SCREENING
REFERENSI
1. Kemenkes. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral Pada Orang Dewasa. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
2. Kemenkes. 2013. Penanggulangan HIV AIDS. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
3. Kemenkes. 2014. Pedoman Pengobatan Antiretroviral. Jakarta, Kementrian
Kesehatan RI
4. Kemenkes. 2014. Konseling dan Tes HIV. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
5. Kemenkes. 2016. Pengendalian HIV, AIDS, PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
6. Kemenkes. 2017. Eliminasi HIV, Sifilis, Hepatitis B Yang Ditularkan dari Ibu ke
Anak. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
7. Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV Dan Terapi
Antiretroviral. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
8. Kemenkes. 2030. Surat Edaran Tatalaksana ODHA Eliminasi HIV Aids Tahun
2030. Jakarta, Kementrian Kesehatan RI
9. Sudoyo, et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI, Jilid I. Interna
Publishing, Jakarta
10. Scotts, R., 2009. Promoting Legal and Ethical Awareness: A Primer for Health
Professionals and Patients. Mosby Elsevier, Missouri
11. Wiliiams. J.R., 2008. Medical Erthics Manual. Sagran. PSKI FK UMY, Jakarta
12. Jacobalis. 2005. Perkembangan Ilmu Kedokteran Etika Medis dan Bioetika.
Sagung Seto, Jakarta
13. Ramadhan, M. 2004. Karakteristik Dokter Muslim. Pustaka al Kautsar, Jakarta
14. Speid, Loma. 2010. Clinical Trials: What Patient and Healthy Volounters Need to
Know. Oxford University Press, Oxford
15. Steinbock, B. 2002. Legal and Ethical Issues in Human Reproduction the
International Library of Medicine, Ethics and Law. Ashgate Dartmouth, New
York
DEFINISI
HIV
Human Immunodeficiency Virus Virus menyerang sel limfosit T CD4+ dan
merusak sistem imunitas tubuh penderita
AIDS
Sindrom yang ditimbulkan akibat menurunnya sistem imunitas tubuh penderita
ODHA
Orang dengan HIV/AIDS
PENYEBAB (ETIOLOGI):
FAKTOR RESIKO
1) Faktor Biologis
a. Ketidakseimbangan zat kimia di otak
Menghasilkan zat berlebihan
Contoh: Dopamin (hiperaktivitas sistem dopaminergik)
2) Faktor Genetik
a. Riwayat penyakit psikotik keluarga
3) Faktor Lingkungan
a. Situasi kehidupan sulit (stressor)
b. Penyalahgunaan obat – obatan terlarang
c. Peristiwa traumatis
KLASIFIKASI
A. SKIZOFRENIA DAN GANGGUAN LAINYA
1. SKIZOFRENIA
Definisi
Gangguan jiwa kompleks atau suatu sindrom ditandai dengan:
Penyimpangan isi pikiran dan persepsi
Afek (perubahan perasaan karena tanggapan) yang tidak wajar
o Contoh: Emosi berlebihan, sedih berlarut, terlalu bahagia
Kesadaran dan kemampuan intelektual masih normal
Epidemiologi
Sekitar 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidupnya
Termasuk dalam 10 penyakit dengan biaya kesehatan terbesar
Gejala skizofrenia biasanya muncul saat remaja akhir atau dewasa jarang
muncul ketika umur >40 tahun perjalanan penyakit bervariasi
a) Laki – laki : Umur 15 – 25 tahun
b) Perempuan: Umur 25 – 35 tahun
Prognosis:
Laki – laki > Perempuan
50 % penderita mengalami disabilitas selama hidup
50% penderita membutuhkan minimal 1x rawat inap selama sakitnya
Sebanyak 20% penderita dapat kembali bekerja sempurna
Sebanyak 30% penderita dapat bersosial kembali dengan stabil
Klasifikasi
I. Berdasarkan Simtom Kraepelin
Penderita dapat mengalami campuran antar simtom bergantung fase
(stadium penyakit)
1) Simtom Positif (Fase Akut)
Sangat berlebihan fungsi normal
Contoh: Halusinasi, waham, pembicaraan dan perilaku disorganisasi
2) Simtom Negatif (Fase Remisi Sempurna atau Parsial [Residual].)
Berkurangnya ekspresi emosi dan fungsi mental lebih
memperlihatkan gejala yang muncul pada skizofrenia
Contoh:
Ekspresi emosi ↓ Afek tumpul, berkurangnya ekspresi emosi
pada wajah & kontak mata, intonasi
pembicaraan kacau (prosodi), minim
gerakan tangan & kepala
Avolisi Berkurangnya minat atau keinginan
melakukan aktivitas sesuai tujuan, tidak
ada minat dalam bersosialisasi dan bekerja
Alogia Minim pembicaraan
Anhedonia Berkurangnya merasakan senang setelah
melakukan hal yang disukai
Interaksi sosial ↓ Berkurangnya minat bersosialisasi
3) Simtom Afektif
Perasaan mood depresi dan kecemasan berlebihan (ansietas)
4) Simtom Kognitif
TATA LAKSANA
Berdasarkan Permenkes PNPK Jiwa 2015
1) Fase Akut
Pasien mengalami Skizofrenia pertama kali
Menenangkan pasien terlebih dahulu
Pengikatan atau isolasi apabila pasien berbahaya dan usaha restriksi
tidak berhasil (Hanya sementara 2- 4 jam)
Rentang waktu pemberian obat berdasarkan
Permenkes 2015 (4 – 8 minggu)
Psikiatri FK UI (1 – 3 minggu)
Tujuan pemberian obat:
Mencegah pasien melukai diri sendiri atau orang lain
Mengendalikan perilaku merusak
Mengurangi berat gejala psikotik & gejala terkait (agitasi, agresi,
gaduh gelisah)
Injeksi
- Apabila datang disertai gejala psikotik dan gejala lainya
(agitasi, agresi gaduh gelisah) dan tidak bisa ditenangkan.
- Awitan kerja lebih cepat kadar puncak plasma 30 menit
efek muncul 30 menit setelah pemberian
Oral:
- Apabila pasien komunikatif dan bisa ditenangkan
- Lebih baik diberikan oral
- Pemberian berdasarkan pengalaman sebelumnya
menggunakan obat
- Awitan kerja lambat kadar puncak plasma 1 – 4 jam
I. Farmakoterapi
b. Benzodiazepine
1. Terminologi gelisah
2. Faktor resiko bunuh diri
3. Kasus jiwa yg perlu tx di IGD
4. Klasifikasi gadar jiwa
5. Cara memastikan dia aman untuk px psikiatri
6. Cara lakukan px psikiatri, apa saja
7. Epidemiologi gang jiwa
8. Kriteria Dx PPDGJ 3/DSM IV (Macam2 skizofrenia, depresif, manik, non psikotik)