Percobaan 5

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN 5

PENGUJIAN ANTISEPTIK ATAU DESINFEKTAN

I. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan perbedaan antara antiseptik, desinfektan, dan antibiotik.
2. Menjelaskan perbedaan prinsip pengujian antiseptik.
3. Menjelaskan perbedaan prinsip dan kegunaan pengujian metode kontak
(koefisien fenol) dengan metode difusi agar.

II. Pendahuluan
2.1 Antiseptik dan desinfektan

Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk


membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan
yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik
berbeda dengan antibiotik dan desinfektan,yaitu antibiotik digunakan untuk
membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan desinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik
lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup daripada desinfektan. Namun,
antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialih
fungsikan menjadi desinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan
baik sebagai antiseptik maupun desinfektan. Penggunana antiseptik sangat
direkomendasikan ketika terjadi epidermis penyakit karena dapat
memperlambat penyebaran penyakit.

Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung


pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi
mempengaruhi adsropsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada
konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran
bakteri. Namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi
antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi kedalam sel
dan mengganggu fungsi normal selular secara luas, termasuk menghambat
biosintesi pembuatan makromolekul dan parsipitasi protein intraselular dan
asam nukleat (DNA atau RNA). Lama paparan antiseptik dengan banyaknya
kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus. Mekanisme kerja
antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya dengan
mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri,
mengkoagulasi (mengumpulkan) cairan disekitar bakteri atau meracuni bakteri
(Gobel, Risco, B dkk. 2008).

Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni (Tjay, 2002)

1. Senyawa halogen: Povidon-iod, iodoform, Ca-hipoklorit, Na-hipoklorit,


tosilkloramida, klorheksidin, kliokinol, dan triklosan.
2. Derivat : fenol, kresol, resorsinol, dan timol.
3. Zat-zat dengan aktivitas permukaan: cetrimida, cetylpiridinium, benzalkonium,
dan dequalinium.
4. Senyawa alkohol, aldehida dan asam : etanol dan isopropanol, formaldehida
danglutaral, asam asetat dan borat.
5. Senyawa logam: merkuri klorida, fenil merkuri nitrat dan merbromin, perak
nitrat dan silverdiazin, sengoksida.
6. Oksidansia : hidrogenperoksida, sengperoksida, Na-perborat dan kalium klorat.
7. Lainnya : heksetidin dan heksamidin, belerang, etilen oksida, oksikinolin dan
acriflavin.

Fenol adalah zat pembaku daya antiseptik obat lain sehingga daya antiseptik
dinyatakan dalam koefesien fenol. Mekanisme kerja fenol sebagai desinfektan
yaitu dalam kadar 0,01%-1% fenol bersifat bakteriostatik. Larutan 1,6% bersifat
bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi protein. Ikatan protein dengan fenol
mudah lepas, sehingga fenol dapat berpenetrasi ke dalam kulit utuh. Larutan 1,3%
bersifat fungisid, berguna untuk sterilisasi ekskreta dan alat kedokteran
(Ganiswarna,1995).

Koefisien fenol adalah kemampuan suatu desinfektan dalam membunuh


bakteri dibandingkan fenol. Cara mengujinya adalah dengan mengencerkan
suatu ultur cair bakteri sebanyak 1 : 10 dengan desinfektan yang akan diuji pada
kosentrasi yang berbeda disebut titik akhir adalah kosentrasi terendah yang
menghasilkan kultur steril setelah diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20o C
(Djide :2003).

2.2 Bakteri uji

- Staphylococcus aereus
Merupakan bakteri gram positif, berbentuk kokus, hidup secara serobic
ataupun anaerobic, dan patogenik. Suhu optimum untuk pertumbuhan
Staphylococcus aereus adalah 35-37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu
maksimum 45,5 oC. Bakteri Staphylococcus aereus dapat dilihat pada gambar
1. Berikut ini.

Gambar 1. Bakteri . Bakteri Staphylococcus aereus


Bakteri ini berdiameter 0,5 sampai 1,0 µm pada perbesaran mikrosop
100x. Karakteristik Staphylococcus aereus adalah pembentukan pigmen koloni
yang umumnya berwarna kuning keemasan, dan betahemoilisis positif pada
blood agar. Pada media BHI agar Staphylococcus aereus berkilauan dengan
warna bervariasi dari krem hingga orange sebagai hasil dari pigmentasi
karotenoid pada membran sel. Koloni akan menjadi gelap setelah inkubasi
selama beberapa hari pada suhu 30oC atau pada suhu ruang. Koloni
Staphylococcus aereus pada media Baird Parker Agar (BPA) berbentuk bulat,
licin, halus, cembung, lembab, berdiameter 2-3 mm, berwarna abu-abu hingga
hitam pekat, dikelilingi batas berwarna terang, serta dikelilingi zona keruh
dengan batas luar berupa zona bening.

- Escherichia coli
Merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang, relative pendek
sampai kokus (Fardiaz, 1989). Ukuran bakteri bervariasi, yaitu lebar 1.1 -1,5
mikron dan panjang 2-6 mikron. Pada umumnya, Escherichia coli tumbuh
merupakan mikroflora normal pada usia manusia dan hewan, tetapi beberapa
galur bersifat patogenik. Bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada Gambar 2.
Berikut ini .

Gambar 2. Bakteri Escherichia coli


Escherichia coli tumbuh baik pada temperature antara 8-46oC dan
temperature optimum 37 oC,. Bakteri yang dipelihara dibawah temperature
minimum atau sedikit diatas temperature maksimum, tidak akan segera mati
melainkan berada didalam keadaan tidur atau dormancy. Media endo agra
merupakan salah satu media spesifik untuk pertumbuhan Escherichia coli.
Koloni Escherichia coli pada media Endo Agar berbentuk bulat, berwarna
merah muda hingga merah tua
III. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Tabung reaksi Escherichia coli

Cawan petri Nutrient agar

Lidi kapas steril Aquadest

Jarum ose Sampel uji

Pipet ukur Kapas berlemak

Bunsen Alumunium foil

IV. Prosedur Percobaan

Disiapkan tabung reaksi sebanyak 6 buah yang sudah diberikan nama


pada label yaitu t15, t30, t45, t60, t75, t90. Kemudian disiapkan cawan petri
sebanyak 6 buah yang sudah diberi nama pada label yaitu t15, t30, t45, t60, t75,
dan t90. Kemudian kedalam masing-masing cawan petri dimasukkan media agar
sebanyak 15 ml. Diamkan media agar mengeras untuk menjadi media. Kemudian
kedalam tabung reaksi yang telah disiapkan masing-masing dimasukkan sampel
antiseptik atau desinfektan sebanyak 5 ml. Kemudian kedalam tabung reaksi
tersebut diteteskan biakan bakteri sebanyak satu tetes yang kemudian langsung
dikocok sesuai dengan waktu yang tertera pada label. Kemudian jarum ose
dicelupkan kedalam tabung reaksi tersebut dan kemudian diinokulasikan
kedalam media di cawan petri yang memiliki label waktu yang sesuai dengan
tabung reaksinya. Perlakuan ini dilakukan satu persatu pada setiap tabung reaksi
dan cawan petri berisi media secara berurutan. Selanjutnya seluruh cawan petri
yang sudah diinokulasi diinkubasi pada inkubator pada suhu 37oC selama 18-24
jam.

V. Data Pengamatan
5.1 Tabel penentuan koefisien fenol

Pertumbuhan pada sub biakan (detik)


Kelompok
t15 t30 t45 t60 t75 t90

1 + + - - - -

2 + + + + + +

3 + + + + + +

4 + + + + - +

5 + + + - - -

6 + + + + + +

7 + - - - - -

Ket: (+) = Terdapat pertumbuhan bakteri


(-) = Tidak terdapat pertumbuhan bakteri
Pertumbuhan pada sub biakan (detik)
Kelompok
1 t15 Keterangan

T15

+
T30

T45

-
T60

T75

-
T90

Ket: (+) = Terdapat pertumbuhan bakteri


(-) = Tidak terdapat pertumbuhan bakteri

5.2 Perhitungan
1. Media Nutrien Agar (NA)
NA yang dibutuhkan = 130 mL + 10%
= 143 mL
Serbuk NA yang ditimbang :
23 x
=
1000 143
23 . 143
x=
1000
x = 3,29 g

VI. Pembahasan
Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-
macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda
pula .Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai berbagai macam senyawa
kimia baik organik maupun anorganik bersifat racun terhadap jasad renik.
Sehubungan dengan itu, usaha manusia dalam mengatasi jasad renik. Penyebab
penyakit banyak dilakukan menggunakan bahan kimia.

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian antiseptik atau desinfektan.


Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-
macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda
pula dimana Desinfektan adalah zat antimikrobial yang membunuh
mikroorganisme, namun tidak membunuh sporanya dan digunakan pada benda
mati. Antiseptik adalah suatu zat antimikrobial yang banyak digunakan pada
permukaan kulit makhluk hidup maupun membran mukus. Antiseptik dibedakan
dengan zat anti-microbial lain seperti desinfektan, sterilan, dan biosida.
Antiseptik merupakan zat yang membunuh dan menghambat pertumbuhan
makhluk hidup pada jarinan hidup, seperti pada kulit (Franklin,2006)

Bakteri E. coli merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang,


memilki ukuran 2,4 mm, 0,4 mm hingga 0,7 mm, bergerak, tidak berspora, positif
pada tes indol, glukosa, laktosa, sukrosa. Escherichia coli dapat hidup pada pH
5,5-8. E. coli akan tumbuh secara optimal pada suhu 27°C. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Hawa et al. (2011), E. coli memiliki suhu maksimum
pertumbuhan 40-45°C, di atas suhu tersebut bakteri akan mengalami inaktivasi
(Greenwood et al., 2007).

Sebelum dilakukan percobaan ini dilakukan sterilisasi alat dan bahan


dengan menggunakan autoklaf suhu 121℃ selama 15 menit. Dilakukan sterilisasi
alat dan bahan yang bertujuan untuk memastikan peralatan bersih dan tidak
dipengaruhi oleh mikroba yang terdapat diatas permukaan peralatan sehingga
tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorganisme lain. Pada saat proses
pengerjaan dilakukan secara aseptic yang bertujuan untuk melindungi dari
kontaminasi oleh mikroorganisme selama pengerjaan berlangsung dan agar
selalu steril. Selanjutnya media yang digunakan yaitu agar NA yang telah
disterilkan dengan autoklaf dimana media yang digunakan didinginkan sebelum
dituangkan ke dalam cawan petri, hal ini bertujuan agar pada saat penambahan
bakteri, bakteri tidak akan mati, setelah itu di pipet sebanyak 15 mL, lalu di
diamkan hingga memadat.

Selanjutnya disiapkan tabung reaksi sebanyak 6 buah dengan label


t15,t30,t45,t60,t75 dan t90 yang diisi dengan sampel sebanyak 5 ml. Kemudian
ditambahkan 1 tetes biakan bakteri E.Coli kedalam tabung reaksi, ketika bakteri
E Coli di teteskan di waktu 15,30,45,60,75 dan 90 detik kemudian di kocok.
Pengocokkan digunakan agar sampel dan bakteri homogen sehingga
menghasikan uji yang bagus. Pada saat dilakukan pengocokkan jarum ose di
bakar pada api bunsen , kemudian didinginkan sebelum di goreskan pada cawan
petri yang berisi media yang sudah padat. Jarum ose didinginkan terlebih dahulu
sebelum di goreskan bertujuan agar pada saat pengambilan bakteri, bakteri tidak
mati akibat suhu yang terlalu panas. Cawan petri yang berisi media sudah padat
di goreskan seacara perlahan dengan alur horizontal pada cawan , pada saat
proses penggoresan tidak boleh sampai merusak media. Metode ini memiliki
prinsip mendapatkan koloni yang terpisah dari koloni lainnya. Perlakuan yang
sama dilakukan pada t30,t45,t60,t75 dan t90. Setelah itu di inkubasi diinkubator
dengan suhu 37 °C selama 18-24 jam

Metode yang digunakan yaitu metode waktu kontakn dimana metode


waktu kontak merupakan modifikasi dari koefisien fenol. Dimana uji ini
dilakukan untuk melihat yang dibutuhkan untuk suatu bahan uji dapat
menghambat pertumbuhan mikroba dibandingkan terhadap bahan standar.
Berbagai waktu 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 detik serta sampel yang dicoba
dicampur dengan suatu volume tertentu dan diberikan 1 tetes biakan Escherichia
coli dan digoreskan pada cawan petri berisi media yang sudah padat.

Pada percobaan ini dilakuakn pengujian antiseptic atau desinfektan.


Dimana prinsipnya yaitu menentukan daya hambat terkecil dari suatu desinfektan
agar dapat mengetahui seberapa besar keefektifan atau kemampuan pada bahan-
bahan yang akan digunakan sebagai antiseptic dan desinfektan dalam membunuh
kuman atau mikroorganisme sehingga dapat memilih secara benar produk
sediaan yang tepat.

Dari hasil pengamatan didapatkan hasil dimana pada sampel 1 terdapat


pertumbuhan bakteri pada waktu 15 detik samapi 30 detik dan mulai tidak ada
pertumbuhan bakteri pada waktu 45 detik sampai 90 detik. Pada sampel 2,3,4 dan
6 pada waktu 15 detik hingga 90 detik terdapat pertumbuhan bakteri. Sedangkan
pada sampel 5 terdapat pertumbuhan bakteri dari waktu 15 sampai 45 detik
sedangkan pada waktu 60 sampai 90 detik tidak terdapat pertumbuhan bakteri.
Pada sampel 7 terdapat pertumbuhan bakteri pada menit sedangkan pada waktu
30 sampai 90 detik tidak ada peetumbuhan bakteri.

Pada percobaan ini tidak menggunakan pembanding untuk pengujian


desinfektan dan antiseptic sehingga pada percobaan ini hanya dapat mengetahui
sampel mana yang paling efektif untuk membunuh kuman atau mikroorganisme.
Dimana dengan menentukan daya hambat terkecil dari suatu desinfektak agar
dapat mengetahui seberapa besar keefektifan atau kemampuan pada bahan-bahan
yang akan digunakan sebagai antiseptic dan desinfektan dalam membunuh
kuman atau mikroorganisme sehingga dapat memilih secara benar produk
sediaan yang tepat.

Jadi dapat disimpulkan dari hasil pengamatan yang diperoleh dimana


sampel yang paling efektif dengan memiliki kemampuan membunuh kuman atau
mikroorganisme dengan cepat yang disebut dengan desinfektan di duga sampel
7, karena pada sampel 7 dimana pada waktu 30 detik sampai 90 detik tidak
mengalami pertumbuhan mikroba. Desinfektan mempunyai mekanisme kerja
zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
berbeda-beda antara lain dengan merusak dinding sel, mengubah permeabilitas
sel, mengubah molekul protein dan asam amino yang dimiliki mikroorganisme,
menghambat kerja enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta
sebagai antimetabolit (Waluyo,2005).

Sedangkan hasil pengamatan antiseptic dimana sampel dapat menghambar


pertumbuhan bakteri tetapi kerjanya lebih lama dibandingan dengan desinfektan.
Di duga sampel 5 merupakan antiseptic karena pada sampel 5 pada waktu 60
sampai 90 detik sampel dapat menghambat perumbuhan mikroba. Dimana
antiseptic sendiri mempunyai mekanisme dapat merusak lemak pada membran
sel bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri
yang berperan dalam biosintesis asam lemak (Isadiartuti & Retno, 2005).

Antiseptic dapat mengahambat atau menghancurkan mikroorganisme pada


jaringan hidup, hanya di permukaan tubuh sedangkan desifektan dapat
menghambat semua sel hidup, desinfektan digunakan pada benda mati.
Desinfektan mempunyai toksisitas selektif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan antiseptic sehingga desinfektan dapat digunakan sebagai antiseptic juga
tergantung dari konsentasinya. Sedangkan antiseptic juga sama ketika
ditambahkan konsnetrasinta maka akan manjadi desinfektan tergantung dari
penambahan konsentrasinya.

Antiseptic dan desinfektan pada dasarnya memiliki persamaan jenis bahan


kimia yang digunakan, tetapi tidak semua bahan desimfektan itu merupkan
antiseptic karena pada antiseptic ada Batasan dalam penggunaan. Antiseptik
harus memiliki kemampuan sifat yang tidak merusak jaringan tubuh attau bersifat
keras. Penambahan bahan desinfektan juga dapat dijadikan sebagai salah satu
cara sebaga proses sterilisasi yaitu proses pembebasan kuman.

VII. Kesimpulan
- Desinfektan merupakan zat antimikrobial yang membunuh mikroorganisme,
namun tidak membunuh sporanya dan digunakan pada benda mati. Antiseptik
adalah suatu zat antimikrobial yang banyak digunakan pada permukaan kulit
makhluk hidup maupun membran mucus. Antibiotik suatu senyawa yang
dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada konsentrasi rendah dapat
memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain
- Sampel paling efektif yaitu desinfektan diduga pada sampel 7 karena pada
waktu 30 detik sampai 90 detik sampel dapat menghambat pertumbuhan
mikroba. Sedangkan sampel antiseptic yaitu pad sampel 5 karena pada waktu
60 detik sampai 90 deik sampel dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
- Prinsip metode koefisien fenol dibandingkan dengan fenol sebagai senyawa
yang pertama ditemukan, ketika di bandingkan nilainya > 1 dimana memiliki
potensi antiseptic dan desinfektan. Sedangkan metode kontak dilihat dari waktu
kefektifan membunuh kuman apabila waktunya cepat yaitu desinfektan
sedangkan yang memiliki waktu lebih lambat yaitu antiseptic

DAFTAR PUSTAKA.

Djide M. Natsir, dkk. 2003. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Universitas


Hasanuddin.

Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat antar Universitas. Institut Pertanian


Bogor.

Franklin, J. Trevor., and George Alam Snow. 2006. Biochemistry and Molecular
Biology of Antimicrobial Drug Action. United States of America :
Springer

Ganiswarna, S. G., et all. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gobel, Risco, B dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J. and Barer, M. 2007. Medical Microbiology.
Elsevier, China.

Isadiartuti, D. dan S. Retno. 2005. Uji Efektifitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan yang
Mengandung Etanol dan Triklosan. Majalah Farmasi Airlangga, 5(3),

Tan Hoan Tjay. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Gramedia.

Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang Prees.

Anda mungkin juga menyukai