Anda di halaman 1dari 28

dharmawanitaindramayu

Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Indramayu


Skip to content

 HOME
 ABOUT

Anggaran Dasar Dharma


Wanita Persatuan
Leave a reply

PEMBUKAAN

Kami, istri pegawai negeri sipil, menyadari sepenuhnya terhadap kewajiban kami
untuk menyukseskan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara
merata serta berkeseimbangan antara material dan spiritual

Kewajiban tersebut akan berhasil jika para istri pegawai negeri sipil mau dan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya yang dimiliki dalam menghadapi tuntutan dan
tantangan kehidupan, baik padaera reformasi yang sedang terjadi di negara kita maupun dalam
menghadapi kehidupan eraglobalisasi pada Abad XXI.

Tuntutan reformasi dan kehidupan globalisasi Abad XXI mensyaratkan adanya tata kehidupan
yangmenghormati dan melindungi hak asasi manusia, demokratis, keterbukaan, serta tegaknya
supremasi hukum. Hal tersebut merupakan ciri kehidupan masyarakat madani yang akan
mendorong terwujudnya tujuan nasional.

Sejalan dengan tuntutan dan perubahan kehidupan tersebut, kami, istri pegawai negeri sipil,
yangterorganisasi dalam satu wadah bernama Dharma Wanita Persatuan, menyatakan
bahwa organisasinetral secara politis, demokratis, dan mandiri dalam menentukan visi, misi, dan
kebijaksanaan organisasi dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya dan kesejahteraan
anggota serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.

Dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan organisasi, dalam Musyawarah Nasional


I pada tanggal 7, 8, dan 9 Desember Tahun 2004, Dharma Wanita Persatuan bersepakat
untuk menyempumakan Anggaran Dasar hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa Dharma Wanita
Tahun1999, yang disusun sebagai berikut:

BAB I

NAMA, WAKTU, SIFAT, DAN KEDUDUKAN ORGANISASI

Pasal 1

Organisasi ini bernama Dharma Wanita Persatuan disingkat DWP.

Pasal 2
Dharma Wanita Persatuan ditetapkan pada Munas Luar Biasa Dharma Wanita tanggal 7
Desember 1999, di Jakarta, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3

1. Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi kemasyarakatan yang menghimpun dan


membina istri pegawai negeri sipil dengan kegiatan dalam bidang pendidikan, ekonomi,
dansosial budaya.

2. Dharma Wanita Persatuan adalah organisasi mandiri yang tidak terikat pada partai
politik mana pun.

Pasal 4

Organisasi Dharma Wanita Persatuan Pusat berkedudukan di ibukota negara Republik


Indonesia.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 5

Azas organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah Pancasila.

Pasal 6

Tujuan organisasi Dharma Wanita Persatuan adalah terwujudnya kesejahteraan anggota dan
keluarganya melalui peningkatan kualitas sumber daya anggota, untuk mendukung tercapainya
tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pasal 7

Tugas pokok Dharma Wanita Persatuan adalah :

1. membina anggota dalam memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan, meningkatkan


kemampuan dan pengetahuan, menjalin hubungan kerja sama dengan berbagai pihak,
serta meningkatkan kepedulian sosial,
2. melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi manusia
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, serta berbudi pekerti
luhur.

REPORT THIS AD
Pasal 8

Dharma Wanita Persatuan berfungsi sebagai wadah untuk melakukan pembinaan,


perencanaan. pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
Tugas Pokok Organisasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 9

1. Anggota Dharma Wanita Persatuan adalah:

a. istri pegawai negeri sipil (PNS);

b. istri pejabat negara bidang pemerintahan;

c. istri pensiunan dan janda PNS;

d. istri pegawai badan usaha milik Negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah(BUMD)
yang belum berstatus persero;

e. istri pensiunan dan janda pegawai BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero;

f. istri kepala perwakilan Republik Indonesia (RI) di luar negeri.

g. istri perangkat pemerintahan desa;

h. istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri PolisiRepublik
Indonesia (Polri), dan istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugasi dalam lingkungan instansi
pemerintah sipil;

i. pensiunan pegawai negeri sipil wanita.

2. Keanggotaan Dharma Wanita Persatuan terdiri dari:

a. anggota biasa;

b. anggota luar biasa;

REPORT THIS AD

c. anggota kehormatan.

BAB V

ORGANISASI DAN UNSUR PELAKSANA


Bagian Pertama

Organisasi

Pasal 10

Organisasi Dharma Wanita Persatuan terdiri dari :

1. Dharma Wanita Persatuan Pusat;


2. Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat;
3. Dharma Wanita Persatuan Provinsi;
4. Dharma Wanita Persatuan Kabupaten/DWP Kota;
5. Dharma Wanita Persatuan Kecamatan;
6. Dharma Wanita Persatuan Kelurahan/DWP Desa

Bagian Kedua

Unsur Pelaksana

Pasal 11

1. Unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah


1. Dharma Wanita Persatuan Pemerintah Pusat
2. Dharma Wanita Persatuan Propinsi
3. Unsur pelaksanana Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat adalah
Dharma Wanita Persatuan pada setiap unit kerja masing-masing
4. Unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Departemen Luar Negeri meliputi Dharma
Wanita Persatuan perwakilan pemerintah RI di luar negeri
5. Unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Propinsi adalah
1. Dharma Wanita Persatuan instansi vertikal pemerintah pusat di propinsi;
2. Dharma Wanita Persatuan instansi pemerintah propinsi;
3. Dharma Wanita Persatuan Kabupaten/DWP kota
6. Unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Kabupaten/DWP Kota adalah
1. Dharma Wanita Persatuan instansi vertical pemerintah pusat di kabupaten/kota
2. Dharma Wanita Persatuan instansi pemerintah propinsi di kabupaten/kota
3. Dharma Wanita Persatuan instansi pemerintah kabupaten/kota
4. Dharma Wanita Persatuan Kecamatan
7. Unsur pelaksana Dharma Wanita Persatuan Kecamatan adalah
1. Dharma Wanita Persatuan instansi pemerintah kecamatan
2. Dharma Wanita Persatuan Kelurahan/DWP Desa

REPORT THIS AD

BAB VI

KEPENGURUSAN

Bagian Pertama
Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat

Pasal 12

Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah pengurus pada tingkat nasional.

Pasal 13

1. Susunan pengurus Dharma Wanita Perrsatuan Pusat terdiri dari


1. Ketua umum
2. Beberapa orang ketua
3. Sekretaris jenderal
4. Tiga orang ketua bidang, dan
5. Tiga orang wakil ketua bidang
6. Ketua umum dipilih dari utusan Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah Pusat
dan pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat yang ditetapkan oleh musyawarah
nasional
7. Pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1) Huruf
(b),(c),(d), dan (e) dipilih dari utusan Dharma Wanita Persatuan Instansi Pemerintah
Pusat dan ditetapkan oleh ketua
8. Sekretaris jenderal memimpin sekretariat jenderal yang membawahi
1. Bagian organisasi
2. Bagian administrasi umum pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah
3. Bagian Keuangan, dan
4. Bagian Informasi
5. Ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf (d) pasal ini terdiri dari
1. Ketua Bidang Pendidikan
2. Ketua Bidang Ekonomi, dan
3. Ketua Bidang Sosial dan Budaya

Pasal 14

Tugas dan wewenang pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat adalah

1. Menetapkan kebijaksanaan umum organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran


Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan Rapat Kerja Nasional;
2. Mengesahkan organisasi Dharma Wanita Persatuan instansi Pemerintah Pusat dan
Dharma Wanita Persatuan Propinsi
3. Mengesahkan susunan pengurus dan/atau Ketua Dharma Wanita Persatuan Instansi
Pemerintah Pusat dan Dharma Wanita Persatuan Propinsi
4. Melakukan perbuatan hokum untuk dan atas nama Dharma Wanita Persatuan oleh
Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal yang dapat ditambah dengan seorang Ketua
Dharma Wanita Persatuan Pusat jika diperlukan.
5.

Bagian Kedua

Pengurus Dharma Wanita Persatuan

Instansi Pemerintah Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota,

Kecamatan dan Kelurahan/Desa


Pasal 15

1. Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Ousat, DWP Propinsi, DWP


Kabupaten/Kota, DWP Kecamatan, dan DWP Kelurahan/DWP Desa terdiri dari
1. Ketua
2. Wakil ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara dan
5. Tiga orang ketua bidang
6. Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota
7. Ketua DWP Propinsi dipilih dari utusan unsure pelaksana Dharma Wanita Persatuan
Propinsi dalam Musyawarah Dharma Wanita Persatuan Propinsi
8. Ketua DWP Kabupaten/DWP Kota dipilih dari utusan unsur pelaksanan Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten/DWP Kota dalam Musyawarah Dharma Wanita Persatuan
Kabupaten/DWP Kota
9. Ketua DWP Kecamatan dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota
10. Ketua DWP Kelurahan/DWP Desa dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat anggota.

REPORT THIS AD

Pasal 16

Tugas Pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Propinsi, DWP Kabupaten/DWP Kota,
DWP Kecamatan, dan DWP Kelurahan/DWP Desa adalah

1. Menetapkan kebijaksanaan organisasi pada lingkungan masing-masing sesuai dengan


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan
Kebijaksanaan pemimpin organisasi satu tingkat diatasnya.
2. Menetapkan dan melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi
3. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan dan hasil program kerja kepada pengurus
DWP satu tingkat diatsnya
4. Mengesahkan organisasi, pengurus, dan/atau ketua DWP satu tingkat dibawahnya

Bagian Ketiga

Masa Bakti

Pasal 17

1. Masa Bakti pengurus pada semua tingkat kepengurusan adalah lima tahun munas ke
munas
2. Jika dalam kurun waktu masa bakti pengurus sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1)
pasal ini karena satu dan lain hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, dilakukan
penggantian pengurus antarwaktu

Bagian Keempat

Wilayah Kerja
Pasal 18

1. Wilayah kerja pengurus DWP Pusat meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia
2. Wilayah kerja pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat meliputi instansi masing-masing
yang berada di pusat
3. Wilayah kerja pengurus DWP Departemen Luar Negeri meliputi instansi Departemen
Luar Negeri yang berada di pusat dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
4. Wilayah kerja pengurus DWP Propinsi meliputi wilayah propinsi
5. Wilayah kerja pengurus DWP Kabupaten/DWP Kota melaiputi wilayah kabupaten/kota
6. Wilayah kerja pengurus DWP Kecamatan meliputi wilayah kecamatan
7. Wilayah kerja pengurus DWP Kelurahan/DWP Desa meliputi wilayah kelurahan/desa.

BAB VII

PELINDUNG, PENASEHAT UTAMA, DEWAN

PENASEHAT, DAN PENASEHAT

Bagian Pertama

Pasal 19

1. Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia adalah Pelindung DWP


2. Istri Presiden adalah penasehat utama DWP
3. Istri Wakil Presiden adalah Wakil Penasehat Utama DWP
4.

Bagian Kedua

Pasal 20

1. Dewan Penasehat DWP terdiri dari


1. Istri Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Istri Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Istri Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
4. Istri Ketua Mahkamah Agung (MA) dan
5. Istri Menteri

2. Dewan Penasehat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini mempunyai tugas
memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika diminta maupun tidak diminta, kepada
pengurus DWP Pusat.

Bagian Ketiga

REPORT THIS AD
Penasehat

Pasal 21

1. Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, MA, Menteri, Ketua/kepala lembaga pemerintah
nondepartemen, kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Sekretaris
Jenderal MPR, Sekretaris Jenderal DPR, Sekretaris Jenderal BPK, Sekretaris Jenderal
MA, gubernur, wakil gubernur, bupati/walikota, wakil bupati/wakil walikota, camat, lurah,
kepala desa, pemimpin BUMN, dan pemimpin BUMD yang belum berstatus persero
adalah penasehat DWP instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Sekretaris Daerah Propinsi, dan Sekretaris Daerah Kabupaten/kota masing-masing
adalah penasehat DWP Propinsi dan DWP Kabupaten/Kota yang merupakan penasehat
DWP Sekretariat Daerah yang bersangkutan
3. Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua BPK, istri Ketua MA, istri menteri, istri
ketua/kepala lembaga pemerintah nondepartemen, istri gubernur,istri wakil gubernur, istri
bupati/istri walikota, istri wakil bupati/istri walikota adalah penasehat DWP instansi
pemerintah yang bersangkutan
4. Istri ketua/kepala lembaga pemerintahan nondeparternen, istri kepala perwakilan Rl
di luar negeri, istri Sekretaris Jenderal MPR, istri Sekretaris Jenderal DPR, istri
Sekretaris JenderalBPK, istri Sekretaris Jenderal MA yang tidak menjadi ketua
merupakan Penasihat DWPinstansi pemerintah yang bersangkutan.4.Istri pemimpin unit
kerja instansi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, istri camat,istri lurah/istri
kepala desa, serta istri pemimpin BUMN dan istri pemimpin BUMD yang belum berstatus
persero, yang tidak menjadi ketua merupakan Penasihat DWP instansi pemerintah yang
bersangkutan.
5. Istri pemimpin unit kerja instansi pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, istri camat,
istri lurah/istri kepala desa, serta istri pemimpin BUMN dan istri pemimpin BUMD yang
belum berstatus persero, yang tidak menjadi ketua, merupakan penasehat DWP instansi
pemerintah yang bersangkutan

Tugas dan Tanggung Jawab Penasihat

Pasal 22

Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 mempunyai tugas dan tanggung jawab:

1. mengayomi serta memberi saran dan pertimbangan bagi organisasi;

b. membantu mencari jalan keluar bagi permasalahan organisasi;

c. berperan serta dalam membangun citra organisasi yang positif.

BAB VIII

MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 23
1. Musyawarah Dharma Wanita Persatuan diselenggarakan pada tingkat nasional dan
daerah.

2 Musyawarah Nasional adalah forum tertinggi organisasi yang berwenang:

1. menetapkan dan/atau mengubah Anggaran Dasar,


2. menetapkan rencana kerja,
3. memilih dan menetapkan ketua umum,
4. mengevaluasi laporan pertanggungjawaban ketua umum,dan
5. menetapkan keputusan lainnya.

3. Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini dilaksanakan
dalam lima tahun sekali.

4. Musyawarah daerah terdiri dari

a. musyawarah provinsi dan

b. musyawarah kabupaten/kota.

5. Musyawarah daerah berkewajiban menyampaikan hasil Musyawarah Nasional


dan berwenang untuk:

a. menetapkan rencana kerja;

b. memilih dan menetapkan Ketua DWP Propinsi/DWP Kabupaten/DWP Kota

c. mengevaluasi laporan pertanggungjawaban ketua DWP yang bersangkutan;

d. menetapkan putusan lainnya.

1. Musyawarah daerah sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) pasal ini dilaksanakan
dalamlima tahun sekali.
2. Dalam hal terjadi keadaan yang dinilai berpengaruh besar
terhadap kelangsungan hiduporganisasi, dapat diselenggarakan Musyawarah Nasional
Luar Biasa atas dasar persetujuan lebih dari separuh jumlah unsur pelaksana DWP
Pusat, yaitu DWP Instansi PemerintahPusat dan DWP Provinsi.

REPORT THIS AD

Pasal 24

1. Rapat Dharma Wanita Persatuan terdiri dari:


1. Rapat anggota
2. Rapat kerja
3. Rapat Pengurus, dan
4. Rapat koordinasi

2. Rapat anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota yang
berkewajiban menyampaikan hasil Munas/Musda dan berwenang untuk:

1. menetapkan program kerja;


2. memilih dan menetapkan Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dan ketua DWP unit
kerja di lingkungannya;
3. memilih dan menetapkan ketua DWP instansi pemerintah provinsi dan ketua
DWPinstansi pemerintah kabupaten/kota;
4. mengevaluasi laporan pertanggungjawaban ketua Dharma Wanita
Persatuan yang bersangkutan;
5. menetapkan keputusan lainnya.

3. Rapat kerja diselenggarakan untuk membahas, mengkoordinasikan, serta


mengintensifkan pelaksanaan program kerja dan kegiatan sesuai dengan kebijaksanaan
organisasi yang telah ditetapkan.

4. Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara ketua dan anggota pengurus
untuk membahas dan mengambil keputusan tentang masalah organisasi dan kegiatan
dalamlingkungannya.

5. Rapat koordinasi adalah pertemuan antara pengurus dan dewan penasihat/penasihat


serta pihak lain pada semua tingkat kepengurusan.

BAB IX

ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 25

1. Atribut Dharma Wanita Persatuan terdiri dari lambang, panji, vandel, bendera
olah raga, papan nama, lencana, himne, mars, dan pakaian seragam.
2. Ketentuan tentang atribut sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diatur lebih
lanjut dalamAnggaran Rumah Tangga.

BAB X

REPORT THIS AD

KEUANGAN

Pasal 26

Keuangan organisasi Dharma Wanita Persatuan diperoleh dari :

1. Iuran anggota
2. Sumbangan lain yang tidak mengikat
3. Usaha lain yang sah.

BAB X

PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 27
1. Pembubaran organisasi DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah Nasional
yangsecara khusus diselenggarakan untuk itu setelah Pemimpin DWP Pusat
melakukankonsultasi dengan Pelindung, Penasihat Utama, dan Dewan Penasihat serta
memperhatikanusul dari Pemimpin DWP Instansi Pemerintah Pusat dan Pemimpin DWP
Provinsi.

2. Dalam hal organisasi DWP dibubarkan, status kekayaan organisasi ditetapkan


dan diatur lebih lanjut oleh setiap pengurus DWP pada semua tingkatan serta
memperhatikankebijaksanaan yang ditetapkan oleh DWP Pusat.

3. Pembubaran organisasi pada unsur pelaksana dapat dilakukan jika:

a. organisasi kedinasan dibubarkan

b. Organisasi kedinasan dilikuidasi

4. Dalam hal organisasi unsur pelaksana dibubarkan, status kekayaan organisasi


ditetapkanlebih lanjut oleh pengurus DWP yang bersangkutan dengan berdasarkan hasil
musyawarah para anggota dan memperhatikan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pengurus
DWP satu tingkat di atasnya.

BAB XII

REPORT THIS AD

PERATURAN PERALIHAN

Pasal 28

1. Pengurus pada semua tingkatan telah melaksanakan rapat anggota, musyawarah


provinsi,musyawarah kabupaten/kota paling lama tiga bulan sejak Keputusan Musyawarah
Nasionalditetapkan.

2. Kepengurusan Dharma Wanita Persatuan pada semua tingkatan telah disahkan selambat-
lambatnya tiga bulan sejak Keputusan Musyawarah Nasional ditetapkan.

3. Kepengurusan yang belum sempat melaksanakan serah terima jabatan pada


akhir tahun berjalan tetap harus membuat dan mengesahkan program kerja satu tahun ke depan
terhitungtanggal 1 Januari s.d. 31 Desember.

BAB XIII

LAIN-LAIN

Pasal 29

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut
dalamAnggaran Rumah Tangga Dharma Wanita Persatuan
2. Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini ditetapkan
oleh pengurus Dharma Wanita Persatuan Pusat.

BAB XIV

PENUTUP

Pasal 30

1. Dengan penyempurnaan Anggaran Dasar Dharma Wanita Persatuan ini, Anggaran


Dasar Hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa Dharma Wanita Tahun 1999
dinyatakan tidak berlaku lagi.

REPORT THIS AD

2. Anggaran Dasar hasil penyempurnaan Musyawarah Nasional I Dharma Wanita


mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 9 Desember 2004

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Anggaran Rumah Tangga ini yang dimaksud dengan :

(1) Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar sebagaimana ditetapkan dalam Musyawarah
Nasional I Dharma Wanita Persatuan Nomor:
KEP 04/MN I DWP/XII /2004; tanggal 9 Desember 2004.

(2) Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif terhadap lembaga-


lembaga pemerintahan seperti departemen, kantor menteri negara, lembaga pemerintah
nondepartemen, Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Sekretariat Jenderal
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung (MA), badan usaha
milik negara (BUMN), pemerintah daerah beserta jajaran organisasi dalam lingkungannya dan
badan usaha milik daerah (BUMD).

(3) Instansi Pemerintah Pusat yang disingkat IPP terdiri dari :

(a) kantor menteri negara koordinator;

(b) departemen;

(c) kantor menteri negara;

(d) lembaga pemerintah nondepartemen;


(e) Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, Sekretariat Jenderal BPK, Sekretariat
Jenderal MA;

(f) BUMN termasuk bank-bank milik pemerintah.

(4) Instansi vertikal adalah satuan organisasi pemerintah pusat yang berada di wilayah/ daerah,
seperti kantor wilayah (Kanwil) departemen dan kantor lembaga pemerintah nondepartemen.

REPORT THIS AD

(5) Unsur pelaksana adalah satuan organisasi DWP yang menyelenggarakan fungsi sebagai
pelaksana kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin organisasi satu
tingkat di atasnya.

(6) DWP Unit Kerja Instansi Pemerintah adalah DWP pada satuan organisasi pemerintah yang
mempunyai kedudukan, nama, dan tingkatan sesuai dengan struktur organisasi instansi
pemerintah yang bersangkutan.

BAB II
KEANGGOTAAN

Bagian Pertama
Anggota, Hak, Kewajiban, dan Larangan

Pasal 2

(1) Anggota biasa adalah :

a) istri pegawai negeri sipil (PNS);

b) istri pensiunan dan janda pegawai negerisipil (PNS) yang tidak menyatakan
dirinya berkeberatan menjadi anggota;

c) istri pegawai badan usaha milik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD)
yang belum berstatus persero;

d) istri pensiunan dan janda pegawai BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero yang
tidak menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;

e) istri kepala perwakilan Republik Indonesia (Rl) di luar negeri yang tidak
menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;

f) istri walikota, istri wakil walikota, dan istri bupati, istri wakil bupati di Provinsi DKI Jakarta;

g) istri pejabat/petugas yang menyelenggarakan pemerintahan desa yang tidak


menyatakan dirinya berkeberatan menjadi anggota;

h) istri anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), istri purnawirawan TNI, istri Polisi Republik
Indonesia (Polri), istri purnawirawan Polri yang suaminya ditugasi pada instansi pemerintah sipil
yang menyatakan dirinya tidak berkeberatan menjadi anggota;

i) pensiunan PNS wanita yang menyatakan dirinya tidak berkeberatan menjadi anggota.

(2) Anggota luar biasa adalah :


a) istri menteri;

REPORT THIS AD

b) istri gubernur dan istri wakil gubernur;

c) istri bupati dan istri walikota; istri wakil bupati dan istri wakil walikota;

d) istri pemimpin BUMN dan BUMD yang belum berstatus persero, dan berasal dari partai
politik.

(3) Anggota kehormatan adalah :

a) istri Ketua MPR;

b) istri Ketua DPR;

c) istri Ketua BPK;

d) istri Ketua MA;

e) mantan Ketua Umum Dharma Wanita/Dharma Wanita Persatuan.

(4) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) Huruf (a) s.d. (g) adalah pasif
(otomatis).

(5) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal (2) Ayat (1) Huruf (h) dan (i) adalah aktif
(menyatakan diri secara tertulis).

(6) Keanggotaan istri PNS yang berstatus warga negara asing (WNA) ditetapkan
oleh ketua DWP yang bersangkutan atau ketua DWP satu tingkat di atasnya.

Pasal 3

(1) Anggota biasa mempunyai hak :

a) memberikan pendapat dan saran;

b) memilih dan dipilih menjadi pengurus;

c) memperoieh manfaat dan pengayoman dari organisasi.

(2) Anggota luar biasa mempunyai hak :

a) memberikan pendapat dan saran;

b) memperoieh manfaat dari organisasi.

(3) Anggota kehonnatan mempunyai hak :

a) memberikan pendapat dan saran;

b) memperoieh manfaat dari organisasi.


Pasal 4

Anggota mempunyai kewajiban untuk :

a) menjunjung tinggi kehormatan bangsa, negara, dan pemerintah Republik Indonesia;

b) menjaga persatuan dan kesatuan serta memelihara nama baik organisasi;

c) menaati dan melaksanakan ketentuan organisasi;

d) berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi;

e) memberikan sumbangan tenaga dan pikiran bagi kemajuan organisasi;

f) membayar iuran.

Pasal 5

Anggota DWP yang menjadi anggota partai politik tidak boleh :

a) menjadi pengurus DWP;

b) membawa aspirasi partai politiknya ke dalam lingkungan organisasi. Bagian Kedua


Berakhirnya Keanggotaan

Pasal 6

Keanggotaan DWP berakhir jika :

a) meninggal dunia;

b) tidak lagi berstatus sebagai istri PNS dan istri


pensiunan/janda PNS; istri pegawai BUMN/BUMD dan istri pensiunan/janda pegawai
BUMN/BUMD yang belum berstatus persero.

BAB III
KEPENGURUSAN

Bagian Pertama
Susunan, Tugas, dan Wewenang Pengurus DWP Pusat

Pasal 7

(1) Susunan pengurus inti DWP Pusat terdiri dari :

a) ketua umum;

b) beberapa orang ketua;

c) sekretaris jenderal;

d) tiga orang ketua bidang.


(2) Ketua umum dipilih dari utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat dan pengurus DWP Pusat
yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional

.(3) Pengurus DWP Pusat sebagaimana dimaksud Ayat (1) Huruf (b), (c), (d), dan
anggota pengurus lainnya dipilih dari utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat dan
ditetapkan oleh ketua umum.

(4) Susunan organisasi sekretariat jenderal terdiri dari :

a) Bagian Organisasi,

b) Bagian Administrasi Umum,

c) Bagian Keuangan, dan

d) Bagian Informasi.

(5) Susunan pengurus bagian sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4) Huruf (a), (b), (c),
dan (d) pasal ini terdiri dari :

a) seorang kepala bagian;

b) beberapa anggota sesuai dengan keperluan.

(6) Susunan pengurus bidang sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Huruf (d) pasal ini terdiri
dari :

a) seorang ketua,

b) seorang wakil ketua,

c) seorang sekretaris, dan

d) beberapa orang anggota sesuai dengan keperluan.

(7) Masing-masing bidang dapat membentuk subbidang sesuai dengan keperluan

Pasal 8

(1) Tugas dan wewenang pengurus DWP Pusat adalah :

a) menetapkan kebijaksanaan umum organisasi pada tingkat nasional sesuai dengan


anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional, dan
hasil Rapat Kerja Nasional;

b) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan umum yang telah


ditetapkan dan dilaksanakan oleh unsur pelaksana DWP;

c) melakukan pembinaan organisasi dalam bentuk, antara lain, penetapan pedoman,


petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan kegiatan.

(2) Ketua umum mempunyai tugas dan wewenang

a) memimpin dan membina organisasi DWP;


b) menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi sebagaimana digariskan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta Keputusan-Keputusan Musyawarah
Nasional;

c) menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya pada Musyawarah Nasional DWP;

d) melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama DWP.

(3) Para ketua mempunyai tugas dan wewenang

a) membantu ketua umum dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2)
pasal ini;

REPORT THIS AD

b) mewakili ketua umum dalam mengkoordinasikan tugas yang bersifat teknis


operasional;

c) memantau dan mengevaluasi kegiatan organisasi sesuai dengan bidang tugas


masing-masing;

d) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.

(4) Sekretaris jenderal mempunyai tugas dan wewenang

(a) memimpin dan membagi tugas di ling-kungan Sekretariat Jenderal DWP Pusat

(b) merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi untuk ditetapkan oleh ketua umum;

(c) menyelenggarakan pengelolaan administrasi dalam rangka mendukung kelancaran tugas-


tugas organisasi

(d) menyelenggarakan pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(e) mengoordinasikan kegiatan-kegiatan Bagian Informasi

(f) melakukan hubungan kerja/kerja sama dengan lembaga/organisasi lain, sesuai.

dengan petunjuk ketua umum;

(g) melaksanakan tugas-tugas lain atas petunjuk ketua umum;


(h) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua umum.

(5) Ketua bidang mempunyai tugas

(a) memimpin dan membagi tugas di lingkungan bidang masing-masing;

(b) menjabarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua umum dalam
bentuk pelaksanaan program kerja masing-masing;

(c) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepa-da ketua umum.

(6) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)
dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Tata Keija DWP.
Bagian Kedua

REPORT THIS AD

Susunan, Tugas, dan Wewenang

Pengurus Unsur Pelaksana Dharma Wanita Persatuan

Pasal 9

(1) Susunan pengurus DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP Kabupaten/DWP
Kota, DWP Kecamatan, dan DWP Kelurahan/ DWP Desa terdiri dari :

(a) seorang ketua;

(b) wakil ketua;

(c) sekretaris;

(d) bendahara;

(e) tiga orang ketua bidang;

(f) pada Huruf (b), (c), (d), dan (e) dapat ditambah seorang atau lebih wakil dan anggota
pengurus sesuai dengan keperluan.

(2) Pengurus DWP pada unsur pelaksana/unit


kerja dapat dibentuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi, yang sekurang-kurangnya
terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.

(3) Tugas dan wewenang pengurus DWP pada unsur pelaksana/unit kerja adalah :

(a) menetapkan kebijaksanaan teknis organisasi berdasarkan hasil Musyawarah Nasional,


Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan kebijaksanaan organisasi satu tingkat di
atasnya;

(b) mengesahkan organisasi, pengurus, dan/atau ketua satu tingkat di bawahnya;

(c) melaksanakan pembinaan organisasi pada unsur pelaksana dilingkungannya;

(d) memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan yang dilakukan oleh unsur
pelaksana di lingkungannya;

(e) melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kondisi;

(f) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada organisasi satu tingkat di atasnya.

(4) Wakil ketua mempunyai tugas dan wewenang :

(a) membantu ketua dalam pelaksanaan tugasnya


(b) mewakili ketua dalam melaksanakan tugas yang bersifat teknis operasional;
(c) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

(5) Sekretaris mempunyai tugas dan wewenang :

(a) melaksanakan pembinaan teknis organisasi, pengelolaan administrasi


dan mengoordinasikan kegiatan informasi dalam rangka mendukung kelancaran tugas
organisasi:

(b) melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

(6) Bendahara mempunyai tugas dan wewenang


mengelola keuangan organisasi dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

(7) Ketua bidang mempunyai tugas dan


wewenang melaksanakan kegiatan teknis operasional bidang masing-masing serta
melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada ketua.

(8) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 Ayat (3), (4), (5), (6), dan (7)
dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Tata Kerja DWP.

Bagian Ketiga

Pemilihan Ketua dan Pengurus

Pasal 10

(1) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat dipilih dalam Rapat Anggota;

(2) Ketua DWP Provinsi dipilih dalam Musyawarah Provinsi;

(3) Ketua DWP Kabupaten/Kota dipilih dalam Musyawarah Kabupaten/Kota;

(4) Ketua unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan, DWP Kelurahan/DWP Desa dipilih dalam Rapat
Anggota;

Bagian Keempat

Pembentukan Pengurus DWP Unsur Pelaksana /Unit Kerja

pada Instansi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan

Pasal 11

(1) Unsur pelaksana/unit kerja pada DWP Instansi Pemerintah Pusat, DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/DWP Kota, DWP Kecamatan dapat membentuk kepengurusan di lingkungan
masing-masing dengan mempertimbangkan keperluan serta efisiensi organisasi.

(2) Ketua dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.

(3) Anggota pengurus lainnya ditetapkan oleh ketua.

(4) Susunan pengurus, tugas, dan wewenang pengurus berpedoman pada ketentuan ART
BAB IV

PENAMAAN DAN PENGGABUNGAN ORGANISASI

Pasal 12

(1) Penamaan atau sebutan organisasi pada unsur pelaksana dan/atau unit kerja instansi
pemerintah adalah dengan menyebut langsung nama organisasi atau satuan unit kerja instansi
pemerintah yang bersangkutan, seperti DWP Departemen Dalam Negeri; DWP Kantor Menteri
Negara Lingkungan Hidup; DWP Lembaga Administrasi Negara; DWP Sekretariat Negara; DWP
Sekretariat Jenderal MPR; DWP Sekretariat Jenderal MA; DWP Kantor Wilayah Departemen
Agama Provinsi Bali; DWP Kantor Statistik Provinsi Sulawesi Selatan; DWP Kabupaten Cilacap;
DWP Kota Balikpapan; DWP Universitas Airlangga; DWP Universitas Sam Ratulangi; DWP
Kopertis Wilayah V.

(2) Pengesahan nama organisasi yang baru dibentuk atau penggabungan dua atau lebih
lembaga pemerintah ditetapkan oleh pengurus satu tingkat di atasnya.

Pasal 13

(1) Penggabungan organisasi DWP antar unit kerja di lingkungan instansi pemerintah dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari ketua satu tingkat di atasnya.

(2) Khusus untuk unit kerja yang jumlah anggotanya sedikit dan dari instansi yang berbeda,
tetapi berada dalam satu wilayah dan sepakat untuk bergabung, secara organisatoris menjadi
unsur pelaksana DWP Kabupaten/DWP Kota yang bersangkutan.

BAB V

PENGGANTIAN PENGURUS ANTARWAKTU, PERTANGGUNG JAWABAN, PENGESAHAN,


DAN SERAH TERIMA

Bagian Pertama

Penggantian Pengurus Antarwaktu

Pasal 14

(1) Jika ketua umum karena sesuatu hal tidak dapat melaksanakan tugasnya, digantikan oleh
salah seorang ketua, sebagai pelaksana tugas,
berdasarkan keputusan Rapat Pengurus Paripurna DWP Pusat.

(2) Penggantian jabatan ketua umum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini
berlaku sampai diselenggarakannya musyawarah nasional yang berikut.

(3) Penggantian jabatan dalam lingkungan pengurus pusat, selain dimaksud dalam Ayat (1)
pasal ini, ditetapkan oleh ketua umum.

(4) Penggantian jabatan ketua antarwaktu pada unsur pelaksana DWP ditetapkan melalui
kesepakatan pengurus/anggota secara demokratis dan berpedoman pada AD/ART.
(5) Penggantian jabatan pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana DWP ditetapkan oleh
ketua.

Bagian Kedua

Pertanggungjawaban

Pasal 15

(1) Dalam menjalankan tugasnya

(a) Ketua Umum DWP bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional;

(b) Ketua DWP Instansi Pemerintah Pusat bertanggung jawab kepada anggota dalam Rapat
Anggota;

(c) Ketua DWP Provinsi bertanggung jawab kepada Musyawarah Provinsi;

(d) Ketua DWP Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Musyawarah Kabupaten/Kota;

(e) Ketua DWP unsur pelaksana/unit kerja bertanggung jawab kepada anggota dalam Rapat
Anggota.

(2) Ketua unsur pelaksana DWP melaporkan kegiatan organisasi kepada pengurus satu tingkat
di atasnya, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.

Bagian Ketiga

Pengesahan dan Serah Terima

Pasal 16

(1) Pengesahan Ketua Umum DWP ditetapkan dengan Keputusan Musyawarah Nasional.

(2) Penggantian ketua umum diikuti dengan serah terima jabatan yang dituangkan dalam berita
acara dan ditandatangani oleh ketua umum yang lama dan yang baru.

(3) Pengesahan pengurus pusat lainnya ditetap kan dengan keputusan ketua umum.

4) Pengesahan ketua unsur pelaksana/unit kerja DWP ditetapkan oleh ketua satu tingkat
diatasnya, termasuk penggantian ketua antarwaktu.

(5)Pengesahan pengurus unsur pelaksana/unit kerja DWP, ditetapkan oleh ketua satu tingkat di
atasnya hanya satu kali selama masa bakti.

(6) Jika terjadi penggantian pengurus antarwaktu pada unsur pelaksana/unit kerja
pengesahannya dilakukan oleh ketua DWP yang bersangkutan.
Pasal 17

Serah terima jabatan ketua unsur pelaksana/unit kerja dituangkan dalam berita acara dan
ditandatangani oleh ketua yang lama dan baru, serta disaksikan oleh penasihat.

BAB VI

DEWAN PENASIHAT DAN PENASIHAT

Bagian Pertama

Dewan Penasihat

Pasal 18

(1) Dewan Penasihat DWP Pusat terdiri dari istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua BPK,
istri Ketua MA, dan istri menteri.

(2) Dewan Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini mempunyai tugas
memberikan saran dan pertimbangan, baik ketika diminta maupun tidak diminta, kepada
pengurus DWP Pusat.

Bagian Kedua

Penasihat

Pasal 19

(1) Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua BPK, Ketua MA, menteri, kepala/ketua lembaga peme-rintah
nondepartemen, kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, gubernur/ wakil gubernur,
bupati/wakil bupati, walikota/ wakil walikota, pemimpin BUMN dan pemimpin BUMD yang belum
berstatus persero, pemimpin unit kerja instansi vertikal di daerah, camat. dan lurah adalah
Penasihat DWP instansi yang bersangkutan.

(2) Sekretaris Daerah Provinsi, Sekretaris Daerah Kabupaten / Kota selain menjadi Penasihat
DWP Sekretariat Daerah masing-masing; juga adalah Penasihat DWP Provinsi, DWP
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

(3) Istri Ketua MPR, istri Ketua DPR, istri Ketua


BPK, istri Ketua MA, istri wakil bupati/istri wakil walikota adalah Penasihat DWP
instansi yang menteri, istri gubernur, istri wakil gubernur, istri bupati/istri
walikota, dan istri bersangkutan.

(4) Istri pemimpin lembaga pemerintah nonde partemen, istri Kepala Perwakilan Rl di luar
negeri, istri Sekretaris Jenderal MPR, istri Sekretaris Jenderal DPR, istri Sekretaris
Jenderal BPK, istri Sekretaris Jenderal MA, yang tidak menjadi ketua adalah Penasihat DWP
instansi yang bersangkutan.
(5) Istri pemimpin unit kerja instansi pemerintah di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, istri
camat, istri lurah, istri kepala desa, istri pemimpin BUMN, dan istri pemimpin BUMD
yang belum berstatus persero yang tidak menjadi ketua adalah sebagai Penasihat DWP
instansi yang bersangkutan.

(6) Istri walikota dan istri bupati di Provinsi DKI Jakarta yang tidak menjadi ketua adalah
sebagai Penasihat DWP yang bersangkutan.

BAB VII

MUSYAWARAH, RAPAT, KUORUM, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Bagian Pertama

Musyawarah Nasional

Pasal 20

(1) Musyawarah Nasional (Munas) diselenggarakan oleh pengurus DWP Pusat.

(2) Untuk menyelenggarakan munas, Ketua Umum DWP menetapkan panitia munas, yang
dibentuk selambat-lambatnya tiga bulan sebelum munas.

(3) Peserta munas adalah

(a) Pengurus DWP pusat;

(b) Utusan DWP Instansi Pemerintah Pusat;

(c) Utusan DWP Provinsi.

(4) Peninjau ditentukan dan diundang oleh Panitia Musyawarah Nasional DWP.

(5) Dalarn hal dilaksanakannya Munas Luar Biasa, penyelenggaraan dan pesertanya adalah
sama seperti pada munas sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), (2), (3), dan (4) pasal ini.

(6) Penanggung jawab munas adalah Ketua Umum yang sedang menjabat pada saat
munas diselenggarakan.

Bagian Kedua

Musyawarah Daerah

Pasal 21

(1) Musyawarah daerah (Musda) dipersiapkan dan diselenggarakan oleh panitia yang ditetapkan
oleh Ketua DWP Provinsi atau Ketua DWP Kabupaten/Kota.

(2) Peserta Musyawarah Provinsi adalah :

(a) Pengurus DWP Provinsi;


(b) Utusan DWP Instansi Pemerintah Provinsi;

(c) Utusan DWP Kabupaten/ Kota.

(3) Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota adalah :

(a) Pengurus DWP Kabupaten/ Kota;

(b) Utusan DWP instansi pemerintah kabupaten/kota;

(c) Utusan DWP Kecamatan.

(4) Penanggung jawab Musyawarah Provinsi adalah Ketua DWP Provinsi yang sedang
menjabat pada saat musyawarah diselenggarakan.

(5) Penanggung jawab Musyawarah Kabupaten/Kota adalah Ketua DWP Kabupaten/Kota yang
sedang menjabat pada saat musyawarah diselenggarakan.

Bagian Ketiga

Rapat

Pasal 22

Rapat DWP terdiri dari :

(a) rapat anggota,

(b) rapat kerja,

(c) rapat pengurus, dan

(d) rapat koordinasi.

Pasal 23

(1) Rapat Anggota adalah pertemuan antara pengurus dan para anggota untuk membahas
masalah organisasi dan kegiatan dalam lingkungannya.

(2) Rapat Anggota diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan.

(3)Jika jumlah anggota terlalu banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk menghadirkan
seluruhnya, rapat anggota dapat dilakukan dengan cara perwakilan atau utusan.

(4) Tata cara penentuan perwakiian dan utusan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (3) pasal ini
ditentukan lebih lanjut oleh masing-masing pengurus DWP yang bersangkutan.

Pasal 24

(1) Rapat Kerja diselenggarakan oleh pengurus DWP Pusat, Pengurus DWP Instansi
Pemerintah Pusat, pengurus DWP Provinsi, dan pengurus DWP Kabupaten/Kota.

(2) Rapat Kerja Nas/onal adalah rapat pengurus DWP Pusat dengan DWP Instansi Pemerintah
Pusat dan Provinsi diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga tahun.
(3) Rapat Kerja DWP Instansi Pemerintah Pusat adalah rapat pengurus DWP Instansi
Pemerintah Pusat dengan pengurus unit kerja dalam lingkungannya.

(4) Rapaf Kerja DWP Provinsi adalah rapat


pengurus DWP Provinsi dengan pengurus unsur pelaksana DWP Provinsi.

(5) Rapat Kerja DWP Kabupaten/Kota adalah rapat pengurus DWP Kabupaten/Kota
dengan pengurus unsur pelaksana DWP Kabupaten/Kota.

(6) Rapat Kerja diselenggarakan untuk membahas, mengoordinasikan, serta mengintensifkan


pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan kebijaksanaan organisasi yang telah
ditetapkan.

Pasal 25

(1) Rapat pengurus adalah pertemuan periodik antara pemimpin dan anggota pengurus untuk
membahas dan mengambil keputusan tentang masalah organisasi dan kegiatan dalam
lingkungannya.

(2) Rapat pengurus diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga bulan.

(3) Rapat pengurus terdiri dari :

(a) rapat pemimpin;

(b) rapat pengurus inti;

(c) rapat pengurus paripurna.

(4) Rapat pemimpin dihadiri oleh ketua umum/ketua/ wakil ketua, dan sekretaris
jenderal/sekretaris.

(5) Rapat pengurus inti dihadiri oleh ketua umum/ketua/wakil ketua, sekretaris
jenderal/sekretaris, bendahara, dan para ketua bidang.

(6) Rapat pengurus paripurna dihadiri oleh seluruh anggota pengurus.

Pasal 26

(1) Rapat Koordinasi adalah rapat antara pengu rus dan dewan penasihat/penasihat dan pihak
lain pada sernua tingkat kepengurusan.

(2) Rapat Koordinasi diiaksanakan jika ada :

(a) kegiatan kerja sama dengan pihak lain,

(b) kegiatan yang memerlukan keputusansegera dan bersifat strategis untuk kepentingan
organisasi.

Bagian Keempat

Kuorum
Pasal 27

(1) Musyawarah Nasional, Musyawarah Nasional Luar Biasa. dan Musyawarah daerah adalah
sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah peserta yang
seharusnya hadir.

(2) Jika kuorum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini tidak terpenuhi, musyawarah
ditunda sesuai dengan kebijaksanaan pemimpin musyawarah.

(3) Ketentuan pada Ayat (1) dan (2) pasal ini berlaku juga untuk rapat yang tercantum pada

Bagian Kelima

Pengambilan Keputusan

Pasal 28

(1) Setiap keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.

(2) Jika cara tersebut pada Ayat (1) pasal ini tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.

(3) Keputusan melalui pemungutan suara adalah sah jika didukung oleh sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu dari jumlah suara peserta yang hadir.

BAB VIII

KEUANGAN

Pasal 29

(1) Keuangan DWP diperoleh dari :

(a) iuran anggota;

(b) sumbangan yang tidak mengikat;

(c) usaha lain yang sah

(2) Besarnya iuran, pembagian iuran anggota, dan pertanggungjawaban keuangan diatur
berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh pengurus DWP Pusat.

BAB IX

ATRIBUT

Pasal 30

(1) Atribut DWP meliputi lambang, panji, vandel, bendera olah raga, papan nama, lencana,
himne, dan mars, serta pakaian seraaam.
(2) Jenis, bentuk, ukuran, warna, dan cara penggunaan atribut sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (1) pasal ini diatur lebih lanjut oleh pengurus DWP Pusat.

BAB X

TATA KERJA

Pasal 31

(1) Tata kerja dan pelaksanaan program kerja DWP diatur dalam Pedoman Tata Kerja DWP
dan Pelaksanaan Program Kerja DWP yang dibuat oleh pengurus DWP Pusat.

(2) Pengurus DWP pada semua tingkatan dalam melaksanakan kegiatannya mengacu Pedoman
Tata Kerja DWP dan Pedoman Pelaksanaan Program Kerja DWP.

BAB XI

LAIN-LAIN

Pasal 32

(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga DWP ini dapat dilakukan oleh pengurus DWP Pusat
jika terdapat hal-hal yang dipandang perlu atau perkembangan keadaan yang mempengaruhi
organisasi DWP.

(2) Jika suatu ketentuan dalam AD dan ART tidak jelas atau menimbulkan perbedaan tafsiran,
penyelesaiannya diputuskan oleh pengurus DWP Pusat.

(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut oleh
pengurus DWP Pusat.

BAB XII

PENUTUP

Pasal 33

Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

REPORT THIS AD
REPORT THIS AD

Share this:

 Twitter
 Facebook

Related
PENGANTAR
VISI DAN MISI
Bupati membuka kegiatan tadarus Alqur'an Ramadhan MT. Al-Karomah Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten

This entry was posted in Uncategorized on September 9, 2013.


Post navigation
← Rangkaian Kegiatan Dharma Wanita KabupatenProfil pengurus Dharma Wanita
Persatuan Kabupaten →
Leave a Reply

Blog at WordPress.com.
 Follow

Anda mungkin juga menyukai