Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“MALARIA”

Dosen Pengajar : Ns.Muhlis S.kep

Oleh
NAMA : NURMADINA
NiM : 2018013

JURUSAN : D III KEPERAWATAN

Semester III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ST.


FATIMAH) MAMUJU

TAHUN AKADEMIK 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang mana atas
limpahan karunianyalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih pula tak lupa kami ucapkan kapada dosen
pembimbing mata kuliah, karena berkat buah pemikirannya yang kreatif sehingga
mendorong kami untuk menyusun makalah ini guna mengikuti proses belajar
mengajar.
Penulis menyadari bahwa mungkin materi ini masih jauh dari
kesempurnaan, olehnya itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun penulisan
selanjutnya sangat kami harapkan.
Akhir kata semoga materi ini dapat bermanfaat. Aamiin

Penyusun,

Nurmadina

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 1
B. Tujuan………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Malaria………………………………………………………. 3
B. Klasifikasi Malaria……………………………………………………. 3
C. Jenis-jenis Malaria……………………………………………………. 4
D. Karakteristik nyamuk………………………………………………… 6
E. Etiologi………………………………………………………………. 6
F. Patofisiologi…………………………………………………………… 8
G. Manifestasi Klinis……………………………………………………. 11
H. Pemeriksaan diagnostic………………………………………………. 13
I. Penatalaksanaan……………………………………………………….. 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 16
B. Saran………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas
yaitu pada negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Penduduk yang berisiko
terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia.
Setiap tahun jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan
1,5-2,7 juta kematian (Harijanto, 2000). Indonesia yang merupakan negara
yang beriklim tropis yang mengakibatkan resiko terhadap penyakit malaria.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes 2001,
di Indonesia setiap tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis
yang mengakibatkan 30.000 orang meninggal dunia. Pada umumnya malaria
ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari
golongan ekonomi lemah. Angka kesakitan malaria sejak 4 tahun terakhir
menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali dari 0.12 per 1000 penduduk
pada tahun 1977 menjadi 0.52 per 1000 penduduk pada tahun 1999 dan 0.62
per 1000 penduduk pada tahun 2001 dan 0.47 kasus per 1.000 penduduk pada
tahun 2002. Di luar Jawa dan Bali dari 16.0 per 1000 penduduk pada tahun
1997 menjadi 25.0 per 1000 penduduk pada tahun 1999 dan 26.2 per 1000
penduduktahun 2001 dan 19.65 kasus per 1.000 penduduk pada tahun 2002.
Selama tahun 1998-2000 kejadian luar biasa (KLB) malaria terjadi di 11
provinsi meliputi 13 kabupaten di 93 desa dengan jumlah penderita hampir
20.000 orang dengan 74 kematian.
Malaria adalah salah satu penyakit menular yang mempengaruhi
angka kematian bayi, anak, dan ibu melahirkan, serta dapat menurunkan
produktivitas tenaga kerja.
Di daerah transmigrasi dan daerah lain yang didatangi penduduk baru daerah
non-endemik sering terjadi letusan atau wabah yang menimbulkan banyak
kematian. Lebih dari setengah penduduk Indonesia masih tinggal di daerah

1
yang merupakan tempat terjadinya penularan malaria, sehingga berisiko
tertular malaria.
Melihat keseriusan masalah ini, siapa pun berisiko untuk terkena
malaria, terutama anak balita, wanita hamil, dan penduduk non-immun yang
mengunjungi daerah endemic malaria, seperti pekerja migran, pengungsi,
transmigran, dan wisatawan.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang penyakit malaria, seperti definisi, klasifikasi, etiologi,
cara penularan, manifestasi klinik, patofisiologi, pathways, diagnosis
banding, pemeriksaan penunjang, komplikasi, pencegahan, dan
penanganan.
2. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat yang harus diberikan pada
penderita malaria.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama
prosesnya, malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk
aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria
(anopeles) betina. Selain berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat
ditularkan melalui transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi darah
penderita malaria. Malaria kongenital disebabkan oleh penularan agen
penyebab melalui barier plasenta, namun kejadian ini jarang terjadi.
Sebaliknya, malaria neonatus, agak sering terjadi dan merupakan akibat dari
pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses
kelahiran.
B. Klasifikasi Malaria
Berikut ini merupakan klasifikasi parasit malaria
Phylum : Apicocomplexa
Kelas : Sporozoa
Subkelas : Coccidiida
Ordo : Eucoccidies
Sub-ordo : Haemosporidiidea
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Sub-genus : Laverania
Spesies : Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale
Untuk tujuan klinis dan diagnostik malaria dapat dianggap sebagai
dua wujud penyakit. Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan disebut sebagai malaria tertiana maligna. Malaria
ini menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinis akut yang bila tidak
3
diobati dapat mematikan dalam beberapa hari sejak mulai terinfeksinya.
Malaria jenis kedua yaitu malaria yang disebabkan oleh Plasmodium vivax,
Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Malaria tersebut disebut
dengan malaria tertiana benigna, karena malaria tersebut hampir tidak pernah
mematikan penderitanya.
C. Jenis-jenis Malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan
jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk
yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa
inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/
cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan
satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi
Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada
lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan
angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal,
Algid Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan
Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru.
Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-
kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete.
Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
4
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri
pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum.
Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom
nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di
temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip
Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan
masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale
biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk
yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale.
Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun.
Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau
pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi
eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan
maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24
merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval
hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning.
Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias
malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak
demam setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang


system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di
tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang
banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

5
D. Karakteristik nyamuk
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat
ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles
di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat
menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang
menjadi vektor malaria. Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di
air tawar, air payau dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada
cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit
manusia (menghisap darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut
48 derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g. Lebih senang hidup di daerah rawa

E. Etiologi
Malaria biasanya didapat dari gigitan nyamuk anopeles betina yang
sebelumnya terinfeksi. Pada keadaan umum, malaria berkembang pasca-
penularan transplasenta atau sesudah tranfusi darah yang terinfeksi, dimana
keduanya melewati fasepre-eritrositer perkembangan parasit dalam hati.
Evolusi penyakit pada umumnya sebagai berikut :

Fase Pre-Eritrositer. Sporozoit yang di injeksikan ke dalam aliran


darah oleh gigitan nyamuk mencapai sinusoid hati dan memasuki sitoplasma
sel hati. Pertumbuhan dan pembelahan sel cepat dan terbentuk kista
mikroskopik (Schizont) yang mengandung merozoit. Kebanyakan kista dari
semua spesies pecah pada akhir 6-15 hari perkembangan. Melepaskan beribu-
ribu merozoit untuk menembus sel darah merah. Namun beberapa bentuk P.
6
Vivak dan P. Ovale tetap dalam hati selama beberapa minggu atau beberapa
bulan, membuka jalan untuk relaps.
Masa inkubasi (antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dan adanya
parasit dalam darah) bervariasi sesuai dengan species pada P. Falciparum
masa inkubasinya 10-13 hari, pada P. Vivak dan P. Ovale, 12-16 hari , dan
apda P. Malariae 27-37 hari, tergantung pada ukuran inokulum manifestasi
klinis infeksi yang di induksi oleh salah satu cara dapat di tekan selama
beberapa bulan dengan pengobatan subkuratif ,terutama pada kasus malaria
vivax dan quartana.
Merozoit yang menginvasi sel darah merah mula-mula tampak pada
sedian berwarna sebagai cincin kebiru-biruan atau pita sitoplasma (P.
Malariae) dengan satu atau kadang-kadang dengan dua titik kromatin inti.
Parasit yang sedang tumbuk di beri nama trophozoit, dan yang muncul
bersamaan pada sel darah merah adalah granula pigmen kuning-coklat yang
terdiri atas hematin yang berasal dari hemoglobin yang di konsumsi parasit
untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Bentuk organisme bervariasi selama
pertumbuhan sampai ia menjadi bulat.
Nukleus parasit sekarang membelah secara aseksual beberapa kali,
sitoplasmanya tersusun di sekeliling nukleus baru dan pigmen mengelompok
dalam kelompok besar. Eritrosit yang mengandung merozoid pecah dan
merozoid bebas pigmen dan puing-puing eritrosit di bebaskan ke dalam
plasma. Merozoit yang lolos dari inaktivasi oleh imunoglobulin atau
fagositosis masuk ke dalam sel darah merah segar. Dengan demikian siklus
aseksual di mulai setiap saat kelompok baru merozoitmenginvasi sel darah
merah. Siklus ini yang lamanya sangat penting secara klinis.
Pertumbuhan parasit tertentu gagal membelah, nukleus tetap utuh
selama masa maturasi. Mereka dideferensiasi menjadi bentuk jantan dan
betina yang di sebut gametosit, yang tidak penting secara klinis tetapi mampu
menginfeksi nyamuk yang menghisap penderita.
Infeksi Campuran Atau Kelompok

7
Pada infeksi campuran biasanya hanya satu spesies yang
menimbulkan pola klinis, dengan falsiparum mendominasi vivak dan vivak
mendomonasai quartana hanya bila berkembag imunitas cukup terhadap
strain dominan yang lainm mulai menimbulkan manisfesasi klinis.
Pada infeksi dengan satu spesies kelompok yang berbeda dapat
berkembang karena merozoit dalam hati tidak di bebaskan secara silmutan
dan skizon eritrositer tidak semuanya pecah pada saat yang sama, beberapa
kelompok parasit memulai keberadaannya dalam sel darah merah, sebelum
atau yang sesudah mayoritas dimana sering matag dalam jumlah yan cukup
untuk menimbulka reaksi klinis tersendiri. Pada infeksi vivak satu kelompok
akan menghasilkan reaksi demam selang sehari, sedang jika dua kelopok
yang berkembang akan ada paroksismal tiap hsri. Pada malaria palsiparum
gambaran klasik demam intermiten mungkin segera terganggu juga.
F. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Patofisiologi
malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penghancuran eritrosit.
Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit
yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang
mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga
menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra
vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan
dapat mengakibatkan gagal ginjal.
b. Mediator endotoksin-makrofag.
Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu
makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator
yang berperan dalam perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak
terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna.
Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF).
TNF adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia
8
yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan,
menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit pernafasan pada
orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan
sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga
menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan
perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endotelium kapiler.
Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut
berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia
dan beratnya penyakit.
c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi.
Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut
dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan
tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria
dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung plasmodium
falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam, sehingga
skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer.
Eritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan
membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam alam-alat
dalam. Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor
(menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan.
Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein
kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut,
sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit
yang terinfeksi plasmodium P. falciparum.
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di
dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian
merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk
seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati
bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk
9
terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote,
yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang
menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang
memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang
eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-
skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan
infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala
klinis demam.
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang
terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya
menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk
selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer).
Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan
menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan
melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “
Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah
berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung
hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah.
Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati.
Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang
di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru
dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari
sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di
sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara
lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“.
Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang
10
di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel
darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di
sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara
garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama
yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh
nyamuk
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara
umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari
ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72
jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria”
(malaria proxysm) secara berurutan :

1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil
sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas
tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala,
nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah
turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini

11
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh
tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan
sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala
khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah
(Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi
ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus
costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya
merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar
lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus
dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling
berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh
penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup
lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena
depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
1) Ikterus hemolitik

12
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang
berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah
yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin
yang di hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi
pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau
melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif .
H. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya
didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji
imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam
target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam
menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di
mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif
demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam
darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu
diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu
hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu
agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas
mencapai 100%).
1. Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah
trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup
matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
13
2. Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal
dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3. Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.
4. Identifikasi spesies plasmodium
5. Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies
plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium
yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit
terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan
menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies
plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
c. imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi
antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik
plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan
enzim immunoassay.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA
spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini
menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita
malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung
dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai
berikut:
a. Malaria Tersiana/ Kuartana
14
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten
perlu di tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600
mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15
mg /hari selama 14 hari)
b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100
mg selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10
mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal
dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg
selama 3 hari).
c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet
dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari.
Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan
aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama
prosesnya, malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk
aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria
(anopeles) betina. Selain berasal dari vektor nyamuk, malaria juga dapat
ditularkan melalui transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi darah
penderita malaria. Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan disebut sebagai malaria tertiana maligna. Ada 4
jenis malaria: Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum), Malaria Kwartana
(Plasmoduim Malariae), Malaria Ovale (Plasmodium Ovale), Malaria
Tersiana (Plasmodium Vivax) .

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, ME., 1999),RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN EDISI 3,Ahli


Bahasa: I Made Kariasa, S.Kp.; Ni Made Sumarwati, S.Kp., Jakarta: EGC
Mansjoer, A,dkk. (1999). KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN EDISI TIGA
JILID SATU, Jakarta:FKUI
Smeltzer, Suzaanne C. 2002. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH.. Jakarta : EGC
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/516-penyakit-malaria-
dan-tbc-menyebabkan-170000-kematian-setiap-tahun-di-indonesia.html
http://www.who.int/topics/malaria/en/

17

Anda mungkin juga menyukai