebab, tentang penyebab,
D.0077) cukup menurun periode dan pemicu perode, dan pemicu
 Tekanan darah nyeri nyeri
membaik 5. Jelaskan strategi 5. Memberikan
 Pola napas meredakan nyeri edukasi klien cara
membaik 6. Anurkan
meredakan nyeri
b. Kontrol Nyeri menggunakan 6. Mengurangi nyeri
 merlaporkan
analgetik secara dengan kolaborasi
nyeri terkontrol
tepat pemberian
cukup meningkat 7. Kolaborasi
analgetik
 Kemampuan
pemberian analgetik 7. Mengurangi nyeri
mengenali onset
Pemberian Analgesik klien
nyeri meningkat 8. Mengetahui adanya
1. Identifikasi riwayat
 kemampuan alergi obat pada
alergi obat
menggunakan 2. Identifikasi klien sebelum
teknik non- kesesuaian jenis pemberian
farmakologis 9. mengetahui jenis
analgetik
meningkat 3. Monitor TTV analgetik yang
 penggunaan sebelum dan sesudah sesuai untuk klien
analgesic cukup 10. Mengetahui
pemberian analgesic
menurun 4. Monitor efektifitas perubahan TTV
pemberian analgetik klien sebelum dan
5. Dokumentasikan
sesudah pemberian
respons klien
terapi
terhadap pemberian 11. Mengetahui
analgetik perkembangan
6. Jelaskan efek terapi
klien
dan efek samping 12. Memberikan
obat edukasi yang
mungkin terjadi
pada klien
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pemantuan denyut 1. Mengetahui
cedera pada keperawatan selama 3x24 jantung janin : status obstetrik
2. Mengetahui
janin yang jam risiko cedera pada Obesrvasi :
riwayat obstetrik
berhubungan janin tidak ada. Dengan 1. Identifikasi status
3. Mengetahui
dengan tidak Kriteria Hasil: obstetrik.
adanya
 Toleransi aktivitas 2. Identifikasi
adekuatnya
penggunaan
janin meningkat riwayat obstetrik
perfusi darah
 Denyut jantung 3. Identifikasi obat, diet dan
ke plasenta
janin membaik adanya merokok yang
(SDKI,  Kejadian cedera penggunaan obat, dilakukan pasien
D.0138) menurun 4. Mengetahui
diet dan merokok.
4. Identifikasi hasil
pemeriksaan pemeriksaan
kehamilan kehamilan
sebelumnya. sebelumnya
5. Periksa denyut 5. Mengetahui
jantung janin denyut jantung
selama 1 menit janin selama 1
6. Monitor denyut
menit
jantung janin 6. Mengetahui
7. Monitor tanda
tanda vital janin
vital janin. 7. Melakukan
Terapeutik manuver leopoid
1. Atur posisi pasien berguna untuk
2. Lakukan manuver
menentukan
Leopoid untuk
posisi janin
menentukan 8. Menambah
posisi janin pengetahuan ibu
Edukasi mengenai
1. Jelaskan tujuan tujuan, prosedur
dan prosedur dan informasi
pemantauan hasil pematauan
2. Informasikan denyut jantung
hasil pemantauan, janin
9. Menambah
jika perlu
pengetahuan dan
Pengukuran Gerakan
kemampuan ibu
Janin
menghitung
Observasi
gerakan janin
1. Identifikasi
10. Mengetahui
pengetahuan dan
jumlah gerakan
kemampuan ibu
janin selama 12
menghitung
jam
gerakan janin 11. Menambah
2. Monitor gerakan
pengetahuan ibu
janin
tentang manfaat
Terapeutik
menghitung
1. Hitung dan catat
pergerakan
gerakan janin
janin.
(minimal 10 kali 12. Menghitung
gerakan dalam 12 pergerakan janin
jam) posisi miring ke
2. Lakukan
kiri berguna
pemeriksaan CTG
untuk janin
(cardiotocography
dapat
) untuk
memperoleh
mengetahui
oksigen dengan
frekuensi dan
optimal dengan
keteraturan
meningkatkan
denyut jantung
sirkulasi
janin dan
fetomaternal.
kontraksi rahim
ibu.
3. Catat jumlah
gerakan janin
dalam 12 jam per
hari
Edukasi :
1. Jelaskan manfaat
menghitung
gerakan janin
dapat
meningkatkan
hubungan ibu dan
janin
2. Anjuran ibu
memenuhi
kebutuhan nutrisi
sebelum
menghitung
gerakan janin.
3. Anjurkan posisi
miring ke kiri saat
menghitung
gerakan bayi,
agar janin dapat
dapat
memperoleh
oksigen dengan
optimal dengan
meningkatkan
sirkulasi
fetomaternal.
4. Anjurkan ibu
segera
memberitahu
perawat jika
gerakan janin
tidak mencapai 10
kali dalam 12 jam
5. Ajarkan ibu cara
menghitung
gerakan janin
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim
medis jika ditemukan
gawat janin
4 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan 1. Mengetahui
Perdarahan keperawatan selama 3x24 Perdarahan : adanya tanda
bd jam risiko ganguan Observasi : dan gejala
Gangguan perdarahan tidak ada. 1. Monitor tanda perdarahan
2. Mengetahui
koagulasi Dengan Kriteria Hasil : dan gejala
 Kelembapan perubahan kadar
( D.0012) perdarahan
membran mukosa 2. Monitor nilai hemoglobin ibu
3. Untuk
meningkat. hemoglobin
 Kelembapan kulit 3. Monitor mengetahu
meningkat. koagulasi adanya
 Hemoglobin Terapeutik : koagulasi
membaik 4. Bed rest berguna
1. Pertahankan bed
 Tekanan darah untuk
rest selama
membaik mengurangi
 Denyut nadi apikal perdarahan
terjadinya
membaik Edukasi :
 Suhu tubuh perdarahan
1. Jelaskan tanda
5. Meningkat
membaik dan gejala
asupan cairan
perdarahan
berguna untuk
2. Anjurkan
mencegah
meningkatkan
konstipasi dan
asupan cairan
juga untuk
untuk
menghindari
menghindari
kekurangan
konstipasi
3. Anjurkan cairan
6. Menigkatkan
menghindari
asupan makanan
aspirin dan
dan vitamin K
antikoagulan
4. Anjurkan berguna untuk
meningkatkan mencegah
asupan makanan terjadinya
dan vitamin K koagulasi.
5. Anjurkan segera
melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah kelainan malafungsi endotel pembuluh darah atau vascular
yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria
300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat
pengambilan urin sewaktu (Brooks MD, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana tekanan
darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau adanya peningkatan
tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan diastolik sebesar 15
mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam
jangka waktu 6 jam.

4.2 Saran
Penyusun berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami
tentang macam-macam penyakit yang terjadi pada ibu hamil terutama Pre-Eklamsia dan
Hipertensi pada kehamilan. Serta bagaimana tindakan kita untuk mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Andalas, M., A.K. Ramadana., dan Rudiyanto. 2017. Ekalmpsia Postpartum: Sebuah
Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol:17-1.
http://eprints.ums.ac.id/52570/3/BAB%20I.pdf (diakses 20 Agustus 2019, pukul 18.56WIB)
http://elibrary.almaata.ac.id/748/2/Pendahuluan.pdf (diakses 20 Agustus 2019, pukul
18.51WIB)
http://eprints.undip.ac.id/43896/3/Gilang_YA_G2A009181_Bab2KTI.pdf
(diakses 20 Agustus 2019, pukul 20.02WIB)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/35366/Chapter
%20ll.pdf;jsessionid=FD6D3570FF70AF0F25DEE7F9269E96CD?sequence=3
(diakses 20 Agustus 2019, pukul 20.09WIB)
Sukfitrianty, dkk. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Rumah Sakit Hikmah
Kota Makassar. Universitas Pancasakti

John J. E. Wantania. 2010. Hipertensi dalam Kehamilan. Universitas Sam Ratulangi Manado

Pusat Data dan Informasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

Ghuman, dkk. 2009. Jurnal Nifas Hipertensi. Hipertension in The Post Partum Woman.

Dewi, C. 2013. Teori Pada Ibu Nifas Dengan Hipertensi. Universitas Indonesia.

Khosravi, S., Dabiran, S., Lotfi, M., et al., 2014. Study of the prevalence of hypertension and

complications of hypertensive disorders in pregnancy. Open Journal of Preventive

Medicine. Vol 4: 860-7.

English, F.A., Kenny, L.C., and McCarthy, F.P., 2015. Risk factors and effective management
of
preeclampsia. Integrated Blood Pressure Control. Vol 8: 7-12

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/37/01-gdl-ritasetyan-1841-1-kti_rita-h.pdf

diakses pada 20 Agustus 2019

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19116/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&is

Allowed=y diakses pada 20 Agustus 2019

http://kebidanan.poltekkes-smg.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/Materi-2-DR.dr_.-
Haidar.pdf

diakses pada 20 Agustus 2019

Prawirohardjo, S., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Yulianti, Veny. 2010. Hubungan Kadar Hematokrit dengan Derajat Preeklamsia. Surakarta :
UNS.

Johnson, R. 2010. Renal Complications in Normal Pregnancy at Comprehensive Clinical

Nephrology. United States of America : Elsevier Saunders.

Billington, M, Steven, M. 2010. Kegawatan Dalam Kehamilan-Persalinan. Jakarta : EGC.

Osungbade, K, O, 2011. Publich Health Perspektive of Preeclampsia in Developing


Countries.

Implication for Health System Strengthening. International Jurnal of Pregnancy.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63818/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&is

Allowed=y diakses pada tanggal 24 Agustus 2019.

Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sumapraja, Sudraji.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta
Mansjoer.arif,DKK.1999.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1,edisi 3.Jakarta :Media
Aesculapsois Fakultas kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai