Anda di halaman 1dari 11

Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol

pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa

hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak,

umumnya akan dimulai dengan kesulitan konsentrasi,

berbicara tidak jelas dan kesulitan mengingat.

Penderita psikosis akan terlihat jika penderita sudah

mengalami delusi, halusinasi dan diikuti dengan

perubahan emosi dan tingkah laku. Penderita gangguan

psikosis akan terlihat menyendiri dengan emosi yang

datar tetapi terkadang secara mendadak emosi menjadi

sangat tinggi atau depresi. Pada penderita psikosis

juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan akan

berhubungan dengan coping mechanism yang terfokus emosi

seperti penarikan diri (Raune, 2004). Dalam keseharian

penderita psikosis juga dapat mengalami hal-hal yang

tidak nyata yang memengaruhi tingkah laku mereka

seperti ketakutan akan hal-hal yang tidak nyata dan

paranoia.

Banyak definisi operasional yang digunakan oleh

tenaga medis di dunia dan diakui secara internasional

  1  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

untuk mengklasifikasi gangguan psikotik. Definisi

operasional yang paling sering adalah ICD 10 dan DSM V.

Beberapa peneliti menggunakan istilah gangguan psikosis

episode awal untuk nama lain dari skizofrenia dan

diagnosis bisa diperluas untuk psikosis spektrum

skizofrenia dan mencakup skizofreniform. Akan tetapi

batas dari psikosis spektrum skizofrenia yang kurang

dipahami (Baldwin dkk, 2005).

Penyebab dari gangguan psikotik masih belum

diketahui. Pasien dengan gangguan personalitas seperti

borderline, schizoid, schyzotypal atau paranoid

qualities dapat berkembang menjadi gejala psikotik.

Pada beberapa pasien psikotik juga memiliki riwayat

skizofrenia atau gangguan mood pada keluarga namun hal

ini belum dapat dipastikan. Bentukan psikodinamis telah

mengembangkan mekanisme penggandaan yang tidak sesuai

dan kemungkinan perkembangan sekunder pada pasien

gangguan psikotik. Teori psikodinamis menambahkan bahwa

gejala psikotik adalah mekanisme pertahanan terhadap

pikiran terlarang, pemenuhan dan keinginan yang tidak

tercapai, atau jalan keluar dari situasi psikososial

yang menekan ( Sadock & Sadock, 2007).

Skizofrenia, salah satu bentuk gangguan jiwa yang

ditandai dengan adanya waham atau delusi adalah salah

  2  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

satu bentuk gangguan jiwa yang sangat berbahaya.

Walaupun angka menunjukan hanya kurang dari 1% populasi

yang menderita skizofrenia dan angka insidensi per

tahun yang rendah (0,2 dari 1.000), skizofrenia tetap

menjadi suatu bentuk kelainan gangguan jiwa yang

berbahaya. Hal itu dikarenakan pengobatan dari

skizofrenia yang membutuhkan jangka waktu lama

menyebabkan biaya pengobatan skizofrenia akan menjadi

sangat mahal. Selain itu skizofrenia dapat menurunkan

angka ekspektasi hidup sebanyak 25 tahun dan menjadi

faktor risiko penyakit jantung (McFarlane, 2011).

Gangguan Psikotik fase awal (First-Episode

Psychosis) adalah saat penderita mengalami gangguan

episode psikotik untuk pertama kali. Kebanyakan

penderita tidak dapat menjelaskan mengenai apa yang

menimpa dirinya sehingga mayoritas kejadian ini tidak

terlaporkan ataupun justru dihubungkan dengan kejadian

mistis juga anggapan stereotype (Tanskanen, 2011).Onset

para penderita gangguan psikotik fase awal kebanyakan

saat remaja dan berlangsung hingga dewasa. Penelitian

oleh Subandi dan Good tahun 2002 di Yogyakarta

menyebutkan penderita gangguan psikotik fase awal

terbanyak adalah usia 15-29 tahun atau dewasa muda,

yaitu 66,4%. Penderita gangguan psikotik fase awal

  3  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dalam 5 tahun akan memiliki kemungkinan relapse sebesar

80% walaupun sudah terdeteksi dini (Alvarez-Jimenez,

2009).

Onset usia remaja sebagai mayoritas usia penderita

gangguan psikotik akan erat hubunganya dengan Duration

of Untreated Psychosis (DUP) yaitu interval waktu dari

penderita mengalami episode psikosis pertama kali

hingga penderita mendapat terapi yang adekuat. Hal

tersebut nantinya akan menjadi beban negara dan

masyarakat jika para penderita psikosis fase awal

dengan usia yang masih muda berlanjut hingga lansia dan

jumlahnya meningkat. Penelitian menunjukan semakin lama

DUP akan memberikan hasil yang buruk bagi penderita

psikotik fase awal (Compton, 2009). Oleh karea itu,

tingkat kewaspadaan yang tinggi akan gejala psikosis

oleh masyarakat dapat membantu dalam menangani DUP

(Lloyd-Evans, 2011). Tindakan intervensi oleh dokter

umum sekalipun itu sederhana dapat memperpendek

Duration of Untreated Psychosis (DUP) (Lloyd-Evans,

2011). Dokter umum sebagai ujung tombak diharapkan

mampu menyediakan informasi yang cukup dan mendorong

pasien untuk membawa pasien psikosis untuk berobat

secepatnya. Apabila pasien terlambat berobat maka

penanganan berbasis komunitas dan berasosiasi

  4  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

psikiatris akan sangat diperlukan untuk menangani DUP

yang bisa berkembang menjadi gangguan psikosis (Ienciu,

2010).

Keluarga atau kerabat merupakan faktor penting

dalam pelaporan kasus gangguan psikotik terutama

gangguan psikotik fase awal. Kedekatan antara penderita

dengan caregiver tersebut diharap dapat memberikan

dampak positif bagi prognosis para penderita psikotik

fase awal. Akan tetapi harus dilihat juga faktor

pengetahuan (knowledge) dari caregiver mengenai

gangguan penderita untuk melihat pandangan dan sejauh

mana caregiver mengerti mengenai gangguan yang dialami

penderita. Pengetahuan yang baik dari caregiver

mengenai gangguan psikotik diharap mampu membawa dampak

positif dalam peningkatan prognosis.Pengetahuan yang

baik juga bisa melindungi pasien dari stigma sosial

yang dapat memperlama proses DUP (Tanskanen, 2011).

Faktor keluarga dan caregiver tersebut akan membentuk

hubungan yang kuat terhadap penanganan DUP (Ienciu,

2010).

Tingkat pengetahuan caregiver diharapkan mampu

meningkatkan keteraturan kontrol bagi penderita

gangguan psikotik fase awal dikarenan masih banyak

caregiver yang berpandangan bahwa gangguan psikosis

  5  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

adalah sebagai fenomena non-medis sehingga menurunkan

tingkat keteraturan kontrol bagi penderita. Selain itu,

keluarga ataupun caregiver adalah penopang penting bagi

para penderita gangguan psikotik fase awal untuk

menjalankan fungsi sosialnya. Penderita gangguan

psikotik fase awal akan tetap bisa menjalankan fungsi

sosialnya disaat tidak ada serangan. Setelah adanya

gejala pertama yang secara mayoritas sulit dijelaskan

oleh penderita, kemungkinan untuk muncul gejala

lanjutan akan tetap ada dan jika berkelanjutan maka

kemungkinan dapat berkembang menjadi Skizofrenia

seperti yang diklasifikasikan dalam DSM-IV-TR.

Kerentanan penderita gangguan psikotik fase awalitulah

yang membuat mereka sangat terikat dengan keluarga

ataupun caregiver dalam menjaga kehidupan dan fungsi

sosialnya. Selain fungsi sosial, keluarga dan caregiver

juga menjadi pendukung penting dalam kognisi sosial

bagi penderita gangguan psikotik fase awal. Keluarga

dan caregiver harus menopang penderita dalam membantu

penderita untuk diterima secara sosial dan juga

melindungi dari persepsi dan interpretasi masyarakat.

Kognisi sosial adalah faktor antara dari kognisi menuju

fungsi sosial dan juga dapat memperburuk keduanya

(Addington, 2006). Pandangan tabu dan gangguan psikosis

  6  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan juga

memperburuk keadaan sehingga angka menunjukan penderita

gangguan psikotik yang mendapat pelayanan adekuat masih

rendah.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan

diatas, dapat dirumuskan permasalahan adalah:

Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan

caregiver mengenai skizofrenia dengan keteraturan

kontrol pada penderita psiotik fase awal di Yogyakarta?

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah

tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk:

Melakukan identifikasi hubungan antara keteraturan

kontrol pada penderita gangguan psikotik fase awal

dengan pengetahuan caregiver mengenai skizofrenia.

I.4. Keaslian Penelitian

Gangguan Psikotik fase awal sudah banyak diteliti

tentang faktor-faktor beserta asosiasinya, namun

penelitian tersebut dilakukan di luar negeri sehingga

ada beberapa yang tidak sesuai dengan kenyataan di

Indonesia terutama Yogyakarta. Penelitian ini berkaitan

  7  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dengan sosiodemografik dan budaya masyarakat penderita

gangguan psikotik fase awal di Yogyakarta yang

mayoritas tinggal jauh dari instansi kesehatan dan

masih melihat dari fenomena non-medis. Akan tetapi,

penelitian ini memiliki hubungan dengan beberapa

penelitian yaitu :

1. Penelitian oleh Marchira (2012) yang berjudul

Pengaruh Intervensi Psikoedukatif Interaktif Singkat

tentang Pengetahuan Caregiver, Ketaatan Pengobatan

dan Kembuhan pada Penderita Gangguan Psikotik Fase

Awal di Yogyakarta. Penelitian Dr. dr. Carla R. M.

Sp.KJ bersifat eksperimental dengan melihat

intervensi psikoedukatif dengan outcome kekambuhan

dan ketaatan pengobatan. Persamaan dari kedua

penelitian ini terletak pada variabel serta subjek

yang digunakan. Sedangkan perbedaan terletak pada

rancangan metode penelitian, metodologi penelitian

serta variabel yang digunakan.

2. Penelitian oleh Tanskanen (2011) dengan judul Service

User and Carer Experiences of Seeking Help for A

First Episode of Psychosis: a UK Qualitative Study.

Perbedaan terletak pada metodologi penelitian, sampel

penelitian serta variabel yang digunakan. Persamaan

pada penelitian terdapat dari kedua peneliti melihat

  8  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dari sudut pandang caregiver yang akan dihubungkan

dengan penderita psikotik yang mendapatkan pengobatan

adekuat nantinya.

3. Penelitian oleh Singh (2012) dengan judul Knowledge

of Schizophrenia Among Family Members and Patiets’s

Compliance to Treatment in Dr. Sardjito Hospital

Yogyakarta. Terdapat persamaan dalam pengukuran akan

pengetahuan dari kerabat mengenai skizofrenia

sedangkan perbedaan terletak pada sampel penelitian

serta variabel yang digunakan.

4. Penelitian oleh De Haan (2003) dengan judul Opinions

of Mother on the First Psychotic Episode and The

Start of The Treatment of Their Child. Penelitian ini

lebih memfokuskan pada hubungan antara sudut pandang

dan pemikiran ibu penderita ganggua psikotik fase

awal dengan waktu pertama kali penderita gangguan

psikotik fase awal mendapat pengobata yang adekuat.

Persamaan pada penelitian terdapat dari pencatatan

waktu penderita mendapat pengobatan yang adekuat.

5. Penelitian oleh Tennakoon (2000) dengan judul

Experience of Caregiving: Relatives of People

Experiencing a First Episode of Psychosis. Penelitian

ini lebih memfokuskan dari sudut pandang caregiver

dalam menangani pasien gangguan psikotik fase awal,

  9  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

namun terdapat persamaan yaitu melihat dari sudut

pandang caregiver dalam melihat perspektif

skizofrenia.

Penelitian yang akan dilakukan ini lebih

memfokuskan pada hubungan antara pengetahuan

caregiver mengenai skizofrenia dengan tingkat

keteraturan kontrol pada penderita ganggua psikotik

fase awal.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Manfaat bagi penulis adalah dapat menambah ilmu

dan pengetahuan mengenai hubungan pengetahuan

caregiver tentang skizofrenia dengan tingkat

keteraturan kontrol bagi pasien psikotik fase

awal, serta dapat menyelesaikan persyaratan untuk

penulisan akhir.

2. Manfaat bagi dunia akademis

Manfaat bagi dunia akademis adalah membuktikan

adanya hubungan antara pengetahuan caregiver

tentang skizofrenia dengan tingkat keteraturan

kontrol pasien psikotik fase awal dan membuka

kesempatan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih

lanjut mengenai hal terkait.

  10  
Hubungan antara Pengetahuan Caregiver Mengenai Skizofrenia dengan Tingkat Keteraturan Kontrol
pada
Penderita Gangguan Psikotik Fase Awal di Yogyakarta
KARISMA MUHAMMAD SUTOMO
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Manfaat bagi masyarakat luas

Manfaat bagi masyarakat luas adalah masyarakat

dapat mengetahui bahwa pengetahuan tentang

skizofrenia bagi caregiver yang hidup berdampingan

dengan penderita gangguan psikotik fase awal dapat

membantu dalam proses penyembuhan khususnya dalam

hal keteraturan kontrol.

4. Manfaat bagi Institusi Dinas Kesehatan

Manfaat bagi Institusi Dinas Kesehatan adalah agar

Institusi Dinas Kesehatan dapat membuat kebijakan,

mempromosikan dan memperkenalkan edukasi tentang

skizofrenia supaya masyarakat khususnya caregiver

yang hidup berdampingan dengan penderita gangguan

psikotik fase awal tidak berpandangan buruk

terhadap pasien dan dapat memberikan dukungan

serta bantuan khususnya dalam metaati proses

kontrol.

  11  

Anda mungkin juga menyukai