Anda di halaman 1dari 17

I.

Nama Sediaan
Infus Ringer Laktat
II. Preformulasi Zat Aktif
2.1. Sodium Laktat
Pemerian : Tidak berwarna, bening; tidak berbau ; atau sedikit
berbau dengan bau garam yang khas ; higroskopis
Kelarutan : Larut dalam methanol 95% dan dalam air, kloroform
dan geliserol. Praktis tidak larut dalam kloroform,
eter, minyak

pH : 5-7

Stabilitas : Stabil dalam air

Inkompatibilitas : Novabison sodium, oksitetrasiklin HCl, sodium


karbonat, sodium kalsium edetal, sulfanidin sodium.

2.2.Kalsium Klorida
Pemerian : Granul atau serpihan, putih, keras ; tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam
etanol mendidih ; sangat mudah larut dalam air panas
pH : Antara 4,5 – 9,2
Inkompatibilitas : Kalsium klorida tidak kompatibel dengan karbonat
terlarut, fosfat, sulfat dan tartrat. Bereaksi dengan
bromin trifluoride dan bereaksi dengan seng
melepaskan gas hydrogen. Memiliki reaksi
eksotermik hingga dekomposisi dapat mengeluarkan
asap beracun dari klorin (HOPE, 2009 ;89).

2.3. KCl
Pemerian : Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus, tidak
berwarna, atau serbuk granul putih ; tidak berbau ;
rasa garam ; stabil di udara ; larutan bereaksi netral
terhadap lakmus
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih ; tidak larut dalam etanol
pH : 4-8

Stabilitas : Stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup


rapat, ditempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Larutkan KCl bereaksi kuat dengan bromine


trifluoride dan dengan campuran H2SO4 dan KMnO4.
Adanya HCl, NaCl, dan MgCl akan menurunkan
kelarutan KCl dalam air. Larutan intravena KCl
inkompatibel dengan proton hidrolisat (HOPE, 2009
; 573)
2.4. CaCl2
Pemerian : Granul atau serpihan, putih, keras ; tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam
etanol mendidih ; sangat mudah larut dalam air panas
pH : Antara 4,5 – 9,2
Inkompatibilitas :Kalsium klorida tidak kompatibel dengan karbonat
terlarut, fosfat, sulfat dan tartrat. Bereaksi dengan
bromin trifluoride dan bereaksi dengan seng
melepaskan gas hydrogen. Memiliki reaksi
eksotermik hingga dekomposisi dapat mengeluarkan
asap beracun dari klorin (HOPE, 2009 ;89).

III. Pengembangan Formula


Sediaan infus Ringer Laktat mengandung natrium laktat, natrium
klorida, kalium klorida dan kalsium klorida. Pembawa yang digunakan pada
sediaan ini yaitu aquabidest karena aquabidest tidak mengandung pirogen.
Kandungan pada sediaan infus Ringer Laktat memiliki fungsi masing-
masing.
NaCl pada sediaan ini berfungsi sebagai pengisotonis. Sementara
untuk KCl berfungsi sebagai zat antimikroba. Berguna untuk menghambat
pertumbuhan mikroba pada sediaan ini. CaCl2 juga berfungsi sebagai zat
antimikroba dan juga sebagai zat penyerap air. Yang terakhir yaitu natrium
laktat berfungsi sebagai buffering agent dan juga sebagai isotonis agent.
IV. Perhitungan Osmolaritas
Injeksi Ranger Laktat tiap 1000 mL mengandung:
NaCl 6 g/L
KCl 0,3 g/L

CaCl2 0,2 g/L

C3H3NaO3 3,1 g/L

Nama Zat Perhitungan Konsentrasi Osmolaritas

3 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 100%
6𝑔 500 𝑚𝐿 0,685 𝑔⁄
𝑥 500 𝑚𝐿 = 3 =
𝑔 = 0,6% + 0,085% 0,1 𝐿
NaCl 1000 𝑚𝐿 𝑥 2 𝑥 1000
58,2
= 0,685%
= 235,39

0,3 𝑔 0,15 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 100% 0,03 𝑔⁄
1000 𝑚𝐿 500 𝑚𝐿 0,1 𝐿
KCl 𝑥 2 𝑥 1000
= 0,15 𝑔 = 0,03% 74,5
= 8,054

0,2 𝑔 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,02 𝑔


⁄0,1 𝐿
𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 100% 𝑥 3 𝑥 1000
CaCl2 1000 𝑚𝐿 500 𝑚𝐿 111
= 0,1 𝑔 = 0,02% = 5,405
3,1 𝑔 1,55 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,31 𝑔
⁄0,1 𝐿
𝑥 500 𝑚𝐿 𝑥 100% 𝑥 2 𝑥 1000
1000 𝑚𝐿 500 𝑚𝐿 112,06
C3H3NaO3 = 1,55 𝑔 = 0,31% = 55,327

Total 304,176 (isotonis)

V. Perhitungan Tonisitas

Nama Zat % E %xE

3 𝑔𝑟 00,6% x 1= 0,6%
NaCl 𝑥100% = 0,6 % 1
500 𝑚𝑙

1,55 𝑔𝑟 0,31% x 0,58%


Natrium Laktat 𝑥100% = 0,31% 0,58
500 𝑚𝑙 =0,179%

0,15 𝑔𝑟 0,03 x 0,76% =


KCl 𝑥100% = 0,03% 0,76
500 𝑚𝑙 0,022%

0,1 0,02% x 0,7% =


CaCl2 𝑥100% = 0,02% 0,7
500 𝑚𝑙 0,014%

0,815 %
Total
(Hipotonis)

Aqua pro injeksi ad 500 mL

0,9% - 0,815% = 0,085%


NaCl yang
0,085𝑔𝑟𝑎𝑚
ditambahkan 𝑥 500𝑚𝐿 = 0,425 𝑔𝑟𝑎𝑚
100 𝑚𝐿
VI. Formula Akhir
R/ NaCl 3 gram

Na Laktat 1,55 gram

KCl 0,15 gram

CaCl2 0,1 gram

Karbon Aktif 0,1%

Aquabidest ad 500mL

VII. Preformulasi Eksipien


7.1. Aqua Pro Injeksi
Pemerian : Cairan, jemih, tidak berwarna; tidak berbau.
Kelarutan : Dapat becampur dengan pelarut polar (Dirjen POM,
1979:96).
pH :7
Stabilitas : Stabil dalam semua keadaan, baik minyak, dingin,
atau panas.
Inkompatibilitas : Air dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan
lainnya terurai atau terhidrolisis. Air juga dapat
bereaksi dengan logam alkali, kalsium dioksida dan
magnesium dioxid (Excipient, 2009 : 337).
7.2. Karbon Aktif
Pemerian : Serbuk hitam tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa

Stabilitas : Dapat mengadsorbsi air


Inkompatibilitas : Dapat menurunkan ketersediaan hayati beberapa obat
seperti loperamide dan riboflavin. Reaksi hidrolisis dan
oksidasi dapat dinaikkan. (HOPE ; 40).

VIII. Penimbangan

Nama Zat Konsentrasi 500 mL

5
NaCl 3g 𝑥 3 𝑔 = 03,425 𝑔 = 3,596 𝑔
100

5
KCl 0,15 g 𝑥 0,15 𝑔 = 0,0075 + 15 𝑔 = 0,1575 𝑔
100

5
CaCl2 0,1 g 𝑥 0,1 𝑔 = 0,005 + 0,1 𝑔 = 0,105 𝑔
100

5
C3H3NaO3 1,55 g 𝑥 1,55 𝑔 = 0,0775 + 1,55 𝑔 = 1,6275 𝑔
100

0,1
Karbon aktif 0,1% 𝑥 500 𝑚𝐿 = 0,5 𝑔
100

Aqua pro Ad 510 mL

injection

IX. Metode Sterilisasi

No. Nama Alat atau Bahan Metode Sterilisasi


1 Botol infus Sterilisasi panas lembab
2 Batang pengaduk Sterilisasi panas lembab
3 Labu Erlenmeyer Sterilisasi panas lembab
4 Gelas kimia Sterilisasi panas lembab
5 Gelas ukur Sterilisasi panas lembab
6 Kaca arloji Sterilisasi panas lembab
7 Pipet tetes Sterilisasi panas lembab
8 Pipet volume Sterilisasi panas lembab
9 Corong Sterilisasi panas lembab
10 Natrium laktat Sterilisasi panas kering
11 Natrium klorida Sterilisasi panas kering
12 Kalium klorida Sterilisasi panas kering
13 Kalsium klorida Sterilisasi panas kering
14 Karbon aktif Sterilisasi panas kering
15 Aquabidest Sterilisasi panas lembab
Metode sterilisasi sediaan infus ringer laktat dilakukan dengan metode
sterilisasi akhir dengan teknik sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf.
Karena berdasarkan data kestabilitasan semua zat yang terkandung di dalam
sediaan ini memiliki stabilitas yang tahan terhadap pemanasan atau suhu tinggi,
sehingga dapat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Karena
sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki efektivitas yang lebih baik
dibandingkan dengan metode aseptis.
X. Prosedur Pembuatan

Disiapkan semua bahan yang akan digunakan



Semua alat dan bahan yang digunakan disterilisasi dengan metode yang
sesuai

Ditimbang NaCl sebanyak 3,596 gram, KCL sebanyak 0,1575 gram, dan
CaCl2 0,105 gram, C3H3NaO3 menggunakan kaca arloji.


Zat aktif dimasukkan ke dalam gelas kimia steril yang telah dikalibrasi,
kemudian dilarutkan dengan aqua bidestilat.


Gerus karbon aktif sejumlah 0,1 % b/v dan dimasukkan ke dalam gelas piala,
ditambahkan aqua bidestilat hingga volume yang diminta.

Panaskan larutan di atas api bunsen pada suhu 60 – 70o C sambil sesekali
diaduk.


Saring larutan ke dalam Erlenmeyer dengan menggunakan kertas saring


Pindahkan larutan ke dalam saringan vakum, saring kembali sampai larutan
menjadi jernih

Larutan dimasukan ke dalam botol infus steril yang telah ditara, botol ditutup
dengan flakon steril, diikat menggunakan benang kasur. Tambahkan aqua
bidestilat ad 500 mL..

Dilakukan sterilisasi akhir dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

Dilakukan evaluasi sediaan injeksi

XI. Evaluasi
11.1 Prosedur Evaluasi
a. Penetapan pH (Dirjen POM, 1995: 1039-1040)
Cek pH larutan menggunakan pH meter atau indikator dan kertas
indikator.
b. Penetapan volume injeksi dalam wadah (Dirjen POM,1979;1044).
Bertujuan untuk menetapkan volume injeksi yang dimaksudkan dalam
wadah agar volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang
tertera pada penandaan (volume injeksinya itu harus dilebihkan. Cara
kerja:
 Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih,
 Tiga wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari
10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang.
 Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering
berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan
dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang 2,5
cm.
 Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan
pindahkan isi dalam alat suntik. Tanpa mengosongkan bagian jarum
kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan
sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40%
volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas
ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang).
c. Uji kejernihan larutan (Lachman: 1355)
Pemeriksaan kejernihan dilakukan secara visual oleh seorang di bawah
cahaya penerangan yang baik berlatarkan hitam putih, sehingga jika ada
partikel lebih dari mikrometer akan terlihat.
d. Uji kebocoran (Larutan Parenteral,1234;163).
Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas
dan volume serta kestabilan sediaan.
Cara pembuatan: Pada pembuatan secara kecil-kecilan hal ini dapat
dilakukan dengan mata tetapi dalam jumlah besar hal ini tidak mungkin
bisa dikerjakan.
Wadah-wadah takaran tunggal yang masih panas, setelah selesai
disterilkan dimasukkan kedalam larutan biru metilena 0,1%. Jika ada
wadah-wadah yang bocor maka larutan metilena akan masuk
kedalamnya karena perbedaan tekanan di luar dan di dalam tersebut.
Sehingga cara ini tidak digunakan/dipakai untul larutan-larutan yang
sudah berwarna.
Wadah-wadah takaran tunggal disterilkan terbalik yaitu dengan cara
unjungnya di bawah.ini digunakan pada pembuatan dalam skala kecil.
Jika terjadi kebocoran maka larutan ini akan keluar dari dalam wadah
dan wadah menjadi kosong.
Wadah-wadah yang tidak dapat disterilkan, kebocorannya harus
diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah tersebut eksikator, yang
kemudian divakumkan. Jika terjadi kebocoran larutan akan diserap
keluar. oleh karena itu, harus dijaga agar jangan sampai larutan yang
keluar, diisap kembali jika di vakum dihilangkan.

11.2 Hasil Evaluasi

Botol Penetapan pH Penetapan Volume Uji Kejernihan Uji Kebocoran

1 6 510 ml Jernih Tidak bocor

XII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaa steril infus ringer
laktat. Infus adalah sediaan parenteral dengan volume besar berupa sediaan cairan
steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah lebih dari 100 mL dan
umumnya diberika intravena dengan kecepatan pemberian dosis yang konstan.
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen
dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung kedalam
vena dalam volume yang relative banyak (FI III hal. 12).

Infus ringer laktat bekerja sebagai sumber air dan elektrolit tubuh serta
untuk meningkatkan diuresis (penambahan cairan kencing). Selain itu juga, infus
ringerlaktat ini memiliki efek alkalis, dimana ion laktat dimetabolisasi menjadi
karbon dioksida dan air yang menggunakan hodrogen kation sehingga
menyebabkan turunnya keasa,am. Infus ringer laktat umumnya digunakan sebagai
cairan hidrasi dan elektrolit serta sebagai agen alkalisator. Infus ringer laktat dapat
mengobati diare,luka bakar, ketidakseimbangan elektrolit tubuh, gagal ginjal akut,
hipertensi dan sebagainya.
Sediaan infus RL mengandung zat aktif Na Laktat, KCl, CaCl2. dan NaCl.
Sedangkan bahan lainnya yaitu Aqua p.i, carbo adsorben.. NaCl dapat dipakai
sebagai cairan resusitasi (replacement therapy), mengganti cairan tubuh atau
elektrolit dalam tubuh yang hilang, dan sebagai pengencer sel darah merah sebelum
transfusi. Na Laktat berfungsi sebagai buffering agent dan isotonis agent, selain itu
laktat dalam RL juga berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis
metabolik. KCl berfungsi sebagai antimikroba, sedangkan CaCl2 berfungsi sebagai
zat penyerap air dan antimikroba, sementara kalium (Ca+ ) sendiri sebagai fungsi
pemeliharaan dan kasus defisit kalium. Aqua p.i berfungsi sebagai pelarut,
merupakan air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai,
tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan lainnya. Carbo adsorben
berfungsi sebagai pengikat pengotor yang mungkin ada.

Sebelum dilakukan pembuatan sediaan injeksi dilakukan terlebih dahulu


perhitungan tonisitas, dimana perhitungan tonisitas ini dilakukan untuk mengetahui
apakah sediaan isotonis,hipertonis dan hipotonis. Syarat sediaan infus harus
isotonis dengan tubuh sehingga tidak menyebabkan sakit pada saat disuntikkan atau
hemolisis pada sel darah. Setelah dilakuakn perhitungan di dapatkan sediaan
hipotonis yaitu 0,815%. Hipotonis dapat menyebabkan cairan dari luar sel masuk
kedalam sel yang akan menyebabkan terjadinya lisis, hal ini dapat berbahaya karena
sel yang pecah akan ikut dalam aliran darah dan dapat terjadi penyumbatan pada
pembuluh darah. Agar sediaan menjadi isotonis maka sediaan ditambahkan NaCl
kedalam sediaan. Sebanyak 0,425 gram NaCl yang harus ditambahkan kedalam
sediaan agar sediaan menjadi isotonis.

Selain itu syarat mutlak dari sediaan infus yaitu bebas pirogen. Pirogen
dapat menyebabkan demam, pirogen dapat berasal dari aquadest yang dibirkn
terlalu lama dan tercemr oleh udara atau berasal dari bahan lain seperti glukosa,
NaCl,Na-sitrat. Oleh karena itu pada sediaan infus perlu ditambahkan zat untuk
pirogenisasi (menghilangkan pirogen) dengan menambahkan karbon aktif dimana
karbon aktif dapat menghilangkan pyrogen atau mencegah terbentuknya thrombus
dengan mekanisme kerja menyerap pirogen.
Metode pembuatan infus ringer laktat dilakukan denganmetode sterilisasi
akhir dengan Teknik sterilisasi panas lembab dengan autoklaf. Karena berdasarkan
data kestabilitasan semua zat yang terkandung di dalam sediaan ini memiliki
stabilitas yang tahan terhadap pemanasan atau suhu tinggi, sehingga dapat
dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Karena sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan
metode aseptis.

Alat-alat dan zat aktif atau tambahan sebelum digunakan harus di sterilkan
terlebih dahulu. Hal ini untuk mencegah penurunan kualitas injeksi dari bahan
injeksi yang dapat berpengaruh pada khasiatnya dan dapat berbahaya untuk tubuh.
Alat-alat yang digunakan seperti botol infus,batang pengaduk, labu Erlenmeyer,
gelas kimia, kaca arloji, corong, pipet tetes dan pipet volume disterilisasi dengan
cara panas lembab dengan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121℃. Digunakan
sterilisasi panas lebab dengan autoklaf karena alat-alat tersebut tahan terhadap suhu
tinggi dan tahan terhadap penembuasan uap air dan alat-alat tersebut merupakan
yang tidak presisi atau bukan alat ukur.

Zat aktif atau tambahan seperti Natrium Laktat, NaCl, Kalium klorida,
Kalsium Klorida dan karbon aktif disterilisasi dengan panas kering menggunkan
oven karena zat tersebut merupakan serbuk yang tahan panas. Sedangkan
aquabidest disterilisasi panas lembab dengan autoklaf.

Pembuatan infus ringer laktat yaitu dengan mensterilkan terlebih dahulu alat
dan bahan yang akan digunakan. Zat aktif dan zat tambahan atau eksipien di
timbang sesuai dengan perhitungan. Natrium Laktat sebanyak 1,6275 gram, CaCl2
0,105 gram, KCl sebnayak 0,1575 gram, NaCl 3,596 gram, karbon aktif 0,5 gram
ada aqua bidest ad 510 mL. Setelah dilakukan penimbangan masing-masing zat di
masukkan kedalam gelas kimia lalu dilarutkan dengan sedikit aquabidest setelah
semua zat larut dimasukkan kedalam gelas kimia 1000mL lalu di ad 500 mL.
Setelah itu dipanaskan sambil di aduk hingga suhu 60℃. Adanya proses pemanasan
dan pengadukkan dilakukan yaitu untuk mempercepat proses pelarutan bahan aktif
dan agar larutan menjadi homogen. Setelah dipanaskan kemudian dilakukan dengan
penyaringan dengan menggunakan kertas saring. Dilakukan penyaringan untuk
memisahkan dari pengotor agar sediaan yang dihasilkan jernih. Pada saat
penambahan karbon aktif yang ditambahkan pada sediaan yaitu karbon aktif yang
granul bukan serbuk karena apabila digunakan nyayang serbuk maka sediaan
berwarna hitam dan. Pemisahan dari karbon atau pengotornya akan susah.

Setelah dilakukan penyaringan, sediaan infus ringer laktat di saring kembali


dengan menggunakan vakum. Vakum ini berguna untuk mempercepat prses
penyaringan dengan cara menurunkan tekanan dalam sistem. Meskipun sudah
dilakukan penyaringan pada sediaan dilakukan kembali penyaringan dengan vakum
udah mencegah kemungkinan ikutnya partikel-partikel asing dalam sediaan infus
serta menyaring karbon aktif yang digunakan sebagai absorben. Pada saat
penyaringan dengan vakum digunakan kertas saring khusus yaitu kertas saring
Whatmann 0,45 𝜇m sehingga penyaringan akan lebih maksimal. Setelah disaring
dengan vakum sediaan infus dimasukkan kedalam botol infus dan selanjutnya di
tambahkan aquabidest hingga tanda batas dan siap untuk dilakukan sterilisasi.

Proses sterilisasi sediaan infus ringer laktat dilakukan dengan menggunakan


autoklaf pada suhu 121℃. Selama 15 – 30 meniy. Sterilisasi dilakukan dengan
tujuan untuk menghilangkan adanya cemaran ataukontamnan mikroba pada saat
pengerjaan. Dengan bantuan uap air panas dari autoklaf dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein essensialnorganisme (bakteri)
tersebut.

Tahap terakhir dalam pembuatan sediaan yaitu evaluasi sediaan meliputi


penetapan pH, uji kebocoran, uji kejernihan larutan dan penetapan volume.
Evaluasi sediaan dilakukan setelah sediaan di sterilisasi. Pengujian pertama yaitu
penetapan pH dimana hasil yang didapatkan yaitu 6, nilai pH tersebut masih
diperbolehkan karen masuk ke dalam rentang pH tubuh. Salah satu syarat sediaan
infus yaitu sediaan harus isohidris dimana pH larutan yang masuk kedalam tubuh
sama atau mendekati dengan pH dalam tubuh.
Selanjutnya dilakukan uji kejernihan, pemeriksaan kejernihan dilakukan
secara visual oleh seorang di bawah cahaya penerangan yang baik berlatarkan hitam
putih, sehingga jika ada partikel lebih dari mikrometer akan terlihat. Pada evaluasi
ini hasil dari sediaan yaitu jernih dimana ketika dilihat di cahaya terang yang
berlatarkan putih tidak terdapat partikel hitam pada sediaan, ketika dilihat secara
visul di latar belakng putih partikel hitam tidak terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa
sediaan jernih dimana semua zat telah terlarut sempurna.

Kemudian uji kebocoran Bertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan


untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan. Sediaan dimasukkan
kedalam wadah. Dan setelah diamati tidak adanya kebocoran pada sediaan.

Yang terakhir dilakuakn uji penetapan volume yang bertujuan untuk


menetapkan volume injeksi yang dimaksudkan dalam wadah agar volume injeksi
yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera. Pada uji penetapan volume ketika
isi larutan dalam botol infus dipindahkan kedalam gelas ukur volume nya tetap yatu
510 mL yang dimana volume sediaan ketika dimasukkan kedalam botol infus tetap
sama dan tidak berkurang.

XIII. Kesimpulan
- Sediaan infus Ringer Laktat bersifat hipotonis yaitu 0,815% yang artinya
sediaan tersebut harus ditambahkan NaCl 0,425 gram agar menjadi isotonis
- Dari hasil uji evaluasi penetapan pH, uji kebocoran, uji kejernihan dan uji
penetapan volume sediaan injeksi layak di pakai karena memiliki pH 6,
tidak ada kebocoran pada sediaan, jernih tidak adanya endapan dan volume
tiap wadah tetap yaiu 510 mL
XIV. Wadah dan Kemasan
XV. Daftar Pustaka
Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Reynold, James, E. F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopera
28th. London: The Pharmaceutical Press.
Rowe, Raymond, et all. (2009). Hanbook of Pharmaceutical Exipient
sixth edition. London: Pharmaceutical Press.
The United States Pharmacopeia. The Nasional Formulari 23. Volume
I. United States Pharmacopeia Convention Inc.: Washington,
D.C.

Anda mungkin juga menyukai