About Me
Contact Me
Macrofag Television
Tukeran Link Yuk
Sahabat Macrofag
PESAN SEGERA
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis, penyebab, serta therapy medis perlu dilakukan
sebagai penunjang dalam pelaksanaanya. Adapun pemeriksaan penunjang yang yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Foto rontgen dada (sinar tembus dada)
b. USG pleura, berfungsi untk menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.
c. CT Scan dada.
d. Torakosentesis (untuk mengambil cairan dan mengetahui warna cairan)
- Kekuning-kuningan: warna normal cairan pleura
- Agak Kemerahan atau kemerahan: terjadi pada kasus dengan trauma, infark paru, keganasan, dan adanya
kebocoran aneurisma aorta.
- Kehijauan dan agak purulen: menunjukkan adanya empiema.
- Merah Coklat: menunjukkan adanya abses karena amuba.
Beberapa hasil dari pemeriksaan Torakosentris dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
- Biokimia: basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, kadar pH, glukosa,
amilase.
- Sitologi: sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar dengan banyak inti, sel lupus
eritematosus sistemik.
- Bakteriologi: menentukan jenis bakteri yang menginfeksi.
- Biopsi pleura.
6. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Diet Effusi Pleura
Jenis diet yang diberikan pada kasus effusi pleura adalah TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein untuk mencegah dan mengurangi adanya kerusakan jaringan
tubuh, khususnya paru-paru. Selain itu diet TKTP juga memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hemoglobin sebagai pigmen sel darah merah yang berfungsi sebagai zat pengangkut oksigen dan
karbondioksida akan berikatan dengan protein, begitu pula dalam proses penggumpalan darah, protein juga
dibutuhkan.
b. Mengatur keseimbangan cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam intraseluler, intravaskuler, dan interstisial diatur oleh protein dan elektrolit,
sehingga apabila terjadi kekurangan protein akan dapat mengakibatkan penurunan dan perpindahan cairan.
(Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2009)
2) Penatalaksanaan Medis Effusi Pleura
a. Therapy oksigen
Dapat diberikan jika terjadi pernafasan yang tidak adekuat.
b. Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang biasa diberikan pada effusi pleura diantaranya adalah antibiotik, analgetik, antiemetik, dan
vitamin. Tujuan pemberian obat-obat tersebut adalah untuk menghambat terjadinya infeksi, mencegah
penumpukan cairan kembali, menghilangkan ketidak nyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan
pada penyebab dasar dari timbulnya effusi pleura (misalnya gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis, TBC,
trauma, dll)
c. Pemasangan WSD (water selaed drainage)
WSD (Water Selade Drainage) / CTT (Chest Thorax Tube) adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk
mengeluarkan udara atau cairan (darah atau pus) dari rongga toraks dan mediastinum dengan menggunakan
pipa penghubung selang/drain yang dimasukan ke dalam rongga pleura (DepKes RI, 2008).
d. Pleurodesis
Pada prosedur ini zat kimia dimasukkan pada kavum pleura untuk melekatkan dua lapis pleura. Hal ini dapat
mencegah terkumpulnya cairan pleura kembali. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai),
bleomisin, korinebakterium parvum, Tio-tepa, 5-Fluorourasil.
e. Thoracosintesis
Aspirasi cairan pleura (thorakosintesis) berguna sebagai sarana diagnostik maupun terapeutik.
Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah
paru sela iga garis aksilaris posterior dengan memakai jarum kateter nomor 14-16.
f. Pengobatan lainnya
Bertujuan untuk penanganan pada effusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi,
dan terapi deuretik. (Kowalk dkk, 2011)
g. Latihan Meniup Balon
Untuk mengembangkan alveolus yang kolaps, diperlukan tekanan udara yang lebih besar dengan cara
meniup balon lebih keras pada waktu mulai mengembangkan balon. Hal ini dimaksudkan untuk melatih
pernafasan dan pengembangan alveolus yang sempat terendam cairan pleura agar fungsinya dapat kembali
seperti semula.
(Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002)
2. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
Terdiri dari: nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2) Keluhan Utama
- Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan oleh
- pasien.
- Biasanya, dada pasien dengan effusi pleura didaptkan keluhan berupa: sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuretik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas
serta batuk non produktif.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan perjalanan penyakit pasien saat ini sehingga di bawa ke rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Membahas tentang riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita klien berhubungan dengan yang diderita
pasien saat ini.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Membahasa tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir
sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: kanker paru, TBC, dll
6) Riwayat Psikososial
Bahasan ini meliputi perasaan pasien terhadap sakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
Meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, saturasi oksigen (jika dibutuhkan)
2) Tingkat Kesadaran
Disini perlu dikaji bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnese, mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien, sebagai bahan
memperkuat memperoleh data apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
3) ROS (review Of System)
- B1 (Breath)
Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
Fremitus fokal
Perkusi dada : hipersonor
Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paruB2 (Blood)
- B2 (Blood)
Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
Hipertensi / hipotensi
CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
- B3 (Brain)
Tentukan GCS pasien
Tentukan adanya keluhan pusing,
Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
Ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada sebelah kanan, frekuensi
nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan
perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
- B4 (Bladder)
Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia
Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari dan berwarna
kuning bening
Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral.
Intake cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
- B5 (Bowel)
Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
Peristaltic usus tiap menitnya
Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atauberdarah)
Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
- B6 (Bone)
Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
Keadaan turgor kulit
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Darah lengkap dan kimia darah
3) Bakteriologis
4) Analisis cairan pleura
5) Pemeriksaan radiologis
6) Biopsi
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
b. Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor-faktor fisik (pemasangan
selang dada)
c. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
4. Intervensi, Tujuan, Kriteria Hasil dan Rasional Disesuaikan Dengan SAK Rumah Sakit Yang Bersangkutan
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf, H. 2010. Patofisiologi dan Konsep Penyakit. Jakarta: Salemba Medika.
Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diet. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Doengoes, M, E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.
file:///H:/romsons-romo-seal%20WSD.htm
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat, Budiana. 1994. Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Khaerudin. 2012. Anatomi Paru-paru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kowalk, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika.
Price. A, Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat. 2005. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Perawat. FKUI: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner dan Suddarth.Jakarta: EGC
Suryono, S. Dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.