Anda di halaman 1dari 33

SKENARIO 1

SCREENING

Seorang perempuan berusia 33 tahun datang ke UGD RS karena demam sejak 3


minggu yang lalu. Demam tidak tinggi, naik turun. Pasien juga mengeluhkan sering sariawan
sejak 3 bulan terakhir. Sudah diobati namun sering kambuh. Berat badan dirasa menurun
dalam 8 bulan terakhir. Pasien pernah kuliah di luar negeri 5 tahun yang lalu dan beberapa
kali mempunyai pasangan warga negara asing. Riwayat hubungan seksual premarital (+),
penggunaan obat terlarang (-), konsumsi alkohol (+). Sekitar 6 bulan yang lalu pasien pernah
dirawat karena keluhan diare lama. Atas informasi tersebut dokter membuka rekam medis
rawat inap pasien yang lalu dan kemudian menyarankan pasien untuk melakukan VCT di
RS.
PERTANYAAN
1. Mengapa pasien merasakan demam sejak 3 minggu yang lalu, tidak tinggi, naik turun,
sariawan sejak 3 bulan terakhir dan penurunan BB sejak 8 bulan terakhir? Bagaimana
perjalanan penyakitnya?
2. Apakah hubungan riwayat hubungan seksual premarital dan konsumsi alkohol
dengan keluhan pasien saat ini?
3. Apakah hubungan keluhan diare lama 6 bulan yang lalu (RPD) dengan keluhan pasien
saat ini (RPS)?
4. Apakah diagnosis dan DD?
5. Apakah metode skrining kasus ini dan apa saja yang harus dilakukan sebelum
skrining?
6. Mengapa dokter menyarankan VCT dan caranya bagaimana?
7. Pemeriksaan penunjang yang disarankan untuk kasus ini?
8. Bagaimana aturan membuka rekam medis pasien
9. Apakah tatalaksana farmakologi dan non farmakologi dari kasus ini? Secara umum
dan tiap dd nya?
LO
1. Apakah ada perbedaan reagen HIV A1, A2, A3 dalam pemeriksaan HIV?
2. Apakah kegunaan sreening dan caranya?
3. Inform consent kegunaan dan caranya?
4. Pembukaan rekam medis dari pasien dahulu bagaimana alurnya?
5. Aspek medikolegal kasus HIV dan pembukaan rekam medis?

Andhika Suryo W FK UII 2016


Jumlah Pertemuan: 2 kali
Kegiatan pendukung:
1. Kuliah:
a. Kuliah pakar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal
b. Kuliah pakar hukum kesehatan dan bioetik humaniora
c. Diskusi panel urgensi medical general check up
2. Keterampilan medik
a. Ketrampilan medik klasikal
b. Ketrampilan medik informed consent dan RMOM

REFERENSI
1. Kemenkes. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
2. Kemenkes. 2013. Penanggulangan HIV AIDS. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
3. Kemenkes. 2014. Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Jakarta, Kementrian
Kesehatan RI
4. Kemenkes. 2014. Konseling dan Tes HIV. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
5. Kemenkes. 2016. Pengendalian HIV, AIDS, PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
6. Kemenkes. 2017. Eliminasi HIV, Sifilis, Hepatitis B Yang Ditularkan dari Ibu ke
Anak. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
7. Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV Dan Terapi
Antiretroviral. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
8. Kemenkes. 2030. Surat Edaran Tatalaksana ODHA Eliminasi HIV Aids Tahun
2030. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
9. Sudoyo, et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, Jilid I. Interna
Publishing, Jakarta
10. Scotts, R., 2009. Promoting Legal and Ethical Awareness: A Primer for Health
Professionals and Patients. Mosby Elsevier, Missouri
11. Wiliiams. J.R., 2008. Medical Erthics Manual. Sagran. PSKI FK UMY, Jakarta
12. Jacobalis. 2005. Perkembangan Ilmu Kedokteran Etika Medis dan Bioetika.
Sagung Seto, Jakarta
13. Ramadhan, M. 2004. Karakteristik Dokter Muslim. Pustaka al Kautsar, Jakarta
14. Speid, Loma. 2010. Clinical Trials: What Patient and Healthy Volounters Need to
Know. Oxford University Press, Oxford
15. Steinbock, B. 2002. Legal and Ethical Issues in Human Reproduction the
International Library of Medicine, Ethics and Law. Ashgate Dartmouth, New
York

Andhika Suryo W FK UII 2016


NOTE
1. KUNING  BUKU ASLI PINJEM PERPUS
2. UNGU  BUKU ASLI PUNYA SENDIRI
3. BIRU  SUMBER GABISA DI DOWNLOAD
4. ABU  BELUM NEMU
5. TDK WARNA  SUDAH

Andhika Suryo W FK UII 2016


HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS
(HIV)

 DEFINISI
 HIV
 Human Immunodeficiency Virus  Virus menyerang sel limfosit T CD4+ dan
merusak sistem imunitas tubuh penderita
 AIDS
 Sindrom yang ditimbulkan akibat menurunnya sistem imunitas tubuh penderita
 ODHA
 Orang dengan HIV/AIDS

 PENYEBAB (ETIOLOGI):

 FAKTOR RESIKO
1) Faktor Biologis
a. Ketidakseimbangan zat kimia di otak
 Menghasilkan zat berlebihan
 Contoh: Dopamin (hiperaktivitas sistem dopaminergik)
2) Faktor Genetik
a. Riwayat penyakit psikotik keluarga
3) Faktor Lingkungan
a. Situasi kehidupan sulit (stressor)
b. Penyalahgunaan obat – obatan terlarang
c. Peristiwa traumatis

 KLASIFIKASI
A. SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN LAINYA
1. SKIZOFRENIA
Definisi
 Gangguan jiwa kompleks atau suatu sindrom ditandai dengan:
 Penyimpangan isi pikiran dan persepsi
 Afek (perubahan perasaan karena tanggapan) yang tidak wajar
o Contoh: Emosi berlebihan, sedih berlarut, terlalu bahagia 
 Kesadaran dan kemampuan intelektual masih normal

Andhika Suryo W FK UII 2016


o Jika semakin parah  kemunduran kognitif 

Epidemiologi
 Sekitar 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidupnya
 Termasuk dalam 10 penyakit dengan biaya kesehatan terbesar
 Gejala skizofrenia biasanya muncul saat remaja akhir atau dewasa  jarang
muncul ketika umur >40 tahun  perjalanan penyakit bervariasi
a) Laki – laki : Umur 15 – 25 tahun
b) Perempuan: Umur 25 – 35 tahun
 Prognosis:
 Laki – laki > Perempuan
 50 % penderita mengalami disabilitas selama hidup
 50% penderita membutuhkan minimal 1x rawat inap selama sakitnya
 Sebanyak 20% penderita dapat kembali bekerja sempurna
 Sebanyak 30% penderita dapat bersosial kembali dengan stabil

Klasifikasi
I. Berdasarkan Simtom Kraepelin
 Penderita dapat mengalami campuran antar simtom bergantung fase
(stadium penyakit)
1) Simtom Positif (Fase Akut)
 Sangat berlebihan fungsi normal
 Contoh: Halusinasi, waham, pembicaraan dan perilaku disorganisasi
2) Simtom Negatif (Fase Remisi Sempurna atau Parsial [Residual].)
 Berkurangnya ekspresi emosi dan fungsi mental  lebih
memperlihatkan gejala yang muncul pada skizofrenia
 Contoh:
 Ekspresi emosi ↓  Afek tumpul, berkurangnya ekspresi emosi
pada wajah & kontak mata, intonasi
pembicaraan kacau (prosodi), minim
gerakan tangan & kepala
 Avolisi  Berkurangnya minat atau keinginan
melakukan aktivitas sesuai tujuan, tidak
ada minat dalam bersosialisasi dan bekerja
 Alogia  Minim pembicaraan
 Anhedonia  Berkurangnya merasakan senang setelah
melakukan hal yang disukai
 Interaksi sosial ↓  Berkurangnya minat bersosialisasi
3) Simtom Afektif
 Perasaan mood depresi dan kecemasan berlebihan (ansietas)
4) Simtom Kognitif

Andhika Suryo W FK UII 2016


 Defisit dalam berbagai hal
 Contoh:
 Memori kerja
 Episodik
 Atensi
 Verbalisasi
 Fungsi eksekutif
- Defisit koordinasi motorik (Dis-diadokinesia)
- Defisit pergerakan mata (Dis-smooth persuit eye movement)
- Defisit sistem perabaan (Dis-sensory processing)
- Defisit pendengaran prabunyi (Prepulse inhibition)  respon
keterkejutan suara akustik terganggu  membaik jika diberi
klozapin

TATA LAKSANA
 Berdasarkan Permenkes PNPK Jiwa 2015
1) Fase Akut
 Pasien mengalami Skizofrenia pertama kali
 Menenangkan pasien terlebih dahulu
 Pengikatan atau isolasi apabila pasien berbahaya dan usaha restriksi
tidak berhasil (Hanya sementara 2- 4 jam)
 Rentang waktu pemberian obat berdasarkan
 Permenkes 2015  (4 – 8 minggu)
 Psikiatri FK UI  (1 – 3 minggu)
 Tujuan pemberian obat:
 Mencegah pasien melukai diri sendiri atau orang lain
 Mengendalikan perilaku merusak
 Mengurangi berat gejala psikotik & gejala terkait (agitasi, agresi,
gaduh gelisah)
 Injeksi
- Apabila datang disertai gejala psikotik dan gejala lainya
(agitasi, agresi gaduh gelisah) dan tidak bisa ditenangkan.
- Awitan kerja lebih cepat  kadar puncak plasma 30 menit 
efek muncul 30 menit setelah pemberian
 Oral:
- Apabila pasien komunikatif dan bisa ditenangkan
- Lebih baik diberikan oral
- Pemberian berdasarkan pengalaman sebelumnya
menggunakan obat
- Awitan kerja lambat  kadar puncak plasma 1 – 4 jam
I. Farmakoterapi

Andhika Suryo W FK UII 2016


a. Antipsikotika

No. Generasi I (APG –I) Dosis Anjuran Max Bentuk Sediaan


(mg/hari) Dosis Pemberian
1 Haloperidol 5 – 20 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (0,5, 1, 1,5, 2, 5 mg)
- Injeksi Intramuskulus
o Short Acting (5 mg/ml)
o Long Acting (50 mg/ml)
- Tetes (2 mg atau 5 ml)
 Dosis Pemberian
- Dosis pertama 5 mg
- Diulang tiap setengah jam
2 Klorpromazin 300 – 1000 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (25, 100 mg)
 Dosis Pemberian
- Dosis pertama 300 mg
3 Perfenazin 16 – 64 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (4 mg)
 Dosis Pemberian
- Dosis pertama 16 mg
4 Trifluoperazin 15 – 50 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (1, 5 mg)
 Dosis Pemberian
- Dosis pertama 15 mg

No. Generasi II(APG –I) Dosis Anjuran Max Bentuk Sediaan


(mg/hari) Dosis Pemberian
1 Olanzapin 10 – 30 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (5, 10 mg)
- Injeksi IM (10 mg/mL)
 Dosis Pemberian
- Dosis pertama 10 mg
- Diulang tiap 2 jam
2 Aripripazol 10 – 30 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (5, 10, 15 mg)
- Injeksi IM (9,75 mg/mL)
- Tetes (1 mg/mL)
 Dosis Pemberian
- Dosis pertama 9,75 mg
3 Klozapin 150 – 600 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (25, 100 mg)
4 Quetiapin 300 – 800 mg/hari  Bentuk Sediaan

Andhika Suryo W FK UII 2016


- Tablet IR (25, 100, 200, 300
mg)
- Tablet XR (50, 300, 400 mg)
5 Risperidon 2 – 8 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (1, 2, 3 mg)
- Tetes (1 mg/mL)
- Injeksi
o Long Acting (25, 37,5, 50
mg)
6 Paliperidon 3 – 9 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (3, 6, 9 mg)
7 Zotepin 75 – 150 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (25, 50 mg)

b. Benzodiazepine

No. Jenis Dosis Anjuran Max Bentuk Sediaan


(mg/hari) Dosis Pemberian
1 Diazepam 10 – 30 mg/hari  Bentuk Sediaan
- Tablet (5, 10 mg)
- Injeksi IV/IM
o Long Acting (50 mg/ml)
 Dosis Pemberian
- Dosis pertama 5 – 10 mg
- Diulang tiap setengah jam

II. Psiko – Edukasi


 Tujuan:
 Mengurangi stimulus berlebihan: stessor lingkungan dan
trauma
 Memberikan ketenangan pasien
 Memberikan dukungan, toleransi dan harapan
 Menyediaakan tempat untuk berkeluh kesah
III. Terapi Lainya
a. ECT
 Terapi kejang listrik
 Dapat dilakukan pada skizofrenia katatonik dan refrakter
2) Fase Stabilisasi
 Ketika fase akut sudah terkontrol
 Tujuan:

Andhika Suryo W FK UII 2016


 Mempertahankan remisi gejala
 Mengontrol dan meminimalisi resiko terjadinya kekambuhan 
apabila ada stressor atau obat dihentikan
 Mengoptimalkan fungsi & proses kesembuhan (recovery)
 Rentang waktu pemberian obat setelah dari fase akut
 Permenkes 2015  (8 – 10 minggu)
 Psikiatri FK UI  ( 6 bulan )
I. Farmakoterapi
 Evaluasi pemberian obat:
- Pertahankan dosis optimal atau
- Diberikan obat antispikotika injeksi jangka panjang (long
acting injectable)
o Flufenazin dekanoat  Dosis 12,5 mg (1 – 4
minggu)
o Haloperidol dekanoat  Dosis 25 – 200 mg (2 – 4
minggu)
II. Psiko – Edukasi
 Tujuan:
 Meningkatkan ketrampilan penderita dalam menghadapi
gejala
 Mengajak pasien mengenali gejala, melatih cara
mengelola, merawat diri
 Meningkatkan kepatuhan pengobatan

2. GANGGUAN CONTINUUM LAINYA


a) Skizotipal (Gangguan Kepribadian Skizotipal)
Definisi
 Gangguan kepribadian continuum (antara masih dalam kondisi sehat
menuju ke patologis) dengan ciri – ciri:
o Penderita mengalami ketidaknyamanan akut & penurunan kapasitas
hubungan dekat  akibat distorsi kognitif dan persepsi serta perilaku
eksentrik
o Tidak memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun
o Tidak terjadi selama perjalanan penyakit skizofrenia, gangguan
mood dengan gejala psikotik dll
o Tidak terjadi akibat efek fisiologis pengobatan
 Menunjukan gejala dan tanda seperrti mild skizofrenia karena:
 Penderita adalah Skizotipe (Schizotype):

Andhika Suryo W FK UII 2016


 Seseorang yang memiliki gen skizofrenia di keluarga  tetapi
tidak menimbulkan gejala skizofrenia
 Tetapi dapat berpotensi untuk menimbulkan gejala  Defisit
doman kognitif, interpersonal dan afektif
Epidemiologi
 Sekitar 3% dari keseluruhan populasi di Amerika serikat  genetik
 Rasio Laki – laki > Perempuan
Etiologi
1) Genetik
 Insiden tertinggi pada anak kembar monozigotik > kembar dizigotik
2) Lingkungan dan Sosial
 Pengaruh Lingkungan Pre – Natal
o Kebiasaan ibu hamil yang mempengaruhi janin  perubahan
struktural dan fungsional otak bagian frontal, temporal, limbik 
menimbulkan kelainan psikologis pada kognisi
 Pengaruh Lingkungan Post - Natal
o Kekerasan fisik, penelantaran, kemiskinan, deskriminasi 
perubahan struktutral & penurunan fungsional otak di daerah
frontal, temporal, limbik  kelainan psikologis, gangguan
kognitif dan afektif
Penegakan Diagnosis
 Berdasarkan DSM-V-TR
 Gejala menetap selama minimal 2 tahun secara terus menerus atau
episodik dengan manifestasi 5 atau lebih berikut:
1) Ideas of reference
 Keyakinan bahwa setiap kejadian memiliki makna khusus
bagi penderita
2) Magical ideation
 Kepercayaan aneh atau pemikiran magis (gaib) seperti:
 Percaya takhayul (Superstitiousness)
 Nujum atau peramalan (Clairvoyance)
 Telepati atau “indra keenam” saat kanak dan remaja
 Fantasi aneh (Preokupasi)
3) Persepsi pancaindra yang abnormal
 Ilusi mengenai tubuh (somatosensory)
 Depersonalisasi
 Derealisasi
4) Pemikiran dan pembicaraan aneh
5) Kecurigaan berlebih (paranoid)
6) Afek yang abnormal dan terbatas
 Tampak acuh, dingin

Andhika Suryo W FK UII 2016


7) Perilaku dan penampilan aneh, eksentrik, atau ganjil
8) Kurangnya teman dekat yang dipercayai
9) Kecemasan sosial berlebihan
Klasifikasi
1) Kelompok Positif
 Penderita dengan manifestasi ide magis, episode mirip psikotik
singkat
 Dikaitkan dengan gangguan afektif dalam keluarga
2) Kelompok Negatif
 Penderita dengan pembicaraan dan perilaku aneh, afek tak serasi, dan
isolasi sosial
 Lebih sering mengenai penderita yang memiliki saudara kembar
kandung yang mengalami skizofrenia
 Lebih menunjukan bentuk subklinis skizofrenia dengan defisit
kognitif & abnormalitas ringan struktur otak
b) Gangguan Kepribadian Paranoid
c) Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi
d) Gangguan Psikotik Non – Afektif Lainya (Skizofreniform dan Psikosis
Atipik
e) Gangguan Afektif Psikotik
f) Skizofrenia Tipik

1. Terminologi gelisah
2. Faktor resiko bunuh diri
3. Kasus jiwa yg perlu tx di IGD
4. Klasifikasi gadar jiwa
5. Cara memastikan dia aman untuk px psikiatri
6. Cara lakukan px psikiatri, apa saja
7. Epidemiologi gang jiwa
8. Kriteria Dx PPDGJ 3/DSM IV (Macam2 skizofrenia, depresif, manik, non psikotik)

Andhika Suryo W FK UII 2016


Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016
Andhika Suryo W FK UII 2016

Anda mungkin juga menyukai