Anda di halaman 1dari 3

DISCLAIMER

Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari referat
yang dibuat oleh:
“Defense Wound” oleh Faradilla Kilkoda, Siti Marwah dengan konsulen Prof. Dr. dr.
Gatot S Lawrence, MSc, Sp.PA (K), DFM, Sp.F, FESC pada bulan Juli tahun 2012.
INTERPRETASI LUKA PERTAHANAN DIRI (DEFENSE WOUND)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Defense Wound merupakan luka yang
didapatkan seseorang akibat mempertahankan diri atau melindungi diri sendiri. Respon alami
pertahanan diri dari seseorang biasanya ialah mencoba membela diri dari serangan yang
ditimbulkan oleh penyerang. Dengan demikian asumsi pertahanan diri menjelaskan bahwa orang
tersebut harus dalam keadaan sadar. Beberapa korban ditemukan terutama yang sangat muda dan
sangat tua sebab jarang memberikan reaksi pertahanan terhadap para pelaku penyerangan. Hal ini
dikarenakan kemampuan mereka yang terbatas.(1)

Berdasarkan penelitian dari Egyptian Journal of forensic mengatakan fakta bahwa laki-laki
lebih sering menjadi korban dengan luka pertahanan diri dibandingkan dengan perempuan.
Dikarenakan, laki-laki memiliki lebih banyak kekuatan untuk perlawanan secara fisik menangkis
serangan. Kenyataan ini telah tercermin dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa laki-laki
dewasa dalam kelompok usia 30-44 tahun adalah yang paling banyak menjadi korban umum untuk
memiliki luka pertahanan yang berkelanjutan. Namun, perbedaan dalam insidensi dari luka
pertahanan di antara pria dan wanita secara statistik tidak ditemukan secara signifikan saat
menerapkan tes Chi kuadrat. Singh juga melaporkan lebih banyak luka pertahanan di kalangan
laki-laki, sedangkan Katkichi melaporkan 54,5% diantaranya luka di kalangan wanita. Sheikh
dalam studinya menemukan 88,89% korban dengan cedera pertahanan menjadi laki-laki

Adapun individu yang termasuk dalam kelompok usia yang lebih tua lebih rentan terhadap
serangan pembunuhan, tetapi karena kurang memiliki reflex aksi dan fleksibilitas dari tubuh
mereka sehingga tidak dapat melakukan pertahanan diri. Dalam kasus anak-anak, umumnya adalah
kurangnya pemahaman mereka mengenai proses pertahanan diri dan kurangnya kekuatan
perlawanan dibandingkan dengan kekuatan penyerang sehingga bukti cedera akibat pertahanan
diri pun kurang. Karena alasan-alasan diatas, dalam penelitian ini individu di kedua kelompok usia
diatas menunjukkan kurangnya luka pertahanan diri.(2)

Inoue juga menemukan bahwa ketika para korban sedangan dalam pengaruh alkohol, tidak
ada ditemukan luka pertahanan.(6) Pollak juga menyatakan bahwa tidak adanya luka pertahanan
juga disebabkan oleh kondisi dimana korban ditahan atau diikat sebelum penyerangan atau
dilumpuhkan oleh obat-obatan.(7)
2. Chattopadhyay Saurabh, Biswajit Sukul. Egyptian Journal of forensic : Pattern of defence
injuries among homicidal victims. Department of Forensic Medicine, Medical College Kolkata,
West Bengal 700073, India. 2013

3. Singh GO, Gupta BD. Evaluation of mechanical injuries in homicidal deaths (a retrospective
study of 5 years). JIAFM. 2007;29(3):18–22.

4. Katkichi U, Ozkok MS, Osral M. An autopsy evaluation of defense wounds in 195 homicidal
deaths due to stabbing. J Forensic Sci1994;34(4):237–40.

5. Sheikh MI, Pranav P, Vijay K. Defense wounds in homicidal deaths.JIAFM2009;31(1):18–21.

6. Inoue H, Ikeda N, Ito T, Tsuji A, Kudo K. Homicidal sharp force injuries inflicted by family
members or relatives. Med Sci Law. 2006;46(2):135–40.

7. Pollak S, Saukko PJ. Clinical forensic medicine – defense wounds. Encyclopedia Forensic
Sci2004;374–8.

Anda mungkin juga menyukai