Anda di halaman 1dari 10

Integrasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui Pendidikan Kewarganegaraan

di Sekolah Dasar

Oleh :
I Gede Joni Parwata
PGSD/FIP UNDIKSHA
1411031092
BVI/19

Pancasila sebagai ideologi negara telah disepakati oleh the


founding fathers sejak tahun 1945. Namun nilai-nilai Pancasila tidak
berarti telah serta merta terinternalisasi dalam diri bangsa Indonesia.
Bahkan, untuk beberapa lama, Pancasila sepertinya hanya menjadi
ungkapan simbolis kenegaraan tanpa jelas implementasinya, baik dalam
kehidupan kenegaraan maupun kemasyarakatan. Penafsiran Pancasila
pun kadang menjadi bermacam-macam tergantung golongannya bahkan
tergantung pada arus politik yang berkuasa. Pancasila dapat didefinisikan
sebagai lima dasar pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pedoman ini berarti nilai-nilai yang
terkandung pada pencasila sebagai acuan dalam berkehidupan seluruh
masyarakat, untuk mewujudkan hal tersebut maka perlunya seluruh
lapisan masyarakat mengetahui pancasila dan bagaimana cara
mengimplementasikannya. Sehingga pancasila tidak hanya menjadi
ungkapan simbolis semata.
Seperti yang telah kita ketahui pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, menurut sidang BPUPKI pada 1 juni 1945, menjelang
proklamasi kemerdekaan dan sebagaimana dibicarakan di dalam ilmu
pancasila dimaksudkan pancasila mempunyai kedudukan yang sangat
penting. Untuk menanamkan nilai-nilai pancasila secara menyeluruh,
dapat dilakukan melalui instuisi pendidikan. Ini penting dilakukan
mengingat sasaran pendidikan itu sendiri adalah generasi muda, melalui
pendidikan generasi muda akan terdidik dan mendapatkan pengetahuan
yang berguna bagi kehidupannya kelak. Untuk itu nilai-nilai pancasila
dapat diintegralisasikan dengan salah satu mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dibelajarkan pada setiap satuan pendidikan. Di sekolah
dasar penanaman nilai-nilai pancasila hendaknya dilakukan, karena
semakin dini diajarkan maka semakin cepat pula peserta didik mengenal,
selanjutnya akan mudah memahami nilai pancasila.
Adapun kedudukan pancasila yaitu sebagai dasar kekal abadi ,
bersifat sebagai suatu filsafat dan pandangan hidup, pemberi pedoman-
pedoman kenegaraan, serta penggerak realisasi diri dalam mewujudkan
hidup kenegaraan dan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila memuat
lima nilai-nilai luhur, sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Seperti halnya mata pelajaran lain, pendidikan kewarganegaraan
juga memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
agar dapat tumbuh menjadi warga negara yang baik (good citizen). Tujuan
mata pelajaran PKn adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi
kepada siswa, sebagai berikut yaitu mampu berpikir secara kritis, rasional,
dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, berpartisipasi
secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, berkembang
secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada
karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar dapat hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lainnya, berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain
dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pendekatan dan prinsip pembelajaran PKN lebih difokuskan pada
bagaimana menanamkan nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme.
Internalisasi nilai Pancasila dan nasionalisme melalui PKn dapat dihampiri
oleh dua perspektif teori perolehan nilai, yakni perspektif sosialisasi dan
konstruktivisme. Teori perolehan nilai ini, berkaitan dengan bagaimana
manusia atau seorang anak memperoleh suatu nilai.
Kurikulum pendidikan kewarganegaraan Setelah reformasi
tepatnya mulai tahun 2006, pada jenjang SD hingga SMA diberlakukanlah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana mata pelajaran
PKn. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
(Permendiknas No.22/2006), PKn merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Ruang lingkup mata
pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam
perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan
jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional,
Hukum dan peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan
internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM.
4) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi,
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan
bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.
5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6) Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi
dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju
masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat
demokrasi.
7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan saling terintegrasi,
pancasila termasuk ruang lingkup dari mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan. Sehingga dalam satuan pendidikan sudah cukup
dengan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, tidak perlu lagi
menambah mata pelajaran pancasila. Karena pancasila sudah terintegrasi
pada pendidikan kewarganegaraan. Adapun standar isi pendidikan
kewarganegaraan meliputi,
1. nilai-nilai cinta tanah air;
2. kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;
4. nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5. kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
6. kemampuan awal bela negara.
Pada standar isi pendidikan kewarganegaraan di atas mencantumkan nilai
pancasila pada poin ketiga. Ini semakin menguatkan kesatuan/integrasi
dari pancasila dengan pendidikan kewarganegaraan.
Nilai-nilai pada pancasila ada lima, meliputi: a) nilai ketuhanan; b) nilai
kemanusiaan; c) nilai persatuan; d) nilai kerakyatan; e) nilai keadilan.
adapun Implementasi nilai sila-sila dalam pancasila, sebagai berikut,
1. Nilai Ketuhanan
Percaya akan adanya tuhan, saling menghormati agama masing-
masing, tidak memaksakan kehendak agama dan kepercayaannya,
kebebasan menjalankan ibadah masing-masing, dan lain-lain.
2. Nilai Kemanusiaan
Mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk dan saling
menghargai adanya perbedaaan tersebut, mengembangkan sikap
tenggang rasa, rasa saling memiliki, memiliki rasa empati,
melakukan sesuatu mempertimbangkan moral, dan lain-lain.
3. Nilai persatuan
Bangga sebagai warga negara Indonesia, mementingkan
kepentingan bersama ketimbang kepentingan diri-sendiri, cinta
tanah air, saling menghormati akan perbedaan suku, etnis,
golongan, dan lain-lain.
4. Nilai Kerakyatan
Mementingkan kepentingan bersama, tidak memaksakan kehendak
terhadap orang lain, segala keputusan berdasarkan musyawarah
mufakat, mementingkan kepentingan bersama, dan lain-lain.
5. Nilai Keadilan
Tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban, bersikap adil, dan lain-
lain.
Dalam menanamkan nilai-nilai pancasila melalui mata pelajaran
PKn, hendaknyu guru memperhatikan karakteristik siswa serta
menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang bertujuan agar
pemahaman peserta didik lebih baik. Adapun model pembelajaran yang
sesuai dengan pembelajaran PKn adalah model konstektual.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengn penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rusman, 2016).
Dapat disintesiskan nilai-nilai pancasila memegang peranan yang
sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan atau
nasionalisme pada bangsa Indonesia. Pancasila menekankan pada nila-
nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik. Selain itu
pancasila juga sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa, maksudnya
sebagai dasar dalam berprilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa danpan sebagai pandangan hidup bangsa untuk mewujudkan
tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
membina nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme, selain itu juga berfungsi
sebagai wahana nilai-nilai pancasila, karena pancasila termasuk ruang
lingkup materi dari pendidikan kewarganegaraan sehingga pancasila dan
pendidikan kewarganegaraan saling terintegrasi. Dalam membelajarkan
nilai-nilai pancasila melalui pendidikan kewaganegaraan di sekolah dasar
sangat penting dilakukan agar sejak dini peserta didik mengenal dan
mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila. Selain itu untuk memudahkan hal tersebut guru hendaknya
membelajarkan peserta didiknya dengan menggunakan model yang
inovatif dan sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar.
Daftar Pustaka

Arif, D. B. (2012). Kontribusi Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan untuk


Pengembangan Karakter Bangsa: Prospek dan Tantangan di Tengah
Masyarakat yang Multikultural. Didaktika, 1(1), 85–98. Retrieved from
http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/1767
Asmaroini, A. P. (2015). PENGEMBANGAN PAKET PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN MODEL DEGENG
UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 5 SAWOO KABUPATEN
PONOROGO. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(2).
Choirun Nisak Aulina. (2013). Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini.
Pedagogia, 2(1), 36–49. Retrieved from
http://journal.umsida.ac.id/files/LinaV2.1.pdf
Darmaningtyas. (2010). Hilangnya Sistem Pendidikan Nasional. Koran Kompas
Cetak, 20, 6. Retrieved from www.kompas.com
Emosda, H. (2011). Penanaman Nilai-nilai Kejujuran dalam Menyiapkan Karakter
Bangsa. Innovatio, X(1), 151–166.
Farida, A. (2016). TEORI HUKUM PANCASILA SEBAGAI SINTESA
KONVERGENSI TEORI-TEORI HUKUM DI INDONESIA. Perspektif,
21(1), 60–69.
Hanif, Ludigdo, U., Rahman, A. F., & Baridwan, Z. (2013). Refleksi Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Akuntansi Bagi Hasil. In Simposium Nasional Akuntansi
VI Manado (p. 793).
Harun, H., & Aziz, Z. (2011). Meningkatkan Perpaduan dalam Kalangan Pelajar
Melalui Mata Pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan (PSK). In
Seminar Pendidikan Serantau 2011 (Vol. 1, pp. 548–553)
Hidayatillah, Y. (2014). Urgensi Eksistensi Pancasila di Era Globasilasi. Jurnal
Pelopor Pendidikan, 6(2), 121–134. Retrieved from
http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-4/
Indonesia, U.-U. R. (2003). Sistem pendidikan nasional. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum. Retrieved from http://stpi-
binainsanmulia.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/Lamp_2_UU20-2003-
Sisdiknas.doc
Isnarmi, I. (2015). Redefinisi Konsep ?Kewarganegaraan? (Citizenship) dalam
Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Upaya Menghadapi Tantangan Bangsa.
In 70 Tahun Indonesia: Prospek dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Menghadapi Persoalan Bangsa (pp. 100–118).
Retrieved from http://repository.unp.ac.id/444/
Kaban, R. (2003). IMPLEMENTASI DEMOKRASI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERNEGARA. Perspektif, 8(4), 290–302.
Kadir, A. (2013). Konsep Pembelajaran Kontekstual di Sekolah. Dinamika Ilmu,
13(1), 17–38.
Maftuh, B. (2008). Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Educationist, II(2), 134–143. Retrieved from
http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._II_No._2-
Juli_2008/7_Bunyamin_Maftuh_rev.pdf
NINGSIH, D. N. C. (2016). EKSISTENSI NILAI-NILAI PANCASILA DI DESA
BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN. Kajian
Moral Dan Kewarganegaraan, 2(4).
Nugrahaningsih, W. (2013). Kesesuaian Hukum Kontrak Syariah Di Indonesia
Terhadap Pancasila Sebagai Sumber Hukum Di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Teknologi Informasi Dan Komunikasi “Duta.Com,” 4(1). Retrieved from
http://library.stmikdb.ac.id/
Nor Hayati Fatmi Talib, Bani Hidayat Mohd Shafie, Mohd Huzairi
Awang@Husain, Zakaria, H. B., Kassim, N., & Ahmad, J. (2010).
Pembangunan negara melalui pendidikan. Proceedings of The 4th
International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI &
UPSI, (November), 8–10.
Rusman. 2016. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Salamet. (2012). Karakter Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Jurnal Pelopor Pendidikan, 3, 33–42. Retrieved from
http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-2/
Santyasa, I. W. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Makalah, 1–16.
Setyowati, P. J. (2016). FUNGSI FILSAFAT, AGAMA, IDEOLOGI DAN
HUKUM DALAM PERKEMBANGAN POLITIK DI INDONESIA.
Yuridika, 31(No 1 (Januari-April)), 37–53.
Sitorus, J. H. E. (2015). Membawa Pancasila Dalam Suatu Definisi Akuntansi.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 6(2), 254–271.
https://doi.org/10.18202/376
Soestisna, D. (2015). EKSISTENSI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN POLITIK UNTUK MEMBANGUN
KEMELEKWACANAAN POLITIK (POLITICAL LITERACY) WARGA
NEGARA. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1(1), 19–22.
Sofi, M. (2005). Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Metode
Pembelajaran Dengan Pendekatan Inkuiri Pada Materi Pokok Pendidikan
Kewarganegaraan Di Kelas. Jurnal Ilmiah PPKN IKIP Veteran Semarang,
44–55.
Suharjono, M. (2012). FILOSOFI NILAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER.
Jurnal Pelopor Pendidikan, 3(1), 1–10. Retrieved from
http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-2/
Sukardi, & Sugiyanti. (2013). Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Di
Sekolah Dasar Berbasis Kurikulum 2013. In Seminar Nasional dan Bedah
Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013 (pp. 146–
158).
Thalib, M. A. (2014). Dimanakah pancasila kini berada? sebuah tinjauan krisis
terhadap kode etik akuntan publik indonesia. Media Mahardhika, 13, 27–36.
Tri Sukitman & Mulyadi. (2014). Pendidikan Karakter dan Bimbingan Konseling.
Jurnal Pelopor Pendidikan, 5(1), 17–27. Retrieved from
http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-pendidikan-3/
Ulwan, A. (1988). Pendidikan anak-anak dalam Islam. … Nasional Pte Ltd.(Teks
Asal Dalam Bahasa Arab). Retrieved from
https://scholar.google.com/scholar?start=10&q=pendidikan+bahasa+arab&hl
=en&as_sdt=0,5#8
Utomo, T. R. (2012). INTEGRASI NILAI-NILAI PANCASILA KE DALAM
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI
WAHANA PENDIDIKAN MORAL BAGI PESERTA DIDIK (Studi Kasus
di Kabupaten Karangayar Jawa Tengah). In Seminar Nasional
Pengembangan Pendidikan diselenggarakan (pp. 1–14).
Wahab, R. (2010). MENEGAKKAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
BERDASARKAN PANCASILA * Oleh Rochmat Wahab **. Meneggakkan
Sistem Pendidikan Nasional Berdasarkan Pancasila, 9(6; 7), 1–9.
Wahyudi. (2016). Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pembangunan
Karakter Bangsa Indonesia. In Seminar Nasional Inovasi Pendidikan 6
Agustus 2016 (pp. 382–394).
Winataputra, U. S. (2014). Diskursus Aktual Tentang Paradigma Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Dalam Konteks Kurikulum 2013. In Seminar
Nasional AP3KNI (pp. 1–12).
Winda Rachelina. (2014). Pentingnya Pendidikan Karakter Bangsa.Blokdetik.com,
5(45), 82–87. Retrieved from windarachelina.blogdetikcom/2014/10/
Wiryandani, dan Fathurrohman. 2013. Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Penerbit ombak: Yogyakarta
Wreksosuhardjo. 2009. Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan Ilmu Filsafat
Pancasila. Perpustakaan Nasional: Yogyakarta
Yudi Latif. (2016). Pendidikan Tanpa Mendidik. Retrieved from
http://print.kompas.com/baca/2016/08/04/Pendidikan-Tanpa-Mendidik

Anda mungkin juga menyukai