KETIDAKBERDAYAAN
Dosen Pembimbing :
Sa’adah, S.Kep., Ns
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat melaksanakan penulisan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan ini.
Adapun laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II agar bisa tercapai sistem
pembelajaran semester5 ini.
Dalam rangka pembuatan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
ketidakberdayaan oleh sebab itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Sa’adah, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan laporan pendahulan dan asuhan
keperawatan ini.
2. Teman-teman sekelompok
Penyusun menyadari dalam pembuatan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini tentunya masih banyak kekurangan. Guna memperbaiki
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini agar menjadi lebih baik,
maka penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
yang membaca laporan ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................... 1
A. Definisi Ketidakberdayaan...................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................. 7
I. Pengkajian ............................................................................................... 7
iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah suatu hal yang dapat diklasifikasikan dalam
persepsi subjektif dan dapat diamati secara objektif yang menunjukan
merasa kurang dapat mengontrol keadaan atau perasaan bahwa sesuatu
yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (Dryer, 2017). Carpenito&
Moyet (2019) menyebutkan bahwa ketidakberdayaan merupakan keadaan
kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau situasi yang
mempengaruhi tujuan dan gaya hidup. Sedangkan, menurut Doenges
(2018) ketidakberdayaan dapat diartikan sebagai persepsi yang menyatakan
bahwa apa yang dilakukan tidak memiliki efek signifikan terhadap hasil atau
keadaan kehilangan kontrol terhadap situasi atau kejadian yang terjadi.
Ketidakberdayaan juga dapat diartikan pengalaman yang menyebabkan
kehilangan kontrol terhadap situasi termasuk persepsi bahwa aksi yang
dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (NANDA International, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi
individu yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu
yang signifikan atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan
B. Faktor predisposisi
Menurut Struart dan Laraia (2015) faktor predisposisi merupakan faktor
yang beresiko yang menjadi sumber terjadinya stres dan mempengaruhi tipe
dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik secara biologis,
psikososial dan sosiokultural. Faktor predisposisi tersebut antara lain :
Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
proses kehilangan.
Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan.
Seseorang yang mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi
kemampuan individu tersebut untuk mengatasi perasaan kehilangan, pada
1
masa dewasa individu menjadi tidak berdaya dan akan sulit mencapai fase
menerima.
Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan
perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya
tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup sebagai tidak
ada harapan. Menurut Norris (2012) peran pengetahuan dapat mengubah
sikap penderita diebetes menjadi lebih baik.
Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi
karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi
pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan
individu akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia
tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif. Menurut Funnel,
Anderson, (2014) mengatakan keberhasilan perubahan sikap dari penderita
merupakan salah satu keberhasilan perawatan yang mandiri
C. Faktor presipitasi
a. Biologis
1. Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program
pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka panjang,
sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
2
2. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3. Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan
kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,
temporal dan limbic
4. Terdapat gangguan sistem endokrin
5. Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7. Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan
gender
8. Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b. Psikologis
1. Truama misalkan akibat korban pemerkoosaan atau kekerasan.
2. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
3. Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas
sosial yang berdampak pada keputusasaan.
4. Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan
pekerjaan.
5. Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan
melakukan tanggungjawab peran.
6. Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang
lain.
c. Sosial budaya
1. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau
kehidupannya yang sekarang.
2. Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada
dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3. Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab
yang lain
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial atau
orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
5. Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
3
6. Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan
ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.
a. Harapan
Harapan akan mempengaruhi respons psikologis terhadap penyakitfisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan
penggunaan mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa
kasus,koping yang tidak adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
b. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak
mampumemahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi
kemmapuanindividu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan
dilakukan.Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasapesimis dan
putus asa.
c. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan
harapanhampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.
E. Sumber Koping
a) Personal ability
1. Pengetahuanklien tentang masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
2. Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
4
3. Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
4. Kemampuan dalam memecahkan masalah.
b) Sosial support
1. Caregiver utama dalam keluarga.
2. Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3. Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
c) Material asset
1. Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki
(tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama
proses gangguan fisiologis.
2. Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3. arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d) Positive belief
1. Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan:
tidak ada.
2. Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.
F. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
meminta bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami
ketegangan peran, konflik peran).
5
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum,
kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang
lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
H. Pohon Masalah
Efek:
Harga diri rendah
Core Problem:
Ketidakberdayaan
Causa:
Disfungi proses berduka.
Kurangnya umpan balik
positif.
Umpan balik negatif yang
konsisten. 6
BAB II
TINJAUAN KASUS
Kasus 3
Seorang wanita bernama Nn D datang ke rumah sakit dengan di bawa oleh
keluarganya karena mengalami perkosaan. Pada saat pengkajian saat
berkomunikasi Nn. D tidak mau menatap lawan bicara, tampak bingung , klien
selalu berkata tidak ada gunanya lagi saya hidup lebih baik mati saja. Klien
mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua urusan saya serahkan
dengan kelurga saya saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya kalau tidak
ada keluarga yang membantu, Pada saat pemeriksaan tanda vital tekanan darah
130/ 80 mmHg, nadi 84 x/ menit, pernapasan 17 x/menit, suhu 37 °C, Nn D
tampak tidak menghiraukan orang disekitarnya, banyak melamun, selalu berkata
banyak sekali masalah.
I. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no rekam medic, diagnosa
medis dan genogram.
2. Keluhan utama
klien selalu berkata tidak ada gunanya lagi saya hidup lebih baik mati saja.
Klien mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua urusan saya
serahkan dengan kelurga saya saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya
kalau tidak ada keluarga yang membantu.
3. Faktor presipitasi
Klien merupakan korban pemerokosaan.
4. Respon Emosional
Nn.D selalu berkata banyak sekali masalah.
5. Respon Kognitif
7
Klien selalu berkata tidak ada gunanya lagi saya hidup lebih baik mati saja.
Klien mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, semua urusan saya
serahkan dengan kelurga saya saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya
kalau tidak ada keluarga yang membantu.
6. Afektif
Pada saat pengkajian saat berkomunikasi Nn. D tidak mau menatap lawan
bicara, tampak bingung , Nn D tampak tidak menghiraukan orang
disekitarnya, banyak melamun
7. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pemeriksaan tanda vital tekanan darah 130/ 80 mmHg, nadi 84 x/
menit, pernapasan 17 x/menit, suhu 37 °C.
8
DO:
- Klien tidak mau
menatap lawan bicara
9
masalah saya kalau
tidak ada keluarga
yang membantu
DO:
- Klien tidak mau
menatap lawan bicara
- Klien tampak bingung
- Klien tampak tidak
menghiraukan orang
disekitarnya
- Klien banyak
melamun
10
IV. Intervesi
No Diagnosa NOC NIC
11
strategi 4. Dengarkan perasaan
pengurangan stres klien
yang berpusat pada 5.Fasilitsi individu
keluarga terkait dengan
3. Menggunakan penggunaan meditasi,
system dukungan bersembayang dan
keluarga yang ritual keagamaan
tersedia lainnya
12
(perawat spesialis
klinis da layanan
keagamaan)
4. Resiko Bunuh Setelah dilakukan Pencegahan bunuh
Diri ( Domain 11. perawatan selama diiri (6340)
Kelas 3. Kode 3x24 jam Resiko 1. Identifikasi adanya
Diagnosa 00150 ) Bunuh Diri tidak resiko bunuh diri
terjdi 2. Berinteraksi dengan
klien secara rutin
Kriteria Hasil : 3. Lakukan pendekan
Menahan diri dari langsung dan tidak
bunuh diri (1408) menuduh saat
1. mengekpresikan diskusi tentang
perasan bunuh diri
2. mengekspresikan 4. Jelaskan
harapan pencegahan bunuh
3. Verbelisasi ide- diri dan isu
ide bunuh diri keamanan yang
relevan pada pasien
dan keluarga
5. Berikan pengobatan
untuk menurunkan
kecemasan
13
DAFTAR PUSTAKA
14