BRS Profil Kemiskinan NTT September 2018 PDF
BRS Profil Kemiskinan NTT September 2018 PDF
BERITA
RESMI
STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
1
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2018 – September 2018
Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur pada bulan September 2018 sebesar 1.134,11
ribu orang (21,03 persen), berkurang sebanyak 8.060 orang dibandingkan dengan penduduk miskin Maret
2018 yang berjumlah 1.142,17 ribu orang (21,35 persen). Berdasarkan daerah tempat tinggal, selama
periode Maret 2018 – September 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun sebesar 160
orang (dari 1.020,21 ribu orang menjadi 1.020,05 ribu orang) dan untuk perkotaan juga mengalami
kenaikan sebanyak 7.890 orang (dari 121,95 ribu orang menjadi 114,06 ribu orang)
Tabel 1.
Perkotaan
September 2017 119,04 10,11
Maret 2018 121,95 9,94
September 2018 114,06 9,09
Perdesaan
September 2017 1.015,70 24,59
Maret 2018 1.020,21 24,74
September 2018 1.020,05 24,65
Kota+Desa
September 2017 1 134,74 21,38
Maret 2018 1 142,17 21,35
September 2018 1 134,11 21,03
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2017, Maret 2018, dan September 2018
Beberapa faktor terkait penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode September 2017 –
September 2018:
a. Selama periode Maret 2018 – September 2018 inflasi umum sangat kecil, sebesar 0,09 persen.
b. Tingkat kesejahteraan petani cenderung meningkat pada Bulan September 2018. Hal ini tercermin dari NTP
Nusa Tenggara Timur bulan September 2018 sebesar 107,35 meningkat 2,75 persen jika dibandingkan periode
Maret 2018, yang sebesar 104,48.
2
c. Pertumbuhan ekonomi NTT Triwulan III tumbuh sebesar 5,14 %
d. Pada September 2018, persentase rumah tangga penerima raskin/rastra atau BPNT masing-masing sebesar
39,31 persen
e. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk penduduk yang berada di 40 persen lapisan terbawah
selama periode Maret 2018 – September 2018 tumbuh 1,56 persen, lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis
Kemiskinan pada periode yang sama sebesar 1,46 persen. Sementara jika dibandingkan dengan September
2017 menunjukkan pola yang sama yaitu tumbuh sebesar 5,48 persen lebih tinggi jika dibanding kenaikan GK
sebesar 3,84 persen.
f. Menurut desil pengeluaran per kapita per bulan, rata-rata pengeluaran per kapita pada Desil 2 sampai dengan
Desil 4 selama periode Maret 2018 – September 2018 mengalami peningkatan berturut – turut adalah 0,16
persen; 4,12 persen; dan 4,75 persen. Kesemuanya menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kenaikan Garis Kemiskinan pada periode yang sama
Perkembangan tingkat kemiskinan di Nusa Tenggara Timur selama Tahun 2010 – September
2018 cenderung mengalami penurunan walaupun sempat naik pada periode Maret 2015 akan tetapi mulai
bergerak turun secara perlahan. (lihat Gambar 1.).
24
23.03
23 22.58
22.61 22.01 21.85
22
22.19 21.38 21.35
21.23 21.03
21 20.48 20.41
20.24
20.88
20 19.6
20.03
19.82
19
18
17
3
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
Garis Kemiskinan.
Perkotaan
September 2017 292 048 117 333 409 382
Maret 2018 299 104 119 421 418 525
September 2018 301 643 120 213 421 855
Perubahan Mar’18- Sept’18 (%) 0,85 0,66 0.80
Perdesaan
September 2017 268 253 60 883 329 136
Maret 2018 273 466 63 119 336 584
September 2018 275 681 66 622 342 303
Perubahan Mar’18- Sept’18 (%) 0,81 5,55 1,70
Kota+Desa
September 2017 273 325 73 412 346 737
Maret 2018 278 911 75 987 354 898
September 2018 281 070 78 999 360 069
Perubahan Mar’18- Sept’18 (%) 0,77 3,96 1,46
Periode Maret 2018-September 2018, Garis Kemiskinan (GK) naik sebesar 1,46 persen, yaitu dari
Rp 354.898,- per kapita per bulan pada Maret 2018 menjadi Rp 360.069,- per kapita per bulan pada
September 2018. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2018 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 78,59
4
persen, dan pada September 2018 sebesar 78,06 persen.
Pada September 2018, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis
Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras, rokok kretek filter
dan gula pasir. Sedangkan komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah
perumahan, pendidikan, kayu bakar, perlengkapan mandi, bensin, listrik dan angkutan. Komoditi beras
memberikan kontribusi terbesar baik di perkotaan maupun perdesaan dan disusul rokok kretek filter yang
memiliki kontribusi terbesar kedua.
Tabel 3
Daftar Komoditi Yang Memberikan Sumbangan Besar Terhadap Garis Kemiskinan
Beserta Kontribusinya (%), September 2018
5
4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin.
Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana
mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
“Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-
masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar rata-rata
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata lain semakin tinggi
nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk
miskin, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan”
Pada periode Maret 2018 - September 2018, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan meningkat dari 3,908
pada Maret 2018 menjadi 4,549 pada September 2018. Demikian halnya Indeks Keparahan Kemiskinan
meningkat dari 1,026 menjadi 1,443 pada periode yang sama (Tabel 4).
Jika diamati secara total pada periode September 2017 – September 2018, peningkatan nilai kedua
indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis
Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
6
Tabel 4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di NTT
Menurut Daerah, September 2017 – September 2018
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah
perdesaan masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan. Pada periode Maret 2018 –
September 2018, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) daerah perkotaan mengalami penurunan dari
1,605 menjadi 1,032 dan nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan juga turun dari 0,363
menjadi 0,203. Pada periode yang sama nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di daerah perdesaan
mempunyai pola yang berbeda yaitu meningkat dari 4,593 menjadi 5,616. Demikian juga nilai Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) untuk daerah perdesaan naik dari 1,224 menjadi 1,819
7
5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data
Diterbitkan oleh: