Anda di halaman 1dari 5

iPanduan Kirim Tulisan

Selasa 07 Agustus 2018, 12:44 WIB

Kualitas Pertumbuhan Ekonomi


Indonesia

Foto: Agung Pambudhy


Jakarta - Di tengah masa masa pendaftaran pasangan capres dan cawapres
untuk Pilpres 2019, 4-10 Agustus 2018, masyarakat diributkan dengan
beberapa capaian ekonomi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
yang dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi atau janji yang telah
disampaikannya di masa kampanye Pilpres 2014 lalu. Salah satu indikator
ekonomi yang seringkali dibahas dan diributkan oleh pihak oposisi adalah
pertumbuhan ekonomi yang jauh dari target awal, yaitu 7 persen atau bahkan
meleset sedikit dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Hingar bingar terkait realisasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai pemerintah
yang dianggap jauh dari janji di awal masa pemerintahannya makin bising
disuarakan oleh pihak oposisi beberapa hari belakangan ini.
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran angka 5 persen
dalam 3 tahun terakhir, dan memiliki tren meningkat meskipun tipis. Bagi
pihak oposisi, pencapaian yang tidak begitu menggembirakan ini menjadi
sasaran tembak yang begitu empuk guna melemahkan posisi pemerintah
yang berkuasa saat ini, khususnya di bidang ekonomi. Namun, jika dikaji lebih
mendalam, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia justru mengalami
perbaikan yang begitu signifikan dalam beberapa tahun belakangan. Yang
sangat menonjol adalah pertumbuhan investasi dan ekspor yang masing-
masing tumbuh 6,15 dan 9,09 persen pada 2017, dibandingkan pertumbuhan
kedua komponen tersebut pada 2016 yang hanya sebesar 4,47 dan -1,57
persen.
Sementara itu, terkait dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga,
pemerintah Indonesia telah berhasil menjaga pertumbuhan komponen ini di
kisaran 5 persen. Kondisi ini dapat terealisasi karena pemerintah mampu
menjaga angka inflasi di bawah 4 persen sesuai dengan target APBN serta
masih dalam kisaran target Bank Indonesia, yaitu 2,5-4,5 persen. Terlebih
lagi, menjelang Hari Raya Idul Fitri, di mana biasanya harga-harga cenderung
merangkak naik, pada 2018 ini pemerintah mampu menekan kenaikan harga-
harga bahan pangan sehingga mampu meredam angka inflasi pada masa
tersebut.

Awal 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan Pertama 2018


tetap menunjukkan stabilitasnya di angka 5,06 persen, dan yang paling
mengejutkan adalah pertumbuhan ekonomi berdasarkan provinsi
menunjukkan Papua sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi
di angka 28,93 persen. Mayoritas provinsi di Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional, sedangkan hanya beberapa
provinsi yang mengalami pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata nasional.
Sementara itu, dalam perspektif Asia rata-rata pertumbuhan ekonomi
Indonesia 3 tahun terakhir ini masih lebih baik dibandingkan Thailand, Hong
Kong, Korea Selatan, dan Singapura.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, memang benar adanya bahwa


pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sesuai target APBN bahkan jauh dari
janji politik Jokowi di masa kampanye Pilpres 2014. Namun, apakah memang
kita hanya gemar berkutat dengan kuantitas atau besaran tanpa
mempertimbangkan kualitas jika kita membahas isu mengenai pertumbuhan
ekonomi? Tidaklah bijak sepertinya jika kita hanya terfokus pada besaran
atau kuantitas dari angka-angka dari indikator ekonomi, khususnya
pertumbuhan ekonomi. Kualitas dari pertumbuhan ekonomi jelas lebih penting
dibandingkan kuantitas yang beberapa hari belakangan ini sering disuarakan
oleh pihak oposisi yang sepertinya senang mengkritik tanpa menggunakan
data yang valid.

Kemudian, apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan yang berkualitas?


Secara umum, saya sangat yakin bahwa masyarakat secara umum paham
betul makna dari pertumbuhan yang berkualitas. Namun, dari kacamata saya
minimal dapat mendefinisikannya sebagai pertumbuhan ekonomi yang
bersifat inklusif atau pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati oleh semua
kalangan di Indonesia, baik penduduk miskin maupun kaya. Penduduk miskin
dalam hal ini dapat memperoleh bantuan sosial guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, sedangkan penduduk kaya dapat menjalankan bisnisnya tanpa ada
hambatan berarti bahkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan.

Apa yang terjadi di Indonesia dalam 3 tahun belakangan ini menunjukkan


bahwa pertumbuhan ekonomi kita sudah mulai mengarah ke pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas. Meskipun cenderung stabil di kisaran angka 5
persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu menurunkan angka
kemiskinan, bahkan berdasarkan data BPS Maret 2018, angka kemiskinan
Indonesia berhasil mencapai single digit, yaitu 9,82 persen.

Dari sisi ketenagakerjaan, pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5


persen juga telah mampu menurunkan angka pengangguran ke angka 5,13
persen pada Februari 2018. Angka ini masih berada dalam kisaran target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019,
yaitu sebesar 5-5,2 persen. Memang masih banyak pekerjaan rumah yang
perlu dilakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan
ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya terkait dengan perkembangan
teknologi digital, yang kemungkinan besar akan mengubah struktur tenaga
kerja di Indonesia.

Penanganan permasalahan ketenagakerjaan akibat terjadinya transformasi


struktural, yang diindikasikan mulai terjadi sejak 2008 di Indonesia atau
bahkan di Asia Pasifik perlu menjadi prioritas bagi pemerintahan Jokowi.
Karena, digitalisasi di sektor ekonomi tidak dapat tertahan lagi dan
pemerintah perlu menjadikan hal ini sebagai momentum untuk penguatan
ekonomi nasional.

Sebagai penutup, pada tahun politik 2018-2019 ini sah-sah saja jika ada
hujatan, kritik, atau ketidakpuasan terhadap capaian ekonomi Indonesia saat
ini. Namun, perlu diingat, kritik tersebut perlu bersifat konstruktif dan perlu
dipertimbangkan kondisi riil yang terjadi, baik dalam konteks global maupun
nasional. Perlambatan dan penurunan pertumbuhan ekonomi global,
khususnya negara-negara yang telah menjadi pasar tradisional Indonesia
untuk ekspor, seperti Cina dan Amerika Serikat sedang terjadi dan hal ini
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara-negara lain di
dunia.

Kita justru perlu mengapresiasi kinerja tim ekonomi pemerintahan Jokowi


karena mampu menyusun dan melaksanakan kebijakan ekonomi yang
optimal di tengah ketidakpastian perekonomian global yang terjadi saat ini.
Konsistensi dan terukurnya kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh
pemerintah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
merupakan harga mati dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Fajar B. Hirawan peneliti Departemen Ekonomi CSIS dan Pengajar SGPP


Indonesia

(mmu/mmu)
Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca detik, isi dari tulisan di luar tanggung jawab
redaksi. Ingin membuat tulisan kamu sendiri? Klik di sini sekarang!
pertumbuhan ekonomi 2018 tahun politik

Copyright @ 2018 detikcom, All right reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber ·
Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Privacy Policy · Disclaimer

Anda mungkin juga menyukai