Anda di halaman 1dari 10

Akuntansi Pajak

“Akuntansi Aset Tetap Berwujud “

Disusun Oleh

Nama : REGINA CAHYANI

Stambuk : B1C1 16 200

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Halu Oleo

Kendari

2019
Akuntansi Aset Tetap Berwujud
Aset teta merupakan bagian laporan posisi keuangan yang dilaporkan manajemen
dalam setiap periode atau setiap tahun. Aset terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset tak
berwujud. Pada ringkasan ini akan membahas aset tetap berwujud. Aset tetap adalah aset
berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu ,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK
no 16 Revisi Tahun 2007). Contohnya adalah kepemilikan mobil yang mempunyai masa
manfaat selama 10 tahun. Penetapan apakah mobil tersebut termaksud aset tetap
berwujud atau tidak sangat tergantung pada persyaratan yang terpenuhi seperti batasan
dan tujuan kepemilikan. Apabila mobil tersebut tujuan kepemilikannya tidak untuk dijual
tetapi digunakan dalam kegiatan norma perusahaan, maka dikategorikan sebagai Aset
Tetap Berwujud. Untuk lebih memahami berikut ringkasan subbab dari materi Akuntansi
Aset Berwujud :

A. Pengakuan Aset
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 16 Revisi 2007 bertujuan untuk
mengatur perlakuan aluntansi aset tetap, agar laporan keuangan dapat memahami
informasi mengenai investasi entitas di Aset Tetap, dan perubahan dalam investasi
tersebut pernyataan tersebut tidaklah berlaku untuk hak penambangan. Namun,
penyataan tersebut tetap berlaku untuk mengembangkan aset yang terkai dengan hal
penambangan. Terdapat biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aset tetap harus diakui
sebagai aset jika dan hanya jika :
1) Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir keentitas.
2) Biaya perolehan dapat diukur secara andal.

Dengan demikian entitas haruslah mengevaluasi atas dasar prinsip pengakuan


terhadap semua biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Selanjutnya suatu benda
terwujud dapat diakui dan dikelompokkan sebagai aset tetap sesuai ketantuan akuntansi
komersial apabila :

1) Manfaat keekonomian masa yang akan datang yang berkaitan dengan aset
tersebut kemungkinan akan mengalir ke dalam perusahaan.
2) Biaya perolehan dapat diukur secara andal.

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai aset pada awal harus
diukur sebesar biaya perolehan. Sebagai komponen biaya perolehan aset etap tersbut
meliputi berikut ini :

1. Harga Perolehan
2. Biaya-biaya yang dapar diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai keinginan dan
maksud manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset.
Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan
pada saat aset berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar siap digunakan sesuai
yang diinginkan dan dimaksudkan manajemen. Dari hal tersebut, sehingga biaya
pemakaian dan pengembangan aset tidak dimasukkan kedalam jumlah tercatat aset.
Beberapa contoh yang dikategorikan sebagai biaya yang tidak termaksud jumlah tercatat
yaitu :
1) Biaya-biaya yang terjadi saat aset telah mampu beroperasi sebagaimana
dimaksudkan oleh manajemen namun belum dipakai atau masuk beroperasi
dibawah kapasitas sepenuhnya
2) Kerugian awal operasi,
3) Biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.

B. Pengukuran Biaya Perolehan


Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat
terjadinya. Perolehan aset tetap dapat beragam seperti diperoleh karena pertukaran aset
nonmoneter atau kombinasi aset monter dan nonmoneter. Biaya perolehan dari suatu aset
tetap dapat diukur dengan menggunakan nilai wajar, tetap dikecualikan terhadap :
1. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
2. Nilai wajar dari suatu aset diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara
nadal
Perolehan aset tetap juga diperoleh dai hibabh pemerintah. Dalam hal ini tidak boleh
diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa entitas tersebut akan memnuhi kondisi atau
prasyart hibah dan hibah diperoleh.
Suatu entitas harulah memilih model biaya atau model revaluasi dalam kebijakan
akuntansinya terhadap aset tetap dala klompok yangsama. Dengan model biaya yang
dimaksudkan bahwa setelah diakui aset, maka aset tetap diakui sebagi aset tetap yang
dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset.

C. Perolehan Aset Tetap


Aset tetap dapat diperoleh secara gabungan, angsuran, pertukaran, membangun
sendiri dan secara hibah, Bantuan dan Sumbangan.
a) Perolehan Aset Tetap Secara Gabungan
Apabila aset diperoleh secara gabungan, maka harga perolehan masing-masing aset
tetap ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan berdasarkan perbandingan
nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan.

b) Perolehan Aset Tetap Secara Angsuran


Apabila aset diperoleh secara angsuran yang perlu diperhatikan mengenai kontrak
pembeliannya. Namun cara lain yang dapat dilakukan untuk pembelian angsuran ini,
bergantung pada perjanjian.
c) Perolehan Aset Tetap Secara Pertukaran
Menurut PSAK NO 16 Revisi 2007, suatu aset tetap dapat diperoleh dengan
pertukaran dan pertukaran sebagian. Dalam pertukaran sebagian dapat dilakukan
untuk suatu aset tetap tidak serupa aset lain. Biaya ini diukur pada nilai wajar aset
yang dipertukarkan atau diperoleh, yang paling andal, sebanding dengan jumlah
setiap kas atau setara kas yang ditransfer.
Apabila aset tetap dipertukarkan dengan aset tetap tidak sejenis harus diakui
laba atau rugi. Sebaliknya apabila dipertukarkan dengan aset tetap sejenis, maka
pengakuan laba atau rugi ditangguhkan sampai aset tetap yang baru dilepaskan
kembali. Praktik akuntansi pajak tidak mengatur tentang perolehan aset dengan
pertukaran baik sejenis maupun tidak sejeni. Hanya masalah perlakuan diatur dalam
Pasal 10 Ayat 2 Undang-Undang Pajak penghasilan yang menyatakan bahwa niali
perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar menukar harta adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar (market price).
d) Perolehan Aset Tetap Dengan Cara Membangun Sendiri
Menggunakan prinsip yang sama seperti aset yang diperoleh, yaitu meliputi biaya
yang dikeluarkan untuk pembangunan aset sampai siap pakai.
e) Perolehan Aset Tetap Secara Hibah, Bantuan dan Sumbangan
Dalam akuntansi komersial, perolehan aset dari hiba pemerintah tidak boleh diakui
sampai entitas memperoleh keyakinan akan memenuhi kondisi atau prasyara hibah.

D. Aset Tetap yang Dihibahkan


Aset yang dihibahkan harus mengacu pada Pasal 4 Ayat (3) Undang-Undang pajak
pengahasilan, maka hibah pun dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bial hibah diterima wajib pajak tidakmdalam rangka hubungan usaha, pekerjaa,
kepemilikan atau penguasaan, maka dipandang sebagai transaksi modal sengan
sisa buku menurut pembukuan pemberi hibah yang digunakan sebagai dasar
pengukurannya. Sebaliknya penerima hibah diakui sebagai ekuitas, bukan
sebagai pengahasilan menurut fiskus.
2. Tidak memebuhi syarat Pasal 4 ayat (3)
Dalam hal ini pemberi hibah tersebut dimaksudkan menjadi penghasilan bagi
yang menerimanya karena ternyata pemberian hibah ini mempunyai hubungan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan pihak penerima hibah.

E. Penyusutan Aset Tetap


Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap berwujud dengan syarat aset tetap
berwujud tersebut :
1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
3. Ditahan oleh suatu perusahaan utnuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Penyusutan dapa berpengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan


laporan posisi keuangan dari hail usaha.
Dalam pengaturan penyusutan tersebut, persyaratan aset yang dapat disusutkan
menurut ketentuan perpajakan meliputi :

 Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud


 Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
 Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan.

Terdapat pula aset tetap yang menurut akuntansi dapat disusutkan, tetapi menurut
akuntansi pajak tidak dapat disusutkan, yaitu :

1. Aset tetap perusahaan berupa kendaraan yang dikuasi dan dibawa pulang
pegawai, termaksud juga yang ada di daerah terpencil
2. Aset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan didaerah terpencil yang
ditempati pegawai yang tidak diberi tunjangan oleh perusahaan.

Adanya pengelompokkan harta berwujud berdasarkan masa manfaat dan penetap


persentase penyusutan mengakibatkan adanya perbedaan, yang dikenal dengan beda
waktu. Ditinjau dari seluruh jumlah yang dibebankan adalah sama, tetapi dalam waktu
yang berbeda.

F. Metode Penyusutan Sesuai Ketentuan Komersial


Dalam praktik akuntansi komersial metode penyusutan dapat digunakan sesuai
pengelompokkan menurut kriteria berikut ini :
1. Dasar waktu
a) Metode Garis Lurus
Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berjalannya
waktu, dalam jumlah-jumlah yang sama selama masa manfaat aset tetap
berwujud tersebut.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar Perhitungan Penyusutan

Tarif dihitung dari :


Tarif penyusutan = aset tetap harga perolehan/masa manfaat aset tetap
b) Metode pembebanan menurun
1. Metode jumlah angka tahun
Metode ini disebut metode jumlah angka tahun yang akan menghasilkan
jumlah penyusutan yang semakin menurun dari tahun ketahun.
Apabila masa manfaat 5 tahun (1+2+3+4+5) = 15
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar Perhitungan penyusutan
Dasar Pengenaan penyusutan : Harga perolehan – Nilai Residu
2. Metode saldo menurun /saldo menurun ganda
Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi
lebih kecil dari tahun ketahun, desar dasar pemikiran bahwa kapasitas
aset tetap dalm memberikan jasanya dari tahun ke tahun semakin
menurun. Perhitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan :

Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar Perhitungan penyusutan


Dasar Pengenaan penyusutan : Harga sisa buku awal periode

2. Dasar pengunaan
 Metode jam jasa
Metode ini besarnya penyusutan didasarkan pada teori bahwa pembeliaan
aset tetap ditunjukakkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode
ini mengakui estimasi masa manfaat aset yang diukur dalam jam jasa.
Tarif Penyusutan Per Jam = Harga perolehan – Nila residu
Estimated Service Life

 Metode unit produksi


Dalam metode ini dinyatakan dalam produksi yang dapat dihasilakn.
Perhitungannya
Tarif Penyusutan = Produksi Sebenarnya
Kapasitas Produksi

3. Dasar kriteria lainnya


Menggunakan dasar kriteri lainnya bahwa biaya penyusutan dapat dihitung
dengan dasar dan jenis dan kelompok. Pengelompokkan ini dikenal dengan
kelompok atau dalam perpajakan golongan 1, golongan 2, golongan 3 dan
golongan bangunan. Alokasi biaya penyusutan tampak :
1. Daftar biaya penyusutan truk
2. Daftar penyusutan kelompok

G. Saat Penyusutan Aset Tetap Sesuai Ketentuan Komersial


Penyusutan aset dimulai pada saat aset berada pada lokasi dan kondisi yang
diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen. Terjadinya perbedaan pengakuan tersebut mengakibatkan perbedaan
periode pengakuan aset tetap, sehingga berakibat perbedaan saat diakuinya
penyusutan aset tetap (Paragraf 58 SAK No. 16 Rvisi 2007)
H. Harga Perolehan atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta
Harga Perolehan atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Jual Beli Harta ditentukan
sebagai berikut :
1. Tidak dipengaruhi hubungan istimewa :
 Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya
dibayar
 Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang sesungguhnya
diterima
2. Dipengaruhi hubungan istimewa :
o Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang seharusnya
dikeluarkan.
o Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang seharusnya
diterima.

I. Harga Perolehan atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi Tukar Menukar
Harta
Dalam hal terjadi transaksi tukar menukar harta dengan harta lain, maka itu
perolehan atau nilai penjualan harta tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang seharusnya
dikeluarkan berdasarkan harga pasar
2. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang seharusnya diterima
berdasarkan harga pasar.

Dalam harga perolehan atau harga dalam hal terjadi didua kondisi

1. Harga Perolehan atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi pengalihan harta
karena Hibah, Bantuan atau Sumbangan dan Warisan.
Apabila terjadi pengalihan harta karena hibah yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan oleh badan kegamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial termaksud yayasan dan bantuan aau
sumbangan dengan syarat hibah, bantuan dan sumbangan dalam rangka hubungan
kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan pengusaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan, serta warisan, maka dasar penilaian atau nilai
perolehan bagi pihak yang menerima pengalihan harta adalah :

- Wajib menyelenggarakan pembukuaan


Memenuhi syarat pasal 4 ayatt 3 hauruf a dan b Undang-Undang Pajak
Penghasilan dan nilai perolehan sama dengan nilai sisa buku harta dari pihak
yang melakukan pengalihan serta nilai yang ditetapkan Direktur Jendral
Pajak.
- Wajib pajak tidak menyelenggarakan pembukuaan
Nilai sisa buku tidak diketahui, maka nilai perolehan atas harta ditetapkan
sebagai berikut :
1) Dilihat dari SPPT
2) Untuk harta selain tanah/bangunan, nilai perolehannya sama besarnya
dengan 60% dari harga pasar wajar harta tersebut pada saat terjadinya
pengalihan.
2. Harga Perolehan atau Harga Penjualan Dalam Hal Terjadi pengalihan harta
termaksud setoran tunai yang diterima oleh Badan sebagai pengganti penyertaan
modal.
Dasar penilaian harta bagi badan yang menerima pengalihan adalah sama dengan
nilai pasar dari harta yang dialihkan tersebut.

J. Harga Perolehan Aset Membangun Sendiri


Harga perolehan aset tetap yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang
dikeluarkan sehubungan pembangunan hingga siap pakai. Untuk kepntingan perpajakan
perlakuan akuntansi tetap daat diaku, tetapi bunga selam kontruksi (pembangunan) akan
dikapitalisasi yang nantinya bertahap dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan.

K. Metode penyusutan Sesuai Ketentuan Perpajakan


Metode penyusutan menurut ketentuan perundang-undnagan perpajakn (pasal 11
Undang-Undang Pajak Penghasilan)
1. Metode garis lurus . metode saldo menurun untuk aset tetap berwujud bukan
bangunan
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.

Pengunaan metode penyusutan ini taat asa konsisten. Dalam hal wajib ppajak
menggunakan metode saldo menurun, maka sisa buku pada akhir masa manfaat harus
disusutkan sekaligus

L. Peyusutan Pada Akhir Masa Manfaat


Cara perhitungan penyusutan dilakukan untuk tahun-tahun selanjutnya sampai masa
manfaat aset tetap tersebut berakhir. Apabila wajib pajak menggunakan metode saldo
menurun, besarnya biaya penyusutan semakin lama semakin menurun.

M. Saat Penyusutan Aset Aset Tetap


Menurut akuntansi komersial, penyusutan aset dimulai pada saat aset tersbur siap
dogunakan. Penyusutan menurut akuntansi pajak dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya
dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut shingga penyusutan pada tahun
pertama dihitung secara prorata.

N. Penarikan Harta Bukan Bangunan


Aset tetap perusahaan yang tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian,
penarikan dapat dilakukan dengan menjual aset tersebut. Menurut akuntansi komersial,
terhadap aset tetap yang dijual nilai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan.
Sedangkan dalam ketantuan akuntansi perpajakan nilai sisa bukunya dihitung sampai
dengan akhir bulan sebelum aset tersebut terjual.
O. Pengelompokkan Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan
Penyusutan Atas Usaha Jasa Telekomunikasi Seluler
a) Jenis harta yang disusutkan dan pengelompokkannya
Jenis-jenis harta berwujud untuk Usaha Jasa Telekomunikasi Seluler

b) Tata Cara Perhitungan Penyusutan Fiskal


Untuk penghitungan penyusutan fiscal atas jenis-jenis harta tersebut diatur :
1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut mulai berlaku pada tahun
pajak/tahun 2002.
2) Atas jenis-jenis harta bagaimana dimaksud dalam Keputusan Direktur
Jenderal Pajak tersebut yang telah dimiliki dan digunakan
dalamperusahaan sejak sebelum tahun pajak/tahun buku 2002,
penghitunganpenyusutan fiscal sampai dengan tahun pajak/tahun buku
2001menggunakan tarif penyusutan kelompok 3.
3) Penghitungan penyusutan fiscal atas harta dimaksud pada butir 2
mulaitahun pajak/tahun buku 2002 menggunakan tarif penyusutan
kelompoknyayang baru (kelompok 1 atau 2) dengan metode penyusutan
yang tetap sama,yaitu:
- Metode garis lurus, dasar penyusutan adalah harga perolehan.
- Metode saldo menurun, dasar penyusutan adalah nilai sisa buku
fiscal.
4) Masa manfaat yang tersisa atas harta dimaksud pada butir 2 setelah
perpindahan dari kelompok 3 ke dalam kelompok 1 atau kelompok 2
akan mengalami penyesuaian otomatis karena beban penyusutan yang
semakinbesar. Khusus untuk harta yang disusutkan dengan metode saldo
menurun,masa manfaat yang tersisa dalam :
 Kelompok 1, akan berakhir paling lama pada tahun keempat sejak
tahunpajak/tahun buku 2002 (nilai sisa buku fiscal disusutkan
sekaligus)
 Kelompok 2, akan berakhir paling lama pada tahun kedelapan
sejaktahun pajak/tahun buku 2002 (nilai sisa buku fiscal
disusutkansekaligus)

P. Perhitungan Penyusutan Atas Komputer, Printer, Scanner, dan Sejenisnya


Dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No.138/KMK.03/2002 Tanggal
8April 2002 sebagai pembaruan atas Keputusan Menteri
KeuanganNo.250/KMK.04/2000 Tanggal 14 Desember 2000 selanjutnya diberikan
penegasanpelaksanaannya.Khusus untuk penyusutan atas komputer, printer, scanner, dan
sejenisnyaditegaskan dalam SE-07/PJ.42/2002 sebagai berikut :1
1) Perubahan pengelompokan yang sebelunnya termasuk dalam kelompok
2selanjutnya berubah menjadi kelompok 1.
2) Atas perubahan tersebut, maka penghitungan penyusutan atas komputer,printer,
scanner, dan sejenisnya yang telah dimiliki dan digunakan dalamperusahaan
sebelum tanggal 1 April 2002 diatur :
a) Penghitungan penyusutannya berdasarkan ketentuan lama (kelompok 2)yang
diberlakukan sampai dengan bulan Maret 2002
b) Penghitungan penyusutan berdasarkan ketentuan yang baru (kelompok 1)
berlaku mulai bulan April 2002 dengan tetap menggunakan sisa
manfaatsemula yang akan mengalami penyesuaian/percepatan secara
otomatis.

Q. Perhitungan penyusutan Atas Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan.


Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. Kep.-220/PJ/2002 tentang PerlakuanPajak
Penghasilan atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan KendaraanPerusahaan tanggal 18
April 2002 mengatur pembebanan biaya melalui penyusutan terhadap telepon seluler dan
kendaraan perusahaan. Aturan tersebut meliputi :
1) Biaya perolehan atau pembelian telepon seluler yang dimiliki dandigunakan
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan ataupekerjaannya, dapat
dibebankan 50% dari jumlah biaya perolehan ataupembelian melalui penyusutan
asset tetap (harta berwujud bukan bangunan) kelompok 1 (perhatikan
pengelompokan sesuai KeputusanMenteri Keuangan terakhir
No.138/KMK.03/2002)
2) Biaya perolehan, pembelian, atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus,atau
yang sejenis yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk antar-jemput para
pegawai, dapat dibebankan seluruhnya sebagai biayaperusahaan melalui
penyusutan sebagai asset tetap kelompok 2 (perhatikan pengelompokan sesuai
Keputusan Menteri Keuangan terakhirBo.138/KMK.03/2002)
3) Biaya perolehan, pembelian, perbaikan besar kendaraan sedan atau yangsejenis
yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk pegawai tertentukarena jabatan
atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biayaperusahaan sebesar 50% dari
jumlah biaya perolehan, pembelian, atauperbaikan besar melalui penyusutan asset
tetap (harta berwujud bukanbangunan) kelompok 2 (perhatikan Keputusan
Menteri Keuangan terakhirNo.138/KMK.03/2002)
4) Dalam hal pembebanan biaya tersebut pada butir 1, butir 2, dan butir 3,ternyata
penghasilan Wajib Pajak dimaksud dikenakan Pajak Penghasilanyang bersifat
final atau berdasarkan norma penghitungan khusus, makapembebanan biaya-
biaya tersebut telah termasuk dalam penghitungan Pajak Penghasilan yang
bersifat final atau norma penghitungan khusus,sehingga ketentuan pembebanan
tidak diberlakukan. Demikian halnya atasbiaya-biaya yang dibebankan sebagai
biaya perusahaan maka juga tidakdianggap sebagai penghasilan bagi pegawai
perusahaan yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai