Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“FILARIA”

Dosen Pengajar : Ns.Muhlis S.kep

Oleh
NAMA : NURMADINA
NPM : 2018013

JURUSAN : D III KEPERAWATAN

Semester III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ST.


FATIMAH) MAMUJU

TAHUN AKADEMIK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang mana atas
limpahan karunianyalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih pula tak lupa kami ucapkan kapada dosen
pembimbing mata kuliah, karena berkat buah pemikirannya yang kreatif sehingga
mendorong kami untuk menyusun makalah ini guna mengikuti proses belajar
mengajar.
Penulis menyadari bahwa mungkin materi ini masih jauh dari
kesempurnaan, olehnya itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun penulisan
selanjutnya sangat kami harapkan.
Akhir kata semoga materi ini dapat bermanfaat. Aamiin

Penyusun,

Nurmadina

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. Tujuan……………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian penyakit filariasis ……………………………………… 3
B. Gejala klinis penyakit filariasis……………………………………… 4
C. Mekanisme penularan filariasis……………………………………… 5
D. Penyebab terjadinya penyakit filariasis………………………………. 7
E. Usaha usaha penanganan penyakit filariasis sebagai tenaga
kesehatan lingkungan………………………………………………… 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 9
B. Saran………………………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan


elephantiasis adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria ynag ditularkan melalui gigitan berbagai spesies
nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui
ada 23 spesies nyamuk dari genus Anophele, Culex, Mansonia, Aedes, dan
Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kaki, tangan, dan organ kelamin.
Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging disease, yaitu
penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul
kembali. Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim
sub tropis dan tropis ( Abercrombie et al, 1997) seperti di Indonesia. Filariasis
pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877, setelah itu tidak muncul
da sekarang muncul kembali. Filariasis tersebar luas hampir di seluruh
Propinsi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000
yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231
Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus
kronis 6233 orang.
Untuk memberantas filariasis sampai tuntas, WHO sudah menetapkan
Kesepakatan Global ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis
as a Public Health Problem by The Year 2020 ) yaitu program
pengeliminasian filariasis secara masal. WHO sendiri telah menyatakan
filariasis sebagai urutan kedua penyebab cacat permanen di dunia. Di
Indonesia sendiri, tela h melaksanakan eliminasi filariasis secara bertaha p
dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. Perluasan wilayah akan
dilaksanakan setiap tahunnya.
Upaya pemberantasan filariasis tidak bisa dilakukan olleh pemerintah
semata, masyrakat juga harus ikut memberantas penyakit ini sebagai secara

1
aktif. Dengan mengetahui mekanisme penyebarab filariasis dan upaya
pencegahan, pengobatan serta rehabilitasinya duharapkan program Indonesia
Sehat Tahun2010 dapat terwujud salah satunya adalah terbebas dari endemi
filariasis.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana cara penularan filariasis hingga
dapat menyebakan penyakit.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengartian penyakit filariasis
b. Untuk mengetahui transmisi penularan penyakit filariasis
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit filarisis
d. Untuk mengetahui cara pengendalian penyakit filariasis sebagai tenaga
kesehatan lingkungan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian penyakit filariasis
Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis
adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup
dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk.
Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki – laki.
Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Tiga
spesies filaria yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah Wuchereria
Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori ( Elmer R. Noble, 1989 ). Parasit
filaria ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk, memiliki stadium
larva, dan siklus hidup yang kompleks. Anak dari cacing dewasa disebut
mikrofilaria.
Pada Wuchereria Bancrofti, mikrofilarianya berukuran ± 250µ, cacing
betina dewasa berukuran panjang 65 – 100 mm dan cacing jantan dewasa
berukuran panjang ± 40 mm ( Juni Prianto L. A . dkk., 1999 ). Diujung daerah
kepala membesar, mulutnya berupa lubang sederhana tanpa bibir ( Oral stylet
), sedangkan pada Brugia Malayi dan Brugia Timori, mikrofilnya berukuran ±
280µ. Cacing dewasa jantan panjangnya 23 mm dan cacing betina dewasa
panjangnya 39 mm ( Juni Prianto L. A . dkk., 1999 ). Mikrofilnya dilindungi
oleh suatu selubung transparan yang mengelilingi tubuhnya. Aktifitas
mikrofilaria sering terjadi pada malam hari dibandingkan pada siang hari.
Pada malam hari mikrofilaria dapat ditemukan beredar di dalam sistem
pembuluh darah tepi. Hal ini terjadi karena mikrofilaria memiliki granula –
granula flouresen yang peka terhadap sinar matahari. Bila terdapat sinar
matahari maka mikrofilaria akan bermigrasi ke dalam kapiler – kapiler paru –
paru. Ketika tidak ada sinar matahari, mikrofilaria akan bermigrasi ke dalam
sistem pembuluh darah tepi. Mikrofilaria ini akan muncul di peredaran darah

3
pada waktu 6 bulan sampai 1 tahun setelah terjadinya infeksi dan dapat
bertahan hidup hingga 5 – 10 tahun.
Hospes cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia yang
mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada
umumnya laki – laki lebih mudah terinfeksi, karena memiliki lebih banyak
kesempatan mendapat infeksi ( eksposure ). Hospes reservoar adalah hewan
yang dapat menjadi hospes bagi cacing filaria, misalnya Brugia Malayi yang
dapat hidup pada kucing, kera, kuda dan sapi.
Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis,
tergantung pada jenis cacing filarianya dan habitat nyamuk itu sendiri.
Wuchereria Bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan ditularkan oleh Culex
Quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat
perindukannya. Wuchereria Bancrofti yang ada di daerah pedesaan dapat
ditularkan oleh berbagai macam spesies nyamuk. Di Irian
Jaya, Wuchereria bancroftiterutama ditularkan oleh Anopheles farauti yang
menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat perindukannya. Di
daerah pantai di NTT, Wuchereria bancrofti ditularkan oleh Anopheles
subpictus. Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh
berbagai spesies Mansonia seperti Mansonia uniformis, Mansonia
bonneae, dan Mansonia dives yang berkembang biak di daerah rawa di
Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. Di daerah Sulawesi, Brugia
malayi ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang menggunakan sawah
sebagai tempat perindukannya. Brugia timori ditularkan oleh Anopheles
barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai
maupun di daerah pedalaman. Brugia timori hanya ditemukan di daerah NTT
dan Timor Timur.
B. Gejala klinis penyakit filariasis
1. Demam berulang-ulang selama 3 – 5 hari, demam dapat hilang bila
beristirahat dan muncul kembali setelah bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha,
ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan. Diikuti dengan radang

4
saluran kelenjar limfe yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (Retrograde lymphangitis)
yang dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
3. Pembesaran tungkai, buah dada, dan buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (Early lymphodema). Gejala klinis yang
kronis berupa pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada,
dan buah zakar tersebut.
C. Mekanisme penularan filariasis
Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai
vector yang
masa pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes)
kurang lebih 7 bulan.\
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila
nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terserang
filariasis, sehingga mikrofilaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap
kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan
pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan
bersarang diantara otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria menyerupai
sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu
larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang
disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti
kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh menjadi lebih panjang dan kurus,
ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga
larva mulai bermigrasi mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian
pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini menggigit
manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva
stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam tubuh manusia (hospes).
Bersama-sama dengan aliran darah dalam tubuh manusia, larva keluar dari

5
pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe
larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa
yang sering disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang
sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat
pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan.
Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut
menggigit dan menghisap darah orang yang terkena filariasais, sehingga
mikrofilaria yang terdapat di tubuh penderita ikut terhisap ke dalam tubuh
nyamuk. Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja dipindahkan, tetapi
sebelumnya tumbuh di dalam tubuh nyamuk. Makhluk mini itu berkembang
dalam otot nyamuk. Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva mulai bergerak
aktif dan berpindah ke alat tusuk nyamuk.Nyamuk pembawa mikrofilaria itu
lalu gentayangan menggigit manusia dan ”memindahkan” larva infektif
tersebut. Bersama aliran darah, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk
ke pembuluh limfe.
Uniknya, cacing terdeteksi dalam darah tepi pada malam hari,
sedangkan pada siang hari dia berada didalam kapiler alat-alat dalam seperti
pada paru-paru, jantung dan hati, selebihnya bersembunyi di organ dalam
tubuh.Pemeriksaan darah ada-tidaknya cacing biasa dilakukan malam hari.
Setelah dewasa (Makrofilaria) cacing menyumbat pembuluh limfe dan
menghalangi cairan limfe sehingga terjadi pembengkakan. Selain di kaki,
pembengkakan bisa terjadi di tangan, payudara, atau buah zakar. Ketika
menyumbat pembuluh limfe di selangkangan, misalnya, cairan limfe dari
bawah tubuh tidak bisa mengalir sehingga kaki membesar. Dapat terjadi
penyumbatan di ketiak, mengakibatkan pembesaran tangan.
Pada saat dewasa (Makrofilaria) inilah, cacing ini menghasilkan telur
kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut
mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat
berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada
nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus
nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami

6
pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu
menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini.
D. Penyebab terjadinya penyakit filariasis
Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui cacing filaria dewasa
(makrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran limfe
aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada
tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan
plasma yang terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan
pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma,
esosinofil, serta makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang
terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi proliferasi jaringan
ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya menjadi berkelok-
kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh limfe
tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema
pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing
dewasa (Makrofilaria) yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme
inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di
sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab
granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total.
Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika
cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan
fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena
karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti
pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah
tersebut.

7
E. Usaha usaha penanganan penyakit filariasis sebagai tenaga kesehatan
lingkungan
1. Melakukan penyuluhan tentang pengenalan penyakit filariasis kepada
masyarakat endemis penyakit ini.
2. Yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan
vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup
ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk,
mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian
panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap
karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis
(DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi
terutama di daerah endemis.
3. Memberantas nyamuk yang dapat menularkan penyakit filariasis dengan
cara 3M.
4. Apabila telah tertularkan penyakit filariasis dapat dilakukan pengobatan
secara rutin serta rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat
dilakukan dengan jalan operasi.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis
adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang
hidup dalam saluran limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh
nyamuk.
2. Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar
limfe, pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum.
3. Mekanisme penularan penyakit filariasis yaitu ketika nyamuk yang
mengandung larva infektif menggigit manusia, maka terjadi infeksi
mikrofilaria. Tahap selanjutnya di dalam tubuh manusia, larva memasuki
sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing filaria
dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya
terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat kelamin.
4. Penyebab terjadinya penyakit filarisis adalah penyakit menular ( Penyakit
Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk
5. Usaha-usaha penanganan penyakit filariasis sebagai tenaga kesehatan
lingkungan Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari
gigitan nyamuk dan melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC
dikombinasikan dengan Albendazol dan Ivermektin selain dilakukan
pemijatan dan pembedahan. Upaya rehabilitasi dapat dilakukan dengan
operasi.
B. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus
filariasis karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat
fisik sehingga akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara.

9
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI,Ditjen PPM & PL- Direktorat P2B2 Subdit Filariasis &
Schistosomiasis, 2002, Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah
(Filariasis), Jakarta.
http://www.infopenyakit.com/2009/01/penyakit-kaki-gajah-filariasis-
atau.html (diakses pada kamis,11 Desember 2014)
http://www.resep.web.id/kesehatan/filariasis-penyakit-kaki-gajah.html
(diakses pada kamis,11 Desember 2014)
www.google.com/filariasis-pdf.com (diakses pada kamis,11 Desember
2014)

10

Anda mungkin juga menyukai