Anda di halaman 1dari 12

1.Teori Disiplin Mental1.

Pengertian Teori Disiplin MentalTeori belajar disiplin mental berkembang


sebelum abad ke-20. Teori ini tanpa dilandasi eksperimen dan hanya berdasar pada filosof atau
spekulatif. Walaupun berkembang sebelum abad ke-20, namun teori disiplin mental sampai sekarang
masih ada pengaruhnya, terutama dalam pelaksanaan pengajaran disekolah-sekolah. Teori ini
menganggap bahwa secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi
tertentu. Belajar adalah pengalaman dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.Teori
belajar disiplin mental, merupakan salah satu pandangan yang mula-mula memberikan definisi tentang
belajar yang disusun oleh filsuf Yunani bernama Plato. Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme
yang melukiskan pikiran dan jiwa yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme hanyalah
ide murni yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal dari ide yang ada sejak
kelahirannya. Belajar dilukiskan sebagai pengembangan oleh fikiran yang bersifat keturunan.
Kepercayaan ini kemudian dikenal sebagai konsep “Disiplin Mental” (Bell Gredler, 1994:21)Dalam teori
disiplin mental individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Menurut Jean
Jacques Rosseon, anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus
diberi kesempatan untuk mengembangkan atau mengaktualkan potensi tersebut.Menurut psikologi atau
Faculty Psychology individu memiliki sejumlah daya-daya seperti daya mengenal, mengingat,
menganggap, mengkhayal, berfikir dan sebagainya. Daya itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam
bentuk ulangan, kala anak dilatih banyak mengulang-ulang, menghapal sesuatu maka ia akan ingat terus
akan hal itu.Menurut rumpuan teori disiplin mental, dari kelahirannya atau secara herediter, anak telah
memiliki potensi-potensi tertentu. Ada beberapa teori yang termasuk rumpun disiplin mental sebagai
berikut:a).Teori disiplin mental Theistic, berasal dari psikologi daya seperti mengamati, menganggap,
mengingat, berfikir, memecahkan masalah dan sebagainya.b). Teori disiplin mental Humanistik, lebih
mementingkan keseluruhan –keutuhan.c).Teori disiplin mental Naturalisme, teori ini mempunyai potensi
ataukemampuan untuk berbuat atau melaksanakan tugas, tetapi juga memiliki kemauan dan
kemampuan untuk berkembang dan belajar sendiri.d). Teori disiplin mental Apresiasi, teori ini
membantu anak untuk mempunyai kemampuan untuk mempelajari sesuatu dan menguasai
pengetahuan selanjutnya. Demikian seterusnya, semakin tinggi pula masa apresiasinya.1.Tujuan Teori
Disiplin Mentala. Siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara bertahap dan terus menerus.b.
Siswa mampu mengikuti pembelajaran secara maksimal.1.Asumsi Dasar Teori Disiplin MentalTeori
belajar disiplin mental menjadi dasar untuk disusunnya strategi dan model pembelajaran untuk
diterapkan bagi siswa. Model pembelajaran yang dimaksud adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang menggunakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial serta untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran.Dalam kalangan anak-anak, baik di lingkungan keluarga ataupun di
sekolah, hampir semua aspek pembelajaran bisa dilakukan dengan cara disiplin, seperti pembiasaan
secara tetap akan suatu pekerjaan, latihan tetap terhadap suatu keterampilan, disiplin diri dalam
bertindak, disiplin mengendalikan diri, bekerja keras dengan disiplin tetap, serta adanya arahan-arahan
motivasi dari pihak lain. Semua itu jika dilakukan akan menghasilkan manusia yang memiliki kemampuan
unggul di bidang yang dikerjakannya atau dilatihnya secara disiplin tadi. Memang, pada asalnya disiplin
dilakukan oleh adanya aturan-aturan eksternal, namun secara tidak langsung, jika hal itu dilakukan
secara terus menerus dalam waktu yang lama, akan menghasilkan perilaku disiplin internal.Suatu
pekerjaan jika dikerjakan secara terus menerus dengan frekuensi yang relatif tetap, akan menjadikan
seseorang terbiasa dengan pekerjaannya itu. Disiplin juga tidak hanya untuk hal-hal yang bersifat praktis,
namun juga dapat bersifat mental. Sebagai contohnya, dengan telah melakukan hafalan secara disiplin
terhadap perkalian angka 1 x 1, sampai dengan perkalian 10 x 10, maka kita sekarang tidak perlu berpikir
lagi jika ditanya, 6 x 7, 8 x 9, atau 7 x 7. Kita bisa langsung menjawab hasilnya dengan benar. Itu semua
akibat dari hasil belajar melalui pola disiplin mental ketika kita di SD dulu. Disiplin mental dikenal juga
dengan disiplin formal.1.Implementasi Melalui Ilustrasi dan Simulasi dalam PembelajaranImplementasi
teori disiplin mental dalam pembelajaran, khususnya dalam Ilmu Pengetahuan Sosial dilaksanakan
dengan cara merancang materi-materi pembelajaran secara bertahap, kemudian memberikan materi-
materi kepada anak dan memberikan evaluasi berbasis disiplin mental.Disiplin mental yang sebenarnya
disebut juga dengan disiplin formal yang selalu tampak dalam hampir semua aspek pembelajaran
manusia.Artinya, ketika manusia melakukan belajar, ia selalu mengalami pelatihan seara disiplin, baik
internal maupun eksternal. Contoh dalam tataran praktis keseharian. Olahragawan terkemuka biasanya
hasil dari latihan yang disiplin. Tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Ilmuwan terkemuka juga merupakan hasil kerja belajar secara disiplin. Tidak ada orang yang tiba-tiba
menjadi ahli dalam bidang tertentu.Penerapan secara nyata dalam proses belajar mengajar yang
berhubungan dengan disiplin mental dalam setiap mata pelajaran (misalnya pembelajaran tingkat SMP)
sebagai berikut:1. Pembelajaran Ekonomi, guru memberikan materi pembelajaran tentang sistem
perilaku ekonomi dan kesejahteraan dengan memberikan pengertian tentang sistem berekonomi,
ketergantungan, sosialisasi dan pemberian kerja, perkoperasian, kewirausahaan, dan pengelolaan
keuangan perusahaan. Materi-materi tersebut dapat disampaikan siswa dengan menerangkan atau
menggunakan buku dan diakhir pembelajaran siswa mengerjakan LKS sebagai tes hasil evaluasi.2.
Pembelajaran Sejarah, guru dapat menggunakan gambar dan media lain dengan memberikan materi
tentang dasar-dasar ilmusejarah, fakta, peristiwa dan proses sejarah. Siswa diakhir pembelajaran diminta
untukmenerangkan kembali tentang pembelajaran tersebut agar lebih memperdalam materi
pembelajaran bagi siswa lainnya.3. Pembelajaran Geografi Guru dapat menggunakan peta dan diskusi
tentang materi sistem informasi geografi, interaksi gejala fisik dan sosial, struktur internal suatu tempat,
interaksi keruangan dan persepsi lingkungan dan kewilayahan. Guru dapat memberikan tugas dengan
mempelajari materi lain untuk memperdalam materi.4. Pembelajaran PKn, guru dapat mengunakan
strategi belajar kelompok, untuk membahas tentang persatuan bangsa, nilai dan norma, hak asasi
mausia, kebutuhan hidup, kekuasaan dan politik, masyarakat demokratis, Pancasila dakonstitusi negara
serta globalisasi. Guru kemudian dapat bertanya kepada siswa satu persatu untuk menjawab pertanyaan
dari guru untuk mengukur kedalaman pemahaman materi.5. Teori disiplin mental juga dapat
dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran dengan strategi ekspositori. Model pengajaran
ekspositori merupakan kegiatan yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau
informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran ekspositori adalah
memindahkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan
pengajaran harus dijelaskan kepada siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 172)Guru dapat
mengembangkan potensi siswa yaitu dengan cara :1. Guru harus kreatif (potensi siswa diasah dan
dilatih), hal ini ada dalam teori daya (teori yang masih serumpun dengan teori belajar disiplin mental).2.
Yakin bahwa semua individu memiliki potensi, bakat, dan lain-lain (teori netivisme).3. Jika guru tidak
mampu mengembangkan potensi siswa yang khusus, maka guru harus mendekati potensi siswa yang
umum. Contohnya, guru harus memberikan rasa aman kepada siswanya, dalam artian guru tidak boleh
mempermalukan siswanya di depan kelas.5. Teori disiplin mental apabila diimplementasikan dampak
positifnya menjadikan siswa semakin hari semakin meningkat kemampuannya dalam menguasai materi
dan ketrampilan. Siswa menjadi disiplin untuk mempelajari materi pembelajaran setahap demi setahap,
dan semakin lama akan semakin banyak. Dampak negatif dari penerapan disiplin mental apabila
dilaksanakan secara dominan dan tidak memperhatikanfaktor-faktor psikologi akan membuat siswa
menjadi tegang, dan proses belajar mengajar tidak bervariatif. Segi kognitif siswa yang kadang-kadang
tidak cocok dengan metode pembelajaran berbasis disiplin mental menjadi terbebani dengan
pembelajaran tersebut.1.Teori Behaviorisme1.Pengertian Teori BehaviorismeBehaviorisme adalah teori
perkembangan perilaku, yang dapat diukur diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap
rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukumankadang-kadang digunakan dalam menghilangkan
atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.Pendidikan
behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar
pemahaman dalam semua bidang subjek dan menejemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori
belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
konkret.Teori behaviorisme hanya menganalisa perilaku yang nampak , dapat diukur, dilukiskan, dan
diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku
manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri
dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan,
mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Padateori belajar ini sering disebut S-R psikologis
artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil
belajar.1.Tokoh-Tokoh BehaviorismeAdapun beberapa tokoh-tokoh behavioris yang berkembang dari
tahun 1874 sampai saat sekarang ini :a). Edward Lee Thorndike (1874-1949)Menurut Thorndike
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan
respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing
yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di
dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan
Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai
terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.Thorndike
menemukan beberapa hukum, seperti :1). Hukum kesiapan (Law of Readiness)Jika suatu organisme
didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.2). Hukum latihanSemakin
sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasitersebut semakin kuat.3). Hukum
akibatHubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.b). JOHN WATSON (1878 – 1958)John Watsonlahir pada
tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke psikologi
karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam bidang psikologi eksperimen
dan melakukan studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun
1908 ia pindah keJohn Hopkins Universitydan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia
menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the
Behaviorists Views it“. Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:1). Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.Posisinya setara dengan
ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.2). Sejauh ini psikologi gagal
dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science.Salah satu halangannya adalah keputusan
untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran/mind harus
dihapus dari ruang lingkup psikologi.3). Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku
nyata.Pandangan utama Watson1). Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R
Psychology).Yangdimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga
perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap
stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon
ada yangovertdancovert, learneddanunlearned2).Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan)
sebagai penentu perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat
penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173).
Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor
eksternal, bukan berdasarkan free will.3).Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana
saja. Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan
melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya
mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri
utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang
berbeda-beda. [Padatitik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat Yunani
terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak heran bila pandangan ini di awal
mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi
populer.4). Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, makapsikologi harus menggunakan
metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal
reports.5).Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks
yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali
kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.6). Sebaliknya,konsep learning adalah
sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits yang
merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh duahukum utama, recency dan
frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike.
Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia
(subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan
pandangannya yang menolak Thorndike salah.7).Pandangannya tentang memory membawanya pada
pertentangan dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh
seringnya sesuatu digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor
yang menentukan adalah kebutuhan.8).Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal
talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan
proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir
atau gesture lainnya.9). Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwaperilaku dapat
dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adaljah ilmu yang bertujuan meramalkan
perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan
penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas
dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.c). Ivan
Petrovich Pavlov(1849-1936)Pavlov menemukan teori pelaziman klasik dengan memasangkan stimuli
yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang
melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral
melahirkan respons terkondisikan.Pavlo mengadakan percobaan teori plazima klasik terhadap anjing.
Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh
situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan,
bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut dapat di ambil kesimpulan ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari
luar. Contohnya belajar, belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena
adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah
adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis
keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.d). BURRHUS FREDERIC SKINNER (1904-1990)Burrhus
Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Ayahnya adalah seorang
pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun
awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai
dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926
dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai
profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi
Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945,
dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948,
dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa
karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai
penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai
penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang
terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit
LeukemiaSeperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang
berjudulThe Behavior of Organism.Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan
teorioperant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai
tahun 1946 dalam masalah“The Experimental an Analysis of Behavior“. Hasil konferensi dimuat dalam
jurnal berjudulJournal of the Experimental Behaviorsyang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
(Sahakian,1970).B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan
pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui
prosesoperantconditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui
pemberianreinforcementyang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioningklasik.Operant Conditioningadalah suatu
proses perilakuoperant( penguatanpositif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Operant conditioning menjamin
respon terhadap stimuli.Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :Dalam laboratorium Skinner
memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box“, yang sudah dilengkapi
dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang
dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialirlistrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar
untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia
menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai
peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.Berdasarkan berbagai
percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam
belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus
respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua
yaitupenguatan positifdanpenguatan negatif.Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah,perilaku,
atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi
penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.Skinner memiliki
tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya:1. Behavior is lawful(perilaku memiliki hukum tertentu)2.
Behavior can be predicted(perilaku dapat diramalkan)3. Behavior can be controlled(perilaku dapat
dikontrol)Skinner juga menekankan mengenaifunctional analysis of behavioryaitu analisis perilaku dalam
hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (sepertistimuli,deprivation, dsb) merupakan
sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam
kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol ataseventsini membuat
kita dapat mengontrol perilaku.Tipe PerilakuSkinner mengajukan dua klasifikasi dasar dari
perilaku:operantsdanrespondents.Operantadalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme
melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor tikus
lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu.Respondentadalah sesuatu yang
dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuahrespondentsebagai hasil langsung dari stimulus
spesifik. Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan,
atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan kematanya.Variasi dalam Intensitas
PerilakuAdanya intensitas perilaku yang bervariasi disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan
(environmental variable), misalnya pada dua orang yang mengkonsumsi makanan dengan kuantitas
berbeda. Hal ini bukanberarti kedua orang tersebut memiliki dorongan makan berbeda. Untuk
menganalisanya perlu dilihat variable lingkungannya, seperti jangka waktu dari makan ke makan
berikutnya.Peramalan dan Perubahan PerilakuMenurut Skinner, cara efektif untuk meramal dan
merubah perilaku adalah dengan menguatkan (to reinforce). Untuk itu, perlu diketahui hal-hal berikut:1.
Prinsip-prinsip pengkondisian dan belajar.2. Penguatan dan pembentukan perilaku3. Generalisasi dan
diskriminasi stimulusPrinsip belajar Skinners adalah :- Hasil belajar harus segera diberitahukan pada
siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.– Proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.– Dalam proses pembelajaran lebih
dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
menghindari hukuman.– Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.– dalam pembelajaran digunakan
shappingC. Ada dua prinsip dasar dari pengkondisian, yaitu pengkondisian klasikal dan pengkondisian
operant/instrumetal.1. Pengkondisian klasikal (classical conditioning)Prinsip ini pertama kali diusulkan
oleh Ivan Pavlov yang pada dasarnya mengatakan bahwa sebuah stimulus yang memunculkan sebuah
respon dipasangkan dengan stimulus lain yang pada saatnya nanti menghasilkan respon yang sama.
Dengan kata lain, kita dapat menyebut bahwa operasi dan respon kedua dikondisikan untuk terjadi. Mari
kita ambil contoh dengan mengobservasi anjing. Ketika ditampilkan sepotong daging, anjing mulai
mengeluarkan air liur. Sekarang kita coba bunyikan bel sesaat kita tampilkan daging. Pada awalnya,
anjing mengeluarkan air liur hanya saat daging ditampilkan. Namun setelah beberapa kali penampilan,
anjing tersebut akan mengeluarkan air liur saat bel dibunyikan (sebelum daging ditampilkan).Agen
penguat di sini adalah daging yang berfungsi sebagai penguat positif karena penampilan daging
meningkatkan kesempatan respon yang diinginkan untuk muncul.Lalu apa yang terjadi jika kita
menghentikan penampilan daging dan hanya membunyikan bel? Untuk sesaat, anjing tetap akan
mengeluarkan air liur terhadap bel, namun lama kelamaan akan terus berkurang hingga akhirnya
berhenti mengeluarkan air liur. Proses tersebut dinamakanextinction(pemusnahan). Hal tersebut
menunjukkan perlunya melanjutkan penguatan, karena tanpa penguatan (paling tidak saat-saat
tertentu), perilaku yang tidak otomatis (bukan refleks) akan menghilang perlahan.2. Pengkondisian
operan/instrumentalPengkondisian ini pertama kali diselidiki secara sistematis oleh E. L. Thorndike. Teori
Skinner berusaha menegakkan tingkah laku lewat studi mengenai belajar secara operan. Suatu operan
adalah memancarkan, artinya suatu organisme melakukan sesuatu tanpa perluadanya stimulus yang
mendorong. Suatu reaksi sebagai kontras dari responden, yaitu suatu tingkah laku yang dipelajari dengan
teknik pengkondisian Pavlovian. Operan dapat dipelajari bebas dari kondisi-kondisi perangsang yang
membangkitkan. Organisme selalu dalam proses “operating” dalam lingkungannya. Artinya organisme
tersebut selalu melakukan apa yang dilakukannya. Selama “operating”, organisme tersebut akan
bertemu dengan stimulus-stimulus, yang disebutreinforcing stimulus(stimulus penguat).Stimulus-
stimulus tersebut mempunyai pengaruh dalam menguatkan “operant” – tingkah laku yang muncul
sebelumreinforcer. Jadi yang dimaksud denganoperant conditioningadalah sebuah tingkah laku diikuti
dengan sebuah konsekuensi, dan konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat merubah kecenderungan
organisme untuk mengulang tingkah laku tersebut di masa datang.Sebagai contoh, coba bayangkan
seekor tikus di dalam kandang, yang disebut Kotak Skinner. Kandang tersebut mempunyai suatu pedal
pada salah satu temboknya yang bila ditekan maka dapat melepaskan makanan ke dalamnya. Kemudian
tikus tersebut berjalan mengelilingi kandang dan tanpa sengaja menekan pedal, sehingga mengakibatkan
munculnya makanan. Kejadian tersebut membuat tikus selalu berusahamenekan pedal dan
mengumpulkan makanan yang muncul di sudut kandang. Eksperimen pada tikus membuktikan bahwa
suatu tingkah laku yang diikuti oleh stimulus penguat akan meningkatkan kemungkinan munculnya
kembali tingkah laku tersebut di masa depan.D. PENGUATAN DAN PEMBENTUKAN PERILAKU
(SHAPING)Jika dilakukan dengan seksama,reinforcement(penguatan) dapat membuat kita membentuk
perilaku dari organisme sehingga dapat memunculkan perilaku yang diinginkan (dengan proses belajar
operant).Hal tersebut dapat dilihat dari eksperimen Skinner yang terkenal yaitu melatih merpati untuk
mematuk selain makanan (dalam hal ini adalah disk ringan). Eksperimen ini dumulai ketika seekor
merpati lapar diletakkan dalam Kotak Skinner.Disk dan kotaknya diberi kawat yang memungkinkan
respon direkam dan makanan dikirim ketikamerpati mematuk disknya.Agar merpati mematuk disk untuk
pertama kalinya, kita harus membentuk perilaku dengan catatan mematuk disk merah di dinding bukan
merupakan perilaku normal atau repertoar dari merpati pada umumnya. Karena itu, kita mulai dengan
me-reinforceperilaku yang makin lama makin mendekati perilaku mematuk disk. Pertama-tama kita latih
burung makan darihopper, kemudian kita tampilkan makanan hanya ketika burung mendekati disk
(danhopper). Setelah itu kitareinforceburung hanya ketika kepalanya berada pada posisi yang paling
dekat dengan disk, lalu hanya ketika paruhnya dalam posisi terdekat dengan disk, dan seterusnya.
Akhirnya, ketika merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita langsung berikan makanan. Dari
sana, merpati akan terus menerus mematuk dan kita juga terus memberikan makanan. Dalam waktu
singkat, perilaku mematuk akan terjadi dengan cepat.Hal di atas menunjukkan penjadwalancontinuous
reinforcement, yaitu penjadwalan dalam hal tiap kali respon yang benar diberi penguat. Dengan hal
tersebut akan didapatkan perilaku yang diinginkan. Jika kita berhentikan pemberian penguatan
(makanan) kapan saja, maka perilaku mematuk akan menurun dan lama-kelamaan menghilang. Namun
kita juga dapat terus memberi makanan sebagai penguat dengan waktu yang tidak ditentukan
(occasionally). Kita dapat memberi makanan dalam jadwalfixed interval, misalnya tiap 5 detik sekali. Atau
kita juga dapat menggunakanvariable interval, dengan memberi makanan dalam interval waktu yang
acak dengan rata-rata yang tetap. Jadi kita dapat memberi penguatan pada merpati setelah 3 detik,
kemudian setelah 6 detik, kemudian setelah 4 detik, dan seterusnya, dengan interval rata-rata sekitar 5
detik.Dalam kondisifixedmaupunvariable interval, merpati akan berespon mematuk secara
berkelanjutan. Meskipun sebagian besar patukan tidak diberi penguat, namun secara rata-rata patukan
tersebut akan terus bertahan. Dengan jadwalvariableinterval, respon rata-rata patukan stabil. Dengan
jadwalfixed interval, patukan akan menurun perlahan mengikuti penguatan dan akan naik lagi mendekati
penguatan yang akan dilakukan. Ketika kita akan menghilangkan respon yang dikondisikan oleh
penguatan interval, respon tersebut akan menghilang lebih lambat daripada yang dikondisikan oleh
penguatancontinuous.Kita dapat mendapatkan respon yang lebih tahan dari pemusnahan (extinction)
dengan menggunakan jadwal penguatan sebagai fungsi dari perilaku organisme itu sendiri. Contohnya,
dengan menggunakanfixed ratio, kita dapat menguatkan perilaku tiap 10 patukan, 20 patukan,atau
berapapun angka dari merpati tersebut. Dengan jadwalvariable ratio, jika kita beri penguat rata-rata tiap
5 patukan, maka kita beri penguat pada patukan ke-3, patukan ke-8, dst.Resistensi terhadap
pemusnahan paling besar di penjadwalan penguatan ratio terjadi padavariable ratiodan disusulfixed
ratio. Penjadwalan interval adalah penjadwalan yang lebih buruk resistensinya terhadap pemusnahan,
dengan catatan resistensifixed intervallebih buruk daripadavariable interval. Resistensi yang paling buruk
terjadi pada penjadwalan berkelanjutan (continous).Dalam kasus merpati di atas, Skinner menyebut
makanan, selain air, sebagaiunconditionedatauprimary reinforcer(penguat utama). Namun perilaku
manusia pada umumnya juga bergantung padaconditionedatausecondary reinforces(penguatan
sekunder/tambahan) yang dipasangkan dengan penguat utama dan dapat pada perilaku manusia
(contohnya uang).GENERALISASI DAN DISKRIMINASIDua fenomena besar dari sistem Skinner merupakan
penemuan pentingsebagai alat pembelajaran. Fenomena yang dimaksud
adalahgeneralization(generalisasi) dandiscrimination(diskriminasi). Dengan proses generalisasi stimulus,
organisme akan dapat membuat respon yang sama terhadap satu situasi ketika dia dihadapkan pada
situasi yang lain namun hampir mirip dengan situasi sebelumnya. Dengan proses diskriminasi stimulus,
organisme dapat membedakan mana situasi yang diberi penguat dan yang tidak, sehingga organisme
akan berespon hanya pada situasi tertentu saja.PERILAKU SOSIALDalam berbicara mengenai perilaku
sosial, Skinner tidak membahas mengenaipersoality traitsatau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi
Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang cenderung
diasosiasikan dalam situasi tertentu.Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia
mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan
cenderung mengulangi respon tersebuthingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas.
Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.PERILAKU
ABNORMALSkinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama
dengan perilaku normal. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi
perilaku normal denganmemanipulasi lingkungan. Salah satu contohnya adalah dalam kasus yang terjadi
pada seorang tentara yang terluka di medan perang. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit lalu
dikirim kembali ke medan perang, ia mengalami kelumpuhan pada satu lengannya yang membuatnya
ditarik dari tugas. Pemeriksaan secara fisiologis menunjukkan tidak ada masalah pada dirinya.Skinner
mengungkapkan bahwa kondisi terluka telah menjadinegative reinforcer, yaitu sebuah stimulus yang
tidak disukai yang akan berusaha untuk dihindari oleh tentara tersebut. Medan perang yang telah
diasosiasikan dengan luka adalah sebuahconditioned negative reinforcer, sehingga sang tentara akan
berusaha juga untuk menghindarinya. Namun demikian, ketika menolak untuk dikirim berperang, maka
dirinya akan menghadapi penolakan sosial, pengadilan, dan mungkin penjara atau bahkan kematian,
yang kesemuanya adalah konsekuensi aversive. Hasilnya, muncul beberapa perilaku yang
menghubungkan keduaconditioned negative reinforcertadi. Perilaku tersebut akan menguat dan
dipertahankan, karena pada umumnya seorang tentara tidak dikenakan tanggung jawab ketika dirinya
mengalami kelumpuhan sehingga dirinya tidak akan dihukum.Lalu bagaimana kita menyembuhkan
tentara tersebut? Secara teoritis, jika da dikembalkan ke medan perang (conditioned renforcer) dengan
tidak terluka lagi (unconditioned reinforcer), respon terkondisinya (kelumpuhan) akan hilang. Namun
demikian, si tentara tentunya tidak akan mau kembali ke medan perang secara sukarela. Kita dapat
mendorong dia untuk kembali dan berharap bahwa berada dalam situasi aversive tanpa konsekunsi
aversive yang dialami sebelumnya akan menghilangkan respon dia terhadap kelumpuhan. Prosedur ini
disebut denganflooding, yang dilakukan dengan cara mendorong pasien ke dalam situasianxiety-
arousingdan menghadapinya, hingga dirinya sadar bencana yang diharapkan muncul tidak akan
terjadi.METODE PENELITIAN DAN PENEKANANPenelitian Skinner menyimpang dari norma penelitian
psikologi kontemporer dengan beberapa cara: Pertama, Skinner terfokus pada event perilaku yang paling
sederhana. Kedua, dia bersikeras bahwa kondisi eksperimen dikontrol dan respon subjek direkam secara
otomatis. Dan ketiga, dia membuat studi intensif pada satu subjek individu daripada meneliti sebuah
kelompok. Bagi Skinner, tujuan psikolog adalah untuk mengontrol perilaku individu. Peneliti yang bekerja
dengan sejumlah besar binatang perlu memperhatikan variabel tak terkontrolnya sepanjang hal ini
tersebar secara acak. Namun Skinner percaya bahwa seperti halnya variabel lain, variabel tak terkontrol
juga harus dipelajari. Jika kita ingin mengontrol perilaku, kita juga harus mngetahui variabel apa sajakah
yang tidak terkontrol tersebut agar dapat dikontrol juga.EFEK OBAT DALAM TINGKAH LAKUMetodologi
Skinner dan Kotak Skinnertelah dibuktikan sebagai alat untuk mempelajari efek perilaku terhadap
berbagai macam agen farmatologi. Satu obat yang telah diselidiki secara ekstensif dengan metode
Skinnerian adalahchlorpromazine, yaitu agent anti-kecemasanyang digunakan dalam penanganan
psikosis. Dari hasil penelitian terhadap tikus didapat bahwa obat ini mengurangi rasa takut (fear), dan
kemudian telah diasumsikan bahwa obat ini juga memiliki efek bila diberikan pada penderita
schizophren. Obat ini juga berfungsi sebagai depresan, yang mereduksi semua bentuk respon, tidak
hanya respon pada ketakutan.INTERVENSI TINGKAH LAKU PADA PASIEN PSIKIATRIKPada awal 60-an,
Ayllon dan Azrin (1965, 1968) mengembangkan sebuah metode yang disebut dengantoken economy,
yaitu sebuah teknik berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian operan. Token ekonomi didesain bagi
pasien penyakit mental agar menghasilkan perilaku yang diinginkan.Conditioned reinforcerdalam bentuk
token diberikan pada pasien yang memunculkan respon yang diinginkan seperti memakai baju sendiri,
makan tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas secara baik. Token-token ini nantinya dapat ditukar
untuk mendapatkanprimary reinforcer, yaitu sesuatu yang diinginkan dan dinikmati orang lain seperti:
baju baru, interaksi sosial, kosmetik, menonton film, dll.Token ekonomi telah digunakan dalam berbagai
macam situasi, sepertipenanganan anak autis, orang yang mengalami perkembangan tidak normal,
bahkan pada orang normal sekalipun. Teknik ini telah dibuktikan sukses dalam menghasilkan bentuk
perilaku yang diinginkan.EVALUASIPendekatan Skinner telah diaplikasikan dalam berbagai masalah-
masalah praktis, seperti dalam pendidikan, industri, profesi, dan pelatihan binatang. Asumsi Skinner
tentang “lawfulness” tidak sejalan dalam psikologi. Namun jadwal penguatan yang dia ajukan
merupakan temuan penting bagi teori belajar dan peneliti kepribadian.Karena Skinner menolak untuk
menyimpulkan mekanisme atau proses yang tidak terobservasi, dia mengalami kesulitan dalam
menggambarkan situasi di luar laboratorium. Para psikolog holistik merasa bahwa pendekatan Skinner
mengabaikan kompleksitas perilaku makhluk hidup. Kritik lain mengatakan bahwa situasi sederhana yang
diteliti Skinner tidak akan terjadi di luar laboratoriumnya. Selain itu, ada kritik yang merasa keberatan
dengan hukum perilaku yang pada akhirnya tidak melihat perbedaan spesies secaraterpisah.5. Albert
Bandura (1925-sekarang)Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura
menambahkankonsep belajar sosial (social learning).Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan
hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang
semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau obyek yang punya makna (pelaziman
klasik).Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang
menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori
Bandura menjelaskanperilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik
yangberkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang
berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.Behaviorsime
memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris
hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarikmereka.
Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi “mentalistik”1.Studi KasusDibawah ini ada beberapa
contoh kasus atau permasalahan para remaja di sekolah yang pemecahannya menggunakanpendekatan
teoripsikologi behavioristik:1). Perilaku Bermasalah (problem behavior)Masalah perilaku yang dialami
remaja di sekolah dapat dikatakan masihdalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan
orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambatdirinya dalam proses
sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam
mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah
yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadiproblem behaviourakan
merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
2). Perilaku menyimpang (behaviour disorder)Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku
yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak
terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder.
Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya
konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak
terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena
persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.3).Penyesuaian diri yang salah (behaviour
maladjustment)Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan
mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya.
Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaiandiri yang
salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).4). Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah
(conduct disorder)Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara
perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang
kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil
orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus
mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan
memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang
remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkanperikau anti sosial baik
secara verbal maupun secara non verbal sepertimelawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan
mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang
berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus
ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.5). Attention Deficit Hyperactivity disorderYaitu
anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga
gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif
biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak
berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicara.BAB
IIIPENUTUP1.KesimpulanTeori belajar disiplin mental lebih menekankan pada keterlibatan psikis,
sedangkan fisik tidak terlalu berpengaruh. Dalam teori belajar, disiplin mental diartikan sebagai
pengembangan dari kekuatan, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki setiap individu. Teori ini
menganggap bahwa secara psikologi individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi
tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi tersebut.Teori
kecerdasan ganda akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu.
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses belajar,
interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan
mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap
lingkungan.Aliran behaviorisme dalam psikologi sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang apat
di amati. Psikologi yang juga merupakan bagian dari ilmu alam yang menekankan pada perilaku manusia,
perbuatan, dan ucapannya baik yang dipelajari maupun yang tidak sebagai pokok masalah.Behaviorisme
dicetuskan oleh beberapa tokoh diantaranyaAlbert Bandura, Burrhus FredericSkinner, Ivan Petrovich
Pavlov,John Watson, danEdward Lee Thorndike yang memiliki pemeikiran pemikaran yang memicu
munculnya faham behaviorisme.1.SaranSeorang guru haruslah mempunyai kreatifitas dalam
melaksanakan proses belajar dan mengajar, karena kekreatifitasan guru dapat meningkatkan motivasi
dan minat belajar siswa. Kekreatifitasan guru dapat juga dengan menggunakan model-model
pembelajaran yang bervariasi. Teori belajar disiplin mental dan kecerdasan ganda dapat dijadikan acuan
dalam memahami bakat dan kecerdasan siswa, sehingga tujuan dari belajar dapat tercapai. Oleh karena
itu, sebagai calon guru marilah kita bersama-sama membimbing generasi penerus bangsa menjadi
manusia dewasa yang mampu bertanggung jawab, jujur, cerdas sehingga mutu pendidikan Indonesia
dapat meningkat.

Anda mungkin juga menyukai