HOME
ABOUT
PEMBUKAAN
Kami, istri pegawai negeri sipil, menyadari sepenuhnya terhadap kewajiban kami
untuk menyukseskan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara
merata serta berkeseimbangan antara material dan spiritual
Kewajiban tersebut akan berhasil jika para istri pegawai negeri sipil mau dan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi tuntutan dan
tantangan kehidupan, baik padaera reformasi yang sedang terjadi di negara kita maupun dalam
menghadapi kehidupan eraglobalisasi pada Abad XXI.
Tuntutan reformasi dan kehidupan globalisasi Abad XXI mensyaratkan adanya tata kehidupan
yangmenghormati dan melindungi hak asasi manusia, demokratis, keterbukaan, serta tegaknya
supremasi hukum. Hal tersebut merupakan ciri kehidupan masyarakat madani yang akan
mendorong terwujudnya tujuan nasional.
Sejalan dengan tuntutan dan perubahan kehidupan tersebut, kami, istri pegawai negeri sipil,
yangterorganisasi dalam satu wadah bernama Dharma Wanita Persatuan, menyatakan
bahwa organisasinetral secara politis, demokratis, dan mandiri dalam menentukan visi, misi, dan
kebijaksanaan organisasi dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya dan kesejahteraan
anggota serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
BAB I
Pasal 1
Pasal 2
Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma Wanita tanggal 7
Desember 1999, di Jakarta, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 3
2. Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak terikat pada partai
politik mana pun.
Pasal 4
BAB II
Pasal 5
Pasal 6
Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah terwujudnya kesejahteraan anggota dan
keluarganya melalui peningkatan kualitas sumber daya anggota, untuk mendukung tercapainya
tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
BAB III
Pasal 7
REPORT THIS AD
Pasal 8
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
d. istri pegawai badan usaha milik Negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah(BUMD)
yang belum berstatus persero;
e. istri pensiunan dan janda pegawai BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero;
h. istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri PolisiRepublik
Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugasi dalam lingkungan instansi
pemerintah sipil;
a. anggota biasa;
REPORT THIS AD
c. anggota kehormatan.
BAB V
Organisasi
Pasal 10
Bagian Kedua
Unsur Pelaksana
Pasal 11
REPORT THIS AD
BAB VI
KEPENGURUSAN
Bagian Pertama
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat
Pasal 12
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus pada tingkat nasional.
Pasal 13
Pasal 14
Bagian Kedua
REPORT THIS AD
Pasal 16
Tugas Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Propinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota,
DWP Kecamatan, dan DWP Kelurahan/DWP Desa adalah
Bagian Ketiga
Masa Bakti
Pasal 17
1. Masa Bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima tahun munas ke
munas
2. Jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
pasal ini karena satu dan lain hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, dilakukan
penggantian pengurus antarwaktu
Bagian Keempat
Wilayah Kerja
Pasal 18
1. Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia
2. Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi instansi masing-masing
yang berada di pusat
3. Wilayah kerja pengurus DWP Departemen Luar Negeri meliputi instansi Departemen
Luar Negeri yang berada di pusat dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
4. Wilayah kerja pengurus DWP Propinsi meliputi wilayah propinsi
5. Wilayah kerja pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota melaiputi wilayah kabupaten/kota
6. Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan meliputi wilayah kecamatan
7. Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan/DWP Desa meliputi wilayah kelurahan/desa.
BAB VII
Bagian Pertama
Pasal 19
Bagian Kedua
Pasal 20
2. Dewan Penasehat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini mempunyai tugas
memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika diminta maupun tidak diminta, kepada
pengurus DWP Pusat.
Bagian Ketiga
REPORT THIS AD
Penasehat
Pasal 21
1. Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, MA, Menteri, Ketua/kepala lembaga pemerintah
nondepartemen, kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Sekretaris
Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris Jenderal
MA, gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/wakil walikota, camat, lurah,
kepala desa, pemimpin BUMN, dan pemimpin BUMD yang belum berstatus persero
adalah penasehat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Sekretaris Daerah Propinsi, dan Sekretaris Daerah Kabupaten/kota masing-masing
adalah penasehat DWP Propinsi dan DWP Kabupaten/Kota yang merupakan penasehat
DWP Sekretariat Daerah yang bersangkutan
3. Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua BPK, istri Ketua MA, istri menteri, istri
ketua/kepala lembaga pemerintah nondepartemen, istri gubernur,istri wakil gubernur, istri
bupati/istri walikota, istri wakil bupati/istri walikota adalah penasehat DWP instansi
pemerintah yang bersangkutan
4. Istri ketua/kepala lembaga pemerintahan nondeparternen, istri kepala perwakilan Rl
di luar negeri, istri Sekretaris Jenderal MPR, istri Sekretaris Jenderal DPR, istri
Sekretaris JenderalBPK, istri Sekretaris Jenderal MA yang tidak menjadi ketua
merupakan Penasihat DWPinstansi pemerintah yang bersangkutan.4.Istri pemimpin unit
kerja instansi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, istri camat,istri lurah/istri
kepala desa, serta istri pemimpin BUMN dan istri pemimpin BUMD yang belum berstatus
persero, yang tidak menjadi ketua merupakan Penasihat DWP instansi pemerintah yang
bersangkutan.
5. Istri pemimpin unit kerja instansi pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, istri camat,
istri lurah/istri kepala desa, serta istri pemimpin BUMN dan istri pemimpin BUMD yang
belum berstatus persero, yang tidak menjadi ketua, merupakan penasehat DWP instansi
pemerintah yang bersangkutan
Pasal 22
Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 mempunyai tugas dan tanggung jawab:
BAB VIII
Pasal 23
1. Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada tingkat nasional dan
daerah.
3. Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini dilaksanakan
dalam lima tahun sekali.
b. musyawarah kabupaten/kota.
1. Musyawarah daerah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) pasal ini dilaksanakan
dalamlima tahun sekali.
2. Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar
terhadap kelangsungan hiduporganisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah Nasional
Luar Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur pelaksana DWP
Pusat, yaitu DWP Instansi PemerintahPusat dan DWP Provinsi.
REPORT THIS AD
Pasal 24
2. Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota yang
berkewajiban menyampaikan hasil Munas/Musda dan berwenang untuk:
4. Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua dan anggota pengurus
untuk membahas dan mengambil keputusan tentang masalah organisasi dan kegiatan
dalamlingkungannya.
BAB IX
ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 25
1. Atribut Dharma Wanita Persatuan terdiri dari lambang, panji, vandel, bendera
olah raga, papan nama, lencana, himne, mars, dan pakaian seragam.
2. Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur lebih
lanjut dalamAnggaran Rumah Tangga.
BAB X
REPORT THIS AD
KEUANGAN
Pasal 26
1. Iuran anggota
2. Sumbangan lain yang tidak mengikat
3. Usaha lain yang sah.
BAB X
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 27
1. Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah Nasional
yangsecara khusus diselenggarakan untuk itu setelah Pemimpin DWP Pusat
melakukankonsultasi dengan Pelindung, Penasihat Utama, dan Dewan Penasihat serta
memperhatikanusul dari Pemimpin DWP Instansi Pemerintah Pusat dan Pemimpin DWP
Provinsi.
BAB XII
REPORT THIS AD
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 28
2. Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan telah disahkan selambat-
lambatnya tiga bulan sejak Keputusan Musyawarah Nasional ditetapkan.
BAB XIII
LAIN-LAIN
Pasal 29
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut
dalamAnggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan
2. Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini ditetapkan
oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 30
REPORT THIS AD
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(1) Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar sebagaimana ditetapkan dalam Musyawarah
Nasional I Dharma Wanita Persatuan Nomor:
KEP 04/MN I DWP/XII /2004; tanggal 9 Desember 2004.
(b) departemen;
(4) Instansi vertikal adalah satuan organisasi pemerintah pusat yang berada di wilayah/ daerah,
seperti kantor wilayah (Kanwil) departemen dan kantor lembaga pemerintah nondepartemen.
REPORT THIS AD
(5) Unsur pelaksana adalah satuan organisasi DWP yang menyelenggarakan fungsi sebagai
pelaksana kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin organisasi satu
tingkat di atasnya.
(6) DWP Unit Kerja Instansi Pemerintah adalah DWP pada satuan organisasi pemerintah yang
mempunyai kedudukan, nama, dan tingkatan sesuai dengan struktur organisasi instansi
pemerintah yang bersangkutan.
BAB II
KEANGGOTAAN
Bagian Pertama
Anggota, Hak, Kewajiban, dan Larangan
Pasal 2
b) istri pensiunan dan janda pegawai negerisipil (PNS) yang tidak menyatakan
dirinya berkeberatan menjadi anggota;
c) istri pegawai badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD)
yang belum berstatus persero;
d) istri pensiunan dan janda pegawai BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero yang
tidak menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;
e) istri kepala perwakilan Republik Indonesia (Rl) di luar negeri yang tidak
menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;
f) istri walikota, istri wakil walikota, dan istri bupati, istri wakil bupati di Provinsi DKI Jakarta;
h) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri Polisi Republik
Indonesia (Polri), istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugasi pada instansi pemerintah sipil
yang menyatakan dirinya tidak berkeberatan menjadi anggota;
i) pensiunan PNS wanita yang menyatakan dirinya tidak berkeberatan menjadi anggota.
REPORT THIS AD
c) istri bupati dan istri walikota; istri wakil bupati dan istri wakil walikota;
d) istri pemimpin BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero, dan berasal dari partai
politik.
(4) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) Huruf (a) s.d. (g) adalah pasif
(otomatis).
(5) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal (2) Ayat (1) Huruf (h) dan (i) adalah aktif
(menyatakan diri secara tertulis).
(6) Keanggotaan istri PNS yang berstatus warga negara asing (WNA) ditetapkan
oleh ketua DWP yang bersangkutan atau ketua DWP satu tingkat di atasnya.
Pasal 3
f) membayar iuran.
Pasal 5
Pasal 6
a) meninggal dunia;
BAB III
KEPENGURUSAN
Bagian Pertama
Susunan, Tugas, dan Wewenang Pengurus DWP Pusat
Pasal 7
a) ketua umum;
c) sekretaris jenderal;
.(3) Pengurus DWP Pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1) Huruf (b), (c), (d), dan
anggota pengurus lainnya dipilih dari utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat dan
ditetapkan oleh ketua umum.
a) Bagian Organisasi,
d) Bagian Informasi.
(5) Susunan pengurus bagian sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Huruf (a), (b), (c),
dan (d) pasal ini terdiri dari :
(6) Susunan pengurus bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf (d) pasal ini terdiri
dari :
a) seorang ketua,
Pasal 8
a) membantu ketua umum dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2)
pasal ini;
REPORT THIS AD
(a) memimpin dan membagi tugas di ling-kungan Sekretariat Jenderal DWP Pusat
(b) menjabarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua umum dalam
bentuk pelaksanaan program kerja masing-masing;
(6) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Tata Keija DWP.
Bagian Kedua
REPORT THIS AD
Pasal 9
(1) Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/DWP
Kota, DWP Kecamatan, dan DWP Kelurahan/ DWP Desa terdiri dari :
(c) sekretaris;
(d) bendahara;
(f) pada Huruf (b), (c), (d), dan (e) dapat ditambah seorang atau lebih wakil dan anggota
pengurus sesuai dengan keperluan.
(3) Tugas dan wewenang pengurus DWP pada unsur pelaksana/unit kerja adalah :
(d) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh unsur
pelaksana di lingkungannya;
(e) melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi;
(8) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 Ayat (3), (4), (5), (6), dan (7)
dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Tata Kerja DWP.
Bagian Ketiga
Pasal 10
(1) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dalam Rapat Anggota;
(4) Ketua unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan, DWP Kelurahan/DWP Desa dipilih dalam Rapat
Anggota;
Bagian Keempat
Pasal 11
(1) Unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan dapat membentuk kepengurusan di lingkungan
masing-masing dengan mempertimbangkan keperluan serta efisiensi organisasi.
(2) Ketua dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.
(4) Susunan pengurus, tugas, dan wewenang pengurus berpedoman pada ketentuan ART
BAB IV
Pasal 12
(1) Penamaan atau sebutan organisasi pada unsur pelaksana dan/atau unit kerja instansi
pemerintah adalah dengan menyebut langsung nama organisasi atau satuan unit kerja instansi
pemerintah yang bersangkutan, seperti DWP Departemen Dalam Negeri; DWP Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup; DWP Lembaga Administrasi Negara; DWP Sekretariat Negara; DWP
Sekretariat Jenderal MPR; DWP Sekretariat Jenderal MA; DWP Kantor Wilayah Departemen
Agama Provinsi Bali; DWP Kantor Statistik Provinsi Sulawesi Selatan; DWP Kabupaten Cilacap;
DWP Kota Balikpapan; DWP Universitas Airlangga; DWP Universitas Sam Ratulangi; DWP
Kopertis Wilayah V.
(2) Pengesahan nama organisasi yang baru dibentuk atau penggabungan dua atau lebih
lembaga pemerintah ditetapkan oleh pengurus satu tingkat di atasnya.
Pasal 13
(1) Penggabungan organisasi DWP antar unit kerja di lingkungan instansi pemerintah dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari ketua satu tingkat di atasnya.
(2) Khusus untuk unit kerja yang jumlah anggotanya sedikit dan dari instansi yang berbeda,
tetapi berada dalam satu wilayah dan sepakat untuk bergabung, secara organisatoris menjadi
unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota yang bersangkutan.
BAB V
Bagian Pertama
Pasal 14
(1) Jika ketua umum karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, digantikan oleh
salah seorang ketua, sebagai pelaksana tugas,
berdasarkan keputusan Rapat Pengurus Paripurna DWP Pusat.
(2) Penggantian jabatan ketua umum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini
berlaku sampai diselenggarakannya musyawarah nasional yang berikut.
(3) Penggantian jabatan dalam lingkungan pengurus pusat, selain dimaksud dalam Ayat (1)
pasal ini, ditetapkan oleh ketua umum.
(4) Penggantian jabatan ketua antarwaktu pada unsur pelaksana DWP ditetapkan melalui
kesepakatan pengurus/anggota secara demokratis dan berpedoman pada AD/ART.
(5) Penggantian jabatan pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana DWP ditetapkan oleh
ketua.
Bagian Kedua
Pertanggungjawaban
Pasal 15
(b) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat bertanggung jawab kepada anggota dalam Rapat
Anggota;
(e) Ketua DWP unsur pelaksana/unit kerja bertanggung jawab kepada anggota dalam Rapat
Anggota.
(2) Ketua unsur pelaksana DWP melaporkan kegiatan organisasi kepada pengurus satu tingkat
di atasnya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.
Bagian Ketiga
Pasal 16
(1) Pengesahan Ketua Umum DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah Nasional.
(2) Penggantian ketua umum diikuti dengan serah terima jabatan yang dituangkan dalam berita
acara dan ditandatangani oleh ketua umum yang lama dan yang baru.
(3) Pengesahan pengurus pusat lainnya ditetap kan dengan keputusan ketua umum.
4) Pengesahan ketua unsur pelaksana/unit kerja DWP ditetapkan oleh ketua satu tingkat
diatasnya, termasuk penggantian ketua antarwaktu.
(5)Pengesahan pengurus unsur pelaksana/unit kerja DWP, ditetapkan oleh ketua satu tingkat di
atasnya hanya satu kali selama masa bakti.
(6) Jika terjadi penggantian pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana/unit kerja
pengesahannya dilakukan oleh ketua DWP yang bersangkutan.
Pasal 17
Serah terima jabatan ketua unsur pelaksana/unit kerja dituangkan dalam berita acara dan
ditandatangani oleh ketua yang lama dan baru, serta disaksikan oleh penasihat.
BAB VI
Bagian Pertama
Dewan Penasihat
Pasal 18
(1) Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua BPK,
istri Ketua MA, dan istri menteri.
(2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini mempunyai tugas
memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika diminta maupun tidak diminta, kepada
pengurus DWP Pusat.
Bagian Kedua
Penasihat
Pasal 19
(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, menteri, kepala/ketua lembaga peme-rintah
nondepartemen, kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, gubernur/ wakil gubernur,
bupati/wakil bupati, walikota/ wakil walikota, pemimpin BUMN dan pemimpin BUMD yang belum
berstatus persero, pemimpin unit kerja instansi vertikal di daerah, camat. dan lurah adalah
Penasihat DWP instansi yang bersangkutan.
(2) Sekretaris Daerah Provinsi, Sekretaris Daerah Kabupaten / Kota selain menjadi Penasihat
DWP Sekretariat Daerah masing-masing; juga adalah Penasihat DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
(4) Istri pemimpin lembaga pemerintah nonde partemen, istri Kepala Perwakilan Rl di luar
negeri, istri Sekretaris Jenderal MPR, istri Sekretaris Jenderal DPR, istri Sekretaris
Jenderal BPK, istri Sekretaris Jenderal MA, yang tidak menjadi ketua adalah Penasihat DWP
instansi yang bersangkutan.
(5) Istri pemimpin unit kerja instansi pemerintah di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, istri
camat, istri lurah, istri kepala desa, istri pemimpin BUMN, dan istri pemimpin BUMD
yang belum berstatus persero yang tidak menjadi ketua adalah sebagai Penasihat DWP
instansi yang bersangkutan.
(6) Istri walikota dan istri bupati di Provinsi DKI Jakarta yang tidak menjadi ketua adalah
sebagai Penasihat DWP yang bersangkutan.
BAB VII
Bagian Pertama
Musyawarah Nasional
Pasal 20
(2) Untuk menyelenggarakan munas, Ketua Umum DWP menetapkan panitia munas, yang
dibentuk selambat-lambatnya tiga bulan sebelum munas.
(4) Peninjau ditentukan dan diundang oleh Panitia Musyawarah Nasional DWP.
(5) Dalarn hal dilaksanakannya Munas Luar Biasa, penyelenggaraan dan pesertanya adalah
sama seperti pada munas sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), (2), (3), dan (4) pasal ini.
(6) Penanggung jawab munas adalah Ketua Umum yang sedang menjabat pada saat
munas diselenggarakan.
Bagian Kedua
Musyawarah Daerah
Pasal 21
(1) Musyawarah daerah (Musda) dipersiapkan dan diselenggarakan oleh panitia yang ditetapkan
oleh Ketua DWP Provinsi atau Ketua DWP Kabupaten/Kota.
(4) Penanggung jawab Musyawarah Provinsi adalah Ketua DWP Provinsi yang sedang
menjabat pada saat musyawarah diselenggarakan.
(5) Penanggung jawab Musyawarah Kabupaten/Kota adalah Ketua DWP Kabupaten/Kota yang
sedang menjabat pada saat musyawarah diselenggarakan.
Bagian Ketiga
Rapat
Pasal 22
Pasal 23
(1) Rapat Anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota untuk membahas
masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.
(3)Jika jumlah anggota terlalu banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk menghadirkan
seluruhnya, rapat anggota dapat dilakukan dengan cara perwakilan atau utusan.
(4) Tata cara penentuan perwakiian dan utusan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (3) pasal ini
ditentukan lebih lanjut oleh masing-masing pengurus DWP yang bersangkutan.
Pasal 24
(1) Rapat Kerja diselenggarakan oleh pengurus DWP Pusat, Pengurus DWP Instansi
Pemerintah Pusat, pengurus DWP Provinsi, dan pengurus DWP Kabupaten/Kota.
(2) Rapat Kerja Nas/onal adalah rapat pengurus DWP Pusat dengan DWP Instansi Pemerintah
Pusat dan Provinsi diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga tahun.
(3) Rapat Kerja DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah rapat pengurus DWP Instansi
Pemerintah Pusat dengan pengurus unit kerja dalam lingkungannya.
(5) Rapat Kerja DWP Kabupaten/Kota adalah rapat pengurus DWP Kabupaten/Kota
dengan pengurus unsur pelaksana DWP Kabupaten/Kota.
Pasal 25
(1) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara pemimpin dan anggota pengurus untuk
membahas dan mengambil keputusan tentang masalah organisasi dan kegiatan dalam
lingkungannya.
(4) Rapat pemimpin dihadiri oleh ketua umum/ketua/ wakil ketua, dan sekretaris
jenderal/sekretaris.
(5) Rapat pengurus inti dihadiri oleh ketua umum/ketua/wakil ketua, sekretaris
jenderal/sekretaris, bendahara, dan para ketua bidang.
Pasal 26
(1) Rapat Koordinasi adalah rapat antara pengu rus dan dewan penasihat/penasihat dan pihak
lain pada sernua tingkat kepengurusan.
(b) kegiatan yang memerlukan keputusansegera dan bersifat strategis untuk kepentingan
organisasi.
Bagian Keempat
Kuorum
Pasal 27
(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Nasional Luar Biasa. dan Musyawarah daerah adalah
sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah peserta yang
seharusnya hadir.
(2) Jika kuorum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini tidak terpenuhi, musyawarah
ditunda sesuai dengan kebijaksanaan pemimpin musyawarah.
(3) Ketentuan pada Ayat (1) dan (2) pasal ini berlaku juga untuk rapat yang tercantum pada
Bagian Kelima
Pengambilan Keputusan
Pasal 28
(2) Jika cara tersebut pada Ayat (1) pasal ini tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
(3) Keputusan melalui pemungutan suara adalah sah jika didukung oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu dari jumlah suara peserta yang hadir.
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 29
(2) Besarnya iuran, pembagian iuran anggota, dan pertanggungjawaban keuangan diatur
berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh pengurus DWP Pusat.
BAB IX
ATRIBUT
Pasal 30
(1) Atribut DWP meliputi lambang, panji, vandel, bendera olah raga, papan nama, lencana,
himne, dan mars, serta pakaian seraaam.
(2) Jenis, bentuk, ukuran, warna, dan cara penggunaan atribut sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) pasal ini diatur lebih lanjut oleh pengurus DWP Pusat.
BAB X
TATA KERJA
Pasal 31
(1) Tata kerja dan pelaksanaan program kerja DWP diatur dalam Pedoman Tata Kerja DWP
dan Pelaksanaan Program Kerja DWP yang dibuat oleh pengurus DWP Pusat.
(2) Pengurus DWP pada semua tingkatan dalam melaksanakan kegiatannya mengacu Pedoman
Tata Kerja DWP dan Pedoman Pelaksanaan Program Kerja DWP.
BAB XI
LAIN-LAIN
Pasal 32
(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga DWP ini dapat dilakukan oleh pengurus DWP Pusat
jika terdapat hal-hal yang dipandang perlu atau perkembangan keadaan yang mempengaruhi
organisasi DWP.
(2) Jika suatu ketentuan dalam AD dan ART tidak jelas atau menimbulkan perbedaan tafsiran,
penyelesaiannya diputuskan oleh pengurus DWP Pusat.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut oleh
pengurus DWP Pusat.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 33
REPORT THIS AD
REPORT THIS AD
Share this:
Twitter
Facebook
Related
PENGANTAR
VISI DAN MISI
Bupati membuka kegiatan tadarus Alqur'an Ramadhan MT. Al-Karomah Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten
Blog at WordPress.com.
Follow