Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

AGAMA

MANUSIA SEBAGAI MAKLUK ETIS

OLEH:

NIKO ASYOBODI RUMBRAPUK ()

JURUSAN KESEHATAN HEWAN

FAKULTAS PETERNAKAN (KESEHATAN HEWAN)

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat dan
petolongan-Nya, kami dapat menyusun makalah ini.

Kami berharap makalah dapat menambah pengetahuan mahasiswa-mahasiswa Universitas


Negeri Papua, adapun makalah kami ini berjudul “Manusia Sebagai Makluk Etis.”

Kelompok kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, kami sangat
mengharapkann kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan
makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan penulisan

1.3 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia

2.2 Manusia Menurut Gambar dan Rupa Allah

2.3 Manusia Adalah Makhluk Yang Terdiri Dari Tubuh dan Jiwa

2.4 Manusia Diciptakan Sebagai Laki-laki dan Perempuan

2.5 Manusia Sebagai Mandataris Allah

BAB III PENUTUP

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut kesaksian Alkitab, manusia diciptakan oleh Allah serupa dan segambar dengan Dia.
Manusia berdosa dan membutuhkan pemulihan melalui pertobatan. Tuhan Allah sangat peduli
dengan kehidupan manusia serta seluruh ciptaanNya. Pada hakikatnya manusia diciptakan sebagai
makhluk religious, rasional dan social.

1.2 Tujuan Penulisan

• Memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan Agama Kristen.

1.3 Manfaat Penulisan

• Agar materi ini bisa dipahami/ dimengerti oleh Mahasiswa.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia

Menurut Plato manusia adalah ibarat teks yang sulit maknanya harus diuraikan oleh filsafat.
Tetapi dalam pengalaman kita sebagai pribadi, teks itu ditulis dengan huruf yang terlampau kecil
sehingga tak terbaca. Sedangkan menurut Socrates manusia adalah makhluk yang bila di sodori
pertanyaan yang rasional dapat menjawab secara rasional pula. Lain pula menurut Ernst Cassirer,
hakikat manusia tak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar ia semata-mata tergantung pada
penilaian diri, manusia dimaklumkan sebagai makhluk yang terus-menerus mencari dirinya makhluk
yang setiap saat harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensi. Kita akan
memperoleh gambaran tentang sifat manusia hanya bila kita bergaul dengan manusia. Sedangkan
menurut Charles Darwin: “Simpanse dan gorilla adalah kerabat dekat dari manusia”. Manusia adalah
hasil revolusi kera. Menurut Johnson Raley Wedberg: manusia adalah spesies primate yang maju dan
modern. Sedangkan, menurut ajaran agama Hindu: kehidupan bermula dari Brahmana timbul
angkasa, dari angkasa ke udara, dari udara kea pi kemudian ke air, dari air ke tanah kemudian tanah
itu menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang kemudian akan menghasilkan makanan dan pada
makanan itu terdapat biji dan biji itu menghasilkan manusia. Sedangkan menurut paham
Totemisme: manusia berasal dari suatu jenis binatang. Menurut Origenes, manusia dijadikan sesuai
dengan peta/rupa dan gambar Allah itu memiliki tabiat yang berakal, dengan maksud agar manusia
telaten menjadi serupa dengan Allah. Irenius berpendapat lain, menurutnya manusia sejak semula
telah menurut rupa dan gambar Allah, yang berarti sejak semula ia adalah makhluk yang berakal dan
serupa dengan Allah. Marthin Luther, bahwa manusia memiliki pengetahuan akan Allah, kebenaran
dan kekudusan, yang setelah manusia jatuh ke dalam dosa, hilang sama sekali. Manusia pada
hakekatnya segambar Allah. Yohanes Calvin berpendapat, bahwa yang dimaksud “gambar” adalah
hakekat manusia yang tidak dapat berubah, sedangkan yang dimaksud dengan rupa adalah sifat
manusia yang dapat berubah, maksudnya bahwa manusia memiliki akal, kehendak dan kepribadian.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan kesaksian Alkitab yang paling awal tentang manusia
merupakan ciptaan Tuhan. Manusia tidak terjadi dengan sendirinya melalui proses evolusi. Manusia
diciptakan berbeda dari makhluk hidup lainnya termasuk kera dan karenanya bukan keturunan kera.
Sebagai ciptaan Tuhan maka Tuhan adalah sumber hidup Dan Tuhan berdaulat atas kehidupan dan
tujuan hidup manusia. Sebagai makhluk, manusia tak akan pernah sama dengan penciptanya.
Betapa hebatnya potensi rasional manusia, ia tetap makhluk denagn segala keterbatasannya.

Manusia sebagai makhluk imago dei (serupa gambar Allah) dan religius. Konsep imago dei
ini sudah sangat tua dalam tradisi agama Yahudi dan sudah menjadi pokok perdebatan yang hangat
dalam tradisi agama Kristen. Ada yang mengartikan sebagai kesamaan atau kemiripan dengan Allah
dalam hal dimensi spiritualnya, atau potensi rasional. Hal ini biasa dikaitkan dengan mandate dari
Tuhan untuk menguasai dan memerintah alam semesta. Keseragaman manusia dengan Allah
menunjuk pada relasi manusia dengan Tuhan. Jadi keseragaman manusia dengan Tuhan berarti
manusia diciptakan dengan potensi untuk relasi dengan Tuhan melalui satu cara lain. Potensi tentu
saja bias direlasikan tetapi bias juga tidak.

Manusia sebagai makhluk social menunjuk kepada kecenderungan manusia yang tetap untuk
berorientasi terhadap sesama manusia. Orientasi yang tetap ini mengambil bentuk dalam
terciptanya berbagai pranata social mulai dari yang paling sederhana seperti keluarga sampai kepada
yang sangat kompleks seperti Negara dan perusahaan. Realita itu dapat membuktikan bahwa
sesungguhnya manusia mempunyai kebutuhan social atau kebutuhan akan relasi-relasi social. Lebih
jauh lagi manusia juga menciptakan norma-norma social yang mengatur perilaku dalam kaitannya
dengan relasi-relasi social seperti kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya. Memang selalu ada pilihan
antara kepentingan individu atau social tetapi tetap saja tidak bias menggantikan kebutuhan
manusia pada sesamanya. Manusia sebagai makhluk rasional dan berbudaya. Bahwa manusia
diciptakan lain dari makhluk hidup lain sudah jelas antara lain karena manusia mempunyai potensi
rasional. Potensi memungkinkan manusia untuk dapat mengembangkan kebudayaan dalam arti luas.
Fakta ini menjadi sangatjelas dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni.
Potensi inilah yang membawa manusia pada kemajuan IPTEK dan seni sampai pada tingkat yang
canggih sekarang ini. Dengan potensi ini manusia yang mempunyai orientasi tetap dengan alam
semesta ini. Inilah yang dimaksud dengan tugas mandataris artinya wakil Allah di dunia dalam rangka
memerintah dan memelihara alam ciptaan Tuhan.

Manusia sebagai makhluk etis yaitu manusia mempunyai potensi dan kapasitas untuk
mempertanyakan dan membedakan apa yang baik dan sebaliknya. Manusia tidak saja mampu
membedakan mana yang baik dari yang tak baik secara etis, namun manusia juga mempunyai
kebebasan untuk memilih sekaligus mempertanggungjawabkan pilihannya.

Hakekat manusia yang lain adalah bahwa manusia adalah orang berdosa. Semua hakekat yang
sudah disebutkan memperlihatkan dimensi yang luar biasa dari keluhuranmanusia. Kejadian pasal 3,
sudah menjelaskan tentang kejatuhan manusia dalam dosa. Disini dosa tidak hanya merupakan
pelanggaran moral atau aturan-aturan melainkan pada dasarnya merupakan sikap yang salah
terhadap Allah atau bahkan dapat dikatakan pemberontakan manusia terhadap Allah. Artinya,
manusia menolak kedaulatan Allah atas hidupnya dan pengrah tujuan hidupnya. Jadi dapat
dikatakan bahwa dosa adalah pelanggaran terhadap kehendak Allah dan mempunyai konsekuensi-
konsekuensi moral dan etis dalam berbagai dimensi hubungan manusia; dengan sesame; dengan
alam ciptaan Tuhan, dan bahkan dengan diri sendiri.

Ajaran tentang dosa ini mempunyai tempat yang sentral dalam Alkitab dan juga dalam tradisi
Kristen. Itulah sebabnya Yesus Kristus dating ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia dari
dosa-dosa. Ajaran ini bertendensi seolah-olah dosa selalu diartikan secara individu. Namun ada lagi
jenis dosa yang lebih parah konsekuensinya yakni dosa social atau structural. Pengertian ini
dikembangkan oleh para teolog pembebasan. Ternyata pendritaan dan kemiskinan manusia banyak
diakibatkan oleh dosa social, misalnya oleh struktur social, politik dan ekonomi yang tidak adil.

Manusia adalah keturunan dewa sebagai hasil dari perkawinan suci antara para dewata.
Dalam kehidupan agama suku, langit dipandang sebagai alam atas, langit melambangkan asas laki-
laki, segala sesuatu yang ada dibalik langit merupakan hal yang misteri. Sedangkan bumi dianggap
sebagai alam bawah, melambangkan asas perempuan, asa perempuan dipandang sebagai alam
bawahan yang ada di bawah bumi. Manusia adalah hasil perkawinan dari alam atas dan dari alam
bawah. Alam tempat tinggal manusia disebut alam tengah. Peperangan suci antara dewa-dewa,
dalam peperangan ini alam atas dan bawah berusaha untuk saling membinasakan. Akan tetapi dari
pembinasan itulah lahirlah manusia dari bumi, sehingga kesatuan kedua tokoh tadi dipulihkan atau
diperbaharui dalam ciptaan yang baru.

Manusia adalah salah satu bagian dari alam. Segala sesuatu adalah subjek, manusia adalah
satu subjek, manusia tidak ada bedanya dengan alam sekitarnya. Manusia adalah salah satu bagian
dari alam sehingga agama-agama suku mempercayai bahwa hidup manusia tergantung pada
kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya. Alam sekitar sangat mempengaruhi kehidupan manusia,
selalu untuk menyenangkan alam sekitarnya dengan upacara-upacara keagamaan. Manusia
menguasai alam, walaupun manusia sangat mempengaruhi kekuatan-kekuatan yang ada di alam
sekitarnya, ia dapat menguasai kekuatan-kekuatan tersebut, karena semua itu bukanlah kekuatan-
kekuatan yang pribadi. Baik atau tidaknya keadaan manusia tergantung dari bagaimana manusia
menguasai kekuatan-kekuatan alam tersebut.

Humanisme adalah paham yang menganggap manusia sebagai objek studi terpenting jadi
pusat dari objek studi bukan alam, bukan Tuhan tetapi manusia. Gerakan humanism muncul ketika
orang menyadari adanya ketidakseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan manusia, pada waktu itu
gereja mendominasi ilmu pengetahuan. Biara adalah pusat untuk mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Kaum terpelajar pada waktu itu: para pendeta dan biarawan hanya sibuk dengan
persoalan-persoalan teologi yang rumit sehingga mereka tidak lagi memperhatikan kebutuhan
sehari-hari manusia. Dalam perkembangannya selanjutnya, humanisme yang sering disebut
humanisme modern tidak hanya sekedar berjuang untuk memperhatikan dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jasmani manusia, tetapi mereka pun menciptakan aagama. Prinsip ajaran
humanisme modern itu adalah: menolak kepercayaan kepada Allah, percaya kepada kemampuan
manusia sendiri. Manusia dijadikan sebagai ukuran untuk menilai segala sesuatu dan mereka
mementingkan etika dan susila, namun meninggalkan ajaran agama.

Dalam pandangan evolusionisme yang di dalamnya mengajarkan tentang segala bentuk


kehidupan baik organism maupun social dan budaya, yang berkembang dari bentuk yang sederhana
kea rah bentuk yang sempurna. Dalam pandangan evolusionisme memiliki dasar yaitu tidak ada
Allah, manusia adalah binatang menyusui yang tertinggi yang cerdas sebagai kelanjutan dari
makhluk sebelumnya yang sederhana dan factor seleksi alam (natural selection) sangat menentukan
hidup atau matinya makhluk yang ada. Hidup harus diperjuangkan (struggle of life).

Dalam pandangan komunisme, agama dipandang sebagai penyebab kesengsaraan. Sejalan


dengan kebenciannya terhadap agama, komunisme menolak keberadaan Allah. Allah adalah
khayalan dan fantasi pikiran manusia. Manusialah yang menjadikan Allah dan manusialah sebagai
Allah sendiri. Manusia adalah sumber segala sesuatu itulah yang disebut atheime. Komunisme
memandang materi sebagai milik bersama sebagai hal yang pokok. Segala sesuatu diukur dari
masalah-masalah materi (ekonomi). Manusia dipandang sebagai benda bergerak, mempunyai arti
kebersamaan dengan orang lain. Dalam kesendirian manusia tidak mempunyai arti dan itulah yang
disebut dengan materialism. System ekonomi sangat menentukan kehidupan dalam masyarakat.
Manusia dilihat sebagai hasil dari lingkungannya, dari system ekonomi yang berlaku. Manusia adalah
homo economicus . manusia tidak bias menentukan dirinya sendiri, karena terikat oleh system
ekonomi. Dosa itu tidak ada, keberadaan manusia yang buruk disebabkan oleh adanya kapitalisme.
Dan hal ini dapat diperbaiki dengan melaksanakan perubahan system ekonomi yang di dalamnya
diharapkan bahwa semua orang yang dapat memiliki segala sesuatu secara bersama. Hidup hanya
dapat dilihat sebagai masalah perut belaka. Manusia adalah apa yang dimakannya(biologis-
ekonomi).

Menurut pandangan determinisme, manusia bergerak karena adanya kekuatan atau kuasa
dari luar. Manusia tidak bias melakukan segala sesuatu sendiri, harus ada penyebabnya. Secara
etimologi, determinisme berasal dari kata to determine yang artinya menetapkan, menakdirkan. Ini
adalah paham yang mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi karena ada yang menyebabkannya
atau menakdirkannya. Ada beberapa penyebab yang memungkinkan manusia melakukan sesuatu
adalah lingkungan. Lingkungan adalah penyebab sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Pandangan ini didasarkan pada pokok ajaran bahwa manusia adalah tubuh jasmani yang tidak
mempunyai jiwa atau roh. Peraturan-peraturan kosmos dimana manusia diatur oleh peraturan-
peraturan kosmos yang ada sejak semulanya. Allah dianggap sebagai penentu (menakdirkan) segala
sesuatu dalam kehidupan manusia. Manusia dianggap hanyalah boneka yang siap dan harus
menerima segala sesuatu yang akan terjadi, yang baik ataupun yang buruk. Manusia tidak
mempunyai hal untuk bertanya atau mengubahnya.

2.2 Manusia Menurut Gambar dan Rupa Allah

Dalam perjanjian lama menyebut gambar dengan kata tselem yang berarti gambar, patung,
model yang asli, sedangkan rupa disebut dengan kata Demuth yang berarti salinan, tembusan yang
asli. Dalam perjanjian Baru menyebut gambar dengan kata eikon yang berarti bentuk asli,
perwujudan yang dilukiskan yang Nampak. Dari penjelasan ini dapat diartikan bahwa pada awal
penciptaan manusia, antara manusia dengan Allah ada kesamaan yaitu kesamaan ilahi. Tetapi
setelah manusia jatuh ke dalam dosa maka kedudukan manusia sebagai gambar dan rupa Allah
menjadi rusak.

Kristus datang ke dalam dunia untuk memperbaiki gambar yang rusak itu. Kristus adalah
sungguh-sungguh Allah dan Ia juga adalah manusia. Ia dating untuk melaksanakan pekerjaan
penebusan, mendamaikan Allah dengan manusia. Sebagai Allah, sepenuhnya Ia mampu
mendamaikan manusia dengan Allah dan pendamaian yang dilakukanNya itu sungguh-sungguh bias
dirasakan manusia. Di dalam pekerjaanNya dengan manusia. Dalam hubunganNya dengan Allah,
Yesus taat menjalankan perintah-perintah BapaNya untuk menytelamatkan dunia. Dalam
hubunganNya dengan manusia Yesus prihatin dan mengasihi umatNya serta rela mati menebus dosa
umatNya. Yesus sebagai gambar dan rupa Allah bearti: manusia dan Allah tidak dapat mepaskan diri
dari hubungan satu sama lain, Kristus yang adalah Allah (anak) setia dan taat kepada BapaNya dan
selalu memperhatikan umatNya manusia. Ia sebagai manusia selalu setia kepada Allah dan
memperhatikan dan mengasihi sesamanya manusia. Ia hidup dalam persekutuan dengan Allah dan
manusia.

Manusia sebagai gambar dan rupa Allah berarti manusia betul-betul menyadari bahwa dirinya
tidak lepas dari keterikatannya dengan Allah. Bahwa ia ditentukan untuk hidup bersama-sama
dengan Allah(kel 20:1-11). Manusia ada hubungan dengan sesamanya dalam situasi saling menilong,
saling memperhatikan, saling menghargai. Manusia harus saling menghormati sesamanya sebagai
gambar Allah.
2.3 Manusia Adalah Makhluk Yang Terdiri Dari Tubuh dan Jiwa

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang terdiri dari tubuh dan jiwa yang utuh. Ketika
Allah menciptakan manusia (kej 2:7), ia menghembuskan nafas kehidupan (roh dan jiwa) kepadanya,
sehingga dengan terciptalah manusia yang sempurna. Ini berarti apa yang rohani tidak bias
dilepaskan dari yang jasmani (psikosomatis). Dalam 1 kor 15:35 menggunakan istilah “tubuh” untuk
menyebutkan manusia secara keseluruhan jasmani dan rohani. Tubuh dipakai untuk menjelaskan
cara beradanya manusia. Hati dimengerti sebagai tenaga untuk memperhatikan, tempat kedudukan,
maksud, sikap yang baik maupun jahat, tempat akal budi. Dengan hatinya manusia menjadi makhluk
yang berakal budi, yang memiliki pengetahuan, yang dapat dimengerti, dapat mengalami, dapat
berhubungan dengan manusia sekitarnya dan menentukan sikap terhadapnya. Roh dimengerti
sebagai alat untuk mengetahui tempat emosi (kej 41:8) atau untuk menghayati dunia luar dan
menanggapinya, alat untuk beraksi (Rm 8:16), alat untuk beribadah (Rm 1:9) dan alat untuk
bersekutu (Filipi 2:1). Dengan Roh manusia dapat menerima dan menyatakan segala macam hal yang
bersifat kejiwaan dalam arti senang, sedih, girang, takut, marah, dan sebagainya.

2.4 Manusia Diciptakan Sebagai Laki-laki dan Perempuan

Tuhan Allah berfirman: “tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia (kej 2:18)”. Diciptakannya manusia sebagai laki-laki dan
perempuan, yang menunjukkan adanya dua jenis yang berbeda, bukan untuk dipertentangkan,
tetapi untuk disatukan, untuk tujuan yang sempurna pada diri manusia baik laki-laki dan perempuan
belumlah sempurna makanya harus saling melengkapi dan menyempurnakan sehingga tercipta satu
kesatuan (dwi tunggal).

Manusia diciptakan oleh Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak (kej 1:28). Dengan
hal ini menunjukkan suatu hubungan antara manusia laki-laki dan perempuan yang di dalamnya
tidak mencari kepentingan diri sendiri melainkan saling mengasihi, saling menghargai, mencari
kebahagiaan bersama. Kehidupan bersama antara laki-laki dan permpuan dapat mewujudkan hidup
saling menolong secara nyata dan saling melengkapi.

Dalam kej 1:26-27 memberi kesaksian tentang tugas dan tanggung jawab manusia untuk
menguasai alam. Manusia diberi tanggung jawab oleh Allah untuk mengolah, tetapi juga memelihara
alam (kej 2:15). Manusia adalah kawan sekerja Allah. Artinya dalam kehidupannya manusia ikut
serta dalam berkarya dan hasil pekerjaan Allah itu baik (kej 1:31). Oleh sebab itu manusia terpanggil
untuk memelihara hasil karya Allah yang baik itu, bukan untuk merusaknya.

Meskipun laki-laki dan perempuan merupakan ciptaan Allah yang diciptakan menurut gambar
dan rupaNya, namun laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan baik perbedaan jasmani (biologis)
maupunpsikologis. Perbedaan jasmani dapat dilihat dari bentuk alat kelamin, sedangkan perbedaan
menyangkut psikologis dapat dilihat dari perasaan yang dimiliki (perempuan memiliki perasaan yang
lebih dalam dan tersimpan lamadaripada laki-laki), perbedaan pikiran (perempuan cenderung
berpikir emosional sedangkan laki-laki berpikir rasional), perbedaan penekanan (laki-laki berperan
sebagai pekerja <kej 3:17-19> sehingga bersifat pembuat, sedangkan wanita mempunyai peran
sebagai ibu <kej 3:20> sehingga bersifat memelihara) dan perbedaan rangsangan seksual (laki-laki
terangsang pada hal-hal lahiriah yang Nampak dari luar, sedangkan perempuan lebih terangsang
pada hal-hal batiniah. Rangsangan seksual laki-laki munculnya bias tiba-tiba, dalam keadaan yang
tinggi, tetapi akan cepat mereda. Pada wanita, rangsangan seksualnya lebih perlahan dan lebih lama
redanya).

2.5 Manusia Sebagai Mandataris Allah

Pada saat Allah menciptakan manusia, Ia memberikan tugas dan tanggung jawab kepada
manusia untuk memperbanyak keturunan, memenuhi bumi dan menaklukannnya, berkuasa atas
ikan-ikan, burung-burung dan atas segala binatang merayap. Tugas dan tanggung jawab tersebut
merupakan membedakan manusia dari segala makhluk ciptaan Allah lainnya. Tugas dan tanggung
jawab itu merupakan anugerah Allah bagi manusia, bahwa manusia diperkenankan memperbanyak
keturunan, memenuhi bumi, mengelola bumi demi kepentingannya dan memiliki otoritas atas segal
binatang di air, udara, dan daratan. Allah meletakkan segala-galanya di bawah kaki manusia, dan
manusia berkuasa atas segala ciptaan tangan Allah (Maz 8:7). Itulah kemuliaan yang dianugerahkan
kepada manusia bahwa manusia merupakan mahkota dari ciptaan Allah. Manusia menjadi
mandataris Allah, dalam hubungan khusus dengan Allah. Tugas dan tanggung jawab yang
dipercayakan kepada manusia itu bermaksud mendorong manusia mengambil prakarsa dan
berkarya dengan kepentingan sendiri dan kepentingan makhluk-makhluk yang lain. Ini adalah tugaas
suci yang diberikan kepada manusia. Dengan melaksanakan tugas tersebut berarti memuliakan Allah
pencipta langit dan bumi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

• Menurut kesaksia Alkitab manusia diciptakan oleh Allah serupa dan segambar dengan Allah
(imago Dei). Manusia adalah mahkota ciptaan Tuhan, karena manusia adalah makhluk yang
termulia.

• Manusia adalah makhluk social yang menunjuk kepada kecenderungan manusia untuk
berorientasi terhadap sesama manusia.

• Manusia adalah makhluk etis yang mempunyai potensi dan kapasitaas untuk
mempertanyakan dan membedakan apa yang baik dan sebaliknya.

• Manusia adalah orang berdosa yang membutuhkan pemulihan melalui penyelamatan yang
dikerjakan oleh Yesus Kristus.

Akhir kata “tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alkitab

Pdt. S. A. L. Tombeg STh. MTeol, Pdt. T. D. Wua STh. 2008. Pendidika Agama Kristen, Depdiknas
UNIMA

Anda mungkin juga menyukai