Koordinasi
A. Pengertian Koordinasi
Dengan pendelegasian wewenang dan pembagian pekerjaan kepada para
bawahan oleh manajer, setiap individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya
sesuai wewenang yang diterimanya. Setiap bawahan mengerjakan hanya sebagian dari
pekerjaan perusahaan. Karena itu, masing-masing pekerjaan bawahan harus disatukan,
diintegrasikan, dan diarahkan untuk tercapainya tujuan. Tanpa koordinasi tugas dan
pekerjaan dari setiap individu bawahan, tujuan tidak akan tercapai. Koordinasi
merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh manajer.
Koordinasi berasal dari bahasa Inggris coordination yang berarti being co-
ordinate, yaitu adanya koordinat yang bersamaan dari dua garis dalam bidang datar,
yang dapat diartikan bahwa dua garis yang berpotongan pada koordinat tertentu.
Berikut ini beberapa definisi koordinasi yang dikemukakan para ahli:
1. G.R. Terry: Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
ditentukan. Definisi ini berarti bahwa koordinasi adalah pernyataan usaha dan
meliputi ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b. Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini.
c. Pengarahan usaha-usaha ini.
2. E.F.L. Brech: Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan
menjaga agar kegiatan tersebut dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya
di antara para anggota itu sendiri.
3. McFarland: Koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan
pola usaha kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan
tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.
4. Handoko : Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan kegiatan-
kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang
fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
5. Dr. Awaluddin Djamin, M.P.A.: Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara
badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sehingga terdapat
saling mengisi, membantu, dan melengkapi.
6. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan: Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan,
mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen (6M) dan
pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
7. James A.F. Stoner: Koordinasi adalah proses pemaduan sasaran dan kegiatan dari
unit-unit kerja yang terpisah untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara
efektif. B. Pentingnya Koordinasi C. Tipe-Tipe
Koordinasi Menurut Hasibuan (2007:86), koordinasi dibedakan atas:
1. Koordinasi vertikal (vertical coordination) adalah kegiatan-kegiatan
penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit,
kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.
2. Koordinasi horizontal (horizontal coordination) adalah mengkoordinasikan
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat. Koordinasi
horizontal dibagi atas:
a. Interdisciplinary adalah koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan
tindakan-tindakan, mewujudkan, dan menciptakan disiplin antara unit yang
satu dengan unit yang lain secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang
sama tugasnya.
b. Interrelated adalah koordinasi antarbadan (instansi); unit-unit yang fungsinya
berbeda, tetapi instansinya saling berkaitan secara intern maupun ekstern yang
levelnya setaraf.
Sifat-Sifat Koordinasi
Hasibuan (2007:87) menyatakan sifat-sifat koordinasi adalah:
a. Koordinasi bersifat dinamis, bukan statis.
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator
(manajer) dalam mencapai sasaran.
c. Koordinasi meninjau suatu pekerjaan secara menyeluruh. Asas koordinasi adalah
asas skala (scalar principle = hierarki), artinya koordinasi itu dilakukan menurut
jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang-
jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hierarki ini bahwa
setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
Ciri-Ciri Koordinasi
Menurut Handayaningrat (1985:89-90), koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Karena itu, koordinasi
merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampuradukkan dengan kata
koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian,
pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan
kerja sama. Karena itu, kerja sama merupakan suatu syarat yang sangat penting
dalam membantu pelaksanaan koordinasi.
2. Adanya proses (continues process) karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan
yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik.
3. Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Karena koordinasi adalah konsep yang
ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah
individu yang bekerja sama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu
usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam
melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih dan kekaburan dalam
tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuan usaha berarti harus mengatur usaha-usaha tiap kegiatan individu
sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.
5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Kesatuan dari usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok di mana mereka bekerja.
F. Tujuan Koordinasi
Tujuan koordinasi menurut Hasibuan (2007:87) adalah:
a. Mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah
tercapainya sasaran perusahaan.
b. Menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran perusahaan.
c. Menghindari kekosongan dan tumpang tindih pekerjaan.
d. Menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
e. Mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur manajemen ke arah sasaran
organisasi atau perusahaan.
f. Menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.
Manajemen Sumber Daya Manusia atau Manajemen SDM adalah sebuah ilmu atau
cara untuk mengatur bagaimana hubungan serta perananan tenaga kerja (sumber daya / obyek
utama) secara efektif dan efisien sehingga dapat dimaksimalkan untuk mencapai tujuan
bersama, baik perusahaan, karyawan maupun masyarakat. Manajemen SDM khusus
digunakan untuk mengatur manusia, baik dalam organisasi maupun perusahaan. Karena
dalam organisasi / perusahaan manusia / orang-orang yang ada didalamnya menjadi
penggerak roda utama. Jika manusianya tidak dapat bekerja sama / diatur dengan maksimal
maka tidak mungkin iklim perusahaan menjadi kondusif.
Manajemen Sumber Daya Manusia atau biasa disingkat dengan MSDM memiliki
konsep dasar yaitu menempatkan semua karyawan sebagai manusia. Artinya, karyawan
bukan hanya sebagai mesin pendukung saja atau bukan “yang penting perusahaan bayar elu,
maka elu harus nurut ama perusahaan”. MSDM menggunakan beberapa disiplin ilmu antara
lain sosiologi, psikologi, dll.
Unsur utama Manajemen SDM adalah manusia. Karena manusia disini sebagai
obyek dan subyek utama, orang yang mengatur manusia disebut dengan manager. Maka,
sangat penting mendapatkan manager yang dapat memanage manusia/karyawan dengan baik.
Yang memiliki sifat kepemimpinan yang bagus. Manajemen SDM memiliki tujuan yaitu
untuk meningkatkan produktivitas orang-orang yang ada dalam lingkup wewenangnya
(organisasi / perusahaan) dengan berbagai metode yang bertanggung jawab baik secara
strategis, sosial dan etika.
Dalam sebuah perusahaan, departemen SDM ini cukup penting. Bahasa gaulnya
adalah Human Resource Development (HRD). Karena departemen inilah yang yang bertugas
mendorong supaya para manajer serta setiap karyawannya untuk melaksanakan strategi-
strategi yang strategis perusahaan dengan optimum. Bisa dikatakan pula HRD ini yang
berutagas merekrut karyawan baru, yang memberikan penilaiain apakah karyawan pantas
atau tidak untuk bekerja disana, dan hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan misalkan ijin
tidak masuk kerja, surat-surat asuransi BPJS, dll.
Tentu saja Manajemen SDM memiliki sasaran/obyek yang diatur. Berikut beberapa
obyek yang menjadi sasaran Manajemen SDM :
a. Sasaran Perusahaan atau Korporasi
Departemen SDM sengaja dibuat untuk membantu para pimpinan / manajer dalam
mencapai tujuan perusahaan, seperti : perencanaan Sumber Daya Manusia, pelatihan,
selesi, pengembangan, naik/turun jabatan, penilaian, dll.
b. Sasaran Fungsional
Setingkat lebih tinggi dari sasaran yang pertama, sasaran fungsional ini untuk
mempertahankan kontribusi dari HRD pada level yang lebih cocok bagi kebutuhan
perusahaan seperti pengangkatan pangkat, penempatan serta penilaian pegawai.
c. Sasaran Sosial
Sasaran sosial ini antara lain hubungan manajamen perusahaan dengan syarikat kerja,
pemenuhan jika ada tuntutan hukum, keuntungan perusahaan, CSR, hubungan perusahaan
dengan masyarakat sekitar, dll.
d. Sasaran Pribadi Karyawan
Selain itu, depertemen ini juga bisa membantu para karyawan untuk mencapai tujuan-
tujuan pribadi mereka, apabila memang dirasa karyawan tersebut sudah bekerja dengan
baik di perusahaan. Misalkan mempermudah / membantu karyawan yang ingin melakukan
kredit rumah/kendaraan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, manajemen SDM pasti ada aktivitas yang
harus di lakukan. Adapun aktivitasnya ada 2 yaitu :
a. Kunci Aktivitas Sumber Daya Manusia
Kunci aktivitas SDM perusahaan ya ada di departemen SDM / Human Resource and
Development. Nah, tetapi kadang kala perusahaan kecil tidak memiliki departemen SDM
tersebut. Bahkan perusahaan yang memiliki departemen SDM pun kadang kala masih
mengalami masalah seperti kekurangan dana ataupun staff yang tidak memadai.
b. Tanggung Jawab Atas Aktivitas Manajemen SDM
Siapa yang bertanggung jawab atas aktivitas manajemen SDM ini? Ya, yang bertanggung
jawab adalam para kepala divisi atau setiap manajer yang ada.