Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

1. KECAKAPAN GURU ABAD 21

Guru merupakan profesi tertua di dunia seumur dengan keberadaan manusia. Apabila
melihat kehidupan masyarakat yang semakin terdiferensial dan ketika semua orang
mempunyai banyak pilihan sebagai ladang kehidupannya, maka citra profesi guru kian
merosot didalam kehidupan sosial. Apalagi masyarakat makin lama makin terarah kepada
kehidupan materialistis, sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh sebab itu
tidak heran bila profesi guru termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir.

Fenomena tersingkirnya profesi guru dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu


gejala global. Bukan saja di negara-negara maju citra profesi guru semakin menurun namun
juga terjadi di negara miskin dan berkembang. Namun demikian, tak ada golongan
masyarakat yang tidak membutuhkan profesi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat
tanpa profesi guru tidak mungkin tercipta suatu generasi unggul, kreatif dan cerdas. Ironi
yang terjadi, begitu besarnya jasa guru dalam membangun masyarakat bangsa namun
penghargaan yang diberikan rendah. Sehingga tidak mengherankan bila para pakar
berpendapat bahwa profesi guru merupakan “Most thankless profession in the world ”.

Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai


persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional,
sementara kondisi riil di lapangan masih sangat memprihatinkan, baik secara kuantitas,
kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai
tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini.

Secara umum, sebagaimana diungkapkan oleh Tilaar (1995), pada masa Pembangunan
Jangka Panjang (PJP) II, masyarakat tidak dapat lagi menerima guru yang tidak profesional.
Hal ini sesuai dengan rekomendasi UNESCO, yang ditekankan pada tiga tuntutan yaitu:

1. Guru harus dianggap sebagai pekerja profesional yang memberi layanan kepada
masyarakat.
2. Guru dipersyaratkan menguasai ilmu dan keterampilan spesialis

1
3. Ilmu dan keterampilan tersebut diperoleh dari pendidikan yang mendalam dan
berkelanjutan.

Bertitik tolak dari rekomendasi tersebut serta profil guru pada saat ini, seharusnya guru
pada abad 21 benar-benar merupakan guru yang profesional, agar mampu menghadapi
tantangan abad 21. Untuk itu, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial, serta kompetensi pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga
mampu mendidik siswa yang mempunyai kemampuan memprediksi dan menanggulangi.
Di sisi lain, tugas-tugas guru yang bersifat profesional harus ditunjang oleh sistem
penghargaan yang sesuai, sehingga guru mampu memfokuskan diri pada peningkatan kualitas
layanan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan kriteria pekerjaan profesional yang
menyebutkan bahwa guru berhak mendapat imbalan yang layak, bukan hanya dalam bentuk
materi, tetapi juga dalam bentuk penghargaan, hormat, dan rasa segan masyarakat terhadap
guru.

A. TANTANGAN GURU ABAD 21


Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap
perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada
abad ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :

1. Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam


budaya dengan kompetensi multi bahasa.
2. Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna
(konsep).
3. Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
4. Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
5. Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai
kemampuan.
6. Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
7. Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Lebih lanjut, Yahya (2010) menambahkan tantangan guru di Abad 21 yaitu:

2
1. Pendidikan yang berfokus pada character building
2. Pendidikan yang peduli perubahan iklim
3. Enterprenual mindset
4. Membangun learning community
5. Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak
(hard skills- soft skills).

Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional yang
memiliki kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi
profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang
kualifaid.

a. Kompetensi profesional

Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :

1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya


2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

b. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:

1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual
2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar
dalam konteks kebhinekaan budaya
3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik
6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran

3
7. Merancang pembelajaran yang mendidik
8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
9. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
c. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:

1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta
didik dan masyarakat
3. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa yang baik
4. Mengevaluasi kinerja sendiri
5. Mengembangkan diri secara berkelanjutan
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:

1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat
3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan
global
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri
5. Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa yang baik
Guru yang profesional selain memiliki empat kompetensi tersebut di atas, menurut
Prof.Dr.Haris Supratno memiliki ciri-ciri profesional sebagai berikut.

1. Memiliki wawasan global holistik


2. Memiliki daya ramal ke depan
3. Memiliki kecerdasan, kreatifitas dan Inovasi
4. Memiliki kemampuan bermasyarakat
5. Menguasai IPTEK
6. Memiliki jiwa dan wawasan kewirausahaan
7. Memiliki akhlakul karimah
8. Memiliki keteladanan

4
9. Bekerja secara efisien dan efektif
10. Menguasai bahasa asing

B. KARAKTERISTIK GURU ABAD 21


Perubahan paradigma pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru karena
berbagai informasi terkini senantiasa mengalir kepada siswa atas kerja keras yang
dilakukannya. Bahwa di luar itu ada media lain yang membantu siswa bukan berarti peran
guru harus ditiadakan.

Harus diakui dalam maraknya arus informasi pada masa kini, guru bukan lagi satu-
satunya sumber informasi tetapi merupakan salah satu sumber informasi. Meskipun
demikian, perannya di dalam proses pendidikan masih tetap diperlukan, khususnya yang
berkenaan dengan sentuhan-sentuhan psikologis dan edukatif terhadap anak didik. Oleh
karena itu, pada hakekatnya guru itu dibutuhkan oleh setiap orang dan semua orang sangat
mengharapkan kehadiran citra guru yang ideal di dalam dirinya. Untuk itu, guru akan lebih
tetap berperan sebagai pendidik sekaligus berperan sebagai manager atau fasilitator
pendidikan, sehingga guru harus sanggup merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
sumber daya pendidikan agar supaya peserta didik dapat belajar secara produktif.

Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai
konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan alam dan zaman akan
semakin tertinggal sehingga tidak bisa lagi memainkan perannya secara optimal dalam
mengemban tugas dan menjalankan profesinya.

Guru di abad 21 memiliki karakteristik yang spesifik dibanding dengan guru pada abad-
abad sebelumnya. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang berbagai
permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.

5
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Masih terkait dengan harapan-harapan yang digayutkan di pundak setiap guru, H.
Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, mengemukakan ada sembilan
karakteristik citra guru yang diidealkan. Masing- masing adalah guru yang :

 Memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang
mantap.
 Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan
dan perkembangan iptek.
 Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain
 Memiliki etos kerja yang kuat
 Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir
 Berjiwa profesionalitas tinggi
 Memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan nonmaterial
 Memiliki wawasan masa depan
 Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu

Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan menjalankan profesi maka
terdapat lima faktor yang harus senantiasa diperhatikan, yaitu :

1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal


2. Sikap memelihara citra profesi
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi
Kelima faktor sikap mental ini memungkinkan profesionalisme guru menjadi
berkembang.Karakter ideal serta perilaku profesional tersebut tidak mungkin dapat dicapai
apabila di dalam menjalankan profesinya sang guru tidak didasarkan pada panggilan jiwa.

C. CIRI-CIRI GURU ABAD 21

6
Menghadapi tantangan abad 21, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Tilaar
(1998) memberikan ciri-ciri agar seorang guru terkelompok ke dalam guru yang profesional.
Masing-masing adalah :

 Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang


 Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
 Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
 Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan
 Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
 Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran & pembelajaran)
 Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
 Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
 Memiliki kemahiran konseling

D. KECAKAPAN UTAMA GURU ABAD 21


Sesuai dengan Undang-udang, guru dan dosen harus mempunyai berbagai
kompetensi, diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi
sosial, dan kompetensi kepribadian. Disamping empat kompetensi tersebut, dalam membantu
para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad ke 21 ini guru juga
harus mempunyai kecakapan utama yang yang meliputi:

a. Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi

Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus
dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi mempunyai
fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan
masyarakat sekitarnya. Disamping itu guru harus mampu menetapkan dalam mencapai
standar dan tujuan yang tinggi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, dan
yang tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu memaklumi kerancuan yang
dilakukan oleh anak didiknya.

b. Kecakapan Berkomunikasi

7
Kecakapan yang kedua ini sangat penting bagi guru. Betapapun pintarnya seorang
guru jika tidak mempunyai kecakapan ini maka tidak akan mampu mentransfer ilmu
kepada anak didiknya. Kecakapan ini meliputi : memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi baik secara lisan, tulisan, maupun
menggunakan multimedia.

c. Kreatifitas dan Keingintahuan Intelektual

Selama ini pembelajaran yang dilakukan guru berlangsung monoton. Salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya kreatifitas dan keingintahuan intelektual guru. Dia
mengajar hanya bermodalkan teori keguruan yang ia peroleh sekian puluh tahun yang
lalu. Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut mencakup :
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang
lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

d. Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem

Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak berdasarkan fakta
yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai dari identifikasi terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha
untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan
yang rumit serta selalu memahami dan menjalin interkoneksi antara sistem.

e. Kecakapan Melek Informasi dan Media

Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan menantang,
maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang ini guru harus mampu
menganalisa, mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi dalam berbagai bentuk dan media.

f. Kecakapan Hubungan AntarPribadi dan Kerjasama

Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga dituntut
harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, mampu
beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif

8
dengan yang lain, mampu menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu
menghormati perspektif yang berbeda dengan pendiriannya.

g. Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi

Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh dalam
menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam
menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah dengan baik.

h. Pengarahan Pribadi

Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi siswa yang perilakunya bermacam-
macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam memonitor
pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran,
menemukan sumber-sumber belajar yang tepat, serta mentransfer pembelajaran dari satu
bidang ke bidang lainnya.

i. Tanggung Jawab Sosial

Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah mempunyai harapan


agar anaknya berubah, baik dari segi prilaku maupun kecakapan kompetensinya. Oleh
sebab itu sebagai seorang yang dituntut mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung
jawab dalam bertindak guru harus mengutamakan kepentingan masyarakat yang lebih
besar, menunjukkan perilaku etis secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan
antarmasyarakat.

E. KETRAMPILAN GURU ABAD 21


Menurut International Society for Technology in Education karakteristik keterampilan
guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi keterampilan guru abad
21 kedalam lima kategori, yaitu :

1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa, dengan indikator
diantaranya adalah sebagai berikut :

9
 Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran kreatif dan
inovatif.
 Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan memecahkan
permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-sumber digital.
 Mendorong refleksi siswa menggunakan tool kolaboratif untuk menunjukan dan
mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan konseptual dan proses kreatif
siswa.
 Memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara melibatkan diri belajar
dengan siswa, kolega, dan orang-orang lain baik melalui aktifitas tatap muka maupun
melalui lingkungan virtual.
2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessmen era digital, dengan
indikator sebagai berikut :
 Merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang mengintegrasikan
tools dan sumebr digital untuk mendorong belajar dan kreatifitas siswa.
 Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi yang memungkinkan
semua siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan aktif dalam menyusun tujuan
belajarnya, mengelola belajarnya sendiri dan mengukur perkembangan belajarnya
sendiri.
 Melakukan kostumisasi dan personalisasi aktifitas belajar yang dapat memenuhi
strategi kerja gaya belajar dan kemampuan menggunakan tools dan sumber-sumber
digital yang beragam.
 Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai dengan
standar teknologi dan konten yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi
proses belajar siswa maupun pembelajaran secara umum.
3. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator sebagai berikut :

 Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke


teknologi dan situasi yang baru.
 Berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan tool-tool dan
sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi siswa.
 Mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada siswa, orang tua, dan sejawat
menggunakan aneka ragam format media digital.

10
 Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif daripada tool-tool digital
terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan memanfaatkan sumber informasi
tersebut untuk mendukung penelitian dan belajar.
4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital, dengan indikator
diantaranya sebagai berikut :
 Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam
menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghagrai hak cipta, hak
kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar.
 Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan akses yang memadai
terhadap tool-tool digital dan sumber belajar digital lainnya.
 Mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interkasi sosial terkait
dengan penggunaan teknologi informasi.
 Mengembangkan dan mencontohkan pemahaman budaya dan kesadaran global
melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan siswa dari budaya lain
menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi digital.
5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional, dengan indikator
sebagai berikut :

 Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan teknologi
kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.

 Menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infusi teknologi,


berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan penggabungan komunitas,
dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.

 Mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek profesional terkini


terkait dengan penggunaan efektif daripada tool-tool dan sumber digital untuk
mendorong keberhasilan pembelajaran.

 Berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri terkait dengan


profesi guru baik di sekolah maupun dalam komunitas.

F. PERANAN GURU ABAD 21


Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan.
Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu

11
dan melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO
untuk Pendidikan, yaitu :

Pembelajaran abad 21 memperhatikan empat pilar pendidikan abad 21. Empat pilar dalam
pembelajaran abad 21 yaitu sebagai berikut.

1. belajar untuk mengetahui (learning to know)


Aktifitas belajar merupakan kegiatan untuk mencari dan mengetahui sesuatu
bermanfaat bagi individu. Berarti belajar itu mencakup seluruh aktivitas dalam
rangka mencari dan menggali ilmu pengetahuan guna memperluas wawasan pemikiran.
Pilar ini bertolak pada pemberdayaan aspek intelektual (kognitif).
2. belajar melakukan (learning to do)
Untuk dapat mengerjakan sesuatu dengan baik, orang harus memiliki keterampilan dan
kecakapan dalam hidup. Ilmu pengetahuan tidak selalu bersifat teoritis namun ada pula
yang memerlukan keterampilan untuk menerapkannya. Kuncinya adalah orang selalu
berusaha untuk berlatih melakukan sesuatu agar mahir dan terampil. Zubaidah (2016)
menjelaskan bahwa agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat
yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang
dewasa sama-sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan,
dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif,
serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang
berharga.
3. belajar menjadi diri sendiri (learning to be)
Pilar ini mendorong manusia untuk belajar mengembangkan diri. Pendidikan yang
dijalani harus mampu memperkukuh jati diri individu sebagai umat beragama, berbangsa
dan bernegara. Dapat menumbuhkan karakter yang baik pada individu. Secara khusus,
generasi muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok
dalam berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman.
4. belajar untuk hidup bermasyarakat( learning to live together)
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Prinsip
kerja sama dan gotong royong menjadi satu aset berharga untuk mengembangkan diri
menjadi pribadi yang mempunyai rasa sosial yang tingi. Disinilah pentingnya pendidikan
berwawasan sosial dan lingkungan.

12
Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk kreatif, bekerja secara
tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan tuntutan
tersebut seorang guru akhirnya dituntut untuk berperan lebih aktif dan lebih kreatif.

1. Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk, tetapi terutama sebagai
proses. Dia harus memahami disiplin ilmu pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of
knowing. Karena itu lebih dari sarjana pemakai ilmu pengetahuan tetapi harus menguasai
epistimologi dari disiplin ilmu tersebut.
2. Guru harus mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang
dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan sosial dan
emosional, maupun perkembangan moralnya.
3. Guru harus memahami pendidikan sebagai proses pembudayaan sehingga mampu
memilih model belajar dan sistem evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses
sosialisasi berbagai kemampuan, nilai, sikap, dalam proses memperlajari berbagai disiplin
ilmu.

Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas
pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang
psikologis.
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru
berperan sebagai :
1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan
2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan
kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya.
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin.
5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat
berlangsung dengan baik.
6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan
perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa
depan.
7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

13
Di pandang dari segi diri pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus
untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di
sekolah.
4. Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara
peserta didik.
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa
aman berada dalam didikan gurunya.

Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :


1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi
pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik.
2. Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relations), artinya guru adalah
orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antarmanusia,
khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu membentuk atau menciptakan
kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan
suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik.
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi
terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

2. KECAKAPAN SISWA ABAD 21


Pembelajaran pada abad 21 hendaknya disesuaikan dengan kemajuan dan tuntutan
zaman. Begitu halnya dengan kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah dituntut untuk
merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru/pendidik (teacher centered
learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-
centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus
memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skills).

14
Kompetensi Siswa abad 21 Gambar siswa SD Percobaan 2 saat kegiatan pembelajaran

Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah


(problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan
berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik
mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang
menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang
mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap
rencana pembelajaran yang dibuatnya.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa karakter yang sering
di sebut sebagai 4C, yaitu:

1. Communication

Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-

15
idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan
masalah dari pendidiknya.

2. Collaboration

Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok
dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif
berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara
pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan
tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.

Kompetensi siswa abad 21

3. Critical Thinking and Problem Solving

Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal
dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem.
Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki
kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan
masalah.

4. Creativity and Innovation

16
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan,
dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif
terhadap perspektif baru dan berbeda.

Pendidikan pada abad ke 21 menjadi semakin penting untuk menjamin peserta didik memiliki
keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi,
serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan kecakapan hidup (life skills). Kecapakan
hidup (life skill) ini dikenal dengan kecakapan abad 21. Berbagai organisasi mencoba
merumuskan berbagai macam kompetensi dan kecakapan yang diperlukan dalam menghadapi
abad ke-21. Namun, satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa mendidik generasi
muda di abad ke-21 tidak bisa hanya dilakukan melalui satu pendekatan saja.

Beberapa organisasi tersebut dan hasil pengembangannya disampaikan sekilas sebagai berikut.
Wagner (2010) dan Change Leadership Group dari Universitas Harvard mengidentifikasi
kompetensi dan kecakapan bertahan hidup yang diperlukan oleh siswa dalam menghadapi
kehidupan, dunia kerja, dan kewarganegaraan di abad ke-21 ditekankan pada tujuh (7)
kecakapan berikut:

(1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah,

(2) kolaborasi dan kepemimpinan,

(3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi,

(4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur,

(5) mampu ber-komunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis,

(6) mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan

(7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.

US-based Apollo Education Group mengidentifikasi sepuluh (10) kecakapan yang


diperlukan oleh siswa untuk bekerja di abad ke-21, yaitu keterampilan berpikir kritis,
komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan
akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa entrepreneurship, serta
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan mensintesis informasi (Barry, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh OECD didapatkan deskripsi tiga (3)

17
dimensi belajar pada abad ke-21 yaitu informasi, komunikasi, dan etika dan pengaruh sosial
(Ananiadou & Claro, 2009). Kreativitas juga merupakan salah satu komponen penting agar
dapat sukses menghadapi dunia yang kompleks (IBM, 2010).

Ada beberapa perubahan paradikma belajar abad 21. Perubahan paradikma belajar abad 21 ini
adalah pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai
sumber bukan diberi tahu, pembelajaran diarahkan untuk meruimuskan masalah atau menanya
bukan hanya menyelesaikan masalah atau menjawab, pembelajaran diarahkan untuk melatih
berpikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin), dan pembelajaran
menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Oeh karena
itu guru harus pintar-pintar memilih model pembelajaran yang sesuai dengan paradikma
belajar abad 21.

Adapun konsekuensi pembelajaran abad 21 yang sesuai dengan paradikma belajar abad 21
yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik (instructions sould be student centered),
education sould be colaborative, pembelajaran kontekstual dan bermakna (learning sould have
context), sekolah diintegrasikan dengan masyarakat (school sould be integrated with society).
Zubaidah (2016) mengatakan bahwa peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-
21 sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik.

Setiap orang memiliki berbagai cara untuk memperoleh keahlian, oleh karena itu
sebaiknya pembelajaran diarahkan untuk mengakomodasi beragam gaya dan cara belajar
siswa. Pembelajaran abad ke-21 memerlukan pembelajaran yang lebih personal untuk
mendukung kreativitas. Menurut Redecker et al. (2011), personalisasi memiliki implikasi
tentang apa, bagaimana dan di mana guru mengajar. Personalisasi dapat terjadi melalui
kolaborasi. Kolaborasi memungkinkan proses berbagi inovasi terjadi lebih cepat dan informasi
tentang bakat serta kemajuan siswa lebih segera diketahui. Guru untuk abad ke-21 diharapkan
dapat menumbuhkan rasa ingn tahu dan menginspirasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai
aplikasi untuk pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari.

Desain pembelajaran akan memainkan peran sentral dalam keberhasilan pembelajaran


abad ke-21. Kreativitas dan kemampuan guru untuk merancang kegiatan belajar yang menarik
sangat penting dalam hal ini. McLoughlin dan Lee (2008) menyatakan bahwa praktek
pembelajaran yang efektif dan inovatif akan berbeda sesuai dengan mata pelajaran, namun
tekanannya pada hal-hal yang tidak jauh berbeda yaitu: kompetensi digital yang berfokus pada

18
kreativitas dan kinerja individu; strategi untuk meta-learning, termasuk pembelajaran yang
dirancang; model penalaran induktif dan kreatif, dan pemecahan masalah; penyusunan konten
pembelajaran dan pembentukan pengetahuan secara kolaboratif; pembelajaran horizontal
(peer-to-peer), dan hal lainnya.

Pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran


yang ideal untuk memenuhi tujuan pendidikan abad ke-21, karena melibatkan prinsip 4C
yaitu critical thinking, communication, collaboration dan creativity (berpikir kritis,
komunikasi, kolaborasi dan kreativitas). Hasil penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek
dan pembelajaran berbasis masalah menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut memberikan
keuntungan bagi siswa untuk belajar secara faktual dibandingkan pembelajaran di kelas yang
lebih tradisional. Trilling dan Fadel (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model
tersebut dalam waktu yang cukup lama, menunjukkan hasil belajar dan berbagai keterampilan
abad ke-21 dari siswa secara signifikan berbeda dengan kelas yang menggunakan metode
tradisional.

Namun demikian, agar pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis


masalah dapat berjalan dengan baik, guru harus merancang rencana kegiatan yang sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa, dan tentu saja disesuaikan dengan kurikulum. Mungkin
tidak mudah menerapkan kedua model pembelajaran tersebut dengan standar alokasi waktu
perjam 45 – 50 menit seperti lazimnya, namun hal itu dapat diupayakan dengan alternatif
penjadwalan kegiatan belajar yang direncanakan dengan sebaik-baiknya.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kecakapan abad 21 dalam Kurikulum 2013 diintegrasikan dengan penguatan pendidikan


karakter dan literasi asar. Penguatan pendidikan karakter diantaranya iman dan takwa, cinta
tanah air, rasa ingin tahu, inisiatif, gigih, kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, kesadaran
sosial, dan budaya. Melalui penguatan pendidikan karakter ini diharapkan mampu membekali
peserta didik bagaimana menghadapi lingkungan yang terus berubah.

Literasi dasar juga membekali siswa bagaimana menerapkan keterampilan abad 21 dalam
kehidupan sehari-hari. Literasi dasar ini meliputi literasi bahasa dan sastra, literasi sains,
literasi numerasi, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan
kewarganegaraan.Melalui literasi dasar inilah kecakapan abad 21 dikembangkan oleh peserta
didik dalam pembelajaran.

Kecapakan abad 21 dalam Kurikulum 2013 juga dapat dikembangkan melalui berbagai model
kegiatan pembelajaran berbasis pada aktivitas yang sesuai dengan karakteristik kompetensi
dan materi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut
melalui penerapan pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian
masalah, dan pembelajaran berbasis projek. Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara
kontekstual dengan menggunakan model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengan
karakteristik Kompetensi Dasar (KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.

B. SARAN

Peran guru dari menjadi 'sumber pengetahuan' menjadi pelatih dan fasilitator untuk
memperoleh pengetahuan. Bagi sebagian guru, mungkin menimbulkan ketidaknyamanan
dengan adanya pergeseran dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Alangkah baiknya jika guru juga dapat menyesuaikan diri dalam
menyikapi proses perubahan kurikulum dan pembelajaran yang ada.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ananiadou, K. and Claro, M. 2009. 21st Century Skills and Competences for New
Millennium Learners in OECD Countries. OECD Education Working Papers, No. 41. Paris,
OECD Publishing.

Barry, M. 2012. What skills will you need to succeed in the future? Phoenix
Forward (online). Tempe, AZ, University of Phoenix.

Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San
Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc.

Widayat, Wahyu. 2018. Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Fitur


Kelas Maya Portal Rumah Belajar. http://pena. belajar. kemdikbud. go. id/2018/09/
implementasi-pengembangan-kecakapan-abad-21-melalui-fitur-kelas-maya-portal-rumah-
belajar.

Wagner, T. 2010. Overcoming The Global Achievement Gap (online). Cambridge, Mass.,
Harvard University.

Zubaidah, Siti. 2016. Keterampilan Abad 21: Keterampilan yang Diajarkan dalam
Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan dengan tema “Isu-isu
Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21, tanggal 10 Desember 2016 di Program Studi
Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang – Kalimantan Barat.Lahamuddin,
Basri. 2011. Guru Abad 21, (Online), (http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/04/guru-abad-
21/), diakses 15 Desember 2012.

Sarjanaku. 2010. Tantangan Guru Sebagai Tenaga Profesional, (Online),


(http://www.sarjanaku.com/2010/11/tantangan-guru-sebagai-tenaga.html), diakses 14
Desember 2012.
Sutamto. 2010. Tantangan Guru pada Abad Ke-21, (Online),
(http://sutamto.wordpress.com/2010/04/10/tantangan-guru-pada-abad-ke-21/), diakses 15
Desember 2012.

21
Febryani, Yoeyhan. 2012. Guru Abad 21, (Online),
(http://yoeyhanfebryani.blogspot.com/2012/11/guru-abad-21.html), diakses 15 Desember
2012

22

Anda mungkin juga menyukai