Anda di halaman 1dari 9

MODEL REVITALISASI SEKOLAH TERDAMPAK ERUPSI MERAPI

MELALUI PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF


BERBAHAN DASAR LIMBAH ANORGANIK

Eko Widodo, Asri Widowati, dan Suyoso


FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
email: ekowidodouny@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi lokal baik sumber daya manusia
maupun material sisa bencana untuk merevitalisasi sekolah terdampak bencana Merapi. Metode pene-
litian yang digunakan adalah Research and Development menggunakan lima fase perancangan penga-
jaran model spiral diadaptasi dari ‘five phases of instructional design’ dari Cennamo dan Kalk
(2005:6). Kelima fase tersebut adalah: definisi, desain, peragaan, pengembangan, dan penyajian. Pro-
ses dimulai dari definisi menuju kearah fase desain, peragaan, pengembangan, dan penyajian secara
spiral melibatkan calon pengguna, ahli materi, anggota tim instruktur, dan pebelajar. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) terjadi peningkatan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan limbah anorga-
nik untuk membuat perangkat pembelajaran sains realistik, ditandai kemampuan menerjemahkan de-
sain; (2) Respon guru dan siswa sangat baik (kategori rata-rata 4,3 dari skala 5) terhadap perangkat
pembelajaran; dan (3) revitalisasi sekolah ditunjukkan dengan tersedianya perangkat pembelajaran
sains yang dihasilkan masayarakat sehingga terjalin kemitraan yang kolaboratif.

Kata Kunci: Perangkat pembelajaran inovatif, model revitalisasi sekolah, limbah anorganik

THE REVITALIZATION MODEL OF THE SCHOOLS AFFECTED


BY MERAPI ERUPTION THROUGH THE INNOVATIVE TEACHING KIT
DEVELOPMENT USING ANORGANIK WASTE AS THE PRIMARY MATERIALS

Abstrak: This study was aimed to optimize the local potential both in the form of human resources
and materials resulted from the disaster to revitalize the schools affected by Merapi eruption. The me-
thod used was the research and development method using the five phases of the spiral model teaching
design adapted from ’Five phases of instructional design’ by Cennamo and Kalk (2005:6). The five
phases were definition, design, display, development, and presentation. The process started with the
definition to the phase of design, display, development, and presentation involving the potential users,
materials experts, instructor team members, and learners. The findings showed: (1) there was an im-
provement of the community’s skill in utilizing the anorganic waste to develop realistic science teach-
ing kits. This could be seen from the ability to understand the design; (2) there was a very good res-
ponse from the teacher and the students (with a mean of 4.3 out of the 5 scale) on the teaching kits;
and (3) the school revitalization was indicated by the availability of the science teaching kits produced
by the community so that a collaborative cooperation was established.

Keywords: innovative teaching kits, school revitalization model, anorganic waste

PENDAHULUAN belajar mengajar tidak bisa berlangsung secara


Hampir seluruh wilayah di Indonesia, se- optimal. Anak-anak adalah salah satu kelompok
suai dengan kondisi geografisnya, termasuk da- rentan yang paling berisiko terkena bencana.
erah yang rawan bencana alam. Dalam banyak Dalam berbagai peristiwa bencana yang terjadi
peristiwa bencana, kondisi darurat pascaben- di seluruh belahan bumi, banyak anak-anak
cana biasanya berlangsung dalam waktu lama. yang menjadi korban, baik luka-luka maupun
Situasi ini jelas kurang menguntungkan bagi meninggal.
anak-anak yang harus belajar dengan fasilitas Bencana juga sering menimbulkan dam-
yang serba terbatas, yang pada akhirnya proses pak berkepanjangan bagi anak-anak. Hancurnya

277
278

infrastruktur pendidikan akibat bencana vul- untuk penanganan pendidikan di daerah pasca
kanik merapi di Yogyakarta, September 2010, bencana. Penelitian ini sekaligus untuk menge-
misalnya, telah menyebabkan ribuan anak seko- nalkan pada siswa tentang pengetahuan-penge-
lah kehilangan kesempatan untuk mengikuti ke- tahuan tentang masalah kebencanaan, sebagai-
giatan pendidikan dalam jangka waktu cukup mana ditekankan oleh United Nations Interna-
panjang. Data dari Kemendiknas dan Disdikpo- tional Strategy for Disaster Reduction (UN
ra DIY Berdasarkan data hasil koordinasi den- ISDR) dalam bentuk Institutionalizing Integrat-
gan Dinas Pendidikan Provinsi DIY terdapat ed Disaster Risk Management At School.
33.262 siswa dan 2.989 guru yang mengungsi. Tujuan penelitian ini adalah mengopti-
Sementara itu, dari 226 sekolah yang terkena malkan potensi lokal baik sumber daya manusia
dampak bencana Merapi sebanyak 40 sekolah maupun bahan alam atau material sisa bencana
rusak, 274 ruang rusak, dan 186 sekolah yang yang tersisa untuk merevitalisasi sekolah yang
harus dibersihkan.Adapun jumlah siswa yang terdampak bencana Merapi, yang dilakukan
mengungsi dari empat kabupaten di Provinsi dengan cara sebagai berikut.
Jawa Tengah sebanyak 20.640 orang. Jumlah  Mengembangkan pemberdayaan dan kemi-
sekolah rusak sebanyak 35 sekolah, ruang rusak traan dengan masyarakat wilayah lereng Me-
1 (SMK), dan 491 sekolah yang harus dibersih- rapi dalam pembuatan perangkat pembela-
kan (Djajadiningat, 2008). jaran dengan memanfaatkan limbah anorga-
Bencana besar ini telah melumpuhkan nik seperti plastik dan logam yang mudah di
infrastuktur dan meninggalkan trauma yang sa- dapat di daerah pasca bencana.
ngat berat, terutama pada anak-anak yang se-  Mendesain strategi belajar mengajar dengan
harusnya memperoleh hak atas pendidikan. De- pendekatan trauma healing, dalam upaya
ngan kondisi tersebut, metode pembelajaran meningkatkan ketahanan mental dan moti-
yang ada tidak dapat diterapkan pada kondisi di vasi belajar siswa pasca bencana Merapi
daerah bencana, terlebih lagi kita belum memi-  Mengembangkan pembelajaran tentang de-
liki media pembelajaran yang dapat diterapkan teksi dini dan resiko kebencanaan yang di-
pada kondisi pascabencana baik karena bencana integrasikan dalam mata pelajaran sains
alam maupun konflik. Jikapun ada, namun be- secara tematik.
lum tersosialisasikan dengan baik. Oleh karena  Mengembangkan Subject Special Pedagogy
itu perlu adanya upaya pengembangan alat-alat (SSP) berbasis trauma healing dengan me-
praktikum yang dapat berfungsi sebagai media manfaatkan media dari limbah anorganik se-
trauma healing dari re-use limbah anorganik perti plastik dan logam.
melalui kegiatan pemberdayaan dan kemitraan  Mengembangkan model evaluasi proses dan
dengan masyarakat sekitar sekolah. Penelitian produk pembelajaran sains untuk siswa se-
ini dapat menjadi model penanganan pendidik- kolah dasar dan menengah pascabencana
an di sekolah pasca bencana, mengingat Indo- Merapi.
nesia termasuk pada wilayah yang rawan ben- Karena penelitian ini bertujuan untuk
cana. mengembangkan perangkat pembelajaran mela-
Untuk itulah, dipandang sangat perlu lui pemberdayaan dan kemitraan dengan ma-
untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran syarakat yang sekaligus dilengkapi dengan stra-
yang dapat berfungsi sebagai media trauma tegi pembelajaran yang didesain khusus dengan
healing sebagai salah satu upaya akselerasi pendekatan trauma healing untuk dilaksanakan
pemulihan pembelajaran dan rehabilitasi kon- di sekolah darurat di daerah bencana, jelas sa-
disi psikologis siswa. Mengingat kondisi daru- ngat penting baik secara teoretis maupun prak-
rat dimana banyak alat pembelajaran yang ru- tis untuk membantu berlangsungnya proses be-
sak maka dibuat media pembelajaran relistik lajar-mengajar di daerah yang mengalami ben-
dari hasil re-use limbah anorganik (misal, plas- cana, maupun secara teoretis untuk menghasil-
tik dan logam) yang khusus diimplementasikan kan perangkat pembelajaran yang dapat diadap-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


279

tasi di berbagai daerah bencana. Beberapa hasil sebagaimana yang direferensikan oleh Cenna-
lain dari penelitian ini adalah sebagai berikut. mo dan Kalk (2005:6). Dalam model spiral ini
 Secara teoretis pembuatan perangkat pembe- dikenal lima fase pengembangan yakni: definisi
lajaran melaui pemberdayaan masyarakat (define), desain (design), peragaan (demonstra-
untuk pembelajaran sekolah darurat dengan te), pengembangan (develop), dan penyajian
pendekatan trauma healing dapat dijadikan (deliver).
acuan untuk diterapkan baik di Perguruan Kegiatan pengembangan dimulai dari fase
Tinggi untuk mengembangkan pengabdian definisi (yang merupakan titik awal kegiatan),
dan penelitian maupun di sekolah-sekolah menuju keluar kearah fase-fase desain, peraga-
pasca terjadinya bencana. an, pengembangan, dan penyajian yang dalam
 Produk alat-alat pembelajaran yang dihasil- prosesnya berlangsung secara spiral dan meli-
kan dapat digunakan untuk pembelajaran batkan pihak-pihak calon pengguna, ahli dari
sains bagi pendekatan trauma healing, baik bidang yang dikembangkan (subject matter ex-
yang secara khusus di daerah bencana mau- perts), anggota tim dan instruktur, dan subjek
pun yang dapat digunakan secara umum. belajar. Pada setiap fase pengembangan selalu
 Pengembangan strategi pembelajaran dapat diperhatikan unsur-unsur pembelajaran yakni
dijadikan rujukan bagi guru-guru yang me- outcomes, aktivitas, pebelajar, asesmen dan eva-
nangani siswa di sekolah darurat. luasi. Proses pengembangan akan berlangsung
 Model, LKS, dan pedoman kegiatan belajar mengikuti gerak secara siklus iterative (iterative
lainnya dapat digunakan secara di sekolah cycles) dari visi definisi yang samar menuju ke
yang membutuhkan. arah produk yang teruji efektivitasnya. Hal itu
 Peneliti dapat melakukan identifikasi me- sesuai dengan yang direferensikan oleh Dorsey,
ngenai kelayakan peralatan dan perangkat Goodrum, & Schwen, 1997 (Cennamo & Kalk,
pembelajaran lainnya untuk dikembangkan 2005:7) yang dikenal dengan “the rapid pro-
lebih lanjut. totyping process”.
Metode penelitian dan pengembangan ini
METODE adalah deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.
Terkait dengan penelitian mengenai mo- Metode penelitian deskriftif digunakan dalam
del trauma healing di sekolah terdampak ben- penelitian awal untuk menghimpun data tentang
cana ini, salah satu alternatif metode yang tepat kondisi yang ada. Metode penelitian evaluatif
digunakan adalah research and development. digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba
Gay (1990) mengemukakan bahwa pendekatan pengembangan suatu produk. Metode penelitian
research and development digunakan dalam eksperimen digunakan untuk menguji keam-
situasi yang dapat dijelaskan sebagai berikut. puhan dari produk yang dihasilkan. Pada tahap
Tujuan utamanya tidak untuk menguji teori, pengujian lapangan, dilakukan strategi collabo-
tetapi untuk mengembangkan dan memvalidasi ration action research yang melibatkan maha-
perangkat-perangkat yang digunakan di sekolah siswa menggunakan perangkat pembelajaran
agar bekerja dengan efektif dan siap pakai. inovatif untuk trauma healing oleh mahasiswa
Produk-produk tersebut dikembangkan untuk KKN-PPL di sekolah yang rawan bencana di
memenuhi kebutuhan dan berdasarkan spesi- Kecamatan Cangkringan.
fikasi yang ditentukan. Reseach and develop- Penelitian dimulai dengan melakukan
ment menghasilkan produk-produk yang telah analisis kebutuhan di sekolah yang berpotensi
diuji dilapangan dan telah direvisi pada tingkat terkena bencana baik akibat bencana vulkanik
keefektifan tertentu. Gunung Merapi maupun akibat bencana gempa
Beranjak dari pertimbangan pendekatan tektonik. Analisis dilakukan untuk mengetahui
sistem bahwa pengembangan asesmen tidak kebutuhan mendasar terkait dengan keberlang-
akan terlepas dari konteks pengelolaan maupun sungan proses belajar mengajar dalam upaya
pengorganisasian belajar, dipilih model spiral

Model Revitalisasi Sekolah Terdampak Erupsi Merapi melalui Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Berbahan Dasar Limbah
280

Define dua aspek, yaitu keberhasilan proses dan keber-


Outcomes
hasilan produk. Evaluasi juga dilakukan melalui
Design test untuk mengukur peningkatan kognitifnya.
Hasil tes lalu diuji dengan uji beda (uji-t). Da-
Demonstrate
lam pelaksanaan penelitian, jika ada kekurang-
Develop an dalam evaluasi dan monitoring diadakan cek
Activities
Deliver dan recek melalui, diskusi, catatan evaluator,
dan melalui pengamatan lewat hasil rekaman
Learner video. Tugas evaluator dan kolaborator meng-
amati jalannya kegiatan pembelajaran, baik
Assessment pada proses pembelajaran teori maupun praktik,
terutama kegiatan magangnya. Selain itu, juga
Evaluation dilakukan pengamatan situasi, lokasi, jumlah
siswa yang hadir, lamanya pembelajaran, sikap
peneliti (dosen), sikap siswa, repon mahasiswa
Gambar 1. Lima Fase Perancangan KKN-PPL dan siswa dalam memberikan alter-
Pengajaran Model Spiral Diadaptasi dari
natif terhadap permasalahan yang timbul (Kem,
‘Five Phases of Instructional Design’ dari
Cennamo dan Kalk (2005:6) Morisson, & Stevan, 2004).

trauma healing pasca terjadinya bencana. Se- HASIL DAN PEMBAHASAN


cara sederhana tahapan penelitian yang telah Penelitian ini menghasilkan sebuah mo-
berhasil dilakukan pada penelitian tahun per- del pembelajaran berbasis pemanfaatan media
tama ini dapat dilihat pada uraian di bawah ini. trauma healing untuk menyelesaikan beberapa
Selanjutnya, hasil pengembangan dicoba- akar permasalahan yang berkaitan dengan pe-
kan melalui penelitian tindakan kelas. Hasil pe- merataan akses pendidikan, khususnya bagi
nelitian tindakan kelas dikelompokkan kedalam masyarakat yang terdampak bencana Merapi.

Analisis Kebutuhan Masyarakat


Terdampak Bencana Merapi

Analisis Kurikulum Analisis kerusakan fasilitas Analisis Karakteristik


pembelajaran Trauma healing

Perumusan model pembelajaran Perancangan perangkat pembelajaran

Desain Model Pembelajaran Trauma healing


reuse limbah anorganik dan kebencanaan

Deseminasi Terbatas Deseminasi Luas


Penyusunan Draft awal
Unji Validasi

Evaluasi dan Refleksi Evaluasi dan Refleksi


Tindak Lanjut Revisi Draft 2 Revisi Draft 1

Gambar 2. Diagram Alir Rancangan Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat dalam


Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif dengan Pendekatan Trauma Healing untuk
Rehabilitasi Psikologis Siswa di Daerah Terdampak Merapi

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


281

Pertama, rusaknya fasilitas pendidikan berikan sumbangan bagi dunia ilmu pengeta-
sehingga penelitian ini berupaya memaksimal- huan dan teknologi serta untuk memperkaya
kan peranan masyarakat lokal untuk membantu khasanah (kebaikan) khususnya dalam bidang
sekolah yang terdampak bencana. Kedua, me- Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat.
latih siswa untuk terbiasa menerapkan pengeta- Penelitian ini bertujuan untuk mengem-
huannya untuk menyelesaikan masalah-masalah bangkan perangkat pembelajaran melalui pem-
aktual dan kontekstual yang ada disekitarnya. berdayaan dan kemitraan dengan masyarakat
Hal ini penting karena setiap tahun bencana yang sekaligus dilengkapi dengan strategi pem-
yang terjadi menimbulkan rusaknya fasilitas belajaran yang di disain khusus dengan pen-
pendidikan dan terganggunya pembelajaran. Pe- dekatan trauma healing untuk dilaksanakan di
rangkat pembelajaran dari bahan limbah anor- sekolah darurat di daerah bencana, maka jelas
ganik sebagai media trauma healing ini sangat penting baik secara teoretis maupun praktis un-
penting karena dua hal pokok, yaitu pemanfaat- tuk membantu berlangsungnya proses belajar-
an limba anorganik menjadi barang berguna mengajar di daerah yang mengalami bencana,
dan berharga bagi pendidikan, dan yang kedua maupun secara teoretis untuk menghasilkan pe-
penyelesaian masalah pembangunan khususnya rangkat pembelajaran yang dapat diadaptasi di
kesempatan belajar bagi masyarakat terdampak berbagai daerah bencana. Beberapa hasil lain
bencana (Murtado, Djuli, Said, 2008). Ketiga, dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
memasukan sebuah strategi pemberdayaan ma-  Secara teoretis pembuatan perangkat pembe-
syarakat dalam mengantisipasi resiko bencana. lajaran melaui pemberdayaan masyarakat
Keempat, mempersiapkan sebuah model trauma untuk pembelajaran sekolah darurat dengan
healing melalui pembelajaran sains lengkap de- pendekatan trauma healing dapat dijadikan
ngan perangkat pembelajaran yang dibuat de- acuan untuk diterapkan, baik di perguruan
ngan memanfaatkan reuse limbah anorganik. tinggi untuk mengembangkan pengabdian
Kelima, dapat mengembangkan skill siswa yang dan penelitian maupun di sekolah-sekolah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar- pasca terjadinya bencana.
nya. Kondisi geografis Indonesia yang rawan  Produk alat-alat pembelajaran yang dihasil-
bencana, menyebabkan diperlukan kesiapsiaga- kan dapat digunakan untuk pembelajaran
an (disaster preperedness), termasuk dalam bi- sains bagi pendekatan trauma healing, baik
dang pendidikan. yang secara khusus di daerah bencana mau-
Hasil penelitian ini sebagai berikut. (1) pun secara umum.
Penelitian ini akan memberikan manfaat yang  Pengembangan strategi pembelajaran dapat
sangat berharga berupa pengalaman praktis da- dijadikan rujukan bagi guru-guru yang me-
lam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. (2) nangani siswa di sekolah darurat.
Mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian  Model, LKS, dan pedoman kegiatan belajar
diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan lainnya dapat digunakan di sekolah yang
bahan untuk mengembangkan pembelajaran membutuhkan.
tematik berbasis penanganan bencana sehingga  Peneliti dapat melakukan identifikasi me-
dapat output dan outcome-nya jelas mengarah ngenai kelayakan peralatan dan perangkat
pada terbentuknya calon pendidik profesional pembelajaran lainnya untuk dikembangkan
yang peduli lingkungan. (3) Peneliti yang ber- lebih lanjut.
minat dalam bidang Pemberdayaan Sumber Kegiatan dipantau menggunakan perfor-
Daya Masyarakat, apa yang menjadi kekurang- mance assessment (kinerja peserta pelatihan
an penelitian dapat disempurnakan dan dikem- masyarakat terdampak erupsi Merapi dan guru-
bangkan pada penelitian selanjutnya. (4) Mem- guru sains) sebagaimana terlihat pada Tabel 1.

Model Revitalisasi Sekolah Terdampak Erupsi Merapi melalui Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Berbahan Dasar Limbah
282

Tabel 1. Penilaian Kinerja Pelatihan Masyarakat Terdampak Erupsi Merapi


Skala Pengamatan
No. Apek yang Diamati
1 2 3 4 5
1. Kehadiran dalam kegiatan pelatihan 0% 24% 36% 36% 4%
2. Kecermatan dalam membuat alat-alat peraga pembelajaran 0% 4% 46% 44% 0%
3. Kerjasama dengan sesama peserta pelatihan 0% 8% 44% 48% 0%
4. Keterlibatan dalam diskusi 0% 4% 46% 44% 0%
5. Keterlibatan dalam kegiatan pembuatan alat 0% 24% 36% 36% 4%
6. Kemampuan mengambil keputusan atau inisiatif 0% 2% 48% 44% 0%
7. Ide-ide baru 0% 28% 12% 44% 4%
8. Kemampuan komunikasi dengan sesama peserta 0% 16% 44% 28% 4%
9. Ketertarikan terhadap materi pelatihan 0% 4% 44% 36% 8%
10. Kemampuan menyelesaikan tugas-tugas pelatihan 0% 24% 36% 36% 4%
11. Kualitas hasil atau produk yang dibuat dalam pelatihan 0% 8% 40% 36% 8%
12. Kemampuan menjelaskan hasi atau prduk pelatihan yang 0% 8% 42% 44% 0%
dibuat

Tabel 2. Pengelolaan KBM dalam Implementasi Perangkat Pembelajaran

No. Aspek yang Di- Skor Pengamatan tiap Pertemuan Skor Nilai Kategori
amati P1 P2 P3 P4 P5 .. Rata-
rata
1. Persiapan 3.25 3.5 3.25 3.5 3.25 3.35 Cukup
2. Pendahuluan 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 3.5 Baik
3. Kegiatan Inti 3.25 3.75 3.50 3.5 3.5 3.5 Baik
4. Penutup 3.75 3.5 3.25 4.0 3.75 3.65 Baik
5. Pengelolaan 3.25 3.5 3.25 3.5 3.25 3.35 Cukup
waktu
6. Suasana kelas 3.5 4.0 3.5 3.75 3.5 3.65 Baik
Rata-rata 3,42 3.63 3.38 3.63 3.46 3.5 Baik
Nilai Ketgori cukup baik cukup baik cukup baik

Pelaksanaan penelitian penerapan pe- mampuan dalam kegiatan: persiapan pembe-


rangkat pembelajaran pada mata pelajaran sains lajaran, pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pe-
dilaksanakan pada 18 sekolah mitra yang guru- ngelolaan waktu, dan kemampuan guru dalam
nya mengikuti pelatihan. Kegiatan implemen- mengendalikan suasana kelas. Hasil penilaian
tasi telah dilakukan dengan durasi 2 kali perte- rata-rata dalam pengelolaan kegiatan belajar
muan setiap minggu. Setiap kali tatap muka mengajar secara ringkas disajikan pada Tabel 2.
atau penyampaian satu RPP dilakukan peng- Kemampuan guru dalam mengimplemen-
amatan terhadap (1) kemampuan guru dalam tasikan rancangan pembelajaran dan perangkat
mengelola KBM dengan instrumen evaluasi yang dibuat masih ada yang nilainya di bawah
kompetensi guru; (2) aktivitas guru dan murid 3.5 (cukup). Hal ini tentu saja akan mempenga-
dalam pembelajaran; (3) profil kemampuan sis- ruhi keberhasilan implementasi dari keseluru-
wa; dan (4) kinerja dan sikap siswa dalam pem- han program penelitian yang dilakukan.
belajaran siswa selama KBM dengan instrumen Aktivitas guru yang dominan adalah
yang bersesuaian. Hasil observasi masing-ma- menjelaskan materi pembelajaran, yaitu 35,5%
sing aktivitas tersebut disajikan di bawah ini. dan mengusahakan contoh tambahan 21,5%.
Kemampuan guru mitra dalam mengelola Aktivitas guru yang paling sedikit adalah mem-
pembelajaran kooperatif difokuskan pada ke- berikan umpan balik 8% dan merangsang untuk

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


283

mengingat konsep 8,5%. Aktivitas siswa dido- pekerjaan. Pada kegiatan ini evaluator dan kola-
minasi oleh kegiatan memperhatikan penjelasan borator juga mengamati hambatan-hambatan
guru atau siswa yang lain 32,1% dan yang siswa dalam mengembangkan kemampuannya.
paling sedikit adalah mengajukan pertanyaan Hasil pengukuran kemampuan rendah,
11,4% dan menuliskan hal yang penting 12,4%. maka dievaluasi metoda pembelajarannya, yaitu
Hasil tersebut sejalan dengan temuan dengan cara diskusi mengenai materi yang su-
Drajat (2011) yang telah menyelidiki arti pen- dah dibahas dan dievaluasi program dan ma-
ting pendidikan mitigasi bencana terhadap nualnya dengan cara penyempurnaan, yang di-
upaya pengurangan bencana bahwa upaya ter- lakukan adalah dengan penambahan pembahas-
sebut dapat ditempuh melalui beberapa hal be- an teoretis dan melengkapi referensi. Dengan
rikut. cara ini siswa terbantu dalam pemahaman kon-
 Wajib dilakukan melalui pendidikan formal sep dan dapat bertukar fikiran mengenai kon-
dalam program Sistem Pendidikan Nasional sep-konsep yang meragukan atau tidak dapat
(Diknas) dengan desain kurikulum dari Ba- dipahami.
dan Standarisasi Nasional Pendidikan Hasil kegiatanya tidak baik maka dilaku-
(BSNP). kan perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran
 Untuk jalur pendidikan informal melalui berikutnya. Perbaikan ini terutama dalam meng-
Badan Nasional Penanggulangan Bencana analisis hasil output program web, kemampuan
(BNPB) bekerja sama dengan instansi ter- interaktifnya, serta pengulangan entry data ke-
kait, misalnya Kementerian Dalam Negeri, tika terdapat kesalahan yang sifatnya teknis,
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementeri- dan lain-lain.
an Kesehatan, dan Kementerian Perhubung- Hasil penelitian tindakan kelas dikelom-
an. pokkan kedalam dua aspek, yaitu keberhasilan
 Untuk program relokasi pasca bencana me- proses dan keberhasilan produk. Keberhasilan
rupakan tanggung jawab Kementerian Tena- proses yang dimaksud dalam penelitian ini
ga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) be- adalah proses pembelajaran dengan mengguna-
kerja sama dengan pemerintah daerah asal kan perangkat yang dibuat (science equipment)
transmigran dan pemerintah daerah tujuan dengan mengamati perkembangan kemampuan
transmigran. kognitif dan kinerja siswa pada setiap kegiatan.
 Perlu peningkatan penelitian ilmu pengeta- Proses pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada
huan dan teknologi yang terkait dengan pro- rekaman foto yang disertakan bersama laporan
gram Pengurangan Resiko Bencana dengan ini. Adapun keberhasilan produk ditandai de-
pendekatan teknologi tepat guna dengan ngan telah dapat dibuatnya perangkat, pelak-
mempertimbangkan unsur kearifan lokal. sanaan kegiatan pembelajaran, laporan kegiatan
Evaluasi juga dilakukan melalui test un- praktik dan diskusi, hasil tes kognitif dan per-
tuk mengukur peningkatan kognitifnya. Hasil formance.
tes lalu diuji dengan uji beda (uji-t). Hasilnya
menunjukkan bahwa pemahaman dan kemam- Keberhasilan Proses
puan siswa berbeda antara sebelum dan sesudah Keberhasilan proses dalam penelitian ini
dilakukan kegiatan penelitian. meliputi tiga hal yaitu keberhasilan proses da-
Evaluasi dan monitoring juga dilakukan lam pemahaman materi Sains, keberhasilan pro-
pada diskusi mengenai perancangan dan pem- ses dalam melakukan kegiatan pembelajaran (ki-
belajaran menggunakan perangkat yang dibuat. nerja), dan keberhasilan proses dalam melaku-
Setelah itu, hasil kegiatan diskusi dengan ma- kan kegiatan praktikum yang ditandai dengan
hasiswa KKN-PPL kemudian dilakukan revisi kemampuan membuat laporan dan diskusi. Pro-
dan penyesuaian dengan tingkat kemampuan ses pemahaman konsep ditandai dengan fre-
siswa. Hasilnya digunakan untuk memberikan kuensi diskusi dalam kelompok dan catatan ko-
saran, masukan, kritikan, dan penyempurnaan laborator.

Model Revitalisasi Sekolah Terdampak Erupsi Merapi melalui Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Berbahan Dasar Limbah
284

Frekuensi diskusi kelompok terungkap Butir (3) menunjukkan bahwa siswa me-
berdasarkan identifikasi awal sebelum diadakan miliki kemampuan kognitif, afektif dan psiko-
tindakan dengan cara studi kilas balik, yaitu ja- motor melalui kegiatan diskusi dan praktik la-
rang dilakukan diskusi mengenai program me- pangan, pada dasarnya memiliki indikator yang
lalui proses pembelajaran yang diadakan. Sete- sama dengan butir (2) di atas. Pada butir (4),
lah diadakan tindakan, frekuensi diskusi men- mahasiswa KKN-PPL mampu mengembangkan
jadi rata-rata tiga kali, yaitu sebelum kegiatan, pembelajaran dengan menggunakan media al-
ketika sedang berlangsung kegiatan, dan setelah ternatif lainnya, indikatornya dapat dilihat dari
pelaksanaan kegiatan. Peningkatan frekuensi hasil wawancara, diskusi dan kolaborasi antara
diskusi ini membantu siswa dalam memahami peneliti dan mahasiswa KKN - PPL.
konsep Sains. Proses catatan kolaborator, sebe- Evaluasi dan monitoring dilakukan pada
lum dan sesudah adanya kegiatan jelas terdapat diskusi mengenai perancangan dan pembelajar-
perbedaan karena siswa sebelum melakukan an menggunakan perangkat yang dibuat. Sete-
kegiatan tidak menggunakan magang. lah itu, hasil kegiatan diskusi dengan mahasis-
wa KKN-PPL kemudian dilakukan revisi dan
Keberhasilan Produk penyesuaian dengan tingkat kemampuan siswa .
Indikator keberhasilan produk ditandai Hasilnya digunakan untuk memberikan saran,
dengan (1) kemampuan mahasiswa KKN - PPL masukan, kritikan, dan penyempurnaan peker-
dalam mengajar sains menggunakan perangkat jaan. Pada kegiatan ini evaluator dan kolabo-
pembelajaran sains bertambah; (2) kemampuan rator juga mengamati hambatan-hambatan sis-
siswa dalam bidang sains meningkat; (3) siswa wa dalam mengembangkan kemampuannya.
memiliki kemampuan kognitif, afektif dan psi- Hasil pengukuran kemampuan rendah,
komotor melalui kegiatan diskusi dan prak- maka dievaluasi metoda pembelajarannya, yaitu
tikum; dan (4) mahasiswa KKN - PPL mampu dengan cara diskusi mengenai materi yang su-
mengembangkan pembelajaran dengan meng- dah dibahas dan dievaluasi program dan ma-
gunakan media alternatif lainnya. nualnya dengan cara penyempurnaan, yang di-
Butir (1) menunjukkan bahwa kemampu- lakukan adalah dengan penambahan pembahas-
an mahasiswa KKN-PPL dalam mengajar sains an teoretis dan melengkapi referensi. Dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang cara ini siswa terbantu dalam pemahaman kon-
aplikatif bertambah dapat dilihat dari rekaman sep dan dapat bertukar fikiran mengenai kon-
kegiatan dan diskusi antara kolaborator dengan sep-konsep yang meragukan atau tidak dapat
mahasiswa KKN-PPL yang bersangkutan. Pe- dipahami.
ningkatan kemampuan mahasiswa KKN-PPL Pada hasil kegiatan yang tidak baik di-
ini memang mudah diprediksi karena sebelum- lakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran
nya mahasiswa KKN-PPL tidak melakukan berikutnya. Perbaikan ini terutama dalam meng-
proses pembelajaran menggunakan program ini. analisis hasil output program web, kemampuan
Butir (2) menunjukkan bahwa kemampu- interaktifnya, serta pengulangan entry data ke-
an siswa dalam penggunaan media pembelajar- tika terdapat kesalahan yang sifatnya teknis,
an meningkat, indikatornya dapat dilihat dari dan lain-lain.
hasil laporan siswa , diskusi dengan kolaborator Penyajian hasil penelitian tindakan kelas
dan mahasiswa KKN-PPL, serta data berupa ini dikelompokkan kedalam dua aspek, yaitu:
rekaman foto pelaksanaan kegiatan. Kemampu- keberhasilan proses dan keberhasilan produk.
an ini dapat terlihat pula dari kemampuan siswa Keberhasilan proses yang dimaksud dalam pe-
dalam menganalisis data hasil kegiatan. Pada nelitian ini adalah proses pembelajaran dengan
awalnya siswa belum melakukan diskusi dan menggunakan perangkat yang dibuat (science
praktikum, tetapi setelah kegiatan ini siswa equipment) dengan mengamati perkembangan
mendapatkan pengalaman mengikuti proses kemampuan kognitif dan kinerja siswa pada
kegiatan. setiap kegiatan. Proses pelaksanaan kegiatan

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


285

dapat dilihat pada rekaman foto yang disertakan DAFTAR PUSTAKA


bersama laporan ini. Adapun keberhasilan pro- Cennamo,K & Kalk, D. 2005. Real Word Ins-
duk ditandai dengan telah dapat dibuatnya pe- tructional Design. www. Amazon. com.
rangkat, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, Diambil tanggal 3 September 2013.
laporan kegiatan praktik dan diskusi, hasil tes
kognitif dan performance. Djajadiningrat S,T. 2008. Membangun Tanpa
Merusak Lingkungan. Jakarta: Kantor
PENUTUP Menteri Negara Kependudukan dan Ling-
Penelitian ini sampai pada kesimpulan kungan Hidup.
sebagai berikut. (1) Perangkat pembelajaran ber-
hasil dikembangkan oleh masyarakat terdam- Drajat. 2011. ”Arti Penting Pendidikan Mitigasi
pak erupsi Merapi dan mendukung kualitas Bencana dalam Mengurangi Resiko Ben-
proses dan kualitas hasil belajar mengajar sains. cana”. Cakrawala Pendidikan, Juni 2011,
(2) Guru pengampu mampu melakukan kese- Th. XXX, No. 2.
luruhan aspek dalam sintaks pembelajaran se-
perti yang telah dirancang bersama dengan tim Gay. 1990. The Condition of Learning and
peneliti. (3) Aktivitas guru didominasi dengan Theory of Instruction. 4 th Edition. New
kegiatan mengelola KBM sesuai dengan ran- York: Holt Rinehart, and Winston.
cangan penelitian, mendorong atau melatihkan
siswa kemandirian aktif. (4) Akitivitas siswa di- Gelbert, M.2005. Environmental Management
dominasi dengan kegiatan menggunakan pe- focusing on Solid Waste Management - a
rangkat pembelajaran, praktik lapangan, dan Script and Reader. New York: Dietikon.
diskusi yang relevan, dan aktivitas berlatih me-
lakukan kemandirian aktif. (5) Kemandirian ak- Kemp, J.E., G.R. Morisson, & Steven M. R.
tif yang dominan dilakukan oleh siswa adalah 2004. Designing Effective Instruction.
keterampilan melakukan pengamatan dan ber- New York: Macmillan College Publish-
bagi tugas dalam kelompok untuk menyelesai- ing Company.
kan tugas-tugas kelompok. (6) Pada umumnya
siswa menyatakan senang dan baru terhadap Murtado, Djuli dan Sa’id, E. Gumbira. 2008.
perangkat pembelajaran dan model pembelajar- Limbah Padat. Jakarta: Mediyatama Sa-
an yang telah dikembangkan oleh peneliti se- rana Perkasa.
hingga siswa berminat untuk mengikuti pembe-
lajaran sains berikutnya seperti yang telah me- PPPGT/VEDC Malang. 2006. Methodological
reka ikuti. (7) Proses belajar mengajar yang Chart Ruang Lingkup Materi. Malang:
menerapkan perangkat pembelajaran dengan VEDC.
perangkat pembelajaran yang dibuat pemulung
dapat meningkatkan proporsi jawaban benar
siswa.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini terlaksana berkat dukungan
dana dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat, Direktorat Jendral Pendidik-
an Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebuda-
yaan melalui penelitian Hibah Bersaing dengan
nomor sub kontrak 31/HB-Multitahun/UN 34.
21/2013.

Model Revitalisasi Sekolah Terdampak Erupsi Merapi melalui Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Berbahan Dasar Limbah

Anda mungkin juga menyukai