Anda di halaman 1dari 10

KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN RAWAN BENCANA

GUNUNG BERAPI DI KOTA TOMOHON

Cindy P. Welang¹, Windy Mononimbar², Hanny Poli³


¹Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi, ² dan ³ Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi

Abstrak

Kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk


suatu penggunaan tertentu. Kawasan rawan gunung berapi adalah kawasan yang
berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung. Permasalahan
perkembangan Kota Tomohon yang semakin pesat memberikan dampak pada
peningkatan kebutuhan lahan untuk sarana permukiman. Hal ini mendorong
berkembangnya aktivitas pada kawasan yang tidak sesuai peruntukkannya sebagai
kawasan permukiman termasuk pada kawasan rawan gunung berapi. Untuk itu diperlukan
analisis kesesuaian lahan permukiman khususnya pada kawasan yang masuk dalam
kawasan rawan bencana gunung berapi di Kota Tomohon. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan analisis spasial dengan
bantuan alat analisis GIS (Geography Information System). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana kesesuaian lahan permukiman pada kawasan rawan
bencana gunung berapi di Kota Tomohon. Berdasarkan hasil studi kesesuaian lahan
permukiman pada kawasan rawan bencana gunung berapi di Kota Tomohon berdasarkan
persebaran kawasan permukiman menunjukkan kawasan permukiman yang lokasinya
tidak sesuai adalah seluas 6 Hektar dengan prosentase 0,6% dari luas persebaran kawasan
permukiman di Kota Tomohon dan berdasarkan peruntukkan kawasan permukiman pada
RTRW Kota Tomohon menunjukkan kawasan permukiman yang lokasinya tidak sesuai
adalah seluas 6 Hektar dengan prosentase 0,4% dari luas kawasan peruntukkan
permukiman pada Rencana Pola Ruang RTRW Kota Tomohon.
Kata Kunci : Kesesuaian Permukiman, Gunung Berapi, Kota Tomohon

PENDAHULUAN Wilayah Kota Tomohon memiliki


karakteristik topografi yang bergunung
Kesesuaian lahan merupakan dan berbukit dan memiliki 2 buah
penggambaran tingkat kecocokan gunung api aktif yaitu Gunung Lokon
sebidang lahan untuk suatu penggunaan dan Gunung Mahawu.
tertentu (Sitorus, 1998). Proses Permasalahan perkembangan Kota
penyusunan pola pemanfaatan ruang Tomohon yang semakin pesat
untuk penentuan kawasan peruntukan memberikan dampak pada peningkatan
permukiman dilakukan dengan mengacu kebutuhan lahan untuk sarana
pada hasil analisis kesesuaian lahan. permukiman. Hal ini mendorong
Bencana alam adalah suatu peristiwa berkembangnya aktivitas pada kawasan
yang berdampak merugikan bagi yang tidak sesuai peruntukkannya
manusia. Bencana alam yang banyak sebagai kawasan permukiman termasuk
menibulkan korban jiwa salah satunya pada kawasan rawan gunung berapi.
adalah gunung meletus (BNPB,2008). Penggunaan lahan yang tidak sesuai dan
Kawasan rawan bencana gunung berapi tingginya intensitas aktifitas manusia
adalah kawasan yang sering atau dalam mengubah tata guna lahan akan
berpotensi tinggi mengalami bencana mempertinggi tingkat resiko pada daerah
akibat letusan gunung berapi. rawan letusan.

136
Untuk itu diperlukan analisis abu lebat dan lontaran batu pijar;
kesesuaian lahan permukiman Kawasan yang memiliki tingkat risiko
khususnya pada kawasan rawan bencana rendah (berjarak cukup jauh) dari
gunung berapi untuk mengetahui sumber letusan; Pada saat terjadi
bagaimana kesesuaian lahan bencana letusan, masih memungkinkan
permukiman pada kawasan yang masuk manusia untuk menyelamatkan diri,
dalam kawasan rawan bencana gunung sehingga risiko terlanda banjir masih
berapi di Kota Tomohon. dapat dihindari; Penggunaan ruang pada
kawasan tipologi A/KRB I dapat
KAJIAN TEORI diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan
Kesesuaian Lahan budi daya seperti kegiatan kehutanan,
Kesesuaian lahan pada hakekatnya industri, perdagangan dan perkantoran,
merupakan penggambaran tingkat permukiman, dan pariwisata di kawasan
kecocokan sebidang lahan untuk suatu perkotaan. Namun pengembangan
penggunaan tertentu (Sitorus, 1998). kegiatan budi daya tersebut dilakukan
dengan syarat-syarat tingkat kerentanan
Kesesuaian Lahan Permukiman rendah dan sedang.
Menurut Muta’ali Lutfi (2013:129) 2. Tipe B/KRB II
Karakteristik lokasi dan kesesuaian Kawasan yang berpotensi terlanda awan
lahan untuk penentuan kawasan panas, aliran lahar dan lava, lontaran
peruntukan permukiman diantaranya : atau guguran batu pijar, hujan abu lebat,
Topografi datar sampai bergelombang hujan lumpur panas, aliran panas dan
(lereng 0-25%); tersedia sumber air; gas beracun; Kawasan yang memiliki
tidak berada pada daerah rawan bencana tingkat risiko sedang (berjarak cukup
(longsor, banjir erosi abrasi, tsunami); dekat dengan sumber letusan), risiko
drainase baik sampai sedang; tidak manusia untuk menyelamatkan diri pada
berada pada wilayah sempadan sungai/ saat letusan cukup sulit, kemungkinan
pantai/ waduk/ dnau/ mata air/ saluran untuk terlanda bencana sangat besar;
pengairan/ rel kereta api dan daerah Penggunaan ruang pada kawasan rawan
aman penerbangan; tidak berada pada letusan gunung berapi tipologi B/KRB II
kawasan lindung; tidak terletak pada dapat diperuntukkan bagi kegiatan-
kawasan budidaya pertanian/penyangga; kegiatan budi daya seperti pada tipologi
menghindari sawah irigasi teknis. A/KRB I, namun dengan syarat-syarat
Kawasan Rawan Gunung Berapi tingkat kerentanan sedang dan tinggi.
Kawasan rawan bencana gunung 3. Tipe C/KRB III
berapi adalah kawasan yang sering atau Kawasan yang sering terlanda awan
berpotensi tinggi mengalami bencana panas, aliran lahar dan lava, lontaran
akibat letusan gunung berapi (Muta’ali, atau guguran batu (pijar), hujan abu
2013) lebat, hujan lumpur panas, aliran panas
Tipologi Kawasan Rawan Gunung dan gas beracun; Kawasan yang
Berapi memiliki risiko tinggi (sangat dekat
Berdasarkan Pedoman Penataan dengan sumber letusan). Pada saat
Ruang Kawasan Rawan Letusan terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini
Gunung Berapi dan Kawasan Rawan akan dengan cepat terlanda bencana,
Gempa Bumi (Perturan Menteri makhluk hidup yang ada disekitarnya
Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2007) tidak mungkin untuk menyelamatkan
1. Tipe A/KRB I diri; Penggunaan ruang pada kawasan
Kawasan yang berpotesi terlanda banjir rawan letusan gunung berapi tipologi C
lahar dan tidak menutup kemungkinan diarahkan dengan pendekatan konsep
dapat terkena perluasan awan panas dan penyesuaian lingkungan, yaitu upaya
aliran lava; Kawasan ini berpotensi untuk menyesuaikan dengan kondisi
tertimpa material jatuhan berupa hujan alam, dengan lebih menekankan pada
upaya rekayasa kondisi alam yang ada;

137
Untuk kawasan rawan letusan gunung diperoleh dari hasil overlay peta
berapi tipologi C ini penggunaan ruang kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan.
diutamakan sebagai kawasan lindung, Selanjutnya untuk menentukan kelas
sehingga untuk dilindungi. kesesuian lahan sesuai peruntukannya
METODOLOGI digunakan analisis skoring. Skoring total
Lokasi Penelitian kesesuian lahan merupakan penjumlahan
Lokasi penelitian berada pada dari skor kelas lereng, jenis tanah, dan
wilayah Kota Tomohon dengan luas curah hujan. Berikut nilai skornya :
wilayah sebesar 14.715 Ha. Tabel 1. Tabel Kelas Lereng dan Nilai
Skor
No Kelas Lereng Deskripsi Skor
1. I 0-2% Datar 20
2. II 2-15% Landai 40
3. III 15-25% Agak 60
Curam
4. IV 25-45% Curam 80
5. V >45% Sangat 100
Curam
Sumber :SK Menteri Kehutanan No.
Gambar 1. Administrasi Kota Tomohon 837/UM/II/1980 dan No.
Metode Penelitian 683/KPTS/UM/1981
Penelitian ini merupakan penilitian Tabel 2. Tabel Curah Hujan dan Nilai
deskriptif yang bertujuan untuk Skor
menjelaskan suatu kejadian dan No Interval Daskripsi Skor
dilakukan dengan pendekatan analisis (mm/tahun)
spasial dengan bantuan alat analisis GIS
1. 0-2000 Sangat rendah 10
(Geography Information System).
Teknik yang digunakan adalah overlay 2. 2000-2500 Rendah 20
peta dan analisis skoring. 3. 2500-3000 Sedang 30
4. 3000-3500 Tinggi 40
Teknik Analisis Data
5. >3500 Sangat tinggi 50

Sumber : SK Menteri Kehutanan No.


837/UM/II/1980 dan No.
683/KPTS/UM/1981
Tabel 3. Tabel Kelas Tanah Menurut
Kepekaan Erosi dan Nilai Skor
Kelas Jenis Tanah Deskripsi Skor
I Alluvial, Tanah Gley, Tidak 15
Gambar 2. Teknik Analisis Data Planosol, Peka
Sumber : Penliti, 2016 II Latosol Kurang 30
Teknik analisis data terdiri dari 3 Peka
tahap, yaitu :
III Brown Forest, Nonn Caltic
Peka 45
1. Analisis Kesesuaian Lahan; untuk
penentuan kawasan lindung, penyangga Brown, Mediterania
dan budidaya dengan menggunakan IV Adesol, Lateric, G Peka 60
pedoman SK Menteri Kehutanan No. V Rebosol, Litosol, Renzina
Sangat 75
837/UM/II/1980 dan No.
Peka
683/KPTS/UM/1981 tentang Tata Cara
Penentuan Kawasan Lindung dan Sumber : SK Menteri Kehutanan No.
Budidaya. Analisis kesesuian lahan 837/UM/II/1980

138
Dari ketiga faktor skor tersebut 3. Evaluasi Kesesuaian Lahan
maka dijumlah untuk menetapkan Permukiman Pada Kawasan Rawan
kesesuaian lahan suatu kawasan tertentu Gunung Berapi di Kota Tomohon
untuk kawasan budidaya, penyangga dan
Selanjutnya dilakukan evaluasi
pelindung. Adapun skor total untuk
kesesuaian lahan permukiman pada
kesesuaian lahan tersebut adalah sebagai
kawasan rawan gunung berapi yang
berikut :
terdiri dari 2 evaluasi yaitu :
Tabel 4. Kriteria dan Tata Cara
a. a.Berdasarkan persebaran eksisting
Penetapan Kawasan Lindung dan
kawasan permukiman di Kota Tomohon
Budidaya
b. b.Berdasarkan peruntukan kawasan
No. Fungsi Kawasan Total Nilai Skor
permukiman pada Pola Ruang RTRW
1. Kawasan Lindung >175 Kota Tomohon Tahun 2013-2033.
2. Kawasan Penyangga 125-174
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Kawasan Budidaya <125
1. Analisis Kesesuaian Lahan
Sumber : SK Menteri Kehutanan No. Analisis kesesuaian lahan diperoleh
837/UM/II/1980 dan No. dengan melakukan overlay peta curah
683/KPTS/UM/1981 hujan, kemiringan lereng dan peta jenis
tanah di Kota Tomohon. Selanjutnya
2. Analsis Kelas Kesesuaian Lahan digunakan analisis skoring untuk
Untuk Lokasi Permukiman Pada menentukan kelas kesesuaian lahan
Kawasan Rawan Gunung Berapi di Kota untuk peruntukannya.
Tomohon Dalam penentuan kawasan lindung
Selanjutnya hasil overlay peta dan kawasan budidaya ini digunakan
kesesuaian lahan dioverlay dengan peta pedoman dari SK Menteri Kehutanan
kawasan rawan letusan gunung berapi No. 837/UM/II/1980 dan No.
untuk mendapatkan peta kesesuaian 683/KPTS/UM/1981
lahan untuk permukiman. Hasil overlay a. Curah Hujan Kota Tomohon
dibagi kedalam 4 kelas yaitu : Wilayah Kota Tomohon didominasi
a. Kelas Layak Bangun curah hujan pada interval 0-2000
Kawasan yang tidak berada pada mm/tahun dengan prosentase 65% dari
kawasan rawan letusan gunung berapi luas wilayah Kota Tomohon yang
baik KRB I, KRB II dan KRB III. Serta memiliki luas 9555,25 Hektar.
bukan merupakan kawasan Tabel 5. Rata-rata Curah Hujan Per
lindung/kawasan penyangga. Tahun di Kota Tomohon
b. Kelas Layak Bangun (Membutuhkan Interval Curah Skor Luas Prose
Perhatian Khusus) Hujan (mm/tahun) (Ha) ntase
Kawasan yang berada pada kawasan 0-2000 10 9555, 65%
rawan letusan gunung berapi I/KRB I, 25
dan juga bukan merupakan kawasan 2000-2500 20 4407, 30%
lindung/kawasan penyangga. 28
c. Kelas Layak Bangun (Sangat 2500-3000 30 752,7 5%
0
Membutuhkan Perhatian Khusus)
3000-3500 40 0,00 0%
Kawasan yang berada pada kawasan
>3500 50 0,00 0%
rawan letusan gunung berapi II/KRB II,
dan juga bukan merupakan kawasan Sumber : Peneliti, 2016
lindung/kawasan penyangga.
d. Kelas Tidak Layak Bangun
Kawasan yang berada pada kawasan
rawan letusan gunung berapi III/KRB
III, dan juga masuk dalam kawasan
lindung/kawasan penyangga.

139
Tanah vulkanik digolongkan ke
dalam jenis tanah jenis tanah latosol
dimana merupakan jenis tanah yang
kurang peka menurut tingkat kepekaan
erosi dengan prosentase 100% dari luas
wilayah Kota Tomohon.

Gambar 3. Peta Curah Hujan Kota


Tomohon
b. Kemiringan Lereng Kota Tomohon
Berdasarkan peta kemiringan
lereng, persebaran kemiringan lereng di
Kota Tomohon didominasi dengan
kemiringan lereng landai sebesar 2-15% Gambar 5. Peta Jenis Tanah Kota
yaitu berada pada bagian tengah Tomohon
perkotaan dengan luas total yaitu 6447 Berdasarkan ketiga parameter yaitu
Ha atau 44% dari luas wilayah Kota Peta Curah Hujan, Kemiringan Lereng
Tomohon. dan Jenis Tanah selanjutnya dengan
Tabel 6. Kemiringan Lereng Kota menggunakan aplikasi GIS dioverlay
Tomohon untuk dapat menetapkan kesesuaian
Kemiringan Skor Luas Prosentase lahan untuk kawasan budidaya, kawasan
(%) (Ha)
0–2 20 1901 13%
penyangga dan kawasan lindung. Hasil
skoring merupakan penjumlahan dari
2 – 15 40 6447 44% skor curah hujan, kemiringan lereng dan
15 – 25 60 3322 23% jenis tanah.
Hasil perhitungan skoring terhadap
25 – 40 80 2664 18%
ketiga variabel yaitu kemiringan lereng,
>4 100 377 2% curah hujan, dan jenis tanah dapat dilihat
0 pada tabel berikut :
Sumber : Peneliti, 2016 Tabel 7. Kesesuaian Lahan di Kota
Tomohon Berdasarkan Hasil Analisis
Overlay dan Skoring

No Kawasan Luas Prose


(Ha) ntase

1. Kawasan Budidaya 13139 90%

2. Kawasan 1547 10%


Penyangga
3. Kawasan Lindung 0 0%

Gambar 4. Peta Lereng Kota Tomohon Sumber : Peneliti, 2016

c. Jenis Tanah Kota Tomohon


Dikarenakan Kota Tomohon berada
pada daerah pegunungan dan memiliki 4
gunung berapi dan 2 diantaranya masih
merupakan gunung aktif sehingga jenis
tanah di Kota Tomohon seluruhnya
merupakan jenis tanah Vulkanik.

140
Tabel 8. Radius KRB Gunung Lokon
dan Gunung Mahawu
No KRB Radius
G. Lokon G. Mahawu
1. I 5 km 7 km
2. II 3,5 km 5 km
3. III 3 km 1,5 km
Sumber : Peneliti, 2016
Analisis kelas kesesuaian lahan
permukiman pada kawasan rawan
Gambar 6. Peta Analisis Kesesuaian gunung berapi diperoleh dengan
Lahan di Kota Tomohon melakukan overlay terhadap peta
Berdasarkan hasil overlay kesesuaian lahan dengan peta rawan
menggunakan ketiga variabel diatas letusan gunung berapi di Kota
diperoleh hasil dengan luas peruntukan Tomohon.
kawasan yang dominan di Kota Berdasarkan data hasil overlay
Tomohon adalah Kawasan Budidaya tersebut maka luas pada setiap kelasnya
karena berdasarkan hasil overlay dijelaskan pada tabel dibawah ini :
memiliki skor <125 dengan luas wilayah Tabel 8. Hasil Analisis Overlay
13.139 Hektar atau 90% dari luas Kesesuaian Lahan Permukiman Pada
wilayah Kota Tomohon. Kawasan Rawan Gunung Berapi di Kota
2. Analisis Kelas Kesesuaian Lahan Tomohon
Untuk Lokasi Permukiman Pada No Kelas Kesesuaian Luas Prosentase
Kawasan Rawan Gunung Berapi di Permukiman (Ha)
Kota Tomohon
1. Layak Bangun 5091 35%
Kawasan Rawan Letusan Gunung
Berapi terbagi menjadi 3 kawasan yaitu 2. Layak Bangun 3124 21%
Kawasan Rawan Bencana (KRB) I, (Membutuhkan
Perhatian Khusus)
Kawasan Rawan Bencana (KRB) II, dan 3. Layak Bangun 4120 28%
Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. (Sangat
Membutuhkan
Ketiga kawasan ini dibagi berdasarkan Perhatian Khusus)
perbedaan dari jenis dampak yang akan 4. Tidak Layak 2380 16%
Bangun
dialami apabila terjadi letusan pada
Sumber : Peneliti, 2016
gunung berapi.
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan, kelas layak bangun yang
menjadi dominan memiliki luas 5091
Hektar dengan prosentase 35%
Untuk kawasan Layak Bangun
(Membutuhkan Perhatian Khusus)
ymemiliki luas 3124 Hektar dengan
prosentase 21%. Kawasan ini
diperbolehkan untuk dilakukan
pengembangan kegiatan permukiman
namun dilakukan dengan syarat-syarat
Gambar 7. Peta Kawasan Rawan tingkat kerentanan rendah dan sedang.
Gunung Berapi di Kota Tomohon Untuk Kawasan Layak Bangun
(Sangat Membutuhkan Perhatian
Khusus) memiliki luas 4120 Hektar
dengan prosentase 28%. Kawasan ini
diperbolehkan untuk dilakukan
pengembangan kegiatan permukiman

141
namun dilakukan dengan syarat-syarat
tingkat kerentanan sedang dan tinggi.
Sedangkan untuk Kawasan Tidak
Layak Bangun memiliki luas 2380
dengan prosentase 16%. Kawasan ini
pada umumnya berada disekitar
Kawasan Gunung Lokon dan Gunung
Mahawu.

Gambar 9. Peta Persebaran Kawasan


Permukiman di Kota Tomohon
Peruntukkan Kawasan Permukiman
Berdasarkan Rencana Pola Ruang
RTRW Kota Tomohon
Kawasan peruntukkan
permukiman dalam Rencana Pola Ruang
Gambar 8. Peta Kelas Kesesuaian Lahan RTRW Kota Tomohon adalah seluas
Untuk Lokasi Permukiman pada 1382 Ha atau 9,4% dari luas wilayah
Kawasan Rawan Gunung Berapi Kota Kota Tomohon.
Tomohon
3. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Permukiman Pada Kawasan Rawan
Gunung Berapi di Kota Tomohon
Evalusi kesesuaian lahan
permukiman pada kawasan rawan
gunung berapi di Kota Tomohon ini
terbagi menjadi 2, terhadap persebaran
eksisting permukiman di Kota Tomohon
dan terhadap rencana pola ruang pada Gambar 10. Peta Peruntukkan
RTRW Kota Tomohon. Evaluasi ini Permukiman Rencana Pola Ruang
dilakukan dengan teknik overlay peta RTRW Kota Tomohon
kelas kesesuaian lahan permukiman
Evaluasi Kesesuaian Lahan
pada kawasan rawan letusan gunung
Permukiman pada Kawasan Rawan
berapi di Kota Tomohon dengan peta
Bencana Gunung Berapi di Kota
eksisting persebaran kawasan
Tomohon (Berdasarkan Eksisting
permukiman di Kota Tomohon dan
Persebaran Permukiman)
teknik overlay peta kelas kesesuaian
lahan permukiman pada kawasan rawan Dalam evaluasi ini ditetapkan
letusan gunung berapi di Kota Tomohon kawasan yang sesuai dan tidak sesuai
dengan peta rencana pola ruang pada dengan formula yang digunakan untuk
RTRW Kota Tomohon. penetapan kawasan yang sesuai dan
tidak sesuai adalah sebagai berikut
Persebaran Kawasan Permukiman di
Kota Tomohon
Kawasan terbangun berupa
kawasan permukiman umumnya berada
memanjang pada jalur jalan utama di
Kota Tomohon dengan luasan wilayah
sebesar 906 Ha atau 6,15% dari luas
wilayah Kota Tomohon.

142
Tabel 9. Formula Penetapan Kawasan Evaluasi Kesesuaian Lahan
Sesuai dan Tidak Sesuai Pada Evaluasi Permukiman pada Kawasan Rawan
Kesesuaian Lahan Permukiman Bencana Gunung Berapi di Kota
Fungsi Kesesuaian Hasil Tomohon (Berdasarkan
Kawasan Permukiman Evaluasi
Permukiman Layak Bangun Sesuai Dalam evaluasi ini ditetapkan
Permukiman Layak Bangun Sesuai kawasan yang sesuai dan tidak sesuai
(Membutuhkan
Perhatian Khusus) dengan formula yang digunakan untuk
Permukiman Layak Bangun (Sangat Sesuai penetapan kawasan yang sesuai dan
Membutuhkan Perhatian tidak sesuai adalah sebagai berikut :
Khusus)
Permukiman Tidak Layak Bangun Tidak Tabel 10. Formula Penetapan Kawasan
Sesuai Sesuai dan Tidak Sesuai Pada Evaluasi
Sumber : Peneliti, 2016 Kesesuaian Lahan Permukiman
Dilakukan teknik overlay Kesesuaian Fungsi Kawasan Hasil
terhadap peta kesesuaian lahan Permukiman Evaluasi
Layak Bangun Permukiman Sesuai
permukiman pada kawasan rawan Layak Bangun Non Permukiman Sesuai
gunung berapi di Kota Tomohon dan Layak Bangun Permukiman Sesuai
peta persebaran permukiman di Kota (Membutuhkan
Perhatian Khusus)
Tomohon. Hasil overlay menunjukkan Layak Bangun Non Permukiman Sesuai
keberadaan kawasan permukiman (Membutuhkan
Perhatian Khusus)
eksisting yang lokasinya berada pada Layak Bangun Permukiman Sesuai
wilayah yang sesuai adalah seluas 900 (Sangat
Ha dengan prosentase 99,4% dari luas Membutuhkan
Perhatian Khusus)
persebaran kawasan permukiman di Layak Bangun Non Permukiman Sesuai
Kota Tomohon. Dan untuk kawasan (Sangat
Membutuhkan
permukiman yang berada pada kawasan Perhatian Khusus)
yang tidak sesuai hanya berada pada Tidak Layak Permukiman Tidak
wilayah yang berlokasi di Kecamatan Bangun Sesuai
Tidak Layak Non Permukiman Sesuai
Tomohon Timur dengan luas wilayah 6 Bangun
Hektar dengan prosentase sebesar 0,6% Sumber : Peneliti, 2016
dari persebaran kawasan permukiman di Dilakukan teknik overlay
Kota Tomohon. terhadap peta kesesuaian lahan
permukiman pada kawasan rawan
gunung berapi di Kota Tomohon dan
peta peruntukkan kawasan permukiman
pada rencana pola ruang RTRW Kota
Tomohon. Hasil overlay menunjukkan
kawasan peruntukkan permukiman
berdasarkan Rencana Pola Ruang pada
RTRW Kota Tomohon yang lokasinya
berada pada wilayah yang sesuai adalah
seluas 1376 Ha dengan prosentase
Gambar 11. Peta Evaluasi Kesesuaian 99,6% dari luas kawasan peruntukan
Lahan Permukiman Pada Kawasan permukiman berdasarkan rencana Pola
Rawaan Gunung Berapi Kota Tomohon Ruang pada RTRW Kota Tomohon. Dan
(Berdasarkan Persebaran Eksisting untuk kawasan permukiman yang berada
Permukiman) pada kawasan yang tidak sesuai hanya
berada pada wilayah yang berlokasi di
Kecamatan Tomohon Timur dengan luas
wilayah 6 Hektar dengan prosentase
sebesar 0,4% dari luas kawasan
peruntukan permukiman berdasarkan

143
Rencana Pola Ruang pada RTRW Kota kawasan permukiman yang berada
Tomohon. pada kawasan yang tidak layak
bangun berada pada wilayah yang
berlokasi di Kecamatan Tomohon
Timur dengan luas wilayah 6
Hektar dengan prosentase 0,6% dari
luas persebaran kawasan
permukiman di Kota Tomohon .
Begitu juga dengan kawasan
peruntukan permukiman dalam
Rencana Pola Ruang RTRW Kota
Gambar 12. Peta Evaluasi Kesesuaian
Tomohon kawasan peruntukkan
Lahan Permukiman Pada Kawasan
Rawaan Gunung Berapi Kota Tomohon permukiman yang berada pada
(Berdasarkan Peruntukan kawasan kawasan yang tidak layak bangun
permukiman Pada Rencana Pola Ruang hanya berada pada wilayah yang
RTRW Kota Tomohon) berlokasi di Kecamatan Tomohon
Timur dengan luas wilayah 6
PENUTUP Hektar dengan prosentase 0,4% dari
Kesimpulan
luas kawasan peruntukkan
 Persebaran kawasan terbangun
berupa kawasan permukiman permukiman dalam Rencana Pola
umumnya tersebar memanjang pada Ruang RTRW Kota Tomohon.
jalur jalan utama di Kota Tomohon.
Luas persebaran kawasan Saran
permukiman di Kota Tomohon Untuk meminimalisir dampak yang
adalah 906 Ha atau 6,5% dari luas akan terjadi apabila terjadi letusan dari
wilayah Kota Tomohon. kedua gunung api tersebut, maka
 Kawasan Rawan Letusan pada upaya-upaya yang dapat dilakukan
antara lain :
kedua gunung yang ada di Kota
• Perlu dilakukan relokasi pada
Tomohon memiliki radius yang daerah permukiman yang masuk
berbeda-beda. KRB I Gunung dalam kawasan yang tidak sesuai
Lokon berada pada radius 5 Km, untuk daerah permukiman
(KRB) II Gunung Lokon berada • Perlu dilakukan penanganan khusus
pada radius 3,5 Km dan untuk untuk kawasan permukiman yang
(KRB) III Gunung Lokon berada masuk dalam Kawasan Rawan
Bencana I dan Kawasan Rawan
pada radius 3 Km. Sedangkan Bencana II, antara lain :
(KRB) I Gunung Mahawu berada Kerentanan rendah (krp)
pada radius 7 Km, (KRB) II Konstruksi bangunan semi
Gunung Mahawu berada pada permanen dengan kepadatan
radius 5 Km, dan (KRB) III bangunaan rendah (<30 unit/Ha)
Gunung Mahawu berada pada radus Konstruksi tradisional dengan
kepadatan sedang (30-60 unit/Ha)
1,5 Km.
dan rendah (<30 unit/Ha)
 Analisis evaluasi kesesuaian lahan Kerentanan sedang (ksp)
permukiman pada kawasan rawn Konstruksi bangunan beton
gunung berapi di Kota Tomohon bertulang dengan kepadatan
berdasarkan persebaran kawasan bangunan sedang (30-60 unit/Ha)
permukiman menghasilkan : dan rendah (<30 unit/semi
permanen dengan kepadatan

144
bangunaan tinggi (>60 unit/Ha) dan Primus Supriyono, 2014, Seri
sedang (30-60 unit/Ha) Pendidikan Pengurangan Resiko
Konstruksi bangunan tradisional Bencana Gunung Meletus, ANDI.
dengan kepadatan bangunan tinggi Jogjakarta
> 60 unit/Ha) Apriska Giofani Djalil, 2015, Evaluasi
Kerentanan Tinggi Peruntukan Lahan dan Pemetaan
Konstruksi bangunan beton tidak Zonasi Tingkat Resiko Bencana
bertulang dengan kepadatan Letusan Gunung Api Gamalama di
bangunan tinggi (>60 unit/Ha) dan Kota Ternate, Fakultas Teknik
sedang (30-60 unit/Ha) Universitas Sam Ratulangi
Konstruksi bangunan beton Mega Wahyu Syah, 2013, Klasifikasi
bertulang dengan kepadatan Kemiringan Lereng dengan
bangunaan tinggi (>60 unit/Ha). Menggunakan Pengembangan
 Penetapan Kawasan Tidak Layak Sistem Informasi Geografis Sebagai
Bangun/KRB III diperuntukan Evaluasi Kesesuaian Landasan
sebagai kawasan lindung Gunung Pemukiman Berdasarkan Undang-
Undang Tata Ruang dan Metode
Berapi
Fuzzy, Donggala, Sulawesi Tengah,
 Dalam pengelolaan Tata Ruang Fakultas Teknik Sipil dan
Kawasan Rawan Bencana Gunung Perencanaan Institut Teknologi
Berapi upaya mitigasi bencaana Sepuluh November
berdasarkan hasil penelitian ini Sari Anita, 2013, Analisis Kesesuaian
diusulkan menjadi Peraturan Lahan untuk Lokasi Permukiman
Kecamatan Bantul, Kabupaten
Daerah Kota Tomohon
Bantu, Fakultas Geografi
 Perlu dilakukan upaya-upaya Universitas Muhammadiyah
mitigasi bencana. Surakarta
Satria Mita, 2013, Evaluasi Kesesuaian
DAFTAR PUSTAKA Lahan Permukiman di Kota
Anonimous, Laporan Akhir RTRW Semarang Bagian Selatan,
(Rencana Tata Ruang Wilayah) Fakultas Teknik Universitas
Kota Tomohon Tahun 2013-2033 Diponegoro
Anonimous, Pedoman Penataaan Ruang Sitorus, 1998, Evaluasi Sumber Daya
Menteri Pekerjaan Umum No. Lahan, Tarsito. Bandung
21/prt/m/2007 (Kawasan Rawan
Letusan Gunung Berapi dan
Kawasan Rawan Gempa Bumi)
Anonimous, Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
No. 2 tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Pengkajian Resiko Bencana
Anonimous, SK Menteri Kehutanan No.
837/UM/II/1980 dan No.
683/KPTS/UM/1981
Muta’ali Lutfi, 2013, Penataan Ruang
Wilayah dan Kota, Yogyakarta:
Badan Penerbit Geografi
Universitas Gajah Mada
Indarto, 2012, Konsep Dasar Analisis
Spasial, Yogyakarta: C.V
ANDIOFFFSET

145

Anda mungkin juga menyukai