Anda di halaman 1dari 3

ESAI LOMBA DEBAT PENAS V 2019

KONTRIBUSI MAHASISWA MELALUI MAHAKARYA SEBUAH KOMUNITAS


SOSIAL PEDULI ANAK JALANAN DAN PUTUS SEKOLAH DI SEKITAR KAMPUS
DEMI TERCAPAINYA SDG’S 2030

Disusun oleh:
Nur Aini Zahiroh/F34170046
Siti Aprianti/A24170086
Brillianza Azharul Mujahidin/F34180007

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BOGOR
2019
Kontribusi Mahasiswa Melalui Mahakarya Pendirian Komunitas Peduli Anak Jalanan dan
Putus Sekolah di Sekitar Kampus demi Tercapainya SDG’s 2030

Mahasiswa merupakan agen perubahan arah gerak bangsa yang seharusnya bukan
hanya berprestasi di atas kertas saja, namun ada hasil nyata dari apa yang dilakukan, kritis
terhadap lingkungan sekitar, peka terhadap masalah-masalah yang ada, peduli dan tidak hanya
diam saja melihat keadaan sekitar. Salah satu kiat yang bisa dilakukan selain mengkritisi
Pemerintah baik langsung maupun tidak langsung yakni dengan turut andil membantu
semampunya. Salah satunya dengan mendirikan organisasi atau komunitas-komunitas yang
berfokus membantu Pemerintah mensukseskan program SDG’s. Semua konten SDG’s yang
terdiri atas 17 isu-isu krusial bangsa dan tanah air merupakan isu-isu yang saling keterkaitan
satu sama lain, walaupun tidak secara langsung. Beberapa program besar SDG’s yang bisa
digambarkan dalam satu bentuk perwujudan permasalahan adalah program Indonesia tanpa
kemiskinan, tanpa kelaparan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pendidikan berkualitas,
pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak, serta mengurangi kesenjangan yang kesemua
program itu bisa dituangkan dalam satu permasalahan besar yaitu masih banyaknya anak
jalanan dan putus sekolah di Indonesia ini. Bahkan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
sendiri mengidentifikasi masih ada 16.290 anak jalanan di seluruh Indonesia. (Suara
Pembaruan 29 Nov 2018)
Komentar salah seorang aktivis sosial Septiana Ika, Ketua Save Street Child (SSC)
Bogor yang dimuat dalam Artikel Kompasiana edisi 25 Januari 2016, menyatakan bahwa kita
harus sangat menyadari kalau anak jalanan juga merupakan bagian dari generasi penerus
bangsa. Kita tidak pernah tahu siapa yang akan memimpin Indonesia kelak. Bukan mustahil
kalau ternyata berasal dari anak jalanan. Inilah salah satu alasannya terjun melayani anak
jalanan. Septiana menyadari kalau orang lain mungkin menilai impiannya terlalu tinggi namun
anak jalanan tetap saja punya hak untuk belajar dan mewujudkan cita-cita. Cinta yang kita
berikan bisa mengurangi derita anak jalanan. Para pejuang jalanan yang masih anak-anak itu
perlu mendapat sedikit topangan dalam menghadapi kerasnya hidup yang ada di pundak
mereka.
Benar apa yang dinyatakan oleh saudari Septiana Ika, anak jalanan juga bagian dari
generasi penerus bangsa, dan kita tidak tahu siapa yang kelak akan memimpin Indonesia. Selain
demi mendidik generasi penerus dengan program-program yang Septiana Ika lakukan demi
terciptanya SDM-SDM Indonesia yang unggul, dengan memberdayakan anak-anak jalanan
kitapun dapat membantu Pemerintah mewujudkan SDG’s terutama poin pertama yaitu
memberantas kemiskinan, mengingat masih banyaknya jumlah anak jalanan di Indonesia yang
cenderung kehidupan perekonomiannya berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah anak
jalanan tertinggi di Indonesia sendiri terdapat di Jawa Barat. Bahkan menurut ikhtisar data
pendidikan 2015/2016-2017/2018 Kemendikbud sendiri, tiap hari terdapat 103 anak Jawa
Barat putus sekolah, sejumlah 35.000 anak putus sekolah tiap tahunnya di Jawa Barat.
Mayoritas anak putus sekolah ini nantinya mencari penghidupan di jalanan. Baik mengamen,
memulung, dan pekerjaan lain yang bahkan seringkali tidak cukup untuk sekadar memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Mari bantu mereka untuk mengganti lembar keputusasaan dengan
lembar baru penuh harapan, yakni sebuah kehidupan berkualitas dengan pendidikan.
Khususnya kita sebagai mahasiswa, sebagai bentuk rasa syukur karena bisa belajar sampai
Perguruan Tinggi. Tentu kita sebagai mahasiswa bisa bergerak bersama merubah kehidupan
mereka melalui pendidikan sambil kuliah.
Hidup Mahasiswa!

Anda mungkin juga menyukai