Anda di halaman 1dari 17

PEMBELAJARAN BERBICARA DI SEKOLAH DASAR

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah

Disusun oleh :

Aditya Panji Nugroho (1401411733)

Hesti Septiyani (1401417140)

Ainun Nur Afida (14014171)

Nur Karimah (14014171)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
PEMBELAJARAN BERBICARA DI SEKOLAH DASAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah


Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan
sarana  untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam
rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu
membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun
yang  bersifat abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah
menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek
tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa
di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu
menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk
berkomunikasi.Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah
berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan,
1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan
secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat
berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal  memerlukan latihan dan
pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56)
memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang
esensial untuk mencapai keberhasilan  setiap individu maupun kelompok.  Siswa yang
mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah
dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis.
Menulis dan berbicara  mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan
bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa
mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan
berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau
bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila
seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan
sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu  menggunakan
bahasa untuk membuat  pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan
pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut
memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang
lain.Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga
dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan berbicara
penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir, membaca,
menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran,
perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

1.3 Rumusan Masalah


1.3.1 Bagaimana hakikat berbicara dan tujuan berbicara?
1.3.2 Bagaimana proses pembelajaran berbicara di SD ?
1.3.3 Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berbicara dalam pembelajaran
berbicara?
1.3.4 Rancangan pengajaran pembelajaran berbicara ?

1.4 Tujuan Penulisan


1.4.1 Memaparkan hakikat berbicara dan tujuan berbicara
1.4.2 Memaparkan proses pembelajaran berbicara di SD
1.4.3 Memaparkan upaya peningkatan kemampuan berbicara dalam pembelajaran berbicara
1.4.4 Memaparkan rancangan pengajaran pembelajaran berbicara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Berbicara


Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan.
Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk
mengucapkan dan  akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan
dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar  (audible) dan
yang kelihatan  (visible)  yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud 
dan tujuan gagasan atau ideide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik,
dan linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan
sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Berbicara pada hakikatnya adalah pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat
lain. Terjadi pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan. Pesan yang
disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh
kedua belah pihak. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Selanjutnya simbol yang diterima komunikan diubah menjadi
umpan balik dimana komunikan memahami pesan yang disampaikan komunikator.
Berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan berbahasa yang saling
berhubungan.  Melalui berbicara , seseorang menyampaikan informasi menggunakan
bahasa lisan dan melalui menyimak seseorang menerima informasi dari orang lain.
Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara yang baik maka ia akan memiliki
keterampilan menyimak yang baik pula begitu juga sebaliknya.
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis dan membaca
apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik maka biasanaya ia juga
memiliki keterampilan menulis dan membaca yang baik juga dalam menyampaikan suatu
informasi.

2.2 Tujuan Berbicara


Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan
tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara
memahami  makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun
perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan
atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4)
meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan
berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain
dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. 
Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara antara pembicara
dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan
efisien.

2.3  Bentuk – Bentuk Berbicara


Berbicara dibagi menjadi dua bidang yaitu berbicara terapan atau fungsional dan
pengetahuan dasar berbicara. Dengan kata lain berbicara sebagai seni dan  sebagai ilmu.
Berbicara sebagai seni menekankan  penerapan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat
seperti (1) berbicara di muka umum, (2) diskusi kelompok, (3) debat, sedangkan berbicara
sebagai ilmu menelaah (1) mekanisme berbicara dan mendengar, (2) latihan dasar tentang
ujaran dan suara, (3)bunyi – bunyi bahasa, dan (4) patologi ujaran.
Berbicara secara garis besar dapat dibagi atas (1) berbicara di depan umum atau
public speaking dan  (2) berbicara pada konferensi atau conference speaking. Berdasarkan
aspek lain seperti arah pembicaraan (berbicara satu arah seperti pidato dan ceramah dan
multi arah seperti diskusi dan konversasi). Berdasarkan aspek tujuan (persuasi,
argumentasi, agitasi, instruksional, rekreatif). Sedangkan dari aspek suasana dapat
dikelompokkan ke dalam berbicara formal dan non formal.
2.4 Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam
usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga
audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada 
audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan berbicara.  Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan
berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b)
bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar
dan teratur.
Faktor  penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi :
a) ketepatan ucapan,
b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
c) pilihan kata,
d) ketepatan penggunaan kalimat serta  tata bahasanya,
e) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan  faktor nonkebahasaan, meliputi
f) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
g) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
h) kesediaan menghargai orang lain,
i) gerak-gerik dan mimik yang tepat,
j) kenyaringan suara,
k) kelancaran,
l) relevansi, penalaran,
m) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan  (linguitik)  dan non
kebahasaan (nonlinguistik).

2.5 Pembelajaran Berbicara


A. Pendekatan
Pendekatan dalam pembelajaran kemampuan berbahasa dimaksudkan untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
yang lebih baik. Menurut Muchlisoh (1996:15)  mengemukakan bahwa pendekatan
merupakan cara yang dianggap terbaik untuk mencapai sesuatu.  Pendekatan adalah suatu 
metode atau  cara  yang digunakan untuk mengatasi permasalahan  dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Definisi ini sesuai dengan harapan dalam  proses belajar
mengajar, yaitu siswa dapat memahami suatu konsep pengetahuan dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan  itu sendiri, pendekatan dalam proses belajar mengajar selalu mengalami
perkembangan.
Oka  (Harjasujana, 1997:187) mengatakan bahwa pendekatan pengalaman
berbahasa adalah metode pengajaran penguasaan keterampilan berbahasa yang
menggabungkan pembelajaran berbicara dengan pengalaman bahasa anak yang meliputi
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Aspek yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran itu meliputi kemampuan berpikir dan kemampuan mengungkapkan bahasa.
Menurut Harjasujana (1997:197), hal-hal yang harus diperhatikan dalam
Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB) adalah :
1) PBB merupakan suatu pendekatan pengajaran.
2) Materi ajar digali dari pembelajar sendiri atau pengalaman berbahasa si pembelajar itu
sendiri.
3) Pelaksanaan pembelajarannya melibatkan seluruh aspek keterampilan berbahasa siswa
secara integratif.

1. Keunggulan Pendekatan Pengalaman Berbahasa adalah sebagai berikut.


1. Sifat Pendekatan Pengalaman Berbahasa dimulai dengan soal perkembangan
bahasa anak. Maksudnya, materi bahan ajar yang digunakan untuk pengajaran
berbicara sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa anak. Tugas untuk memilih bahan
yang cocok menjadi ringan karena wacana yang digunakan sudah dengan sendirinya
sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa anak.
2. Sifat  Pendekatan Pengalaman Berbahasa mengintegrasikan semua kegiatan
kebahasaan. Dalam pelaksanaan proses  pembelajaran, anak-anak mendengarkan,
berbicara, membaca, dan terkadang menuliskan wacana yang tengah dikembangkan
3.  Pendekatan Pengalaman Berbahasa mempunyai sifat wajar.
4. Pendekatan Pengalaman Berbahasa tidak memerlukan banyak biaya.

2. Kelemahan Pendekatan Pengalaman Berbahasa adalah sebagai berikut.


1. Sifat Pendekatan  Pengalaman Berbahasa hanya digunakan pada pengajaran
penguasaan ketrampilan berbahasa tingkat awal. Selanjutnya, Pendekatan Pengalaman
Berbahasa dapat dikembangkan pada pengajaran penguasaan keterampilan berbahasa
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis untuk tingkat lanjut. Hal ini dapat
dikembangkan karena ada anak-anak yang duduk di kelas atas namun kemampuan
penguasaan keterampilan berbahasanya masih berada pada peringkat permulaan.
2. PBB menuntut waktu yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan pendekatan
yang lain.
3. PBB  menuntut agar selalu menyadari adanya sejumlah keterampilan dan sejumlah
kosakata sehingga guru harus mengetahui apa yang akan diajarkan dan kapan
mengajarkannya.
Dari paparan di atas dapat  disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pengajaran
kemampuan berbahasa dengan menggunakan pendekatan pengalaman berbahasa ada
beberapa keunggulan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu,  alangkah baiknya
jika kelemahan-kelemahan tersebut diatasi    terlebih dahulu.

3. Cara mengatasi kelemahan tersebut diantaranya sebagai berikut:


1. Guru terlebih dahulu harus mengetahui taraf keterampilan berbahasa siswa. Setelah
itu guru dapat menerapkan Pendekatan Pengalaman Berbahasa dalam pembelajaran
keterampilan berbicara.
2. Karena  Pendekatan Pengalaman Berbahasa menuntut waktu yang lebih banyak
dari metode yang lain, maka guru terlebh dahulu membuat metode yang tepat dalam
pembelajran berbicara denga Pendekatan Pengalaman Berbahasa, sehingga dalam
waktu yang relatif singkat tujuan pembelajaran dapat tercapai.c. Karena dalam
pembelajaran menggunakan Pendekatan Pengalaman Berbahasa melibatkan semua
keterampilan berbahasa seperti menyimak, membaca, dan menulis, serta sejumlah
kosakata, maka guru harus dapat memilih tema-temayang sesuai dengan kemampuan
berpikir anak, dan kapan harus mengajarkannya kepada siswa.

4. Prosedur PBB dalam Pembelajaran Berbicara


Prosedur Pendekatan Pengalaman Berbahasa dalam pengajaran berbicara memiliki
empat langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi minat, latar belakang pengalaman, dan fasilitas bahasa lisan anak.
Pada langkah ini, guru berdialog atau mengadakan percakapan ringan  dengan anak.
Misalnya bertanya tentang nama, kesukaan, tentang berita atau kejadian aktual di
sekitar lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah. Langkah ini dimaksudkan
untuk merancang dan membangkitkan skemata anak, sehingga dia dapat
mengeluarkan pikiran dan perasaannya pada saat guru memintanya.
2) Merencanakan dan mendiskusikan pengalaman anak atau topik tertentu yang
dipilih anak. Langkah ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman bahasa anak.
Melalui rangsangan tertentu yang kemudian dijadikan topik diskusi, guru
membimbing anak untuk dapat mengekspresikan pengalamannya melalui bahasa
lisan.
3) Mencatat dan merekam bahasa (cerita) anak.
Pembelajaran pada tahap ini, siswa menuliskan ataupun membacakan hasil tulisannya
di depan kelas. Hal ini dimaksudkan bahwa bacaan-bacaan lain yang ditulis orang lain
dihasilkan melalui proses yang sama seperti yang dilihat dan dialaminya pada saat itu.
4) Mengembangkan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan
Pada langkah ini, barulah pembelajaran yang sesungguhnya dimulai. Berdasarkan
hasil rekaman pengalaman berbahasa siswa, guru mengawali pembelajaran berbicara.
Dengan cara membacakan ataupun memperdengarkan hasil rekaman pada siswa, guru
mengajarkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan berbicara serta melatih
keterampilan berbicara siswa sampai  akhirnya siswa mempunyai keberanian dan
keterampilan dalam menyampaikan gagasan, pendapat, ide, dan menceritakan
kembali kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tertulis.

2.6 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Dalam Pembelajaran Berbicara


Upaya meningkatkan keterampilan Berbicara Pada Peserta Didik
Ellis (Numan,1991:46) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan
secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara:
1.      Menirukan pembicaraan orang lain.
2.      Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.
3.      Mendekatkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan
ujaran orang dewasa yang sudah benar.

Upaya lain yang bisa dilakukan pendidik yaitu :


1.      Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa
Siswa sangat membutuhkan suatu model guru yang dalam berbicara menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Guru  hendaknya memberikan contoh konkret dengan keteladanan dalam berbahasa
agar siswa  dapat  menirukan  dan  melafalkan  kata  atau    kalimat dengan tepat sesuai
kaidah yang berlaku.
2.      Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan  berbicara
bahasa Indonesia perlu menerapkan pendekatan Modeling The Way (membuat contoh
praktik). Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan
keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi
ini kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam
beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan
di ruang kelas dan  luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar,
kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa Indonesia.
3.      Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia
Walaupun pelaksanaannya di luar kegiatan belajar mengajar tetapi guru harus
mengadakan penilaian keterampilan berbicara pada  kesehariannya.  Penilaian ini akan
menjadi motivasi bagi siswa untuk berusaha  mempraktikkannya  baik di dalam  kelas
atau di luar kelas. Dengan   demikian  siswa  termotivasi  untuk  melakukan  
perbuatan   yang  sama  bahkan berusaha   meningkatkannya.
4.   Sekolah Membuat Program ” Sehari Berbahasa Indonesia ”
Program sehari berbahasa di tiap  sekolah  merupakan  kondisi eksternal   yang efektif
untuk mempraktikkan keterampilan berbahasa.

2.7     Strategi Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan


Berbicara Pada Peserta Didik
a)      Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berpikir
Kesempatan yang baik untuk mengembangkan keterampilan berbicara ialah pada tahap
publikasi dalam proses menulis. Banyak anak yang senang mengubah karangannya dalam
bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Sedangkan untuk meningkatkan
keterampilan bepikir anak-anak ialah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka
kepada mereka.
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh
kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain dalam
kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.
b)      Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi kelompok merupakan teknik yang paling sering digunakan sebagai teknik
pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan murid untuk membuat
generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat mengenai suatu topik atau permasalahan.

c)    Strategi pembelajaran berbicara dan penerapannya melalui  kegiatan bercerita dan


dramatisasi kreatif
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan
informasi. Oleh sebab itu, setiap orang, lebih-lebih siswa, dituntut keterampilannya untuk
mampu berbicara dengan baik.
Guru yang berpengalaman dan kreatif rasanya tidak akan mengalami kesulitan
dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan tugas itu. Agar strategi yang
dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu diperhatikan beberapa prinsip
yang melandasi pembelajaran berbicara seperti berikut :
1. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang
diketahui oleh guru dan siswa.
2. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang
lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi
aktif terbuka pada diri siswa.
4. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar bukan
menguji. Artinya, skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi
guru.

Agar pembelajaran berbicara memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang
digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut :
1.   Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2.   Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
3.   Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4.   Memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
5.   Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
6.   Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7.   Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.

Beberapa strategi pembelajaran berbicara sesuai dengan tujuan pembelajaran yang


telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) :
1.   Menjawab pertanyaan
Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat
menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima
pertanyaan yang perlu disajikan guru, yaitu (a) siapa yang berbicara, (b) apa yang
dibicarakan, (c) mengapa hal itu dibicarakan, (d) dimana hal itu dibicarakan, dan
(e) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan
simakan yang sesuai misalnya, dongeng atau cerita anak, sehingga kelima
pertanyaan itu dapat diajukan.
2.   Bermain tebak-tebakan
Bermain tebak-tebakan dapat kita laksanakan dengan berbagai cara. Cara yang
sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu bendatanpa menyebutkan
nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.
3.   Memberi petunjuk
Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah
atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas,
singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih akan mendapat kesempatan yang luas
untuk berlatih member petunjuk.
4.   Identifikasi kalimat topik
Guru membacakan sebuah paragraf siswa menuliskan kalimat topiknya.
5.   Bermain Peran
Main peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya
adalah (a) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (b) melatih
praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (c) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang
diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat
menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
6.   Bercerita
Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan
bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai
pendengar, dan untuk berperilaku menarik.
Kegiatan bercerita harus dirancang dengan baik. Sebelum kegiatan ini
dilaksanakan, jauh sebelumnya guru sudah meminta siswa untuk memilih cerita
yang menarik. Setelah itu siswa diminta menghafalkan jalan cerita agar nanti pada
pelaksanaannya, yaitu bercerita dihadapan pendengarnya, tidak mengalami
kesulitan.
7.   Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita.
Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa
terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan
perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui
dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam
bentuk bahasa lisan.

2.8 Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara


Adakalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang
diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga
faktor penyebab gangguan  dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal
dari luar partisipan.
2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama,
tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan
marah, menangis, dan sakit.

Faktor yang mempengaruhi permasalahan dalam pembelajaran berbicara di Sekolah Dasar


(SD)
1.      Kurangnya percaya diri
2.      Keterampilan berbicara menggunakan bahasa ibu
3.      Terbatasnya pengetahuan
4.      Penggunaan kosa kata yang kurang sesuai
5.      Peserta didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan alat-alat
bicaranya.

2.9     Rancangan Pengajaran Pembelajaran Berbicara


Rancangan sebuah pengajaran untuk mengembangkan keterampilan berbicara.
Kegiatannya antara lain:
a.   Aktivitas pengembangan keterampilan berbicara secara umum.
b.   Aktivitas mengembangkan bicara secara khusus untuk membentuk model diksi daucapan,
dan mengurangi penggunaan bahasa nonstandard
c.   Aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus:
1.      Peserta didik yang pengguanaan bahasa ibunya sangat dominan
2.      Peserta didik yang mengalami problematika kejiwaan, pemalu dan tertutup
3.      Peserta didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan alat-alat
bicaranya.

Dalam hal tersebut keterlibatan intellectual-emosional peserta didik dapat dilatihkan


dalam kegiatan antara lain:
1.      Bermain peran
2.      Diskusi
3.      Wawancara
4.      Bercerita
5.      Pidato
6.      Membaca nyaring
7.      Bermain drama.

Program pengajaran pembelajaran berbicara harus mampu memberikan kesempatan


kepada individu untuk mencapai tujuan yang efektif. Tujuan pembelajaran berbicara akan
mencakup pencapaian hal-hal berikut:
a.       Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapatkan kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai
mereka mengemmbangkan keterampilan ini secara wajar, lancer, dan menyenangkan, baik
dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
Para peserta ddidik perlu mengembangkan kepercayaan yang tumbuh melalui latihan.
b.      Kejelasan
Peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi-siksi
kalimatnya. Gagasan yang diucapakan harus tersusun dengan baik. Dengan latihan
berdiskusi tang mengatur cara berfikir yang logis dan jelas, kejelasan berbicara tersebut
dapat tercapai.
c.      Bertanggung jawab
Latihan berbicara yang bagus menenkankan pembicara utnuk bertanggung jawab agar
berbicara secara tepat, dan diikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi
topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak bicara, dan bagaimana situasi
pembicaraan serta momentumnya. Latihan demikian akan menghidnaarkan peserta didik
dari berbicara yang tidak bertanggung jawab atau bersilat tidak untuk mengelabui
kebenaran
d.      Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara
tepat dan kritis juga menjaddi tujuan utama. Peserta didik perlu belajar untuk dapat
mengevaluasi kata, niat dan tujuan pembiacaraan secaa emplissit mmengajukan
pertannyaan
e.       Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang
dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu. Faktor demikian penting untuk membentuk
kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. (Iskandarwasid, 2009:239)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Setiap kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai target hasil belajar tertentu. Salah
satu target hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran berbicara di sekolah
dasar adalah siswa. Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa SD karena
keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD.
Keberhasilan  belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah
sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu 
berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Pembelajaran berbicara  di  sekolah dasar dilaksanakan dengan berbagai metode. Setiap
metode pembelajaran berbicara mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode yang satu akan melengkapi metode yang lain. Guru dapat memilih salah satu atau
menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi siswa dan tersedianya sarana
pendukung lainnya. Selain itu, guru juga boleh menciptakan model baru dalam pelaksanaan
pembelajaran berbicara.
Pendekatan pengalaman berbahasa merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh
guru untuk meningkatkan kelancaran dalam berbicara di  sekolah dasar, karena dalam
endekatan pengalaman berbahasa, materi  dikembangkan oleh guru bersamasama dengan
muridnya secara tatap muka. Dalam kegiatan pengembangan materi  itu dapat dikembangkan
semua keterampilan berbahasa; menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Dengan padukannya  semua keterampilan dalam suatu kegiatan itu guru dituntut
untuk lebih kreatif.

3.1 Saran
Dengan selesaimya makalah ini kami ucapkan terimakasih pada semua pihak yang ikut andil
dalam penulisan makalah ini. tak lupa saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu say

DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Maidar dan Mukti, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia , Jakarta:


Erlangga, 1991.

Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

https://truestoryeka.wordpress.com/2012/01/28/makalah-keterampilan-berbicara
diakses pada 15 September 2018 pukul 20.08

Anda mungkin juga menyukai